HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI
DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA
MONOKULTUR ATAU DIVERSIFIKASI
(Studi Kasus: Desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH :
AHMAD NURDIN
070309012
PKP
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
HUBUNGAN KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI
DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PADA
MONOKULTUR ATAU DIVERSIFIKASI
(Studi Kasus: Desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI OLEH : AHMAD NURDIN
070309012 PKP
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Syarat Melaksanakan Tugas Akhir di Program Studi Agribisnis pada
Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si) (Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si) NIP: 195411111981031001 NIP: 196509261993031002
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
AHMAD NURDIN (07009012) Dengan judul skripsi “Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi”. Studi Kasus : Desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, yang dibimbing oleh Bapak Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penentuan sampel dilakukan secara stratified random sampling yaitu berdasarkan strata luas lahan dan jumlah sampel ditentukan secara proporsional atau seimbang dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan menskor serta menjumlahkan data yang diperoleh serta diuji dengan analisis korelasi Rank Spearman dengan bantuan SPSS 17.
Hasil penelitian diperoleh:
Ada hubungan positif pendidikan petani dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi. Faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pada petani adalah faktor pribadi dan faktor lingkungan. Keputusan yang diambil petani di desa Mesjid kecamatan Batangkuis adalah diversifikasi. Masalah yang dihadapi petani pengambil keputusan adalah Tingkat pendidikan yang masih rendah. Petani masih sulit merubah kebiasaan. Sulit memperoleh pupuk dan pestisida. Kurangnya sumber informasi. Petani tidak memahami tujuan dari suatu kelompok. Upaya upaya yang dilakukan menanggulangi masalah Tingkat pendidikan yang masih rendah adalah petani ikut serta dalam kegiatan penyuluhan. Berkonsultasi kepada penyuluh mengenai masalah yang dihadapi dalam usahataninya dan mengajak penyuluh tersebut turun lapangan. Mengusulkan kepada pemerintah untuk memperoleh pupuk bersubsidi dan menghadirkan kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan membuat alternatif lain dengan membuat pupuk kompos. Melalui penyuluhan pertanian dimana penyuluh memilih metode yang sejauh mungkin dapat mengembangkan daya nalar dan kreativitas petani untuk mencari informasi. Dilakukan pendekatan terhadap kelompok tani, dimana para petani diajak dan dibimbing serta diarahkan secara berkelompok untuk melaksanakan kegiatan yang tentunya lebih produktif atas dasar kerjasama, sehingga masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara bersama sama.
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di desa Aektapa Kecamatan Marbau Pada tanggal 06 Juli
1989 dari ayah Ahmad Syoleh Hasibuan dan ibu Roisyah Tanjung. Penulis
merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara.
Penulis mengikuti pendidikan sebagai berikut:
1. Sekolah Dasar di SD 115479 Aektapa, masuk tahun 1995 dan lulus pada tahun
2001.
2. Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Marbau, masuk tahun 2001 dan
lulus tahun 2004.
3. Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Marbau, masuk tahun 2004 dan
lulus pada tahun 2007.
4. Tahun 2007 masuk di Departemen Agribisnis jurusan Penyuluhan dan
Komunikasi Pertanian FP USU, melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa
Baru (SPMB).
5. Melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) pada bulan Juni 2011 di desa
Mangkai Lama Kecamatan Limapuluh Kabupaten Batubara.
6. Melaksanakan Penelitian pada bulan Juli 2011 sampai dengan bulan
September 2011 di desa Mesjid kecamatan Batangkuis Kabupaten
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan hidayah
serta limpahan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini
tidak akan berhasil tanpa dukungan, motivasi, bimbingan, pengarahan, serta
kritikan membangun yang disampaikan kepada penulis. Untuk itu dalam
kesempatan ini dengan setulus hati, penulis mengucapkan terimakasih yang
setinggi tingginya kepada:
1. Bapak Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si. selaku ketua pembimbing skripsi,
yang mana telah banyak membimbing, mengarahkan dan memotivasi agar
skripsi ini lebih cepat selesai.
2. Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si. selaku anggota pembimbing
skripsi, yang mana telah banyak membimbing, dan mengarahkan sehingga
skripsi ini cepat selesai.
3. Ibu Dr. Ir. Salmiah M.S, Selaku Ketua Departemen Agribisnis FP USU
dan Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku sekretaris Departemen
Agribisnis FP USU.
4. Para dosen, staff pegawai Departemen Agribisnis FP USU
5. Ibunda tercinta Roisyah Tanjung dan Ayahanda Ahmad Syoleh Hasibuan,
serta kakak Asmarayani, abang M. Arif Romadoni,S.Pd, abang
Asruliansyah,S.Pd dan adikku Rahmawati, Alfiansyah, Ismail Rizki saya
senantiasa mendoakan dan memberikan dorongan semangat, perhatian
dalam mengikuti pendidikan sampai saat ini.
6. Adinda Nur Mariati, Am.Keb yang selalu memberikan motivasi dan
perhatiannya kepada penulis.
7. Keluarga Kak Julinar dan bang Aswadi Rangkuti yang selalu memberikan
dukungan dan motivasi kepada penulis.
8. Teman teman seperjuangan David, Melpa, Royanti, Mulyadi, Fransiska,
Yusma, Irmayana, dan Terkhusus pada Tim “Shadows” Jaka Rannez,
Erwinsyah, Rizki, Arpan, Irfandi, Holong, Abdalah, Bembenk, Baginda,
serta teman teman SEP 07 yang telah banyak memberikan motivasi baik
secara langsung maupun tidak langsung.
Akhirnya penulis mendoakan kiranya Allah SWT menerima seluruh amal
dan ibadah mereka dengan membalas budi baik mereka dengan pahala berlipat
ganda, semoga segala usaha dan niat baik yang telah kita lakukan mendapat ridha
Allah SWT. Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,
baik isi maupun redaksinya oleh karena itu dengan senang hati penulis menerima
kritik, saran, dan masukan semua pihak yang bersifat membangun demi
kesempurnaan Skripsi ini. Penulis berharap semoga Skripsi ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin ya rabbal alamin.
Medan, November 2011
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
PENDAHULUAN Latar Belakang ... 1
Identifikasi Masalah ... 4
Tujuan Penelitian ... 4
Kegunaan Penelitian ... 4
Hipotesis Penelitian ... 5
TINJAUAN PUSTAKA Monokultur ... 6
Diversifikasi ... 7
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani ... 10
1. Umur ... 10
2. Pendidikan ... 11
3. Lama Berusahatani ... 11
4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan ... 12
5. Luas Lahan ... 12
6. Jumlah Tanggungan ... 12
7. Produksi ... 13
8. Produktivitas ... 13
Teori Pengambilan Keputusan ... 14
Kerangka Pemikiran ... 16
METODE PENELITIAN Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 19
Metode Penentuan Sampel ... 20
Metode Pengumpulan Data ... 21
Defenisi ... 24
Batasan Operasional ... 25
HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis ... 26
Luas Wilayah Menurut Penggunaan ... 26
Kondisi Demografis ... 27
Keadaan Penduduk ... 27
a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga 27 b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 27
c. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur ... 28
d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan .. 39
e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama ... 30
f. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .... 30
g. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 31
Sarana ... 32
Prasarana ... 32
Karakteristik Sampel ... 33
1. Umur ... 34
2. Pendidikan ... 34
3. Lama Berusahatani ... 34
4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan ... 34
5. Jumlah Tanggungan ... 35
6. Luas Lahan ... 35
7. Produksi ... 36
8. Produktivitas ... 37
Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Umur,Pendidikan,Lama Berusahatani, Frekuensi Mengikuti Penyuluhan, Luas Lahan, Jumlah Tang Gungan, Produksi, dan Produktivitas) Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi... 37
1. Hubungan Umur Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi ... 38
2. Hubungan Pendidikan Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi ... 39
3. Hubungan Lama Berusahatani Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi ... 40
4. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi 41 5. Hubungan Jumlah Tanggungan Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi ... 42
6. Hubungan Luas Lahan Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi ... 43
Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Pada Mono Kultur Atau Diversifikasi ... 47 Keputusan Yang Diambil Petani ... 49 Masalah Yang Dihadapi Petani Di Desa Mesjid ... 50 Upaya Upaya Yang Dilakukan Untuk Menanggulangi Masalah Yang Dihadapi Petani ... 51
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ... 55 Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Judul Hal.
