• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

3. Hubungan Antara Produksi dan Harga

Hubungan antara produksi dengan harga dapat dijelaskan dengan teori biaya produksi. Biaya produksi merupakan nilai yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang. Semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi maka akan semakin besar harga yang ditetapkan untuk barang tersebut. Oleh karena itu, biaya produksi dapat disebut sebagai salah satu variabel pembentuk harga barang.

Berhubungan dengan konsep biaya produksi, Prathama Rahardja dan Mandala Manurung (2006: 134) berpendapat bahwa biaya produksi berhubungan dengan dua konsep biaya. Yaitu, biaya eksplisit (explicit cost) dan biaya implisit (implicit cost). Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan keuangan seperti biaya listrik, telepon, air, pembayaran upah buruh dan gaji karyawan. Sedangkan biaya implisit adalah biaya kesempatan (opportunity cost).

Perilaku biaya juga berhubungan dengan dengan periode produksi. Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat produksi. Dalam jangka panjang, karena semua faktor produksi adalah

28 variabel, biaya juga variabel. Artinya besarnya biaya produksi dapat disesuaikan dengan tingkat produksi (Prathama Rahadja dan Mandala Manurung, 2006: 135). Oleh karena itu, biaya produksi terbagi menjadi dua periode yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka panjang.

a. Biaya Produksi Jangka Pendek

Pada biaya produksi jangka pendek, hal yang berhubungan adalah seperti biaya total, biaya tetap, biaya variabel, biaya rata-rata, biaya marginal. Biaya total jangka pendek (total cost) sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi, contohnya biaya barang modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, sewa gedung kantor. Bahkan pada saat perusahaan tidak berproduksi (Q=0), biaya tetap harus dikeluarkan dengan jumlah sama. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi, contohnya upah buruh, biaya bahan baku.

TC = FC + VC

Dimana: TC = biaya total jangka pendek FC = biaya tetap jangka pendek VC = biaya variabel jangka pendek

29 Gambar 2.2

Kurva Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Kurva FC mendatar menunjukkan bahwa besarnya biaya tetap tidak tergantung pada jumlah produksi. Kurva VC membentuk huruf S terbalik, menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat produktifitas dengan besarnya biaya. Kurva TC sejajar dengan VC menunjukkan bahwa dalam jangka pendek perubahan biaya total semata-mata ditentukan oleh perubahan biaya variabel (Prathama Rahadja dan Mandala Manurung, 2006: 135-136).

Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output. Besarnya biaya rata-rata adalah biaya total dibagi dengan jumlah output. Karena dalam jangka pendek TC = FC + VC, maka biaya rata-rata (average cost) sama dengan biaya tetap

30 rata-rata (average fixed cost) ditambah biaya variabel rata-rata (average variable cost).

AC = AFC +AVC Atau

= + �

Dimana: AC = biaya rata-rata jangka pendek AFC = biaya tetap rata-rata jangka pendek AVC = biaya variabel rata-rata jangka pendek.

Gambar 2.3 Kurva Biaya Rata-rata

Kurva AFC terus menurun, menunjukkan bahwa AFC makin menurun bila produksi ditambah. Tetapi kurva AFC tidak pernah menyentuh sumbu horizontal (asimptot). Artinya nilai AFC tidak pernah negatif.

31 Kurva AC mula-mula menurun lalu naik, sepola dengan pergerakan AVC. Pola ini berkaitan dengan hukum LDR (law diminishing return). Kurva AVC juga mula-mula menurun selanjutnya menaik dan terus mendekati kurva AC, namun tidak pernah bersentuhan (asimptot). Makin kecil jarak AVC dengan AC karena makin mengecilnya AFC. Pergerakan kurva AVC berkaitan dengan pergerakan kurva AP (average product). Bila harga per unit tenaga kerja adalah P, maka AVC = P/AP. Dari persamaan ini terlihat pada saat nilai AP meningkat, nilai AVC menurun. Begitu pula sebaliknya (Prahatma Rahadja dan Mandala Manurung, 2006: 136-137).

Biaya marginal (Marginal Cost) adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit output. Jika biaya marjinal jangka pendek dinotasikan MC dan perubahan outputadalah ∂Q, maka

= ��

Dalam jangka pendek, perubahan biaya total disebabkan perubahan biaya variabel.

