• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT KONSUMSI BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT KONSUMSI BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)"

Copied!
327
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT KONSUMSI BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA

TAHUN 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : DIMAS BRIANTO

NIM: 1111084000006

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

PENGARUH PRODUKSI BERAS, IMPOR BERAS, TINGKAT KONSUMSI BERAS TERHADAP HARGA BERAS DI INDONESIA TAHUN 2008-2013

(Studi Kasus 32 Provinsi)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Untuk Memenuhi Persyaratan guna Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh : DIMAS BRIANTO

NIM: 1111084000006

Di Bawah Bimbingan

JURUSAN ILMU EKONOMI DAN STUDI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(3)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF

Hari ini Selasa, 07 April 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa: 1. Nama : Dimas Brianto

2. NIM : 1111-084-0000-06

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan Tingkat Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)

(4)

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI

Hari ini Selasa, 22 September 2015 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa: 1. Nama : Dimas Brianto

2. NIM : 1111-084-0000-06

3. Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

4. Judul Skripsi : Pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan Tingkat Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)

(5)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dimas Brianto

NIM : 1111084000006

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan skripsi ini, saya:

1. Tidak menggunakan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan dan mempertanggungjawabkan

2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.

3. Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli atau tanpa izin pemilik karya

4. Tidak melakukan manipulasi dan pemalsuan data

5. Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggungjawab atas karya ini

Jika di kemudian hari ada tuntutan dari pihak lain atas karya saya, dan telah melalui pembuktian yang dapat dipertanggungjawabkan, ternyata memang ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan di atas, maka saya siap untuk dikenai sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.

(6)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Dimas Brianto

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 18 Februari 1992

Alamat : Jl. Ubin C7/23 Rt 007/ Rw 06 Komplek Pondok Jaya,

Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Bintaro Jaya Tangerang Selatan, Banten, 15225

Nomor Handphone : 087727895410

Email : dimzbgt@gmail.com, dimzbgt@hotmail.com

Latar Belakang Keluarga

Nama Ayah : Alm. Suandi

Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 06 Februari 1962

Nama Ibu : Almh. Susanti

Tempat, Tanggal Lahir : Solo, 21 April 1964

Alamat : Jl. Koral C7/24 Rt 007/ Rw 06 Komplek Pondok

Jaya, Kelurahan Pondok Karya, Kecamatan Pondok Aren, Bintaro Jaya Tangerang Selatan, Banten, 15225

Anak Ke dan Dari : 1 dari 2 bersaudara

Pendidikan Formal

1. SDN 04 Bintaro Jakarta Selatan Tahun 1998 – 2004

2. MTs Al-Zaytun Indramayu Tahun 2005 – 2008

3. MA Al-Zaytun Indramayu Tahun 2008 – 2011

(7)

ii

Pendidikan Non Formal

1. International Computer Driving Licence, ECDL Foundation, Al-Zaytun Global Information And Comunication Technology, 2010-2012

Pengalaman Organisasi

1. Bendahara Majelis Permusyawaratan Kelas IX MTs Al-Zaytun, 2007-2008

2. Anggota Komunitas Pencinta Tanaman Hias Al-Zaytun, 2008-2009

3. Anggota Departemen Informasi Majelis Permusyawaratan Kelas X-XI MA Al-Zaytun, 2008-2010

4. Anggota Kelompok Ilmiah Fisika Al-Zaytun, 2005-2008

5. Bendahara Kelompok Ilmiah Fisika Al-Zaytun, 2008-2009

6. Anggota Forum Studi Jurnalis Al-Zaytun, 2009-2010

7. Anggota Workshop Sigma Al-Zaytun, 2009-2010

8. Sekertaris Kelompok Ilmiah Fisika Al-Zaytun, 2009-2011

9. Qismu Alat (Departemen Peralatan) Pengurus Binayah Huffadh Al-Zaytun, 2008-2010

10. Staf Departemen Kesekretariatan Organisasi Pelajar Al-Zaytun Dharma Bakti VII, 2010-2011

11. Produser Film “Pertamadan Terakhir” Festival Film Independen Al-Zaytun, 2011

12. Sekertaris Kelompok KKN “Pendekar” UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014 13. Anggota Panitia Perayaan 1 Muharram Masjid Uswatun Hasanah Komplek

Pondok Jaya, 2014

14. Ketua Panitia Perayaan 17 Agustus Rt 007/ Rw 06 Komplek Pondok Jaya, 2015

(8)

iii

1. Rapporteur Forum Pemerintahan dan Swasta dalam Manajemen Gratifikasi Transparency Internasional Indonesia dan Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia, 2014

Seminar dan Workshop

1. Seminar “The Most Effective Way To Learn A Foreign Language”, Faculity of Languages Universitas Al-Zaytun Indonesia, 2010

2. Training dan Talkshow “Kokohkan Iman dan Budayamu Ditengah Terjangan

Globalisasi”, UIN Jakarta, 2012

3. Dialog Publik “Pemanfaatan Energi Panas Bumi Untuk Kemajuan Indonesia”, UIN Jakarta, 2012

4. Dialog Publik “Konsep Tata Ruang Kota di Indonesia dalam Perspektif Etika

Lingkungan”. UIN Jakarta, 2012

5. Dialog Jurusan dan Seminar Konsentrasi “Mengenal Lebih Dekat dengan jurusan

Sendiri”, UIN Jakarta, 2013

6. Seminar Nasional “Pembangunan Ekonomi Berbasis Inovasi dan Imtaq Menuju Indonesia Yang Maju, Adil-Makmur, Berdaulat, dan Diridhai Allah SWT”, UIN Jakarta, 2013

7. Seminar Nasional “Mewujudkan Lembaga Keuangan Mikro Yang Berdaya Saing Dalam Menghadapi MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) 2015”, UIN Jakarta, 2014

8. Seminar Nasional “Korupsi Mengkorupsi Indonesia”, UIN Jakarta, 2014 9. Dialog Safari Ramadhan “Kegiatan Edukasi Keuangan Bersama Otoritas Jasa

(9)

iv Abstract

This study aimed to analyze the influence of Rice Production, Rice Imports and Rice Consumption against Price of Rice 32 provinces in Indonesia. This study uses research methods combination of sequential explanatory design, where there is a quantitative approach using panel data analysis methods Fixed Effect Model (FEM) in the first stage and a qualitative approach uses the interviews in the second phase to strengthen the results of quantitative research result approach to gain deeper understanding on the problem. The results showed that 65% variable Price of Rice 32 provinces in Indonesia can be described by Rice Production, Rice Imports and Rice Consumption. Simultaneously, Rice Production, Rice Import and Rice Consumption significant effect on Price of Rice. However partially, the statistical results showed that: first, Rice Production does not significantly and positively correlated to the Prices of Rice, second, Rice Imports significant and negatively correlated to the Prices of Rice, third, Rice consumption is significant and negatively correlated to the price of Rice. Additionally there is a problem in rice production because productivity figure only reached 50%. While in rice imports are treated free for premium rice quality and special needs, while the medium rice quality is only done by Bulog. As with the consumption of rice, in which the amount of consumption of rice in Indonesia made a great deal of pressure, but no local food that is capable of being a substitute and complementary of rice.

(10)

v

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras terhadap Harga Beras 32 Provinsi di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kombinasi sequential explanatory design, dimana terdapat pendekatan kuantitatif dengan menggunakan analisis data panel metode Fixed Effect Model (FEM) pada tahap pertama dan kualitatif berupa wawancara pada tahap kedua untuk memperkuat hasil penelitian kuantitatif, agar hasil penelitian lebih mendalam dan komprehensif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 65% variabel Harga Beras 32 Provinsi di Indonesia dapat dijelaskan oleh Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras. Secara simultan, Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras berpengaruh signifikan terhadap Harga Beras. Namun secara parsial, hasil statistik menunjukkan bahwa: pertama, Produksi Beras tidak berpengaruh signifikan dan berkolerasi positif terhadap Harga Beras, kedua, Impor Beras berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap Harga Beras, ketiga, Konsumsi Beras berpengaruh signifikan dan berkorelasi negatif terhadap Harga Beras. Selain itu terjadi permasalahan pada Produksi Beras dikarenakan angka produktifitas hanya mencapai 50%. Sedangkan dalam Impor Beras diperlakukan bebas bagi beras kualitas premium dan kebutuhan khusus, sedangkan beras kualitas medium hanya dilakukan oleh Bulog. Lain halnya dengan Konsumsi Beras, dimana besarnya Konsumsi Beras di Indonesia membuat tekanan yang sangat besar, namun tidak ada pangan lokal yang mampu menjadi substitusi maupun komplementer dari beras.

(11)

vi

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil 'Alamin, segala puji hanya milik Allah SWT yang

telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan Tingkat Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia (Studi Kasus 32 Provinsi)”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Baginda Rasulullah SAW beserta para sahabat dan para pengikutnya

hingga akhir zaman kelak, Amin.