1 Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Padi
Sawah di Kecamatan Batangkuis, 2009 ... 19
2 Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Jagung
di Kecamatan Batangkuis, 2009... 20
3 Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman cabai
di Kecamatan Batangkuis, 2009... 20
4 Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Desa Mesjid Kecamatan
Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, 2010 ... 21
5 Parameter Tingkat Keputusan Petani ... 23
6 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga Di
Desa Mesjid, 2010 ... 28
7 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa
Mesjid, 2010 ... 28
8 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa
Mesjid, 2010 ... 29
9 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di
Desa Mesjid, 2010 ... 30
10 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama Di
Desa Mesjid, 2010 ... 31
11 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di
Desa Mesjid, 2010 ... 31
12 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa Di
Desa Mesjid, 2010 ... 32
13 Sarana Dan Prasarana Di Desa Mesjid, 2010 ... 33
Jumlah Tanggungan, Produksi, dan Produktivitas) Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi ... 38
16. Jumlah Sampel (%) Memilih Pernyataan A Dengan Skor 3, B Dengan Skor 2 Dan C Dengan Skor 1 Pada Parameter Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi Di Desa Mesjid Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang ... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal.
1 Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Pengambilan
Keputusan... 17
2 Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial
Ekonomi Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul Hal.
1. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Pengambil Keputusan Pada
Monokultur Atau Diversifikasi Desa Mesjid ... 65
2. Karakter Sosial Ekonomi Petani Monokultur Atau Diversifikasi .. 66
3. Skor Parameter Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau
Diversifikasi ... 67
4. Hubungan Umur Dengan Pengambilan Keputusan Monokultur
Atau Diversifikasi... 68
5. Hubungan Pendidikan Dengan Pengambilan Keputusan Monokultur
Atau Diversifikasi... 70
6. Hubungan Lama Berusahatani Dengan Pengambilan Keputusan
Monokultur Atau Diversifikasi ... 72
7. Hubungan Frekuensi Mengikuti Penyuluhan Dengan Pengambilan
Keputusan Monokultur Atau Diversifikasi ... 74
8. Hubungan Jumlah Tanggungan Dengan Pengambilan Keputusan
Monokultur Atau Diversifikasi ... 76
9. Hubungan Luas Lahan Dengan Pengambilan Keputusan Monokultur
Atau Diversifikasi... 78
10. Hubungan Produksi Dengan Pengambilan Keputusan Monokultur
Atau Diversifikasi... 80
11. Hubungan Produktivitas Dengan Pengambilan Keputusan Monokultur
ABSTRAK
AHMAD NURDIN (07009012) Dengan judul skripsi “Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi”. Studi Kasus : Desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, yang dibimbing oleh Bapak Ir. H.Hasman Hasyim, M.Si dan Bapak Ir. Sinar Indra Kesuma Ginting, M.Si.
Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode penentuan daerah penelitian secara sengaja (purposive) berdasarkan pertimbangan tertentu, metode penentuan sampel dilakukan secara stratified random sampling yaitu berdasarkan strata luas lahan dan jumlah sampel ditentukan secara proporsional atau seimbang dengan jumlah sampel sebanyak 30 KK. Metode pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Metode analisis data yang digunakan yaitu secara deskriptif dan menskor serta menjumlahkan data yang diperoleh serta diuji dengan analisis korelasi Rank Spearman dengan bantuan SPSS 17.
