• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

8. Hubungan Produktivitas Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi

Produktivitas (X8) adalah hasil dibagi satuan luas lahan (ton/ha).

Produktivitas yang diperoleh petani di Desa Mesjid dari usahataninya adalah rata

rata 5,0 ton/ha.

Dari Tabel 15, hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi Rank

Spearman adalah sebesar 0,113. thitung yang diperoleh sebesar 0,6. Dari Tabel

dengan

α

0,05 dengan derajat bebas (degress of freedom) df = 28 diperoleh nilai tTabel sebesar 2,048. Dapat dilihat bahwa thitung < tTabel yang berarti H0 diterima dan

H1 tidak diterima, artinya tidak ada hubungan produktivitas petani dengan

pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi.

Dari hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa

koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar -0,236. Untuk mengetahui

apakah hubungan nyata atau tidak dapat dilihat nilai signifikansinya. Dari hasil

diperoleh signifikansi sebesar 0,218 >

α

0,05. Dengan kriteria ini dapat disimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak ada hubungan

antara rangking variabel yang satu dengan variabel lainnya. Tidak ada hubungan

nyata antara produktivitas petani dengan pengambilan keputusan pada monokultur

atau diversifikasi tanaman.

Hal ini menunjukkan bahwa produktivitas petani tidak mempengaruhi

dalam pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa tidak ada hubungan produktivitas petani dengan pengambilan

lahan, jumlah tanggungan, produksi, dan produktivitas) dengan pengambilan

keputusan pada monokultur atau diversifikasi di Desa Mesjid Kecamatan

Batangkuis yaitu terdapat pada pendidikan yang ditempuh oleh para petani.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Pada Monokultur atau diversifikasi

Faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut Nasution

(1989) antara lain:

1. Faktor pribadi

- Kontak dengan sumber sumber informasi di luar masyarakatnya.

Kontak dengan sumber informasi di luar masyarakatnya, dimana petani

pengambil keputusan monokultur atau diversifikasi yang berdasarkan informasi

dari masyarakat di luar desanya.

- Keaktifan mencari sumber informasi.

Keaktifan mencari sumber informasi, dimana petani pengambil keputusan

monokultur atau diversifikasi dengan aktif mencari sumber informasi dengan

berbagai cara yang diinginkan

- Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek yang diberikan.

Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek yang diberikan, dimana

petani pengambil keputusan monokultur atau diversifikasi berdasarkan

memperkirakan untung rugi dari usahatani yang dilakukan dengan pencatatan.

- Kepuasan pada cara cara lama.

Kepuasan pada cara cara lama, dimana petani pengambil keputusan

monokultur atau diversifikasi karena merasa puas dari cara turun temurun yang

2. Faktor lingkungan

- Tersedianya media komunikasi.

Tersedianya media komunikasi, dimana petani pengambil keputusan

monokultur atau diversifikasi dari buku buku ataupun majalah yang ada di desa

tersebut.

- Adanya sumber informasi secara rinci.

Adanya sumber informasi secara rinci, dimana petani pengambil keputusan

monokultur atau diversifikasi ditentukan dari buku buku teknik berusahatani yang

kemudian dibantu oleh penyuluh dalam mengarahkan usaha yang dilakukan.

- Pengaruh pengalaman dari petani lain.

Pengaruh pengalaman dari petani lain, dimana petani pengambil keputusan

monokultur atau diversifikasi berdasarkan ilmu dan pengalaman petani yang

pernah berhasil dalam usahataninya sehingga dapat menyerap pengalaman

tersebut untuk usahataninya.

- Faktor faktor alam.

Faktor faktor alam, dimana petani pengambil keputusan monokultur atau

diversifikasi berdasarkan kesesuaian lahan yang ada di desa tersebut.

- Tujuan dan minat keluarga.

Penetapan tujuan dan minat keluarga, dimana petani pengambil keputusan

monokultur atau diversifikasi berdasarkan minat keluarga yaitu dari hasil

kesepakatan keluarga untuk menentukan pilihan.

Faktor faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan diversifikasi menurut

2. Mencegah tidak ada masa menganggur.

3. Tersedianya pupuk dan pestisida yang mudah didapat.

4. Kondisi lahan dan iklim/cuaca yang sesuai.

5. Mencegah serangan hama penyakit tanaman.

Keputusan Apa Yang Diambil Petani

Berdasarkan kuesioner yang telah disebar kepada 30 sampel petani, yang

mengambil keputusan diversifikasi berjumlah 25 orang dan monokultur berjumlah

5 orang. Alasan mereka memilih diversifikasi mengarah pada lima kriteria yaitu :

a. Dapat memperoleh uang lebih berkelanjutan sebanyak 25 orang (100%)

b. Mencegah tidak ada masa menganggur sebanyak 13 orang (52%)

c. Tersedianya pupuk dan pestisida yang mudah didapat sebanyak 1 orang (4%)

d. Kondisi lahan dan iklim/cuaca yang sesuai sebanyak 25 orang (100%)

e. Mencegah serangan hama penyakit tanaman sebanyak 12 orang (48%).