Dengan diselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dorongan,

bimbingan, serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin

menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada pihak-pihak yang terkait dalam penyelesaian skripsi ini, kepada :

1. Allah SWT yang telah menciptakan bumi, langit dan seluruh isinya

termasuk penulis yang bukan apa-apa jika dibandingkan dengan kuasa

Allah. Terima kasih banyak ya Allah atas segala perjalanan hidup yang

dihadapi penulis termasuk salah satunya dalam penggarapan skripsi ini

sehingga akhirnya dapat terselesaikan dengan baik.

2. Nabi Muhammad SAW yang menjadi inspirasi, tuntunan bagi penulis

dan seluruh umat islam. Sari tauladan yang diberikan beliau membuat

(12)

vii

keluarga, Negara, Agama dan seluruh umat manusia di dunia.

3. Alm. Bapak Suandi dan Almh. Ibu Susanti selaku orang tua penulis

yang selalu menjadi inspirasi, motivasi, sumber kebahagiaan serta

kekuatan dalam hidup. Terima kasih untuk seluruh pengorbanan,

pengajaran, daya dan upaya yang telah dilakukan serta doa yang tidak

pernah putus kepada penulis, semoga mereka mendapatkan

perlindungan Allah SWT dan mendapatkan tempat terbaik di sisi

Allah SWT.

4. Kepada seluruh Keluarga Besar Darmowiyono dari pihak ibu baik itu

Mbah Darmo, Pakde Giyoto, Bude Lis, Bude Harto, Pakde Tukijo,

Mama Tarti, Pakde Harno, Bude Harno, Om Tino, Bulek Warni, Mbak

Yuni dan Suami, Mbak Umi dan Suami, Mas Sukar dan Istri, Mas

Suhono dan Istri, Mas Sigit, Mbak Dina, Mbak Ida, Mbak Hesti, Kiki,

Dito, Nisa, Mbak Anis dan Suami, Aziz, Mbak Fitri dan suami, Rhino,

Mbak Dian dan Suami, Panji, Wisnu, Sasa, Bagus dan seluruh kerabat

dari keluarga Darmowiyono yang belum saya sebutkan saya ucapkan

terima kasih banyak atas dukungannya, semangatnya dan segalanya

terlebih setelah penulis kehilangan kedua orang tua kalianlah sebagian

dalam hidup saya.

5. Kepada Keluarga Besar Samid dari pihak ayah seperti Paman, Bibi dan

(13)

viii

Keluarga Besar Ibu Yuli sebagai ibu sambung saya seperti Kakek,

Nenek, Bu Yuli, Huda, Isa, Om-Om dan Tante-Tante serta seluruh

kerabat yang saya sebutkan saya ucapkan terima kasih atas

dukungannya, semangatnya dan segalanya terlebih setelah penulis

kehilangan kedua orang tua kalianlah sebagian dalam hidup saya.

6. Kepada seluruh keluarga besar saya yang telah mendahului kami

kepada Allah SWT seperti Mbah Kakung, Kakek dan Nenek dari pihak

bapak, Pakde dan Bude Sadinem, Pakde Harto, Mas Siswo, dan kerabat

lain yang belum penulis sebutkan.

7. Bapak Dr.M. Arief Mufraini, Lc., M.Si, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah

memberikan ilmu yang sangat berharga selama perkuliahan.

8. Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan

Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, atas bimbingan, arahan, dan pengalamannya yang

diberikan pada penulis.

9. Bapak Pheni Chalid, Ph.D selaku Dosen Pembimbing Skripsi 1 yang

dengan kerendahan hatinya bersedia meluangkan waktu untuk

memberikan pengarahan, ilmu yang berharga, serta bimbingan yang

sangat berarti selama penyelesaian skripsi. Terima kasih atas semua

(14)

ix

terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas kebaikan

bapak.

10.Bapak Arief Fitrijanto, M.Si, selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

meluangkan waktu, memberikan arahan serta bimbingan yang sangat

berarti kepada penulis. Terima kasih atas semua saran dan arahan yang

bapak berikan sehingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga Allah

SWT membalas kebaikan bapak.

11.Seluruh jajaran dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis secara umum dan

doesn Jurusan Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan secara khusus yang

telah memberikan ilmu yang sangat berguna dan berharga bagi penulis.

Semoga Allah selalu, memberikan pahala yang sebesar-besarnya atas

kebaikan para dosen FEB UIN Jakarta. Jajaran karyawan dan staf UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah melayani dan membantu penulis

selama perkuliahan.

12.Narasumber dalam wawancara yang dilakukan penulis kepada bapak

Bustanul Arifin, Narasumber dari Badan Ketahanan Pangan dan Ditjen

Tanaman Pangan yang telah meluangkan waktunya dalam wawancara.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan Bapak dan Ibu sekalian.

13.Kepada ustadz dan ustadzah yang membimbing penulis dan

mengajarkan hal-hal positif selama belajar di Al-Zaytun. Khususnya

(15)

x

memperbaiki diri dari keterpurukan setelah meninggalnya ibu saat itu,

memberikan motivasi yang besar dan mengajarkan banyak hal untuk

memperbaiki kualitas hidup penulis, dan Abi Juniarto Hendro Buwono

yang menjadi pengganti bapak dari Penulis dan teman-teman satu

angkatan SWAT selama 6 tahun mengasuh dan mendidik kami. Semoga

Allah membalas kebaikan Bapak dan Ibu sekalian.

14.Sahabat-sahabat dari SMP yang menemani dari masa-masa sekolah di

Al-Zaytun hingga saat ini meniti kesuksesan bersama-sama; Achix,

Sabriyan, Abghi, Roli, Lukman, Topik, Juang, Shoffan, Bagus Aryo,

Bagus Herda, Rusydan, Nanda, Hanif, Wahyu, Septian, Mahmuda,

Willian, Dori, Zamroni, Wafiy, Haziq Hassan, Haziq Mohsin, Abni,

Waldan, Aji, Khoer, Tansa, Imam Belo, Dani Belo, Arum, Iqlim, Ines,

Ima, Sarah, Iwan, Ushe, Vita, Asih, Ama, Kiki Marwah, Ita, Toyib,

Nunu, Ukhfiya, Ratih, Andre Jidat, Andre Sengau, Eliya, Gesta, Silmi,

Nopiah, Wasiah, Puspita, Camay, Kinah, Thoriq, Jawad, Zaki, Qori,

ACR terima kasih atas doa, semangat, canda, tawa, tangis dan segalanya

yang diberikan kepada penulis sehingga mewarnai kehidupan penulis

dan memberikan dorongan untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik

dan berusaha menggapai kesuksesan bersama-sama amin.

15.Teman-teman SWAT (Santriwan Santriwati Angkatan Tujuh) yang

(16)

xi

sehingga mewarnai kehidupan penulis dan memberikan dorongan untuk

menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan berusaha menggapai

kesuksesan bersama-sama amin.

16.Teman-teman terbaikku Rudi Suwardi, Vallerio Raga, Abdur Rozaq,

Septian Puguh, Ariad Ditya, Aprian Subhan, Barep Prajitno, Riri

Ruhiana, Novanda Dwi Saputra, Kemal, Kharisma Susetyo, M. Ihsan,

M. Arief Budiman, Yusuf Muhammad, Azhar, Bilal, Lukman, Riski,

Dwika Julia Mutiara, Annisa Rahmadani, Vina Refriana, Isti Destriani,

Ella Dhanila, Indri Filiyana, Nilam Nurlaela, Tami, Amel, Annisa

Febriyanti, Nuni, Nunu, Revi, Weli, Wihda, Rani, Aryo, Ina Windi

terima kasih untuk semua motivasi, semangat, dan kenangan yang

sangat berkesan selama 4 tahun ini yang akan menjadi ambisi

penulis untuk meraih kesuksesan.

17.Teman seperjuangan IESP angkatan 2011 yang tidak bisa penulis

sebutkan satu per satu, terima kasih untuk 4 tahun yang sangat indah

serta berkesan dan tidak akan pernah penulis lupakan

18.Senior dan junior Fakultas Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang memberikan

banyak inspirasi dan pengetahuan kepada penulis dalam menjalani

kuliah dan skripsi.

(17)

xii

Kak Sitim, Kak Nufus, Kakak-kakak Panglima (maaf lupa namanya

satu-satu), Teh Gina, Kak Mar’ah, Kak Indah, Adlan, Adi, Ziden,

Risman, Diba, Dzulfi, Maya, Athirah, Melia, Subhan, Ulum, Yuli, Umi,

Ary, Hasna, Luqman, Amut, Rahma, Nur Syahirah, Firman, Ubay,

Hasbi, Nabihah, Icha, Aming, Zaytunah, dan semuanya belum tersebut

oleh penulis terima kasih banyak atas goresan warna-warni kehidupan

yang kalian berikan sehingga indah kehidupan penulis bersama kalian.

20.Pembina, Senior, Pengurus dan Anggota Kelompok Ilmiah Fisika yang

telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam berfikir, berkarya

dan berteknologi pada organisasi yang terbaik menurut penulis.

21.Teman-teman main di rumah; Dani, Kenang, Mbak Estu, Mbak Lia,

Wahid, Galuh terima kasih atas doa dan semangatnya kepada penulis.

22.Sahabat-sahabat KKN PENDEKAR Bang Ilham, Bang Akrom,

Lukman, Pandu, Ariad, Nisa, Putri, Amel, Gesty, Atina, Gita, Ino,

Aldha terima kasih untuk 30 hari yang begitu berharga dan berkesan.

