• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN PANTI SOSIAL ANAK ASUH PUTRI MARDHATILLAH-1 DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN IBADAH SHOLAT TAHUN 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN PANTI SOSIAL ANAK ASUH PUTRI MARDHATILLAH-1 DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN IBADAH SHOLAT TAHUN 2014"

Copied!
50
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN PANTI SOSIAL ANAK ASUH PUTRI MARDHATILLAH-1 DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN IBADAH SHOLAT

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Agama Islam (Tarbiyah) Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu

Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I.)

Oleh:

RIA RIZKY WIDIANING FATMAWATI NIM: G000100110

NIRM: 10/X/02.2.1/T/4426

FAKULTAS AGAMA ISLAM

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO

ٱ

َو

ٱ

ٱ

َو

ٱ

ٱ

Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang

(7)

PERSEMBAHAN

Mengucapkan rasa syukuralhamdulillahirabbil’alaminskripsi ini penulis persembahkan kepada :

 Kedua Orang tuaku yang saya cinta dan sayangi seumur hidupku, yang selalu memberikan kasih sayangnya dan senantiasa mendoakan serta memberikan dorongan semangat.

 Kakakku Farah yang selalu menasehati, memberikan masukan, saran dan menyemangatiku, kedua adikku Zaky dan Zidan yang tidak pernah lelah menggangguku dan selalu menghiburku dikala susah dan senang. Dewangga yang selalu memberikan dorongan, menyemangati, memotivasi dan terima kasih untuk laptopnya selama ini sebagai sarana untuk pengerjaan skripsi.

 Sahabat-sahabatku Intan, Heni, Vina, Emi, Anggit, Eka, Ririn, Zha, Candra dan Ega yang selalu membantu, memberikan semangat dan motivasinya.

(8)

ABSTRAK

Peran Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1 dalam Meningkatkan Disiplin Ibadah Sholat Tahun 2014

Oleh: Ria Rizky Widianing Fatmawati

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran pemimpin, para pengasuh Panti Mardhatillah-1 dalam meningkatkan disiplin ibadah sholat anak asuhnya. Sikap demikian itu diamati dari perilaku, ajakan, dan dorongan dari pemimpin dan para pengasuh panti. Oleh karena itu, penelitian ini menitik-beratkan pada data hasil observasi, wawancara dan dokumentasi. Sedangkan metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif, dengan penarikan kesimpulan yaitu metode induktif.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilaksanakan, maka dapat disimpulkan bahwa perilaku disiplin harus dimiliki oleh setiap individu dalam menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan. Terutama dalam hal ibadah sholat yang mana sholat memiliki kedudukan yang penting di dalam kehidupan setiap muslim. Dan disinilah peran pemimpin dan para pengasuh sangat diperlukan untuk peningkatan sikap kedisiplinan ibadah sholat bagi anak-anak asuhnya.

(9)

KATA PENGANTAR

َا ﻰَﻠَﻋَو َْﲔِﻠَﺳْﺮُﻤْﻟاَو ِءﺎَﻴِﺒْﻧ َْﻷا ِفَﺮْﺷَا ﻰَﻠَﻋ ُم َﻼﱠﺴﻟاَو ُة َﻼﱠﺼﻟاَو َْﲔِﻤَﻟ ﺎَﻌْﻟا ِّبَر ِﷲ ُﺪْﻤَْﳊَا

َْﲔِﻌَْﲨَا ﻪﺒﺤﺻ َو ِﻪِﻟ

ُﺪْﻌَـﺑﺎﱠﻣَا

Alhamdulllah, segala puji dan syukur tercurahkan hanya kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peran Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1 Dalam Meningkatkan Kedisiplinan Ibadah Sholat Tahun 2014 dengan baik. Sholawat serta salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW, yang dinantikan syafaatnya di hari akhir.

Perilaku disiplin harus dimiliki oleh setiap individu dalam menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan. Terutama dalam hal ibadah sholat yang mana sholat memiliki kedudukan yang penting di dalam kehidupan setiap muslim.

Penyusunan skripsi ini, untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Program Studi Tarbiyah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta. Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati yang tulus dan penuh hormat, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. M.A Fattah Santoso, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(10)

penulis. Drs. Zainal Abidin, M.Pd selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 3. Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Agama Islam Universitas

Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan pelayanan administrasi dengan baik

4. Seluruh Staf Perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta yang telah memberikan pelayanan administrasi dengan baik.

5. Mbak Sri Sunarti dan Mbak Muji selaku pengasuh Panti Mardhatillah-1 yang telah membantu penulis selama penelitian di Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1.

Ucapan terima kasih penulis haturkan, semoga semua bantuan serta dukungan yang telah diberikan mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini belum sempurna dan masih banyak kekurangan di dalamya. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pembaca. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan kita, sehingga kita menjadi umat yang berilmu dan dimuiakan oleh Allah SWT.

Amin Yaa Robbal ‘alamin.

Surakarta, 12 Desember 2014 Penulis

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 2

BAB II : LANDASAN TEORI ... 4

BAB III : METODE PENELITIAN ... 16

A. Pendekatan Penelitian ... 16

B. Subjek dan Objek Penelitian... 17

C. Pengumpulan Data ... 19

1. Metode Observasi... 17

2. Metode Wawancara ... 18

3. Metode Dokumentasi... 18

D. Metode Analisis Data... 19

BAB IV : DESKRIPSI DATA... 20

A. Hubungan Pengasuh dan Anak Panti... 20

B. Hubungan Anak Panti dengan Pemilik Yayasan ... 25

C. Hubungan Anak Panti dengan Lingkungan ... 26

D. Disiplin Ibadah Anak Panti... 28

BAB V : ANALISIS DATA ... 30

BAB VI : PENUTUP ... 33

(12)
(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Pengajuan Judul Skripsi, 36. Lampiran 2 Surat Permohonan Pembimbing I, 37. Lampiran 3 Surat Permohonan Pembimbing II, 38. Lampiran 4 Berita Acara Konsultasi Pembimbing I, 39. Lampiran 5 Berita Acara Konsultasi Pembimbing II, 40. Lampiran 6 Surat Permohonan Riset, 41.

Lampiran 7 Sejarah Berdirinya Panti Mardhatillah-1, 42. Lampiran 8 Profil Panti Mardhatillah-1, 44.