(Data diolah dari lampiran 3)

Dari hasil tersebut ternyata di desa Mesjid kecamatan Batangkuis , modal

bukanlah menjadi masalah bagi para petani dalam menerapkan sistem

diversifikasi karena dengan usaha diversifikasi mereka mendapatkan uang lebih

secara berkelanjutan. Namun yang menjadi masalah bagi mereka adalah sulitnya

memperoleh pupuk dan pestisida, hal ini terbukti dari 25 orang petani hanya satu

yang memilih adanya ketersedian pupuk dan pestisida itupun karena petani

tersebut memiliki kedai pupuk dan pestisida di desa tersebut. Hal ini sesuai

dengan hipotesis yang mengatakan bahwa keputusan yang diambil petani adalah

Masalah Yang Dihadapi Petani Di Desa Mesjid

Masalah adalah suatu kendala atau persoalan yang dipecahkan, dengan

kata lain masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dengan suatu yang

diharapkan dengan baik, agar tercapai tujuan dengan hasil yang maksimal.

Dari hasil penelitian dan survey di lapangan, bahwa masalah yang

dihadapi petani di Desa Mesjid meliputi :

1. Tingkat pendidikan yang masih rendah.

Berdasarkan hasil wawancara di lapangan dengan para petani, ternyata

masalah yang dihadapi oleh petani dalam pengambilan keputusan pada

monokultur atau diversifikasi salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan yang

dimiliki petani masih banyak yang ditingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD).

2. Petani masih sulit merubah kebiasaan

Masih banyak petani di Desa Mesjid yang sulit untuk merubah kebiasaan.

Sulitnya merubah kebiasaan ini, terdapat pada kegiatan usahataninya dan

partisipasinya masih kurang dalam kelompok tani.

3. Sulitnya memperoleh pupuk dan pestisida

Petani di desa Mesjid sering kali mengeluh karena sulitnya memperoleh

pupuk dan pestisida untuk usahataninya, kalaupun ada harganya sangat mahal

sehingga menyulitkan para petani untuk membeli pupuk.

4. Kurangnya sumber informasi.

Masalah yang dihadapi oleh petani yaitu kurangnya sumber informasi

yang menyebabkan pengembangan usahataninya sulit berkembang karena

5. Petani tidak memahami tujuan dari suatu kelompok.

Petani masih sulit untuk diajak berkumpul mengikuti penyuluhan dalam

kelompok tani. Petani juga tidak memahami masalah yang dihadapi dan tidak

memahami arti dari suatu kelompok.

Upaya Upaya Yang Dilakukan Untuk Menanggulangi Masalah Yang Dihadapi Petani

Upaya upaya dalam memecahkan masalah merupakan alternatif atau

langkah langkah yang ditempuh untuk mencari jalan keluar agar dapat mengatasi

dan memecahkan persoalan atau masalah yang dihadapi sehingga tujuan yang

diinginkan dapat tercapai.

Berdasarkan masalah yang dihadapi oleh petani di Desa Mesjid yaitu :

1. Tingkat pendidikan yang masih rendah.

Tingkat pendidikan yang dimiliki oleh petani di Desa Mesjid, kebanyakan

tamatan Sekolah Dasar (lampiran 1). Pendidikan merupakan salah satu faktor

penting yang harus dimiliki oleh setiap orang dalam mengembangkan serta

membangun tingginya tingkat kreativitas atau keterampilannya dalam suatu

kegiatan.

Upaya upaya yang dilakukan untuk menanggulangi atau memecahkan

masalah yang dihadapi petani pada tingkat pendidikan yang masih rendah adalah

petani ikut serta dalam kegiatan penyuluhan pertanian. Di Desa Mesjid,

berdasarkan survey untuk mengatasi masalah pendidikan yang rendah yang

dimiliki oleh petani, dilakukan dengan cara mengikuti penyuluhan, dimana

melalui penyuluhan diberikan pendidikan (dalam hal ini pendidikan non formal)

bagi petani dalam mengelola usahataninya. Di sini penyuluh pertanian berfungsi

Melalui penyuluhan pertanian, penyuluh memberikan informasi kepada

para petani mengenai usahataninya, sehingga petani dapat memahami masalah

yang dihadapinya dan dapat memecahkan masalah yang dihadapinya dalam

usahataninya tersebut.