23.Bapak Hasanuddin Kades Kosambi Timur, para tokoh-tokoh

masyarakat yang ada di Desa Kosambi Timur, Karang Taruna dan

Remaja Masjid Desa Kosambi Timur, PKK Desa Kosambi Timur,

Seluruh Institusi Pendidikan yang ada di Desa Kosambi Timur, Seluruh

Perangkat Desa serta Bagian Kesehatan yang ada di Desa Kosambi

(18)

xiii

semangat yang diberikan kepada penulis agar menyelesaikan kuliah dan

sukses.

24.Dan untuk semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu,

terima kasih yang sebesar-besarnya untuk seluruh doa, dukungan, dan

motivasinya. Semoga keberkahan dan kesuksesan menyertai kita

semua. Amin.

Akhirnya semoga skripsi ini dapat menambah wawasan serta informasi

kepada para pembaca. Jika ada kritik dan saran yang bersifat

membangun untuk kebaikan skripsi ini penulis akan terima dengan senang

hati.

Jakarta, 31 Agustus 2015

Penulis

(19)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ... LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ...

LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ...

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... i

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xvii

DAFTAR GAMBAR ... xix

DAFTAR LAMPIRAN ... xxi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 16

C. Tujuan Penelitian ... 17

D. Manfaat Penelitian ... 17

(20)

xv

1. Teori Harga ... 19

2. Teori Produksi ... 23

3. Hubungan Antara Produksi dan Harga ... 26

4. Teori Impor ... 36

5. Hubungan Antara Impor dan Harga ... 57

6. Teori Konsumsi ... 59

7. Hubungan Antara Konsumsi dan Harga ... 63

B. Penelitian Terdahulu ... 64

C. Kerangka Berfikir ... 75

D. Hipotesis ... 78

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian ... 79

B. Populasi dan Sampel ... 80

C. Metode Pengumpulan Data ... 80

D. Teknik Analisis ... 83

1. Analisis Data Kuantitatif ... 84

2. Estimasi Model Data Panel ... 86

3. Pemilihan Model Data Panel ... 88

4. Model Empiris ... 91

5. Uji Asumsi Klasik ... 92

(21)

xvi

E. Operasional Variabel Penelitian ... 100

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian ... 103

B. Hasil Analisis dan Pembahasan ... 106

1. Analisis Deskriptif ... 106

2. Pemilihan Model Terbaik ... 119

3. Uji Asumsi Klasik ... 125

4. Pengujian Hipotesis ... 130

5. Analisis Hasil Wawancara ... 146

6. Analisis Ekonomi ... 191

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 218

B. Saran ... 222

DAFTAR PUSTAKA ... 224

(22)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Harga Rata-Rata Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

Per Kilogram ... 3

Tabel 1.2 Jumlah Produksi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

Per Ton ... 8

Tabel 1.3 Jumlah Impor Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013 Per

Ton ... 11

Tabel 1.4 Jumlah Konsumsi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

Per Ton ... 13

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 70

Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 102

Tabel 4.1 Regresi Data Panel: Pooled Least Square (PLS) ... 120 Tabel 4.2 Regresi Data Panel: Fixed Effect Model (FEM) ... 121 Tabel 4.3 F-Restricted ... 122 Tabel 4.4 Regresi Data Panel: Random Effect Model (REM) ... 123 Tabel 4.5 Uji Hausman ... 124

Tabel 4.6 Matriks Korelasi ... 126

Tabel 4.7 Uji Park ... 127

Tabel 4.8 Uji Glejser ... 128

(23)

xviii

Tabel 4.11 Hasil Regresi dengan FEM ... 130

Tabel 4.12 Hasil Uji T ... 131

Tabel 4.13 Hasil Uji F ... 134

Tabel 4.14 Cross section effect 32 Provinsi di Indonesia ... 136 Tabel 4.15 Kebijakan dan Penyaluran mengenai Gabah/Beras ... 177

Tabel 4.16 Perbandingan Harga Beras Impor dan Beras Lokal di Indonesia Tahun

2008-2013 ... 182

Tabel 4.17 Perbandingan Harga Beras Impor dan Beras Lokal di Indonesia Tahun

2008-2013 ... 201

(24)

xix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kurva Cobweb ... 22

Gambar 2.2 Kurva Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel ... 28

Gambar 2.3 Kurva Biaya Rata-Rata ... 30

Gambar 2.4 Kurva Marginal Cost ... 31

Gambar 2.5 Teorema Amplop (Envelope Theorem) ... 34

Gambar 2.6 Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis ... 35

Gambar 2.7 Kurva Impor ... 38

Gambar 2.8 Analisis Efek-Efek Tarif Bea Masuk ... 43

Gambar 2.9 Infrant Industry Argument ... 47

Gambar 2.10 Analisis Efek-Efek Tarif Beas Masuk ... 53

Gambar 2.11 Analisis Subsidi ... 56

Gambar 2.12 Kurva Fungsi Konsumsi ... 62

Gambar 2.13 Kurva Garis Anggaran (Budget Line Curve) ... 64

Gambar 2.14 Kerangka Penelitian ... 77

Gambar 3.1 Langkah-Langkah Penelitian dalam Sequential Explanatory Design

... 84

Gambar 4.1 Harga Rata-Rata Beras Pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

... 108

Gambar 4.2 Jumlah Produksi Beras Pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

(25)

xx

Gambar 4.3 Jumlah Impor Beras Pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013

... 115

Gambar 4.4 Total Konsumsi Beras Agregat Pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun

2008-2013 ... 118

Gambar 4.5 Histogram-Uji Normalitas ... 125

(26)

xxi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Normal dan Data Penyesuaian dengan Model ... 230

Lampiran 2 : Pooled Least Square dan Fixed Effect Model ... 241

Lampiran 3 : Uji Chow ... 242

Lampiran 4 : Random Effect Model ... 242

Lampiran 5 : Uji Hausman ... 243

Lampiran 6 : Histogram-Uji Normalitas ... 243

Lampiran 7: Matriks Korelasi ... 243

Lampiran 8 : Uji Park ... 244

Lampiran 9 : Uji Glejser ... 244

Lampiran 10 : Uji Autokorelasi-Sesudah Cross Section Weight ... 245

Lampiran 11 : Cross Section Effect ... 246

Lampiran 12: Tabel Differensiasi Konsumsi ... 247

Lampiran 13 : Pedoman Wawancara Bapak Bustanul ... 249

Lampiran 14 : Pedoman Wawancara Badan Ketahanan Pangan dan Ditjen Tanaman

Pangan ... 251

Lampiran 15 : Hasil Wawancara dengan Bapak Bustanul Arifin ... 252

Lampiran 16 : Hasil Wawancara dengan Narasumber Badan Ketahanan Pangan

... 266

Lampiran 17 : Hasil Wawancara dengan Narasumber Ditjen Tanaman Pangan

(27)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ada pepatah mengatakan bahwa hampir semua orang Indonesia bila sedang

lapar pasti akan makan dengan nasi, tidak akan kenyang bila makan dengan

selain nasi. Adapun nasi sendiri merupakan salah satu olahan pangan yang

terbuat dari beras. Sehingga saat ini masyarakat Indonesia sebagian besar

sangat tergantung dengan adanya beras. Bahkan Kepala Badan Urusan Logistik

(Bulog) Sutarto Alimoeso dalam wawancara kepada Antara TV dalam acara

Mata Indonesia mengatakan bahwa 95% orang Indonesia bergantung dengan

beras sebagai bahan konsumsi.

Dahulu orang Indonesia memiliki makanan pokok sesuai keadaan

wilayahnya seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur banyak yang menggunakan

jagung sebagai bahan makanan pokok, atau Maluku, Papua dan daerah

Indonesia timur terkenal dengan sagu sebagai bahan makanan pokoknya.

Namun seiring berkembangnya jaman banyak masyarakat yang mulai

meninggalkan kebiasaan lama mereka menggunakan bahan makanan pokok

lokal, mereka mengikuti daerah-daerah yang telah maju terlebih dulu dengan

menggunakan beras sebagai bahan makanan pokok. Pergeseran kebiasaaan ini

(28)

2

bagi masyarakat di Indonesia. Sayangnya peningkatan tingkat konsumsi

beras ini tidak seiring dengan kapasitas produksi yang dimiliki Indonesia, hal

ini terjadi karena banyak faktor, yaitu percepatan pertumbuhan penduduk yang

sangat tinggi di Indonesia, pertumbuhan produksi beras di dalam negeri tidak

sebanding dengan pertumbuhan penduduk, dan juga tingkat produktivitas padi

di Indonesia belum maksimal berada dikisaran angka 50%.

Pemenuhan kebutuhan masyarakat atas harga beras yang murah dan

stoknya terjamin merupakan salah satu upaya pemerintah dalam melaksanakan

ketahanan pangan yang sesuai dengan amanah undang undang Pangan No. 18

Tahun 2012, dimana pada pasal 4 tertulis bahwa “Ketahanan Pangan adalah

kondisi terpenuhinya Pangan bagi Negara sampai dengan perseorangan, yang

tercermin dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

aman, beragam, bergizi, merata dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan

agama, keyakinan dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan

produktif secara berkelanjutan.”

Harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang diperjualbelikan,

ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut. Dan juga keadaan

di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium apabila jumlah

yang ditawarkan pada penjual pada suatu harga tertentu adalah sama dengan

jumlah yang diminta para pembeli pada harga tersebut. Dengan demikian harga

(29)

3 melihat keadaan keseimbangan dalam suatu pasar (Sadono Sukirno, 2009: 90).

Menurut Winardi (1987: 13) bahwa harga menerangkan komposisi atau

alokasi produksi total. Menurut Pindyck (2009: 13) harga merupakan salah satu

penentu dari situasi-tukar dalam setiap pilihan manusia. Seperti seorang

konsumen yang melakukan situasi-tukar antara daging sapi dan ayam tidak

hanya pada preferensinya, tetapi juga berdasarkan harganya. Begitu juga, para

pekerja melakukan situasi-tukar antara kerja dan istirahat sebagian berdasarkan

pada “harga” yang mereka peroleh dari pekerjaan mereka – yaitu upah. Dan

perusahaan memutuskan apakah akan memperkerjakan karyawan lebih banyak

atau membeli mesin lebih banyak sebagian juga didasarkan pada tingkat upah

dan harga mesin.

Tabel 1.1

Harga Rata-Rata Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013 Per Kilogram

Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Aceh 6.258,32 6.532,56 6.993,89 8.247,31 8.643,8 9.264,79

Sumatera Utara 5.894,92 6.390,29 6.954,47 7.725,61 7.881,98 8.286,99

Sumatera Barat 6.653,31 7.117,49 8.007,47 9.878,17 9.721,15 9.921,76

Riau 6.562,43 7.081,2 7.888,78 9.600,82 9.775,81 9.976,67

Jambi 5.973,92 6.142,24 7.335,81 8.031,48 8.733,38 8.562,53

Sumatera Selatan 5.552,26 5.840,13 6.824,81 7.631,13 8.376,95 8.889,22

Bengkulu 5.480,81 5.776,42 6.742,39 7.643,67 8.459,45 9.349,06

Lampung 5.621,7 5.948,41 6.515,6 7.667,32 8.430,09 12.978,43

Bangka Belitung 5.841,16 5.804,45 6.712,67 7.556,16 8.673,44 8.655,33

Kep. Riau 7.571,66 7.781,6 9.350,89 10.574,74 11.487,14 9.135,93

(30)

4

Jawa Barat 5.599 5.779,26 6.888,16 7.639,1 8.913,89 9.083,01

Jawa Tengah 5.469,96 5.644,64 6.668,52 7.761,37 8.653,99 8.117,34

DI. Yogyakarta 5.241,32 5.563,05 6.357,81 7.183,22 7.830,38 8.982,15

Jawa Timur 5.240,08 5.578,45 6.673,45 7.798,9 8.537,42 7.521,66

Banten 5.020,62 5.087,39 5.868,78 6.493,79 7.262,23 8.899,08

Bali 5.419,46 5.794,45 7.173,71 8.332,57 9.188,72 9.549,81

NTB 4.843,46 5.133,18 6.185,78 6.609,87 7.418,37 7.587

NTT 5.957,7 6.271,66 7.404,06 8.058,16 9.025,44 9.518,21

Kalimantan Barat 6.387,73 6.579,09 8.162,34 9.116,78 10.293,72 11.016,41

Kalimantan Tengah 6.010,74 6.373,52 9.133,91 10.882,96 10.749,92 10.458,16

Kalimantan Selatan 5.024,82 5.335,93 7.774,83 9.343,89 9.117,71 9.387,5

Kalimantan Timur 5.699,39 6.261,48 7.199,49 8.056,5 8.850,76 9.299,97

Sulawesi Utara 5.684,16 6.431,62 7.288,34 7.677,71 8.726,8 8.865,08

Sulawesi Tengah 4.970,38 5.676,91 6.515 7.014,97 7.834,2 7.502,49

Sulawesi Selatan 4.798,78 5.132,31 5.922,01 6.503,52 7.410,08 7.981,99

Sulawesi Tenggara 4.679,82 5.823,58 6.429,68 6.706,13 8.008,11 8.296,84

Gorontalo 5.645,97 6.406,41 7.174,76 7.613,73 8.186,81 7.888,93

Maluku 6.170,24 6.433,64 7.504,53 8.394,32 9.159,99 9.539,41

Maluku Utara 6.766,44 6.771,75 7.980,56 8.785,25 9.565,95 9.807,03

Papua 7.586,64 7.576,48 7.536,79 9.284,97 9.993,12 8.083,06

Papua Barat 6.533,12 6.674,23 6.977,41 7.551,39 7.920,77 10.155,63

Sumber: Tabel Rata-rata Harga Eceran Beras di Pasar Tradisional di 33 Kota, 2000-2013 (Diolah dari Hasil Survei Harga Konsumen) Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (diolah kembali)

Dari tabel 1.1 dapat dilihat bahwa perkembangan harga rata-rata beras pada

32 provinsi di Indonesia selalu mengalami peningkatan yang signifikan dengan

besaran perubahan harga beras di Indonesia pada angka 10% dalam periode

2008-2013. Hal ini menandakan bahwa tren harga beras di Indonesia itu selalu

naik setiap tahunnya, hal ini disebabkan oleh banyak hal seperti harga

kebutuhan pokok produksi yang selalu meningkat, harga pokok transportasi dan

logistik yang selalu naik. Perubahan harga beras yang paling tertinggi terjadi

(31)

5 keuangan global sehingga banyak harga-harga barang komoditas utama

mengalami kenaikan yang cukup besar, termasuk beras. Sedangkan perubahan

harga beras yang paling terrendah terjadi pada tahun 2013 sebesar 4,2%, hal ini

disebabkan keadaan perekonomian yang sedang stabil menyebabkan perubahan

harga beras pada hampir seluruh provinsi berada di kisaran angka 1-7%.

Seharusnya penentuan harga beras dapat menyesuaikan keadaan ekonomi

masyarakat yang kebanyakan golongan menengah kebawah, ditambah lagi

dengan kondisi produksi yang melimpah, impor yang tersedia, dan kemampuan

Indonesia untuk mengekspor beras jenis-jenis tertentu. Pemerintah sebagai

pengendali pasar dan pihak yang mengatur perdagangan beras di Indonesia, hal

ini sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Undang Undang Pangan No.

12 Tahun 2012, pada pasal 55-57. Adapun yang sesuai dengan penentuan harga

beras, bahkan komoditas pangan pada umumnya berada pada pasal 56 ayat a

dan b yaitu “penetapan harga pada tingkat produsen sebagai pedoman

pembelian pemerintah” dan “penetapan harga pada tingkat konsumen sebagai

pedoman bagi penjualan pemerintah”.

(32)

6 air maksimum 14% dan kadar hampa kotoran maksimum 3% adalah Rp. 4.150/kg di gudang perum Bulog. Untuk harga beras dengan kualitas kadar air maksimum 14%, bulir patah maksimum 2% dan derajat sosoh minimum 95% adalah Rp. 6.600/kg di gudang perum bulog. (Pada Bisnis Indonesia judul Harga Beras: HPP dan Gabah Petani Naik Maret 2015, 15 Maret 2015)

(33)

7 Berdasarkan cuplikan kedua berita diatas dapat menggambarkan keadaan

harga beras di Indonesia memiliki pembentuk harga dasar dari harga penentuan

gabah kering dan harga penentuan gabah giling sehingga harga pokok produksi

beras berada di kisaran harga penentuan gabah kering dan gabah giling. Selain

itu faktor-faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya harga beras di pasar

adalah harga-harga penentu produksi misal perubahan harga pupuk, harga

transportasi, harga bahan bakar minyak, kondisi iklim dan cuaca ekstrim,

bahkan hingga terjadinya penimbunan beras dan adanya mafia beras yang

sangat merugikan pasar.

Sedangkan penentuan harga itu sebenarnya salah satu pengaruhnya

berdasarkan kemampuan produksi beras, mengapa? Karena dengan semakin

besarnya produksi beras (jika seluruh faktor-faktor pengaruh lainnya dianggap

tetap, ceteris paribus), maka dapat diasumsikan harga beras yang dijual kepada konsumen di pasar akan semakin murah, dikarenakan ketersediaan beras di

pasar melimpah. Sedangkan jika semakin kecil produksi beras (ceteris paribus), maka dapat diasumsikan harga beras yang dijual kepada konsumen di pasar

akan semakin mahal dikarenakan ketersediaan pasar di pasar terbatas.

Menurut I Gusti Ngurah Agung (2008: 9) produksi dapat didefinisikan

sebagai hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan

(34)

8 Sudarman (2001: 119) produksi meliputi semua aktivitas dan tidak hanya

mencakup pembuatan barang-barang yang dapat dilihat. Menulis buku, memberi

nasehat, pertunjukkan bioskop dan jasa bank adalah termasuk dalam pengertian

produksi. Tetapi akan sedikit mengalami kesulitan untuk menunjukkan secara

pasti faktor-faktor produksi seperti yang dicontohkan tadi, namun jelas bahwa

dalam proses produksi seperti ini diperlukan beberapa keterampilan baik bersifat

teknis maupun intelektual.