Lampiran 9 Susunan Pengurus Panti Mardhatillah-1, 45.

Lampiran 10 Jadwal Kegiatan Rutin Anak Asuh Mardhatillah-1, 46. Lampiran 11 Dokumentasi Foto Penelitian, 51.

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Shalat memiliki kedudukan yang sangat penting bila dibandingkan dengan ibadah-ibadah lain. Bahkan shalat memiliki kedudukan yang tertinggi dalam Islam yang tidak dapat tertandingi olehibadah lain.1Shalat yang ditentukan waktunya adalah Shalat wajib yang ditandai dengan adzan yang dikumandangkan sebagai tanda bahwa waktu Shalat telah tiba serta ditandai dengan iqomah sebagai tanda bahwa Shalat akan segera dimulai.

Panti Sosial anak asuh putri Mardhatillah-1 adalah salah satu Panti Asuhan yang menerapkan kedisiplinan shalat bagi anak asuhnya. Para pengasuh panti mempunyai peranan penting dalam menanamkan kedisiplinan untuk para anakasuhnya. Salah satunya dengan menggunakan metode uswatun hasanah yaitu pemberian contoh yang baik.

Dari hasil pengamatan langsung yang dilakukan oleh penulis di Panti Sosial anak asuh putri Mardhatillah-1, pelaksanaan Shalat wajib yang meliputi shalat subuh, dzuhur, ashar, maghrib dan isya’, hanya ada tiga Shalat wajib yang dilaksanakan secara bersama-sama di masjid, yakni Shalat subuh, maghrib dan isya’.

Pelaksanaan shalat di Panti Mardhatillah-1 memiliki kendala salah satunya yaitu kurangnya kedisiplinan anak asuh, terutama dalam melaksanakan

1

(15)

2

shalat subuh. Seringnya anak-anak asuh tersebut susah untuk dibangunkan. Adapun kendala yang lainya itu kurangnya dorongan dalam diri anak asuh untuk melaksanakan shalat secara tepat waktu.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul “PERAN PANTI SOSIAL ANAK ASUH PUTRI MARDHATILLAH-1 DALAM MENINGKATKAN DISIPLIN IBADAH SHALAT (TAHUN 2014) ”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang

dapatdirumuskanadalah “Apa peran Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1 dalam meningkatkan disiplin ibadah shalat?”

C.Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Setelah memaparkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang hendak dicapai dalam melakukan penelitian ini adalah:

“Untuk mengetahui dan mendiskripsikan peran Panti Sosial Anak Asuh

Putri Mardhatillah-1 dalam meningkatkan disiplin ibadah shalat”. 2. Manfaat Penelitian

(16)

3

a. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan terutama dalam mendidik anak untuk berdisiplin diri terutama dalam ibadah shalat, dan diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian pada aspek masalah yang lain bagi peneliti berikutnya.

b. Secara Praktis

(17)

4

BAB II

LANDASAN TEORI

A.Tinjauan Pustaka

Sebelum penelitian ini dilakukan sudah ada penelitian yang sejenis, akan tetapi dalam hal tertentu penelitian ini menunjukkan adanya perbedaan. Beberapa penelitian sebelumnya yang ada kaitannya dengan judul skripsi ini dan penulis jadikan dasar diantaranya:

1. Slamet Purwanto dalam skripsinya yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Demokratis Dengan Kedisiplinan Anak Asuh Di Panti Asuhan Yatim

Muhammadiyah Ning Amriyah Soepardho Kendal, menyimpulkan ada hubungan antara pola asuh demokratis pengasuh dengan kedisiplinan anak asuh. Artinya pola asuh demokratis memiliki pengaruh terhadap tingkat kedisiplinan anak asuh.2

2. Anisa Fitri Shofiyani dalam skripsinya yang berjudul “Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh

Tahun 2013” menyimpulkan bahwa upaya pembinaan akhlak anak asuh secara umum dapat terlihat dari berbagai program kegiatan yang diselenggarakan. Program kegiatan lebih banyak dititikberatkan pada pembinaan yang meliputi pembinaan keagamaan dan pembinaan ketrampilan. Adapun pembinaan keagamaannya meliputi yaitu: kajian keislaman, shalat fardlu berjama’ah, membaca Al-qur’an dan hafalan juz

2

(18)

5

‘amma, puasa senin kamis, menutup aurat. Sedangkan pembinaan

ketrampilan meliputi memasak, dan tapak suci. Faktor yang mendukung peran panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta dalam upaya pembinaan akhlak antara lain: tersedianya tempat atau asrama, adanya pengasuh dan anak asuh, tersedianya dana yang cukup memadai, materi kajian keislaman, pembinaan keseharian. Sedangkan faktor yang menghambat dalam upaya pembinaan akhlak antara lain: berbedanya latar belakang kehidupan anak asuh dan pengaruh lingkungan.3

3. Putri Dewi Andika dalam skripsinya yang berjudul Peran dan Fungsi Perwalian Anak dalam Mengasuh Anak, menyimpulkan perandan fungsi perwalian anak dalam mengasuh anak di Panti Asuhan tetap memberikan manfaat yang sangat besar khususnya bagi anak-anak asuhnya. Dengan adanya Panti Asuhan, anak-anak tersebut tidak terlantar dan mendapatkan penghidupan yang layak untuk melanjutkan masa depannya.4

Dari beberapa penelitian di atas, penulis menyimpulkan bahwa belum ada yang membahas tentang judul yang penulis gunakan, dan ini membuat penulis menjadikan Panti Sosial Anak Asuh Mardhatillah-1 sebagai lokasi penelitian dan peran pengasuh serta pengurus Panti sebagai objek penelitian ini merupakan penelitian asli.

3

Anisa Fitri Shofiyani, Peran Panti Asuhan Yatim Putri Aisyiyah Surakarta dalam Upaya Pembinaan Akhlak Anak Asuh Tahun 2013, (Surakarta, UMS: 2013), Unpublised.

4

(19)

6

B.Tinjauan Teoritik 1. Teori Peran

Dalam mendidik anak yang pertama dilakukan adalah menyiapkan

lingkungan yang aman jauh dari berbagai kesyirikan dan kemaksiatan.

