• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skema 1. Hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan STIMULUS (Rangsangan) PROSES STIMULUS REAKSI TERBUKA (Tindakan) REAKSI TERTUTUP (Pengetahuan dan sikap)

Skema di atas menjelaskan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, dan sikap. Apabila adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bertahan lama. Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

2.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku

Papalia, Old, dan feldman (2008) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi perilaku manusia adalah faktor keturunan (hereditas/genetik) dan lingkungan. Faktor keturunan merupakan penurunan sifat dari orangtua. Keturunan (hereditas) tidak dapat diukur secara langsung, peneliti perilaku genetik bergantung pada 3 tipe utama riset korelasional, yaitu: keluarga, adopsi dan kembar. Anggota keluarga langsung memiliki kemiripan genetik yang lebih besar dari keluarga jauh, kembar monozigotik memiliki kemiripan genetik yang lebih besar dibandingkan kembar dizygotik, dan anak adopsi lebih mirip secara genetik dengan keluarga asalnya dari pada keluarga pengadopsi.

Lingkungan merupakan benda yang terdapat di sekitar manusia yang turut memberi warna pada jiwa manusia yang berada di sekitarnya. Lingkungan dapat mempengaruhi perilaku manusia sehingga kenyataannya akan menuntut suatu keharusan sebagai makhluk sosial yang dalam keadaan bersosialisasi dengan makhluk lainnya. Terputusnya hubungan manusia dengan masyarakat pada tahun-tahun pertama perkembangan akan

mengubah manusia menjadi tidak mampu bersosialisasi dan berperilaku dengan sesamanya. (Purwanto, 1998). Para penganut aliran perilaku genetik menyadari bahwa efek pengaruh genetik terhadap perilaku sangat jarang terjadi, dan lingkungan dapat memberikan pengaruh yang substansial sebanyak 50%. Bahkan terkadang lingkungan dapat mengalahkan kondisi yang telah ditentukan secara genetik (Rutter, 2002 dalam Papalia et al., 2008).

2.5. Pengertian Remaja

Remaja adalah periode ketika karakteristik seksual primer dan sekunder berkembang dan matang. Pubertas pada remaja perempuan dimulai pada usia antara 8-14 tahun dan dapat berakhir pada usia 17 tahun. Pubertas pada remaja laki-laki dimulai pada usia antara 9-16 tahun dan dapat berakhir pada usia 18-19 tahun (Muscari, 2001).

2.6. Tugas – Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan remaja adalah upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku secara dewasa (Ali dan Asrori, 2004). Keberhasilan individu dalam menunaikan tugas perkembangan ini, akan menentukan perkembangan kepribadiannya. Seorang individu yang mampu menjalani dengan baik, maka timbul perasaan mampu, percaya diri, berharga dan optimis menghadapi masa depannya. Sebaliknya, mereka yang gagal akan merasakan dirinya tidak mampu, gagal, kecewa, putus-asa, ragu-ragu, rendah diri, dan pesimis menghadapi masa depannya.

Tugas perkembangan remaja pertengahan menurut Havighurst (1965 dalam Agustiani 2006) adalah sebagai berikut:

a. Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin.

Tujuan utama: Belajar melihat anak perempuan sebagai wanita dan anak laki-laki sebagai pria, untuk menjadi manusia dewasa diantara orang dewasa lainnya. Belajar bekerja sama dengan orang lain dengan tujuan umum/ tujuan bersama tanpa memperdulikan perasaan pribadi, dan belajar untuk menjadi pimpinan tanpa mendominasi.

b. Mencapai maskulinitas dan femininitas dari peran sosial

Tujuan utama: Menerima dan belajar mengenai peran sosial maskulinitas dan femininitas yang dibenarkan dalam lingkungan orang dewasa.

c. Menerima perubahan fisik dan menggunakannya secara efektif.

Tujuan utama: Merasa bangga atau memiliki toleransi terhadap kondisi fisiknya, dapat menggunakan dan memelihara tubuhnya secara efektif dengan kepuasan pribadi.

d. Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orangtua dan orang dewasa lainnya.

Tujuan utama: Mengembangkan sikap untuk tidak bergantung kepada orangtua, untuk mengembangkan rasa hormat terhadap orang dewasa lainnya tanpa bergantung pada mereka.

e. Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.

Tujuan utama: Mengembangkan sikap positif terhadap kehidupan berkeluarga. Khusus untuk wanita untuk mendapatkan pengetahuan penting dalam mengelola rumah dan mengasuh anak.

f. Menyiapkan diri untuk karir ekonomi.

Tujuan utama: Mengorganisasikan suatu perencanaan dan berusaha dengan berbagai cara untuk mencapai tingkat karir yang teratur untuk merasa mampu membina kehidupan.

g. Menemukan set dari nilai-nilai dan sistem etika sebagai petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi.

Tujuan utama: Mencapai identitas seperti menyeleksi dan menyiapkan karir dalam bekerja atau pekerjaan rumah dan politik/pembentukan dari ideologi sosial.

h. Mencapai tingkah laku sosial secara bertanggung jawab.

Tujuan utama: Mengembangkan ideologi sosial untuk berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat, agama, dan nasionalisme.

3. Pola Asuh Keluarga terhadap Remaja

Keluarga yang memiliki remaja berada dalam posisi yang dilematis karena mengingat perhatian anak sudah mulai menurun terhadap orangtua dibandingkan dengan teman sebayanya. Pada tahap ini sering sekali ditemukan perbedaan pendapat antara orangtua dan anak remaja. Apabila hal ini tidak diselesaikan akan berdampak pada hubungan selanjutnya. Tugas keluarga pada tahapan ini, antara

lain: memberikan perhatian lebih kepada remaja, bersama-sama mendiskusikan tentang rencana sekolah ataupun kegiatan di luar sekolah, memberikan kebebasan dalam batas tanggung jawab, mempertahankan komunikasi terbuka dua arah (Setiawati dan Dermawan, 2008). Hasil pengkajian menunjukkan bahwa orangtua yang efektif adalah orangtua yang memperlakukan anaknya dengan hangat, mendukung anak secara positif, menetapkan batasan-batasan dan nilai-nilai, mengikuti dan memonitor perilaku anak, serta konsisten dalam menegakkan aturan-aturan (Sunarti, 2004).

Pola asuh berhubungan dengan indikator penyesuaian diri selama usia remaja, termasuk prestasi akademik, masalah perilaku, kesehatan dan perilaku berisiko seperti merokok, penggunaan narkoba atau kekerasan, kebiasaan diet dan gizi, dan kesehatan emosional seperti harga diri dan depresi. Dukungan dan kontrol orangtua adalah kunci untuk mempraktekkan pengasuhan kepada remaja yang sedang menyesuaikan diri (Baumrind, 1991; Maccoby & Martin, 1983). Seorang anak sangat berisiko mengembangkan perilaku yang bermasalah dan mendapat tekanan atau ketegangan psikologis jika orangtuanya gagal dalam pengasuhan. Pertumbuhan dan perkembangan anak sebagai 2 indikator utama dari kualitas anak membutuhkan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, stabil, dan lingkungan yang tidak tegang. Lingkungan pengasuhan yang penuh cinta kasih sangat dibutuhkan untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak. Lingkungan pengasuhan anak merupakan wujud ekspresi kondisi keluarga secara keseluruhan dan secara khusus berkaitan dengan kualitas perkawinan orangtua (Sunarti, 2004).

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

Dokumen terkait