Sadono Sukirno (2009: 193) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah

hubungan diantara faktor- faktor produksi dan tingkat produksi yang

diciptakannya. Adapun menurut Prathama Rahardja dan Mandala Manurung

(2006: 109) menyatakan bahwa ekonom membagi faktor produksi barang

[image:34.612.114.530.262.705.2]

menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour).

Tabel 1.2

Jumlah Produksi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013 Per Ton

Produksi Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 2013

ACEH 1.556.858 1.402.287 1.582.393 1.772.962 1.788.738 1.956.940

SUMATERA UTARA 3.527.899 3.340.794 3.582.302 3.607.403 3.715.514 3.727.249

SUMATERA BARAT 2.105.790 1.965.634 2.211.248 2.279.602 2.368.390 2.430.384

RIAU 531.429 494.260 574.864 535.788 512.152 434.144

JAMBI 644.947 581.704 628.828 646.641 625.164 664.535

SUMATERA SELATAN 3.125.236 2.971.286 3.272.451 3.384.670 3.295.247 3.676.723

BENGKULU 510.160 484.900 516.869 502.552 581.910 622.832

LAMPUNG 2.673.844 2.341.075 2.807.676 2.940.795 3.101.455 3.207.002 KEP. BANGKA

BELITUNG 19.864 15.079 22.259 15.211 22.395 28.480

(35)

9

DKI JAKARTA 11.013 8.352 11.164 9.516 11.044 10.268

JAWA BARAT 11.322.68 1 10.111.06 9 11.737.07 0 11.633.89 1 11.271.86 1 12.083.16 2

JAWA TENGAH 9.600.415 9.136.405 10.110.83

0 9.391.959

10.232.93 4

10.344.81 6 DI YOGYAKARTA 837.930 798.232 823.887 842.934 946.224 921.824

JAWA TIMUR 11.259.08 5 10.474.77 3 11.643.77 3 10.576.54 3 12.198.70 7 12.049.34 2 BANTEN 1.849.007 1.818.166 2.048.047 1.949.714 1.865.893 2.083.608

BALI 878.764 840.465 869.161 858.316 865.553 882.092 NUSA TENGGARA

BARAT 1.870.775 1.750.677 1.774.499 2.067.137 2.114.231 2.193.698 NUSA TENGGARA

TIMUR 607.359 577.895 555.493 591.371 698.566 729.666 KALIMANTAN BARAT 1.300.798 1.321.443 1.343.888 1.372.988 1.300.100 1.441.876 KALIMANTAN

TENGAH 578.761 522.732 650.416 610.236 755.507 812.652 KALIMANTAN

SELATAN 1.956.993 1.954.284 1.842.089 2.038.309 2.086.221 2.031.029 KALIMANTAN TIMUR 555.560 586.031 588.879 552.616 561.959 439.439

SULAWESI UTARA 549.087 520.193 584.030 596.223 615.062 638.373

SULAWESI TENGAH 953.396 985.418 957.108 1.041.789 1.024.316 1.031.364

SULAWESI SELATAN 4.324.178 4.083.356 4.382.443 4.511.705 5.003.011 5.035.830

SULAWESI TENGGARA 407.367 405.256 454.644 491.567 516.291 561.361

GORONTALO 256.934 237.873 253.563 273.921 245.786 295.913

MALUKU 89.875 75.826 83.109 87.468 84.271 101.835

MALUKU UTARA 46.253 51.599 55.401 61.430 65.686 72.445

PAPUA BARAT 36.985 39.537 34.254 29.304 30.245 29.912

PAPUA 98.511 85.699 102.610 115.437 138.032 169.791

Sumber: Tabel Produksi Produk Pangan Beras Tahun 2008-2013 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (diolah kembali)

Berdasarkan data diatas dapat diketahui bahwa perubahan produksi beras

pada 32 provinsi di Indonesia cenderung fluktuatif. Seperti yang terjadi pada

kurun waktu 2008-2009 perubahan produksi beras berada pada angka -0,05%,

(36)

10 beras berada pada angka 16,17%. Namun, pada kurun waktu 2010-2011

perubahan produksi beras berada pada angka 0,4%, hal ini disebabkan

banyaknya daerah-daerah yang mengalami penurunan kapasitas produksi

seperti provinsi Bangka Belitung pada angka -31,66%, DKI Jakarta pada angka

-14,76% dan Papua Barat pada angka -14,45%. Sedangkan pada kurun waktu

2011-2012 perubahan produksi beras berada pada angka 6,13%, hal ini

disebabkan meningkatnya kapasitas produksi pada banyak provinsi di

Indonesia seperti pada provinsi Bengkulu pada angka 15,79%, Bangka Belitung

pada angka 47,22%, DKI Jakarta pada angka 16,05%, DI Yogyakarta pada

angka 12,25%, Jawa Timur pada angka 15,33%, NTT pada angka 18,12%,

Kalimantan Tengah pada angka 23,8%, dan Papua Barat pada angka 19,57%.

Lain lagi pada kurun waktu 2012-2013 perubahan produksi beras mengalami

penurunan, yaitu pada angka 4,89%. Penurunan perubahan ini disebabkan oleh

menurunnya kapasitas produksi beras pada banyak provinsi di Indonesia seperti

pada provinsi Riau pada angka 15,23% dan Kalimantan Timur pada angka

-21,8%.

Adapun bila produksi nasional tidak mencukupi kebutuhan nasional maka

pemerintah umumnya melakukan impor. Adapun kebijakan ini diambil selain

menutupi defisit antara produksi dan konsumsi nasional, impor juga digunakan

pemerintah sebagai salah satu cara dalam menekan tingginya harga beras yang

(37)

11 Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi (2001: 223-224)

Kemampuan suatu bangsa untuk mengimpor sangat tergantung pada pendapatan

nasionalnya. Artinya, semakin besar pendapatan nasional, semakin besar pula

kemampuan bangsa tersebut mengimpor barang dan jasa. Jadi: M = f(Y). Tetapi

harus diingat, bahwa hubungan antara impor, M, dengan pendapatan nasional,

Y, itu tidaklah berupa hubungan proporsional. Artinya, tidak dapat ditarik

kesimpulan bahwa jika pendapatan nasional bertambah menjadi dua kali lipat,

[image:37.612.114.528.306.684.2]

misalnya, maka impor akan menjadi dua kali lipat.

Tabel 1.3

Jumlah Impor Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013 Per Ton

Provinsi 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Aceh 15.900 0 14.750 31.400 4.600 0

Sumatera Utara 45.100,4 26.395,6

92.672,6

5 358.693,89 103.175,3 47.566

Sumatera Barat 23.000 0 10.500 44.250 25.050 0

Riau 21.500 0

10.951,1

4 86.853,12 18.501 0

Jambi 0 0 0 0 0 0

Sumatera Selatan 0 0 0 43.550 22.900 0

Bengkulu 0 0 0 0 0 0

Lampung 6.200

25.499,9 9

77.408,2

0 205.495,99 88.007,79 49.616,15

Bangka Belitung 0 0 0 0 0 0

Kep Riau 0 0 0 0 0 0

DKI Jakarta 66.975,9

105.289, 8

262.484, 8

1.001.298,8

6 749.936,7

221.537,0 6

Jawa Barat 0 0 0 0 0 0

Jawa Tengah

30.716,9

1 418,02 2.481,90 3.955 612 2.640

(38)

12 Jawa Timur 80.296,1 9 92.869,6 9 116.368,

4 605.533,84 588.174,8 151.305,4

Banten 0 0 9.650 135.780

109.464,3

5 0

Bali 0 0 8.450 12.894,36 9.600 0

NTB 0 0 0 22.200 0 0

NTT 0 0

27.264,4

0 23.900 34.731,8 0

Kalimantan Barat 0 0 0 0 0 0

Kalimantan

Tengah 0 0 0 0 0 0

Kalimantan

Selatan 0 0 0 0 0 0

Kalimantan Timur 0 0 3.900 18.750 8.600 0

Sulawesi Utara 0 0 12.000 82.600 26.767,9 0

Sulawesi Tengah 0 0 10.500 18.950 0 0

Sulawesi Selatan 0 0 0 0 0 0

Sulawesi Tenggara 0 0 0 3.600 0 0

Gorontalo 0 0 0 0 0 0

Maluku 0 0 12.000 24.671,09 13.650 0

Maluku Utara 0 0 0 0 0 0

Papua 0 0 12.200 15.400 0 0

Papua Barat 0 0 0 10.700 6.600 0

Sumber: Buku Statistik Perdagangan Luar Negeri Impor Jilid III 2008-2013 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (diolah kembali)

Berdasarkan data impor diatas dapat diketahui bahwa perubahan impor

pada 32 provinsi di Indonesia secara umum terjadi penurunan, namun tren

kenaikan sangat signifikan terjadi pada kurun waktu 2010-2011 yaitu pada

angka 302,36%. Tingginya kenaikan jumlah impor beras di Indonesia pada

kurun waktu 2010-2011 disebabkan terjadinya penurunan kapasitas produksi

beras di Indonesia pada kurun waktu yang sama, sehingga pemerintah

(39)

13 meningkatkan jumlah impor beras. Pada kurun waktu 2008-2009 terjadi

penurunan jumlah impor beras pada angka -13,53% dikarenakan meningkatnya

kapasitas produksi beras di waktu yang sama. Sedangkan pada kurun waktu

2009-2010 terjadi peningkatan jumlah impor sebesar 172,91%. Adapun pada

kurun waktu 2011-2012 terjadi penurunan jumlah impor beras sangat besar,

yaitu pada angka -34,17%. Penurunan jumlah impor beras ini disebabkan

meningkatnya kapasitas produksi beras di Indonesia pada kurun waktu yang

sama. Seperti pada kurun waktu sebelumnya, pada kurun waktu 2012-2013

terjadi kembali penurunan jumlah impor beras namun dengan jumlah

perubahan yang jauh lebih besar yaitu pada angka -73,89%. Hal ini disebabkan

adanya peningkatan kapasitas produksi beras di Indonesia pada kurun waktu

yang sama.