ذۡوَإِ

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".(QS. Al-Luqman : 13)

Larangan tersebut sekaligus mengandung pengajaran tentang wujud dan ke-Esaan Allah. Dalam mendidik anak hal pertama dan paling utama yang harus didahulukan adalah menanamkan nilai-nilai aqidah atau pendidikan tauhid.Pesan dari ayat tersebut yang berbentuk larangan,

jangan mempersekutukan Allah” untuk menekankan perlunya

meninggalkan sesuatu yang burukdan seburuk-buruknya perkara itu adalah syirik (menyekutukan Allah). Adapun hadist berikut :

ٍدوُل ْوَم

ْنِم

اَم

orangtuanya lah yang akan menjadikannya yahudi, nasrani, atau majusi”. (H.R. Muslim)5

5

(20)

7

Setiap anak dilahirkan suci tanpa dosa, dan apabila anak tersebut menjadi yahudi atau nasrani, dapat dipastikan itu adalah dari orang tuanya. Orangtua harus mengenalkan anaknya tentang sesuatu hal yang baik yang harus dikerjakan dan mana yang buruk yang harus ditinggalkan.

Kemudian hal kedua yang harus dilakukan dalam mendidik anak adalah mengajarkan Shalat, mengajarkan kepada anaknya untuk berbuat baik dan mencegah kemungkaran.

Artinya: Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah). (QS. Al-Luqman : 17)

Dalam proses pendidikan anak ini, adakalanya orang tua bersikap keras dalam mendidik anak. Contohnya, pada umur tujuh tahun orang tua mengingatkan anaknya untuk melakukan sholat dan pada saat umur sepuluh tahun, orang tua boleh memukulnya ketika anak tersebut tidak mengerjakan sholat.

(21)

8

Apabila orang tua dapat melaksanakan tugasnya berarti sudah dapat melaksanakan sebagian perannya yakni dalam mendidik anak.

Di dalam kamus besar bahasa Indonesia peran ialah perangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh orang yang berkedudukan di masyarakat6. Peran adalah deskripsi sosial tentang siapa kita dan kita siapa. Peran menjadi bermakna ketika dikaitkan dengan orang lain, komunitas sosial atau politik. Menurut Soekanto, peranan merupakan proses dinamis kedudukan (status).Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peranan.7

Menurut Myers, peran adalah sekumpulan norma yang mengatur individu-individu yang berada dalam suatu posisi atau fungsi sosial tertentu memiliki keharusan untuk berperilaku tertentu.8

Menurut sistem klasifikasi dari Biddle dan Thomas, makna kata peran dapat dijelaskan lewat beberapa cara. Pertama, suatu penjelasan historis menyebutkan, konsep peran semula dipinjam dari kalangan drama atau teater yang hidup subur pada zaman Yunani kuno atau romawi.Dalam arti ini, peran menunjuk pada karakterisasi yang disandang untuk dibawakan oleh seorang aktor dalam sebuah pentas drama.9

Kedua, suatu penjelasan yang merujuk pada konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu karakterisasi (posisi) dalam struktur sosial.10

6

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 2005)

7

Soekanto.Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), hlm.212-213. http://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan.html, diakses 16 Juni 2014

8

Fattah Hanurawan.2010. Psikologi sosial. Bandung:Remaja Rosdakarya. Hlm13

9

Suhardono, Edy.Teori Peran Konsep Derivasi dan Implikasinya (Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama, 1994), hlm 3

10

(22)

9

Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan harapan-harapan yang dikenakan pada individu yang menempati kedudukan sosial tertentu dengan peranan yang dipegangnya.11

Contoh teori peran yaitu, seperti yang saya amati disekitar tempat tinggal saya. Seorang laki-laki yang bekerja di Sekolah sebagai guru.Sebagai seorang guru dia harus menjalankan tugasnya yakni mengajar dan mendidik siswa, menyampaikan pelajaran, selain itu tugas seorang guru juga harus memberikan evaluasi. Apabila laki-laki tersebut telah menjalankan tugas-tugasnya berarti dia telah menjalankan perannya sebagai seorang guru.

Sedangkan asuhan adalah berbagai upaya yang diberikan kepada anak yang tidak mempunyai orang tua dan terlantar, dan anak yang mengalami masalah kelakuan, yang bersifat sementara sebagai pengganti orang tua atau keluarga agar dapat tumbuh dan berkembang dengan wajar baik secara rohani, jasmani maupun sosial.12

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pengertian peran pengasuh adalah perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki seseorang dalam menjaga serta memberikan bimbingan menuju ke arah kedewasaan. Seseorang dikatakan menjalankan peran manakala ia menjalankan hak dan kewajiban yang merupakan bagian yang tak

11

David Berry. Pokok-pokok Pikiran Dalam Sosiologi (Jakarta:PT Raja Grafindo Persada, 1995), hlm 99

12

(23)

10

terpisahkan dari status yang disandangnya. Dalam firman Allah QS Al-Ahzab ayat 21 Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS. Al-Ahzab : 21)

Sesungguhnya apapun yang ada pada diri Rasulullah merupakan suatu kebaikan, patutlah untuk menjadikan beliau sebagai teladan bagi setiap umat muslim. Empat tahap dalam mendidik anak:

a. Umur anak-anak 0-6 tahun. Pada masa ini, Rasulullah menyuruh kita untuk memanjakan, mengasihi dan menyayangi anak dengan kasih sayang yg tidak berbatas. Berikan mereka kasih sayang dengan bersikap adil terhadap setiap anak-anak

b. Umur anak-anak 7-14 tahun. Pada tahap ini kita mulai menanamkan nilai disiplin dan tanggung jawab kepada anak-anaknya. Dengan cara memberikan contoh yang baik kepada anak-anak kita.

c. Umur anak-anak 15- 21 tahun. Inilah fasa remaja yang penuh sikap memberontak. Pada tahap ini, orangtua hendaknya mendekati anak-anak dengan berkawan dengan mereka. Perbanyak berbincang dengan mereka tentang perkara yang mereka hadapi.