= ��

Jika harga per unit tenaga kerja adalah P dan perubahan tenaga kerja

adalah ∂V, maka ∂VC = P.∂V

32

= ��

Gambar 2.4 Kurva Marginal Cost

Kurva diatas menunjukkan bahwa garis singgung a, b, c dan seterusnya menunjukkan besarnya MC. Bila garis singgung makin mendatar, nilai MC makin mengecil, begitu juga sebaliknya (Prahatma Rahadja dan Mandala Manurung, 2006: 136-137).

b. Biaya Produksi Jangka Panjang

Menurut Prahatma Rahadja dan Mandala Manurung (2006: 139-140) dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Karena itu biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya variabel, biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perubahan biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variabel dan sama dengan biaya marjinal. Adapun pada biaya produksi jangka panjang, S pada STC, SVC, SAC dan SMC menunjukkan dimensi waktu jangka pendek (short run),

33 sedangkan L pada LTC, LVC, LAC, dan LMC menunjukkan jangka panjang (long run).

Biaya total (jangka panjang) adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel.

LTC = LVC

Dimana : LTC = biaya total jangka panjang LVC = biaya variabel jangka panjang

Biaya marjinal adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit. Perubahan biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variabel.

= � �

Dimana : LMC = biaya marjinal jangka panjang

∂LTC = perubahan biaya total jangka panjang

∂Q = perubahan output

Biaya rata-rata adalah biaya total dibagi dengan jumlah output.

= �

Dimana : LAC = biaya rata-rata jangka panjang Q = jumlah output

Dalam Biaya produksi jangka panjang ada banyak macam didalamnya salah satunya adalah Teorema Amplop (Envelope Theorem) menurut Prathama Rahadja dan Mandala Manurung (2006: 140-144) merupakan

34 salah satu bentuk perilaku biaya jangka panjang. Pada teorema amplop dianggap dalam menentukan tingkat produksi perusahaan hanya memiliki tiga pilihan:

1) Memproduksi dengan pabrik ukuran kecil (small size plant), yang dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata SAC1. 2) Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (medium size plant),

yang dalam jangka pendek memiliki kurva biaya rata-rata SAC2. 3) Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (large size plant), yang

dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata SAC3. Gambar 2.5

Teorema Amplop (Envelope Theorem)

Jika produsen berpandangan bahwa tingkat output yang memberikan laba maksimum adalah X1, maka dalam jangka pendek dia memilih

35 berproduksi dengan pabrik ukuran kecil. Tetapi jika menurutnya tingkat produksi yang memberi laba adalah X3, maka dalam jangka pendek pabrik yang dia pilih adalah yang berskala menengah. Sebenarnya dia bisa saja memproduksi X3 dengan menggunakan pabrik kecil, tetapi biaya produksi rata-ratanya menjadi lebih besar (0C1 > )C2). Dalam jangka pendek perusahaan hanya dapat memilih satu pabrik saja untuk berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang pengusaha dapat menambah atau mengurangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi yang direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan perusahaan beroperasi dengan biaya rata-rata yang minimum pada berbagai tingkat produksi.

Selain Teorema Amplop dikenal juga dengan Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis. Skala produksi ekonomis (economies of scale) adalah interval tingkat produksi dimana penambahan output akan menurunkan biaya produksi jangka panjang per unit. Sebaliknya, skala produksi tidak ekonomis (diseconomies of scale) adalah interval tingkat produksi dimana penambahan tingkat produksi justru menaikkan biaya produksi jangka panjang per unit. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam jangka panjang berlaku hukum LDR (Law Dimirishing of Return).

36 Gambar 2.6

Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis

Jika dilihat diatas kurva LAC mencapai minimum di titik A, kemudian naik lagi. Gerak menurun sampai titik A disebabkan efisiensi skala produksi. Sebaliknya setelah titik A efisiensi skala produksi tidak terjadi lagi. Penampahan jumlah output menaikkan biaya produksi per unit. Sebelum di titik A, kurva LMC berada di bawah kurva LAC, karena pada saat itu nilai MP (marginal product) lebih besar dari AP (average product). Besarnya nilai MP menyebabkan nilai LAC bergerak menurun. Hal yang sebaliknya terjadi setelah di titik A.

Dokumen terkait