Selain produksi dan impor, harga dapat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi

dikarenakan apabila tingkat konsumsi tinggi namun kapasitas produksinya

tidak dapat memenuhi konsumsi maka dapat diasumsikan harga beras akan

meningkat tajam karena ketidaktersediaannya beras dipasar. Pernyataan ini

diperkuat menurut Ratih Kumala Sari (2014) yaitu “meskipun jumlah produksi

beras terus meningkat belum tentu dapat memenuhi kebutuhan beras di dalam

negeri. Sebab jumlah penduduk Indonesia tiap tahun terus meningkat per

tahunnya, sedangkan produksi yang dihasilkan kurang mencukupi tingkat

(40)
[image:40.612.116.526.207.701.2]

14 Tabel 1.4

Jumlah Konsumsi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2010-2013 Per Ton

Propinsi Agregat Konsumsi Beras Per Provinsi 2010-2013 (per Ton)

2008 2009 2010 2011 2012 2013

ACEH 693.683,2 716.679 730.095,2 739.396,8 754.322,6 754.504,2 SUMATERA

UTARA 2.050.044

2.091.021, 2 2.103.024, 7 2.116.365, 2 2.145.046, 5 2.131.308, 4 SUMATERA

BARAT 761.834,9 778.953,4 785.331,3 789.677,1 799.933,0 794.557,4 RIAU 833.758,9 872.299,3 899.871,2 916.634,3 940.539,6 946.176,5

JAMBI 474.645,5 491.387,6 501.612,6 507.060,7 516.272,1 515.345,0 SUMATERA SELATAN 1.159.429, 5 1.191.642, 5 1.207.640, 8 1.216.346, 9 1.234.135, 2 1.227.741, 4 BENGKULU 267.854,6 274.792,8 277.972,4 280.615,4 285.356,7 284.544,6

LAMPUNG 1.197.798, 1 1.223.473, 4 1.232.240, 4 1.238.341, 6 1.253.492, 8 1.243.957, 2 KEP. BANGKA

BELITUNG 185.667,2 193.366,2 198.572,5 201.409,2 205.830,5 206.241,5 KEP. RIAU 246.024,9 261.107,8 273.242,9 279.943,1 288.780,3 291.915,4

DKI JAKARTA 1.507.406, 1

1.542.371,

9 1.556.103

1.561.089, 3 1.577.740, 7 1.563.536, 6

JAWA BARAT 6.692.117 6.881.551, 7

6.977.492,

7 7.033.602

7.142.075, 9

7.110.603, 1

JAWA TENGAH 5.180.631, 3 5.245.470, 3 5.236.924, 8 5.238.591, 8 5.279.138, 5 5.216.697, 4 DI YOGYAKARTA 546.267,1 556.849,2 559.705,7 561.871,1 568.329,6 563.772,7

JAWA TIMUR 5.951.624, 4

6.049.794, 4

6.063.675,

2 6.057.435

6.096.301,

3 6.016.336

BANTEN 1.625.179, 1 1.684.464, 4 1.725.298, 0 1.751.853, 3 1.791.554, 2 1.796.046, 4 BALI 601.837,3 620.454,3 630.712,1 633.521,7 641.072,6 636.132,1 NUSA

TENGGARA BARAT

709.594,6 724.291,5 728.965,3 733.441,9 743.396 738.774,5

NUSA TENGGARA TIMUR

726.057,9 747.906,3 759.650,2 766.545,9 779.295,5 776.914,6

KALIMANTAN

(41)

15

KALIMANTAN

TENGAH 344.580,6 353.937,7 358.469,9 364.191,7 372.721,9 373.982,3 KALIMANTAN

SELATAN 562.888 579.352,4 587.969,5 594.574,9 605.525,0 604.484,7 KALIMANTAN

TIMUR 532.278 558.213,9 577.235,4 588.107,8 603.477,3 607.041,0 SULAWESI

UTARA 357.088,1 364.891,5 367.654,4 369.122,1 373.313,8 370.171,4 SULAWESI

TENGAH 409.217,3 421.015,5 427.103,5 431.056,0 438.233,7 436.838,0 SULAWESI SELATAN 1.266.495. 2 1.292.725, 8 1.301.067, 7 1.305.606, 0 1.319.836, 6 1.308.240, 1 SULAWESI

TENGGARA 346.065,4 356.514,6 362.150,2 367.281,2 375.233,5 375.864,2 GORONTALO 160.563,8 165.717,2 168.646,2 170.098,1 172.826,6 172.194,6

MALUKU 234.345,9 243.211,7 248.885,4 251.433,3 255.888,3 255.375

MALUKU UTARA 159.645,2 165.123,3 168.404 170.834,4 174.554,4 174.845

PAPUA BARAT 114.147 119.584,7 123.530,7 125.820,7 129.104 129.898,7

PAPUA 411.390,6 438.640,6 461.162 466.673,2 475.749,1 475.574

Sumber: Tabel Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2000-2010 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Tabel Laju Pertumbuhan Penduduk per Tahun menurut Provinsi di Indonesia Tahun 1971-2010 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia, Tabel Proyeksi Jumlah Penduduk Indonesia Tahun 2010-2013 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan Tabel Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga per Kapita di Indonesia Kelompok Padi-padian Komoditi Beras Departemen Pertanian Republik Indonesia Tahun 1993-2013 (diolah kembali).

Berdasarkan data diatas dapat kita cermati bahwa perubahan tingkat

konsumsi beras pada 32 provinsi di Indonesia tahun 2008-2013 fluktuatif di tiap

tahunnya. Yaitu pada kurun waktu 2008-2009 perubahan tingkat konsumsi

beras berada pada angka 3,1%, sedangkan pada kurun waktu 2009-2010

perubahan tingkat konsumsi beras berada pada angka -99,89%, penurunan

(42)

16 kenaikan harga BBM pada saat itu menganggu pola konsumsi masyarakat

Indonesia khususnya pada bidang pangan. Lain halnya pada kurun waktu

2010-2011 perubahan tingkat konsumsi beras berada pada angka 0,9%, hal ini

disebabkan pada tahun 2010 terjadi krisis keuangan global yang memiliki

pengaruh terhadap perekonomian di Indonesia khususnya harga minyak dunia,

sehingga memicunya kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) di

Indonesia. Dengan kenaikan harga BBM tersebut akhirnya berdampak terhadap

kenaikan harga barang dan jasa sehingga mengurangi daya belanja masyarakat.

Sedangkan pada kurun waktu 2011-2012 terjadi kenaikan tingkat konsumsi

beras berada pada angka 1,7%, hal ini disebabkan memulihnya keadaan

perekonomian di Indonesia serta bertahannya perekonomian Indonesia dalam

menghadapi krisis keuangan global pada tahun 2010. Sedangkan pada kurun

waktu 2012-2013 terjadi penurunan tingkat konsumsi beras yang signifikan

sehingga berada pada angka -0,2%. Hal ini disebabkan terjadinya penurunan

kapasitas produksi beras di Indonesia pada kurun waktu 2012-2013.

Berdasarkan pemaparan masalah-masalah diatas, pada 32 provinsi di

Indonesia terjadi fenomena bahwa harga beras itu cenderung selalu naik

walaupun keadaan produksi beras yang cenderung fluktuatif, impor beras yang

cenderung menurun dan konsumsi beras yang cenderung fluktuatif. Padahal

dengan keadaan diatas dapat di asumsikan harga beras itu cenderung stabil

(43)

17

lanjut mengenai masalah ini dengan judul penelitian “Pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras Terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013 (Studi Kasus 32 Provinsi)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan diatas mengenai Produksi

Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di Indonesia

Tahun 2008-2013. Sesuai dengan yang diuraikan diatas, maka dapat

dirumuskan permasalahan yang dapat dikaji dalam penelitian ini yaitu:

1. Seberapa besar pengaruh Produksi Beras terhadap Harga Beras di

Indonesia Tahun 2008-2013 secara parsial?

2. Seberapa besar pengaruh Impor Beras terhadap Harga Beras di Indonesia

Tahun 2008-2013 secara parsial?