(24)

11

Berdasarkan tingkat kasih sayang dan tuntutan orangtua dalam pengasuhan, pola pengasuhan dibedakan atas empat jenis, yaitu otoriter, demokratis, permisif dan abai (tidak peduli).14

a. Pola Asuh Otoriter

Adalah tipe pengasuhan dengan tuntutan yang tinggi, tidak fleksibel atau kaku, tidak responsive, mendesak anak mengikuti arahan-arahan orangtua asuh, penerapan hukum, dan menghargai kerja keras. b. Pola Asuh Demokratis

Pengasuhan yang memberikan tuntutan kepada anak sekaligus responsive terhadap kemauan dan kehendak anak.

c. Pola Asuh Permisif

Pengasuhan yang lebih mengedepankan kasih sayang, tetapi tidak memberi batasan berupa tuntutan.Orangtua yang permisif, biasanya lembut dan tidak menuntut anak untuk berperilaku matang, mandiri atau bertanggung jawab.

d. Pola Asuh Abai (Tidak Peduli)

Jenis pengasuhan dengan kasih sayang dan tuntutan yang sangat sedikit/rendah terhadap anak. Kemungkinan cara pengasuhan ini diakibatkan oleh kurangnya waktu.15

14Rani Razak Noe’man. Amazing Parenting Menjadi Orangtua Asyik Membentuk Anak Hebat.(Jakarta : PT Mizan Publika, 2012)

15

(25)

12

Artinya: Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum'at, Maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli, yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui. (QS. Al-Jumu‟ah: 9)16

Ayat di atas menjelaskan kepada kita, agar disiplin menggunakan waktu dalam beribadah. Ketika sudah mendengar adzan kita segara menunaikan sholat dan meninggalkan segala urusan. Dan setelah melaksanakan sholat, segera lanjutkan urusanmu tadi.

a. Pengertian Kedisiplinan

Kata kedisiplinan berasal dari bahasa Latin yaitu discipulus, yang berarti mengajari atau mengikuti yang dihormati. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007), menyatakan bahwa disiplin adalah:

1) Tata tertib (di Sekolah, di kantor, kemiliteran, dan sebagainya). 2) Ketaatan dan kepatuhan pada peraturan tata tertib.

3) Bidang studi yang memiliki objek dan sistem tertentu.17

Dalam Ramdom House Dictionary, kata kerja to discipline (mendisiplin) didefinisikan sebagai menciptakan keadaan tertib dan patuh dengan pelatihan dan pengawasan dan menghukum atau mengenakan denda, membetulkan, menghukum demi kebaikan.18

16

Departemen Agama RI, Al–Qu‟an dan Terjemahan: Al-Jumanatul „Ali (Bandung: J-ART, 2005)

17

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta:Balai Pustaka, 2005)

18

(26)

13

Menurut Djamarah, disiplin adalah suatu tata tertib yang dapat mengatur tatanan kehidupan pribadi dan kelompok.19

Menurut Mas’udi disiplin adalah kesadaran untuk melakukan sesuatu pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun.20

Kedisiplinan adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan dan atau ketertiban. Karena sudah menyatu dengannya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi atau sama sekali tidak dirasakan sebagai beban, bahkan sebaliknya akan membebani dirinya bilamana ia tidak berbuat sebagaimana lazimnya (Prijodarminto, 1994).21

Menurut Ekosiswoyo dan Rachman (2000), kedisiplinan hakikatnya adalah sekumpulan tingkah laku individu maupun masyarakat yang mencerminkan rasa ketaatan, kepatuhan, yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan tugas dan kewajiban dalam rangka pencapaian tujuan.Kedisiplinan merupakan sikap atau perilaku yang menggambarkan kepatuhan kepada suatu aturan atau ketentuan. Kedisiplinan juga berarti suatu tuntutan bagi berlangsungnya kehidupan yang sama, teratur dan tertib,yangdijadikan syarat mutlak bagi berlangsungnya suatu kemajuan dan perubahan- perubahan ke arah yang lebih baik (Budiono, 2006).22

Berdasarkan berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap dan perilaku yang mencerminkan

19

Djamarah,Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Hlm.12

20 Mas’udi, Asy. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

. Yogyakarta: PT. Tiga Serangkai. Hlm.88

21

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23401/4/Chapter%20II.pdf (diakses pada tanggal 10 September 2014)

(27)

14

ketaatan dan ketepatan terhadap peraturan, tata tertib,norma-norma yang berlaku,baik tertulis maupun yang tidak tertulis.

b. Aspek-Aspek Kedisiplinan

Menurut Prijodarminto (1994), disiplin memiliki 3 (tiga) aspek. Ketiga aspek tersebut adalah:23

1) Sikap mental (mental attitude) yang merupakan sikap taat dan tertib sebagai hasil atau pengembangan dari latihan, pengendalian pikiran dan pengendalian watak.

2) Pemahaman yang baik mengenai sistem peraturan perilaku, norma, kriteria, dan standar yang sedemikan rupa, sehingga pemahaman tersebut menumbuhkan pengertian yang mendalam atau kesadaran, bahwa ketaatan akan aturan. Norma, dan standar tadi merupakan syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan (sukses).

3) Sikap kelakuan yang secara wajar menunjukkan kesungguhan hati, untuk mentaati segala hal secara cermat dan tertib.

3. Ibadah Shalat a. Pengertian Shalat

Perkataan shalat dalam pengertian Bahasa Arab ialah Doa memohon kebajikan dan pujian.24 zakat itu kamu membersihkandan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui. (QS. At-Taubah : 103)

Shalat dalam pengertian bahasa adalah bentuk tunggal dari Shalawat. Shalat adalah kata yang diletakkan sebagai akar kata (mashdar). Shalat kalau dari Allah berarti rahmat, kalau dari hamba

berarti do’a dan istigfar. Sedangkan Shalat menurut terminology Syar’I

23Ibid

24

(28)

15

adalah rangkaian dari rukun-rukun dan dzikir-dzikir tertentu dengan syarat-syarat dan waktu pelaksanaan tertentu pula. Shalat merupakan kumpulan perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, disertai niat.25

b. Kedudukan Shalat barangsiapa mendirikannya maka sungguh ia telah mendirikan agama (Islam) itu dan barangsiapa merobohkannya maka sungguh ia telah

Artinya: Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. kemudian apabila kamu telah merasa aman, Maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman. (QS. An-Nisa : 103)

Shalat memilki kedudukan yang sangat penting bila dibandingkan dengan ibadah-ibadah lain. Bahkan Shalat memiliki kedudukan yang tertinggi dalam Islam yang tidak dapat tertandingi oleh ibadah lain.26 Hal tersebut bisa kita lihat dari keutamaan Shalat tersebut sebagai berikut: 1) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat

dan merupakan rukun islam yang ke dua.