2. Petani masih sulit merubah kebiasaan

Kebiasaan yang sulit diubah oleh petani yaitu kebiasaan dalam usahatani

yang yang dilakukannya. Hal ini terjadi karena sistem usahatani yang dijalankan

sifatnya turun temurun atau sulit merubah tradisi yang sudah berkembang. Selain

itu, tidak melakukan anjuran yang diberikan oleh penyuluh. Misalnya

penggunaan bibit unggul tanaman jagung (di Desa Mesjid pernah diberikan bibit

unggul jagung), tetapi petani masih banyak yang menggunakan bibit sendiri atau

hasil yang diperoleh dari produksi sebelumnya.

Berdasarkan hasil wawancara di Desa Mesjid, petani mengatakan bahwa

usahatani yang mereka jalankan memiliki resiko, baik itu karena faktor alam yang

menentukan gagal panen ataupun karena tidak melakukan anjuran yang diberikan

oleh penyuluh. Dengan demikian mereka harus mengusahakan sendiri

usahataniya tanpa harus menerapkan anjuran yang diberikan dalam penyuluhan.

Jadi upaya yang dilakukan dalam usahatani yang masih bersifat kebiasaan

atau sulit merubah kebiasaan adalah petani melakukan konsultasi kepada

penyuluh mengenai masalah yang dihadapi dalam usahataninya dan mengajak

penyuluh tersebut turun lapangan (penyuluh turun ke sawah dan kebun petani) dan

menerapkan sendiri pola tanam yang tepat sesuai dengan usahatani yang mereka

oleh penyuluh pertanian, agar dapat memberikan keuntungan bagi petani sehingga

pada akhirnya tercapai tujuan yang diharapkan yaitu tercapainya kesejahteraan

petani dan keluarganya.

3. Sulitnya memperoleh pupuk dan pestisida

Pupuk dan pestisida merupakan faktor terpenting dalam berusahatani.

Karena dengan adanya pupuk dan pestisida dapat meningkatkan produksi tanaman

dan mengurangi serangan hama penyakit yang pada akhirnya meningkatkan

pendapatan petani.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh petani

adalah para petani bergabung dalam kelompok tani. Dengan bergabung

dikelompok tani maka dapat diusulkan kepada pemerintah untuk memperoleh

pupuk bersubsidi sehingga kesulitan petani dapat diatasi.

Selain itu, upaya yang dilakukan adalah dengan menghadirkan kepala

Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan agar melalui penyuluhan tersebut

petani diajak untuk membuat alternatif membuat pupuk kompos dalam kelompok

tani agar para petani tidak hanya menunggu dari pemerintah.

4. Kurangnya sumber informasi.

Sumber informasi yang akurat dan terbaru dapat dijadikan sebagai patokan

untuk mengembangkan pengetahuan dalam menjalankan usahataninya.

Kurangnya sumber informasi di Desa Mesjid upaya yang dilakukan adalah

melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Dengan penyuluhan, masyarakat sasaran

(petani pengambil keputusan) mampu dengan upayanya sendiri mengatasi

masalah masalah yang dihadapi, serta mampu mengembangkan kreatifitasnya

menerus dapat memperbaiki mutu hidupnya. Oleh sebab itu, pada setiap kegiatan,

penyuluhan memilih metode yang sejauh mungkin dapat mengembangkan daya

nalar dan krativitas petani.

5. Tidak memahami tujuan dari suatu kelompok

Petani tidak memahami tujuan dari suatu kelompok yang berfungsi sebagai

wadah untuk bertukar pikiran untuk memberikan masing masing pendapat demi

memecahkan masalah yang dihadapi. Sumber informasi yang akurat dan terbaru

dapat dijadikan sebagai patokan untuk mengembangkan usahataninya.

Upaya yang dilakukan untuk mengatasi masalah petani karena tidak

memahami tujuan dari kelompok yang dilakukan melalui pendekatan. Pendekatan

dilakukan terhadap petani, dimana mereka diajak dan dibimbing serta diarahkan

secara berkelompok untuk melaksanakan suatu kegiatan yang tentunya lebih

produktif atas dasar kerjasama, dengan demikian dalam pelaksanaanya dapat

dicapai secara berdiskusi sehingga masalah yang dihadapi dapat dipecahkan

Dokumen terkait