3. Seberapa besar pengaruh Konsumsi Beras terhadap Harga Beras di

Indonesia Tahun 2008-2013 secara parsial?

4. Seberapa besar pengaruh Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi

Beras terhadap Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013 secara

simultan?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh

Produksi Beras terhadap Harga Beras secara parsial di Indonesia Tahun

(44)

18 2. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh Impor

Beras terhadap Harga Beras secara parsial di Indonesia Tahun 2008-2013.

3. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh

Konsumsi Beras terhadap Harga Beras secara parsial di Indonesia Tahun

2008-2013.

4. Untuk menganalisis dan mengetahui seberapa besarnya pengaruh secara

simultan Produksi Beras, Impor Beras dan Konsumsi Beras terhadap

Harga Beras di Indonesia Tahun 2008-2013.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut:

1. Kegunaan praktis dalam menggambarkan keadaan perberasan di

Indonesia sehingga dapat menjadi informasi dan masukan tambahan bagi

pemerintah khususnya yang menangani bidang pertanian dalam mengatasi

masalah perberasan.

2. Kegunaan ilmiah untuk memberikan sumbangan pemikiran untuk

kemajuan ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan teori-teori

(45)

19

BAB II

KERANGKA TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Teori Harga

Harga adalah satuan nilai yang diberikan pada suatu komoditi sebagai

informasi kontraprestasi dari produsen/pemilik komoditi. Dalam teori

ekonomi disebutkan bahwa harga barang dan jasa yang pasarnya

kompetitif, maka tinggi rendahnya harga ditentukan oleh permintaan dan

penawaran pasar. Dalam kenyataannya, penentuan harga pada komoditi

beras di Indonesia ditentukan batasan-batasan tertentu oleh pemerintah.

Hal ini sesuai dengan kebijakan pemerintah melalui Undang Undang

Pangan No. 12 Tahun 2012, pada pasal 55-57. Adapun yang sesuai dengan

penentuan harga beras, bahkan komoditas pangan pada umumnya berada

pada pasal 56 ayat a dan b yaitu “penetapan harga pada tingkat produsen

sebagai pedoman pembelian pemerintah” dan “penetapan harga pada

tingkat konsumen sebagai pedoman bagi penjualan pemerintah”.

Walaupun pemerintah melakukan penentuan harga, mekanisme

permintaan dan penawaran sangat menentukan harga beras di Indonesia

walau berada pada koridor penentuan harga yang ditentukan, atau biasa

(46)

20 dengan adanya penentuan harga dasar dan harga atas, diharapkan produsen

(khususnya petani) tetap menjual hasil produksi dengan harga yang layak

namun tidak mencekik konsumen untuk membeli beras.

Selalu dalam asumsi konsumen berusaha mendapatkan barang dengan

harga yang lebih murah, sedangkan dalam asumsi penjual berusaha

menawarkan barang dengan harga yang lebih mahal dengan harapan

keuntungan yang besar. Kedua asumsi ini bertemu dalam kegiatan jual beli,

sehingga terjadi proses tawar-menawar yang nantinya terjadi kesepakatan

bersama atas harga barang. Kesepakatan harga yang telah disetujui pihak

konsumen dan penjual disebut dengan harga pasar. Pada harga tersebut

jumlah barang yang ditawarkan sama dengan jumlah barang yang diminta.

Dengan pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa harga pasar disebut

juga dengan harga keseimbangan (equilibrium).

Harga suatu barang dan jumlah barang tersebut yang diperjualbelikan,

ditentukan oleh permintaan dan penawaran barang tersebut. Dan juga

keadaan di suatu pasar dikatakan dalam keseimbangan atau ekuilibrium

apabila jumlah yang ditawarkan pada penjual pada suatu harga tertentu

adalah sama dengan jumlah yang diminta para pembeli pada harga

tersebut. Dengan demikian harga suatu barang dan jumlah barang yang

diperjualbelikan dapat ditentukan dengan melihat keadaan keseimbangan

(47)

21 Menurut Winardi (1987: 13) bahwa harga menerangkan komposisi atau

alokasi produksi total. Menurut Pindyck (2009: 5) harga merupakan salah

satu penentu dari situasi-tukar dalam setiap pilihan manusia. Seperti

seorang konsumen yang melakukan situasi-tukar antara daging sapi dan

ayam tidak hanya pada preferensinya, tetapi juga berdasarkan harganya.

Begitu juga, para pekerja melakukan situasi-tukar antara kerja dan istirahat

sebagian berdasarkan pada “harga” yang mereka peroleh dari pekerjaan

mereka – yaitu upah. Dan perusahaan memutuskan apakah akan

memperkerjakan karyawan lebih banyak atau membeli mesin lebih banyak

sebagian juga didasarkan pada tingkat upah dan harga mesin.

Suherman dalam bukunya Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan

Kepada Teori Ekonomi (2001: 238) mengatakan mengapa suatu barang

memiliki harga? Haruskah setiap barang memiliki harga? Jawabannya

bahwa tidak semua barang memiliki harga, karena yang memiliki harga

hanya barang ekonomis (economic goods), tetapi barang-barang bebas (free goods) tidak ada harga. Sedangkan mengapa barang-barang memiliki harga karena dalam satu sisi barang tersebut berguna atau memiliki

manfaat, selain itu dipihak lain jumlahnya jarang (scare/langka). Oleh karena itu harga sendiri dibentuk oleh bersatunya dua jenis kekuatan:

kegunaan dan kelangkaan.

(48)

22 menunjukkan fluktuasi tertentu dari musim ke musim. Penyebab fluktuasi

[image:48.612.110.515.186.555.2]

tersebut adalah reaksi yang terlambat (time lag) dari produsen (petani) terhadap harga.

Gambar 2.1

Kurva Cobweb

Misalkan, pada musim pertama (musim 1) jumlah produk pertanian

yang dihasilkan sebanyak Q1. Kita telah mengetahui bahwa barang-barang

hasil pertanian merupakan barang non durable (tidak tahan lama). Itulah sebabnya jumlah Q1 tadi harus terjual habis pada musim itu juga dengan

harga P1 (berdasarkan kurva permintaan D). Untuk selanjutnya, para

petani mungkin sekali mendasarkan keputusannya untuk berproduksi pada

harga yang berlaku di pasar (P1), sehingga jumlah yang ditawarkan pada

musim berikutnya (musim 2) adalah sebanyak Q2 (sesuai dengan hukum

(49)

23 jumlah sebanyak Q2 di pasar, maka harga yang terjadi pada musim 2

adalah P2. Kemudian, petani merencanakan berproduksi selanjutnya

sebanyak Q3 pada musim 3, berdasarkan harga yang berlaku (P2). Hasil

panen sebanyak Q3 ini akan menyebabkan harga naik menjadi P3. Dengan

harga P3 ini pulalah petani membuat rencana produksi Q4 pada musim 4,

dan begitu seterusnya. Apabila proses ini terus berlangsung, fluktuasinya

akan semakn mengecil dan akhirnya terjadi keseimbangan (equilibrium), di mana harga keseimbangannya Pe dan jumlah yang diproduksi (dan

dikonsumsi) sebanyak Qe. Pada tingkat ini terjadi kestabilan. Dalam

proses tersebut tingkat harga menunjukkan fluktuasi (naik turun) dari satu

musim ke musim berikutnya. Proses ini dinamakan Cobweb atau sarang laba-laba, karena gambarnya memang menyerupai sarang laba-laba.

(Prathama Rahardja dan Mandala Manurung, 2006: 70-71).

2. Teori Produksi

Produksi adalah suatu proses dimana sumber daya (masukan) diolah

sedemikian rupa agar menghasilkan produk (keluaran) dengan nilai tambah

yang lebih besar daripada bentuk sebelumnya.

Menurut I Gusti Ngurah Agung (2008: 9) produksi dapat didefinisikan

sebagai hasil dari suatu proses atau aktifitas ekonomi dengan

(50)

24 output. Menurut Ari Sudarman (2001: 119) produksi meliputi semua

aktivitas dan tidak hanya mencakup pembuatan barang-barang yang dapat

dilihat. Menulis buku, memberi nasehat, pertunjukkan bioskop dan jasa

bank adalah termasuk dalam pengertian produksi. Tetapi akan sedikit

mengalami kesulitan untuk menunjukkan secara pasti faktor-faktor

produksi seperti yang dicontohkan tadi, namun jelas bahwa dalam proses

produksi seperti ini diperlukan beberapa keterampilan baik bersifat teknis

maupun intelektual.

Menurut Denny Afrianto pada skripsinya (2010: 31-32), Pada dasarnya

faktor-faktor produksi meliputi :

a. Faktor Produksi Alam

Sumber-sumber alam merupakan dasar untuk kegiatan disektor

pertanian, kehewanan, perikanan dan di sektor pertambangan.

Sektor-sektor itu lazim disebut produksi primer (industri pabrik

dipandang sebagai produksi sekunder). Faktor produksi ini terdiri

dari :

1) Tanah dan keadaan iklim 2) Kekayaan hutan

3) Kekayaan di bawah tanah (bahan pertambangan)

(51)

25 b. Tenaga Kerja

Yang termasuk tenaga kerja yaitu semua yang bersedia dan

sanggup bekerja. Golongan ini meliputi yang bekerja untuk

kepentingan sendiri baik anggota-anggota keluarga yang tidak

menerima bayaran berupa uang maupun mereka yang bekerja

untuk gaji dan upah. Juga yang menganggur, tetapi yang

sebenarnya bersedia dan mampu untuk bekerja.

c. Modal

Modal, yaitu barang-barang yang dihasilkan untuk

dipergunakan selanjutnya dalam produksi barang-barang lain.