2) Shalat merupakan pembeda antara muslim dan kafir.

3) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan Shalat.

25

Shalih bin Ghanim. 2003. Bimbingan Lengkap Sholat Berjama‟ah. Solo: At Tibyan. Hlm 18

26

(29)

16

4) Shalat merupakan amalan yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat.

c. Syarat-Syarat Sah Shalat

Syarat-syarat yang mendahului Shalat yang wajib diketahui dan ditinggalkan salah satu dari syarat-syarat itu, Shalatnya tidak sah ialah: 1) Mengetahui telah masuk waktu (mengerjakan Shalat setelah diketahui

bahwa waktunya telah masuk).

2) Suci dari hadats besar dan hadats kecil.

3) Suci badan, pakaian dan tempat yang kita berShalat padanya dari najasah.

4) Menutup aurat. 5) Mengahadap kiblat.27 d. Hikmah Shalat

1) Shalat adalah pencegah dari perbuatan buruk.

2) Shalat adalah sumber petunjuk.

3) Shalat adalah sarana kita meminta pertolongan dari Allah SWT.

4) Shalat adalah pelipur jiwa.

5) Shalat adalah sarana untuk kesehatan jasmani dan rohani.28

27Ibid.

Hlm 195

28

(30)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan Penelitian

Ditinjau dari jenis datanya pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya pelaku, persepsi, motivasi, tindakan. Secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.26

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai peran para pengasuh Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1 dalam meningkatkan disiplin ibadah sholat anak asuhnya secara mendalam dan komprehensif.

B.Tempat dan Subjek Penelitian

Tempat penelitian ini terletak di Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1 berada di bawah Yayasan Pengembangan Sumber Daya Wanita dan Anak Yatim terletak di jalan Sawo nomor 27 B, Gempol, Ngadirejo, Kartasura Sukoharjo Jawa Tengah. Subjek penelitian ini merupakan sumber data yang dimintai informasinya sesuai dengan masalah penelitian. Adapun

26

(31)

18

yang dimaksud sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data diperoleh.27 Subjek penelitian dalam penelitian ini meliputi Pimpinan Panti Mardhatillah, Pengurus Panti dan Pengasuh Panti Mardhatillah.

Obyek penelitian dapat dinyatakan sebagai situasi sosial penelitian yang ingin diketahui apa yang terjadi di dalamnya. Pada obyek penelitian ini, peneliti dapat mengamati secara mendalam aktifitas orang-orang yang ada pada tempat (place) tertentu.28 Obyek dari penelitian ini adalah Peran Panti Mardhatillah dalam meningkatkan disiplin ibadah sholat.

C.Metode Pengumpulan Data

Metode penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Untuk memperoleh data yang akurat dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan responden yang diamati tidak terlalu besar.29Dengan metode observasi ini peneliti hanya mengamati secara langsung kegiatan yang dilakukan oleh para pengasuh dalam mendidik anak asuhnya agar bisa meningkatkan disiplin

27

Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 107

28

Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), hlm 215

29

(32)

19

ibadah shalat yang berdasarkan pada dokumen dan wawancara, maka data akan diperoleh secara lengkap.

2. Metode Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan menggajukan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan tujuan tertentu.30 Wawancara ini dilakukan kepada para pengasuh, pengurus dan pimpinan Panti Sosial Anak Asuh Mardhatillah-1 yang dilakukan dengan cara diskusi bersama para pengasuh (round table discussion) untuk memperoleh data tentang bagaimana peran Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1, program apa yg dilakukan oleh para pengasuh untuk meningkatkan disiplin ibadah shalat.

3. Metode Dokumentasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya.31 Metode ini digunakan penulis untuk memperoleh data resmi tentang letak geografis, sejarah berdirinya, visi misi dan dokumen kebijakan.

D.Metode Analisis Data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif yang terdiri dari empat tahapan. Pertama, setelah data

30

Deddy Mulyana. Metodologi Penelitian Kualitatif. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008), hlm.180

31

(33)

20

terkumpul maka tahap kedua adalah melakukan reduksi data yaitu menggolongkan, membuang data yang tidak diperlukan dan mengorganisasikan sehingga data terpilah-pilah. Ketiga, data yang telah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi, kemudian keempat penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua.32

Penarikan kesimpulan dari hasil analisis data digunakan metode induktif. Induktif adalah cara berfikir yang berangkat dari fakta-fakta khusus, peristiwa-peristiwa yang konkrit kemudian digeneralisasi yang mempunyai sifat umum.33

32

Haris Herdiansyah. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), hlm 164

33

(34)

21

BAB IV DESKRIPSI DATA

A.Hubungan Pengasuh dan Anak Panti

Ini kisah kehidupan keseharian anak yatim yang memiliki berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda. Yang mana mereka semua ditempatkan disatu tempat yang sama yang disebut Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1. Panti yang dipimpin oleh Drs. Siti Turat Aly, M. Pd (ketua) ini terletak di Kartasura tepatnya di Jalan Sawo Nomor 27B Gempol, Kalurahan Ngadirejo, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo.Tempatnya cukup luas dan fasilitas yang disediakan cukup memadai.

Panti yang didirikan pada tanggal 10 februari tahun 1994 ini telah memiliki 18 anak asuh perempuan. Kegiatan keseharian mereka semua hampir sama. Dari jam 04.00 sudah dibangunkan untuk melaksanakan shalat subuh di masjid Mardhatillah yang bertempat di belakang bangunan Panti Mardhatillah-1 tersebut, jarak dari Panti Mardhatillah-Mardhatillah-1 ke masjid tidaklah jauh. Hanya dengan berjalan kaki tidak lebih dari 5 menit untuk sampai di Masjid tersebut.Pelaksanaan shalat subuh tersebut secara tepat waktu, setelah adzan dikumandangkan anak-anak asuh berjalan menuju ke Masjid dan setelah iqomah dikumandangkan mereka shalat secara berjama’ah.

(35)

anak-22

anak kepada pengasuh yang dinilai tegas ini.Wanita kelahiran 21 maret 1991 ini sudah berada di panti Mardhatillah-1 dari tahun 2006. Wanita yang memiliki nama lengkap Sri Sunarti ini mengatakan kepada penulis: “Ya gitu mbak, anak-anak masih susah untuk dibangunkan, dan waktu shalat tiba masih harus selalu dan selalu diingatkan untuk shalat.” “Ya maklumlah mbak namanya juga anak-anak masih harus dilatih terus agar bisa disiplin shalat tepat

waktu.”Tambah mbak Muji yang juga pengasuh panti. Mbak Muji yang juga

seorang mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surakarta jurusan pendidikan matematika ini terkadang mengeluhkan bahwa memang tidak mudah melatih anak dalam menanamkan sikap kedisiplinan. Perlu kesabaran, ketelatenan, dan harus bisa menjadi contoh yang baik bagi anak-anak asuhnya.

“Bahkan tidak jarang ada anak asuh yang pada waktu shalat tiba malah

berlarian”, ucap Putri yang merupakan anak asuh Panti Mardhatillah-1. Gadis

yang masih duduk dibangku SMA kelas 1 ini memiliki kepribadian yang cerewet dan sedikit bandel. Dia bercerita kepada penulis bahwa temannya yang bernama Fatimah pernah dihukum karena terlambat mengikuti shalat di masjid. Karena kebiasaan Fatimah yang malasan ini membuatnya sering terlambat untuk shalat subuh di Masjid. Hukuman yang diberikan berupa hafalan surat.

“Biasanya hafalan Surat Al-Waqiah, bahkan ada yang pernah sampai dipukul

karena tidak mengikuti kegiatan mengaji bersama.” ujar Ana.

(36)

23

mendatangi tiap kamar untuk mengingatkan dan mengajak shalat. Bukan hanya mbak Sri yang berperan untuk mengingatkan anak-anak asuhnya masalah shalat, mbak muji yang merupakan partner dari mbak Sri ini juga tidak pernah lelah untuk memberikan contoh untuk shalat secara tepat waktu.

Bukan hanya shalat subuh saja yang dilaksanakan secara bersama-sama.Tetapi pelaksanaan shalat maghrib dan isya’ juga dilaksanakan secara

tepat waktu berjama’ah di masjid. Hal tersebut lama kelamaan akan

menimbulkan sikap disiplin di bidang shalat bagi anak-anak asuhnya. Terbukti dari pengakuan Putri, anak kelas 1 SMK Batik 2 itu dia bercerita bahwa pada waktu di sekolahpun Putri tetap melaksanakan shalat dzuhur secara tepat waktu di mushola yang sudah disediakan di sekolahnya. Bukan hanya Putri saja, bahkan Lia anak terkecil yang berada di Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1 ini mengaku bahwa saat berada di sekolah dia juga menjalankan shalat dzuhur secara tepat waktu. Meskipun Lia baru duduk di kelas 6 SD Ngadirejo 4 tetapi sikap kedisiplinan dalam ibadah shalat telah tertanam di dalam diri anak yang berkulit kuning itu.

(37)

24

Dalam sehari anak-anak panti dijadwalkan tiga kali makan. “Tapi terkadang pada jam-jam tertentu dimana anak merasa lapar ya mereka pergi ke dapur untuk mengambil makanan sendiri, tidak harus sesuai jadwal mbak. Karena kasihan juga kalau anak-anak merasa lapar tetapi tidak diperbolehkan untuk makan, takutnya nanti anak-anak malah sakit, dan tidak bisa melakukan

aktivitasnya.” Ujar mbak Muji selaku pengasuh tersebut. Untuk menu

makanannya bervariasi, tidak setiap hari sama, terkadang nasi sayur terkadang daging agar anak-anak tidak merasa bosan. Ibu-ibu yang sudah ditugaskan untuk memasak, ada enam orang yaitu Ibu Mrajak, Ibu Parto, Ibu Das, Ibu Siti, Ibu Marto dan Ibu Fatimah. Agar gizi anak-anak terpenuhi ibu-ibu juga membuatkan snack berupa bubur mutiara, bubur kacang hijau, terkadang juga membuatkan kolak pisang dan sebagainya. Agar anak-anak tetap terjaga kesehatannya dengan makanan yang sehat dan gizi yang tercukupi.Merekalah sosok ibu-ibu koki yang berperan aktif dalam memberikan asupan gizi, jasanya harus selalu kita hargai sepanjang masa.

Kegiatan yang berlangsung setelah mandi sore dan shalat ashar adalah

TPA (Taman Pedidikan Al Qur’an) yang dilaksanakan setiap hari Senin, Rabu,

(38)

25

rumah-rumah warga sekitar panti yang hasilnya nanti bisa menambah anggaran untuk Panti.

Setelah adzan maghrib dikumandangkan, anak-anak pergi ke Masjid Mardhatillah untuk melaksanakan shalat maghrib kemudian dilanjutkan untuk ngaji dan disambung shalat isya’. Alat-alat ibadah untuk anak-anak berasal dari dana yang didapat dari usaha kue tadi, dan dana dari para donator. Bukan hanya alat untuk beribadah, alat-alat untuk sekolah, baju, dan kebutuhan lainnya.Pukul 19.30 anak dijadwalkan untuk belajar dan setelah itu anak-anak boleh berisitirahat dan tidur di kamar yang sudah disediakan. Kamarnya cukup luas, yakni 4 x 6 m2 yang berjumlah 4 kamar untuk 18 anak panti. Dan terdapat 6 kamar mandi.

Fasilitas yang disediakan oleh pihak panti cukup memadai, dan menurut penulis sendiri Panti Mardhatillah ini nyaman untuk ditinggali. Di panti tersebut anak-anak merasa senang dan nyaman berada dipanti yang telah merawat mereka serta mendidik mereka agar menjadi pribadi yang lebih baik.

B.Hubungan Anak Panti dengan Pemilik Yayasan

(39)

26

berperan aktif dalam mengurus Panti Mardhatillah ini adalah Ibu Taurat, sedangkan Ibu Endang Samiasih Mraja, Ibu Parinah Sidas dan Ibu Ani sudah tidak lagi berperan aktif, mereka hanya sesekali saja menengok Panti untuk

mengetahui perkembangannya. “Ketiga Ibu tersebut sekarang hanya menjadi

penasehat saja jika memang kita membutuhkan saran dari beliau-beliau. Selebihnya mereka hanya sesekali saja menengok Panti. Ya mungkin karena sudah berumur atau sudah tua jadi mereka sudah memasrahkan kepada para

penerusnya.”Ujar mbak Muji selaku pengasuh Panti.