Barang-barang modal terutama terdiri atas peralatan yang sangat

berguna dalam proses produksi. Peralatan modal tersebut meliputi:

mesin-mesin, alat-alat besar, gedung-gedung dsb.

Sadono Sukirno (2009: 193) menyatakan bahwa fungsi produksi adalah

hubungan diantara faktor- faktor produksi dan tingkat produksi

yang diciptakannya. Adapun menurut Prathama Rahardja dan Mandala

Manurung (2006: 107) menyatakan bahwa ekonom membagi faktor

produksi barang menjadi barang modal (capital) dan tenaga kerja (labour).

Hubungan matematis penggunaan hal-hal berhubungan dengan produksi

yang menghasilkan output maksimum disebut fungsi produksi sebagai

(52)

26 Q = f(K,L)

Dimana

Q = tingkat output. K = barang modal. L = tenaga kerja/buruh.

Dalam Skripsi Denny Afrianto (2010: 33) bahwa pada produksi bidang

pertanian, faktor produksinya sangat menentukan besar kecilnya produksi

yang akan diperoleh. Untuk menghasilkan produksi (output) yang optimal

maka penggunaan faktor produksi tersebut dapat digabungkan. Dalam

berbagai literatur menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, modal untuk

membeli bibit, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen

adalah faktor produksi terpenting diantara faktor produksi yang lain

(Soekartawi, 1991), seperti tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, tingkat

keterampilan dan lain-lain.

Dalam praktek, faktor-faktor produksi yang mempengaruhi produksi ini

dibedakan atas dua kelompok (Soekartawi, 1991):

a. Faktor biologis, seperti lahan pertanian dengan macam dan

tingkat kesuburannya, bibit, varietas, pupuk, obat-obatan, gulma dan

(53)

27 b. Faktor sosial ekonomi, seperti biaya produksi, harga tenaga kerja,

tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, resiko dan ketidakpastian,

kelembagaan, tersedianya kredit dan sebagainya.

3. Hubungan antara produksi dan harga

Hubungan antara produksi dengan harga dapat dijelaskan dengan teori

biaya produksi. Biaya produksi merupakan nilai yang dikeluarkan untuk

memproduksi suatu barang. Semakin banyak biaya yang dikeluarkan untuk

memproduksi maka akan semakin besar harga yang ditetapkan untuk

barang tersebut. Oleh karena itu, biaya produksi dapat disebut sebagai salah

satu variabel pembentuk harga barang.

Berhubungan dengan konsep biaya produksi, Prathama Rahardja dan

Mandala Manurung (2006: 134) berpendapat bahwa biaya produksi

berhubungan dengan dua konsep biaya. Yaitu, biaya eksplisit (explicit cost) dan biaya implisit (implicit cost). Biaya eksplisit adalah biaya-biaya yang secara eksplisit terlihat, terutama melalui laporan keuangan seperti biaya

listrik, telepon, air, pembayaran upah buruh dan gaji karyawan. Sedangkan

biaya implisit adalah biaya kesempatan (opportunity cost).

Perilaku biaya juga berhubungan dengan dengan periode produksi.

Dalam jangka pendek ada faktor produksi tetap yang menimbulkan biaya

tetap, yaitu biaya produksi yang besarnya tidak tergantung pada tingkat

(54)

28 variabel, biaya juga variabel. Artinya besarnya biaya produksi dapat

disesuaikan dengan tingkat produksi (Prathama Rahadja dan Mandala

Manurung, 2006: 135). Oleh karena itu, biaya produksi terbagi menjadi dua

periode yaitu biaya produksi jangka pendek dan biaya produksi jangka

panjang.

a. Biaya Produksi Jangka Pendek

Pada biaya produksi jangka pendek, hal yang berhubungan adalah

seperti biaya total, biaya tetap, biaya variabel, biaya rata-rata, biaya

marginal. Biaya total jangka pendek (total cost) sama dengan biaya tetap ditambah biaya variabel. Biaya tetap (fixed cost) adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah produksi, contohnya biaya

barang modal, gaji pegawai, bunga pinjaman, sewa gedung kantor.

Bahkan pada saat perusahaan tidak berproduksi (Q=0), biaya tetap harus

dikeluarkan dengan jumlah sama. Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang besarnya tergantung pada tingkat produksi, contohnya upah

buruh, biaya bahan baku.

TC = FC + VC

Dimana: TC = biaya total jangka pendek

FC = biaya tetap jangka pendek

(55)
[image:55.612.112.523.195.562.2]

29 Gambar 2.2

Kurva Biaya Total, Biaya Tetap dan Biaya Variabel

Kurva FC mendatar menunjukkan bahwa besarnya biaya tetap tidak

tergantung pada jumlah produksi. Kurva VC membentuk huruf S

terbalik, menunjukkan hubungan terbalik antara tingkat produktifitas

dengan besarnya biaya. Kurva TC sejajar dengan VC menunjukkan

bahwa dalam jangka pendek perubahan biaya total semata-mata

ditentukan oleh perubahan biaya variabel (Prathama Rahadja dan

Mandala Manurung, 2006: 135-136).

Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk

(56)

30 rata-rata (average fixed cost) ditambah biaya variabel rata-rata (average variable cost).

AC = AFC +AVC

Atau

= + �

Dimana: AC = biaya rata-rata jangka pendek

AFC = biaya tetap rata-rata jangka pendek

[image:56.612.114.481.156.598.2]

AVC = biaya variabel rata-rata jangka pendek.

Gambar 2.3

Kurva Biaya Rata-rata

Kurva AFC terus menurun, menunjukkan bahwa AFC makin menurun

bila produksi ditambah. Tetapi kurva AFC tidak pernah menyentuh

(57)

31 Kurva AC mula-mula menurun lalu naik, sepola dengan pergerakan

AVC. Pola ini berkaitan dengan hukum LDR (law diminishing return). Kurva AVC juga mula-mula menurun selanjutnya menaik dan terus

mendekati kurva AC, namun tidak pernah bersentuhan (asimptot).

Makin kecil jarak AVC dengan AC karena makin mengecilnya AFC.

Pergerakan kurva AVC berkaitan dengan pergerakan kurva AP

(average product). Bila harga per unit tenaga kerja adalah P, maka AVC = P/AP. Dari persamaan ini terlihat pada saat nilai AP meningkat, nilai

AVC menurun. Begitu pula sebaliknya (Prahatma Rahadja dan Mandala

Manurung, 2006: 136-137).

Biaya marginal (Marginal Cost) adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit output. Jika biaya marjinal jangka pendek dinotasikan MC dan perubahan outputadalah ∂Q, maka

= ��

Dalam jangka pendek, perubahan biaya total disebabkan perubahan

biaya variabel.

= ��

Jika harga per unit tenaga kerja adalah P dan perubahan tenaga kerja

adalah ∂V, maka

∂VC = P.∂V

(58)

32

= ��

Gambar 2.4

Kurva Marginal Cost

Kurva diatas menunjukkan bahwa garis singgung a, b, c dan seterusnya

menunjukkan besarnya MC. Bila garis singgung makin mendatar, nilai

MC makin mengecil, begitu juga sebaliknya (Prahatma Rahadja dan

Mandal

Gambar

Tabel 1.2 Jumlah Produksi Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013
Tabel 1.3 Jumlah Impor Beras pada 32 Provinsi di Indonesia Tahun 2008-2013
Tabel 1.4
Gambar 2.1 Kurva Cobweb
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan galur sorgum mutan BMR secara umum hampir sama dengan galur sorgum mutan non BMR pada musim kemarau, terlihat pada parameter tinggi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap enam bank yang terdaftar di BEI dan sudah menggunakan internet banking, dapat disimpulkan tidak terdapat pengaruh

Although this study is still in the form an opinion paper; I then dream to conduct a related research specially investigating the probability of using ARALISH

Merujuk pada konsep di atas, santripreneur dapat diistilahkan sebagai santri yang memiliki bakat (dilahirkan) wirausaha, dibentuk sebagai wirausahawan, mendapatkan

Brown Gibson adalah metode yang digunakan untuk menganalisis alternatif-alternatif lokasi yang dikembangkan berdasarkan konsep “Preferences Of Measurement”,

3. Sangkan daya regep kalatih, paregep perlu boga kamampuh nangkep eusi sarta ngahubungkeun antara regepan anu ditarimana jeung kamampuh nu dipibandana nepi ka bisa nyieun

IAIN Palangka Raya mengadakan kegiatan audit mutu internal pada waktu yang direncanakan untuk menyediakan informasi kesesuaian sistem manajemen mutu dengan persyaratan

Mendapatkan informasi tentang faktor-faktor yang berkontribusi besar dalam meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap wakaf uang yang pada gilirannya dapat ditindaklanjuti