Sedangkan peran Ibu Taurat sendiri adalah memimpin dan mengawasi jalannya kegiatan yang dilakukan di Panti tersebut. Bukan hanya sekedar mengawasi, beliau yang merupakan pendiri Panti tersebut merupakan orang yang mencarikan donator untuk kegiatan keseharian anak-anak panti dan para pengasuh serta pengurusnya.

Pengusaha show room mobil yang bertempat di Laweyan yang berada di jalan dr Radjiman. Beliau merupakan salah satu donator tetap yang setiap minggu menyumbangkan dana untuk Panti. Paling tidak seminggu empat kali dengan jumlah nominal yang berbeda-beda.Terkadang Rp 200.000,00 atau Rp 300.000,00 setiap kali menyumbang.

(40)

27

Selain para donator yang telah disebutkan di atas, banyak juga orang-orang yang datang ke Panti untuk memberikan dana sesekali atau dua kali, yang mereka itu tidak rutin memberikan.

Bukan hanya mencarikan donator, Ibu Taurat Aly juga terkadang mengajak anak-anak Panti tersebut untuk mengaji bersama di rumah beliau, dan tidak jarang beliau menyuruh anak-anak untuk hafalan surat-surat pendek di rumah beliau, hal tersebut bertujuan agar beliau bisa melihat perkembangan anak-anak panti, dan bukan hanya itu saja, anak-anak juga bisa lebih dekat dan akrab dengan pemilik panti tersebut.

C.Hubungan Anak Panti dengan Lingkungan

Panti Sosial Anak Asuh Putri Mardhatillah-1 berada di tengah-tengah lingkungan warga masyarakat yang baik. Tetangga yang tinggal disekitar pantipun ramah. Sebut saja Ibu Pujiastuti, wanita yang berusia 45 tahun ini tinggal di dekat panti hanya saja berbeda gang masuknya. Wanita yang bekerja sebagai penjahit ini ramah, seperti saat penulis sedang mengobrol dengan wanita yang mempunyai penghasilan Rp.750.000,00 per bulannya. “Panti Mardhatillah itu bagus mbak, anak-anaknya juga baik-baik. Pantinya berkembang dengan cepat, sudah membuka cabangnya juga di Polokarto, Ibu

Taurat memang sip.” Ujar Ibu yang mempunyai dua orang anak ini.

(41)

28

biasanya juga dibarengi dengan kegiatan pembagian sembako dan zakat fitrah yang ditujukan untuk warga yang kurang mampu seperti tukang becak, tukang sapu dan sebagainya. Kegiatan ini dilakukan oleh para pengurus panti dan anak-anak panti, kegiatan tersebut mengajarkan kepada anak-anak panti untuk saling berbagi dan memang itu suatu kewajiban bagi umat Islam.

Bukan hanya kegiatan di dalam Panti saja, anak-anak juga sering ikut berpartisipasi dalam kegiatan masyarakat seperti kerja bakti yang diadakan 1 bulan sekali. Anak-anak panti juga menjadi ustadzah dalam kegiatan TPA (Taman Pendidikan Al-Qur’an). Hal ini ditujukan agar anak-anak Panti juga berdisiplin di dalam masyarakat, agar anak-anak bisa hidup bersosial dengan warga sekitar. Karena pada dasarnya manusia itu hidup tidak sendirian tetapi hidup didalam lingkungan masyarakat sekalipun itu tinggal di dalam Panti.

D. Disiplin Ibadah Anak Panti

Kegiatan anak panti terjadwal dengan rapi dari bangun tidur sampai tidur lagi. Dalam hal ibadah, anak panti menjalankan secara bersama-sama terutama shalat fardhu. Dimulai pada pagi hari pukul 04.00 dibangunkan untuk mengikuti shalat subuh secara tepat waktu di Masjid Mardhatillah.

(42)

29

tujuh. Bersama dengan temannya Afifah Miftahul Jannah, kedua anak ini bersekolah di MTS 2 Surakarta. Pada waktu siang hari anak-anak yang berasal dari Panti Mardhatillah ini melaksanakan shalat dzuhur secara tepat waktu di masjid yang terletak di halaman sekolahnya. Pelaksanaan shalat dzuhur di

MTS 2 Surakarta ini dilaksanakan secara berjama’ah, murid-murid disinipun

diwajibkan untuk mengikuti shalat secara tepat waktu dan berjama’ah tanpa terkecuali. Bahkan ada sangsi tersendiri bagi anak yang tidak melaksanakan shalat dzuhur di Sekolah, yakni ada bimbingan khusus untuk anak tersebut dan

diberitahukan kepada orangtua dari anak tersebut. “Tetapi Alhamdulillah

mbak, anak-anak yang dari Panti Mardhatillah itu anaknya rajin-rajin, shalatnya tidak pernah bolong dan bukan hanya itu saja, anaknya juga dikenal baik dan tidak pernah terlambat dating ke sekolah. Ujar Ibu Sukamti selaku

guru BK (Bimbingan Konseling)”

(43)

30

waktu. Seperti yang telah dilakukan oleh anak-anak dari Panti Mardhatillah tersebut.

(44)

31

BAB V ANALISIS DATA

Di dalam teori peran khususnya yang membahas pola asuh dijelaskan bahwa peran pengasuh yakni perangkat tingkah laku atau tindakan yang dimiliki sesorang dalam menjaga serta memberikan bimbingan menuju ke arah kedewasaan. Teori pola pengasuhan di dalam bukunya Rani Razak Noe’man mencakup pengasuhan yang memberikan tuntutan kepada anak untuk mengikuti arahan-arahan dari orang tua asuh, tetapi juga memberikan kasih sayang yang lebih terhadap anak asuhnya.

Sementara pada data ditemukan pola asuh ibu asuh dan anak panti di didapatkan kejelasan bahwa tugas para pengasuh Panti Sosial Anak Asuh Mardhatillah-1 ini adalah mengajarkan, mendidik, memberikan contoh serta mengajak para anak asuhnya untuk melakukan perbuatan yang baik. Misalnya membangunkan anak asuhnya untuk bangunpagi, mengajak untuk sholat tepat waktu, menyuruh anak-anak untuk belajar. Kegiatan keseharian Panti Mardhatillah ini sudah terjadwal dengan rapi dan baik. Para pengasuh panti telah menjalankan perannya sebagai orang tua asuh.

(45)

32

Sementara peran pemilik Panti Anak Asuh Putri Mardhatillah-1 yakni mencarikan dana dari para donator yang kemudian dikelola untuk memfasilitasi anak-anak panti seperti alat untuk ibadah, pendidikannya, makan, dan kebutuhan lainnya. Bukan hanya memfasilitasi anak-anak tetapi pemilik panti juga sebagai penasehat, pengawas dan pada intinya adalah memimpin jalannya kegiatan di Panti.

Di dalam teori kedisiplinan yang khususnya terdapat dalam QS.

Al-Jumu’ah ayat 9, ayat tersebut menjelaskan kepada kita, agar disiplin

menggunakan waktu dalam beribadah. Ketika sudah mendengar adzan kita segara menunaikan sholat dan meninggalkan segala urusan.

Sementara pada data ditemukan bahwa dalam hal beribadah anak-anak panti melaksanakannya secara bersama-sama, berjama’ah di masjid dan tepat waktu. Selain itu, pada waktu anak-anak sedang berada di sekolah, anak-anak panti Mardhatillah juga melaksanakan sholat secara tepat waktu, yakni pada waktu sholat dzuhur.

Hal tersebut menunjukkan bahwa peranan yang dilakukan para pengasuh dan pengurus panti dalam mendisiplinkan anak-anak asuhnya dinilai telah berhasil.

(46)

33

berlangsung di Panti tersebut memang harus dilaksanakan secara teratur dan disiplin.

(47)

32

BAB VI PENUTUP

A.Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah dikemukakan, penelitian ini menghasilkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Peran pemimpin, pengasuh dan pengurus Panti sangatlah penting bagi pertumbuhan dan perkembangan anak-anak asuh. Memberikan fasilitas, pendidikan, pengajaran, dan memenuhi setiap kebutuhan yang tidak bisa mereka dapatkan sebelum memasuki Panti Mardhatillah.

2. Penggunaan metode-metode dan berbagai cara yang dilakukan para pengasuh Panti Mardhatillah-1 dalam mendidik dan menanamkan sikap kedisiplinan bagi anak-anak asuhnya terutama dalam hal ibadah shalat dinilai telah berhasil, dengan adanya peningkatan terhadap perilaku anak-anak asuhnya dalam melaksanak-anakan shalat tepat waktu.

3. Menanamkan sikap kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari akan menimbulkan dampak yang positif bagi setiap anak dalam melaksanakan setiap kegiatan, lebih-lebih semua kegiatan di dalam maupun di luar panti telah terprogram dan terjadwal.

B.Saran

(48)

33

(49)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rinekacipta

David Berry. 1995. Pokok-Pokok Pikiran dalam Sosiologi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Depdiknas.2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta :Balai Pustaka

Djamarah, Syaiful Bahridan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: RinekaCipta.

Fattah Hanurawan. 2010. Psikologi Sosial. Bandung: Remaja Rosdakarya. Haris Herdiansyah. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu

Sosial. Jakarta: Salemba Humanika

http://kang-fauz.blogspot.com/2013/06/fungsi-sholat-dalam-al-quran.html(diakses 30 Desember 2014)

http://penaemas19.blogspot.com/2013/11/metode-mendidik-anak-menurut-al-quran.html (diakses 20 Oktober 2014)

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23401/4/Chapter%20II.pdf (diakses10 September 2014)

http://www.excelqhalif.com/2012/10/02/4-tahap-mendidik-anak-cara-rasulullah-s-a-w/ (diakses 1 oktober 2014)

Mas’udi, Asy. 2000. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Yogyakarta:

TigaSerangkai

Moleong, Lexy. 2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: RemajaRosdakarya

Muhammad FaizAlamth. 1100 Hadits Terpilih.Sinar Ajaran Muhammad: Gema Insani Press

Mulyana, Deddy. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya

PP Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1988 bab I pasal 1 ayat 6 tentang Kesejahteraan Anak Bagi Anak Yang Mempunyai Masalah

Rani Razak Noe’man. 2012. Amazing Parenting Menjadi Orang Tua Asyik Membentuk Anak Hebat. Jakarta : PT Mizan Publika

(50)

35

Soekanto. 2009. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers. http://kaghoo.blogspot.com/2010/11/pengertian-peranan.html, diakses 16 Juni 2014

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif Kualitatifdan R&D. Bandung: Alfa Beta

Suhardono, Edy. 1994. Teori Peran Konsep Derivasi dan Implikasinya Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

SutrisnoHadi. 2007. Metodologi Research 1. Yogyakarta: Andi Offset

Referensi

Dokumen terkait

Secara teoritis, penelitian memberikan informasi baru tentang penanaman nilai-nilai Pancasila di Panti Sosial Anak Asuh (PSAA) Mardhatillah Kartasura dalam membina

Jurusan Bimbingan dan Konseling. Pembimbing sosial di Panti Asuhan Wira Adi Karya Ungaran seringkali harus mengingatkan anak asuhnya untuk aktif mengikuti

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah apa bentuk-bentuk pembinaan akhlak yang dilakukan panti asuhan yatim putri Aisyiyah terhadap anak asuhnya serta apa

keseharian yang dilakukan panti asuhan yatim putri Aisyiyah Surakarta sangat mendukung pembinaan akhlak anak asuh, karena dalam kegiatan.. 9 tersebut mencakup semua

Daftar pertanyaan peranan Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang dalam upaya meningkatkan kesejahtraan anak asuh untuk pengasuh?. Apa yang melatar belakangi

Jawab: “ mengembangkan apa yang berada di dalam diri anak, Setiap anak pastinya memiliki potensi tetapi bagaimana cara kita sebagai pengasuh panti melihat potensi, bakat

Tingkat pendidikan orang tua dianggap menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi peran orang tua dalam mendidik anak, khususnya dalam rangka menanamkan pengamalan

Dari hasil penelitian tentang Pola Bimbingan Orang Tua Asuh dalam Menanamkan Kedisiplinan Anak di Panti Asuhan Yatim Piatu Rohadi Kaliwungu Kendal yang penulis lakukan,