Hasil penelitian diperoleh:
Ada hubungan positif pendidikan petani dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi. Faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pada petani adalah faktor pribadi dan faktor lingkungan. Keputusan yang diambil petani di desa Mesjid kecamatan Batangkuis adalah diversifikasi. Masalah yang dihadapi petani pengambil keputusan adalah Tingkat pendidikan yang masih rendah. Petani masih sulit merubah kebiasaan. Sulit memperoleh pupuk dan pestisida. Kurangnya sumber informasi. Petani tidak memahami tujuan dari suatu kelompok. Upaya upaya yang dilakukan menanggulangi masalah Tingkat pendidikan yang masih rendah adalah petani ikut serta dalam kegiatan penyuluhan. Berkonsultasi kepada penyuluh mengenai masalah yang dihadapi dalam usahataninya dan mengajak penyuluh tersebut turun lapangan. Mengusulkan kepada pemerintah untuk memperoleh pupuk bersubsidi dan menghadirkan kepala Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) kecamatan membuat alternatif lain dengan membuat pupuk kompos. Melalui penyuluhan pertanian dimana penyuluh memilih metode yang sejauh mungkin dapat mengembangkan daya nalar dan kreativitas petani untuk mencari informasi. Dilakukan pendekatan terhadap kelompok tani, dimana para petani diajak dan dibimbing serta diarahkan secara berkelompok untuk melaksanakan kegiatan yang tentunya lebih produktif atas dasar kerjasama, sehingga masalah yang dihadapi dapat dipecahkan secara bersama sama.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia masih merupakan negara pertanian, artinya pertanian memegang
peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat
ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup atau bekerja
pada sektor pertanian atau dari produk nasional yang berasal dari pertanian
(Mubyarto, 1986).
Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan
penting karena selain bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, juga
merupakan sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas.
Besarnya kesempatan kerja yang dapat diserap dan besarnya jumlah penduduk
yang masih bergantung pada sektor ini masih perlu terus ditumbuhkembangkan.
Di balik peranan sektor pertanian yang semakin penting, keadaan sumber daya
manusia yang berada di sektor ini masih memprihatinkan karena sebagian besar
asih tergolong berkualitas rendah. Sekitar 69 % penduduk yang berada di sektor
ini tergolong miskin, diantaranya 82 % berada di perdesaan (Noor, 1996).
Sektor pertanian dengan produksi berbagai komoditas bahan pangan untuk
memenuhi kebutuhan nasional, telah menunjukkan kontribusi yang sangat
signifikan. Kebutuhan pangan akan terus meningkat dalam jumlah, keragaman,
dan mutunya, seiring dengan perkembangan populasi kualitas hidup masyarakat.
Jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar, sekitar 204 juta dan terus
besar, yang tentunya akan memerlukan upaya dan sumberdaya yang besar untuk
memenuhinya (Suryana, 2003).
Untuk mempercepat laju pertumbuhan ekonomi perdesaan, strategi
pembangunan perdesaan haruslah berbasiskan pertanian. Agar kesempatan
berusaha, kesempatan kerja, dan penciptaan nilai tambah di perdesaan dapat
ditingkatkan. Basis pembangunan perdesaan diperluas pada kegiatan kegiatan
yang mempunyai keterkaitan yang erat dengan pertanian. Strategi pembangunan
perdesaan ini disebut dengan pendekatan sistem agribisnis. Tampaknya
pendekatan ini merupakan salah satu alternatif yang mendapat banyak dukungan,
baik dari para akademisi maupun para praktisi (Mubyarto, 1984).
Indonesia sebagai salah satu negara yang kaya dengan keragaman hayati
sudah saatnya mengembangkan potensi yang ada. Pertanian monokultur yang
secara sistematis telah menghancurkan kekayaan alam Indonesia, perlu
dihempang perjalanannya. Kekayaan alam Indonesia perlu tetap dipertahankan,
dengan mengembangkan pola tani yang sesuai dengan kondisi lokal di setiap
daerah (Soekirman, dkk.2007).
Sistem pertanian monokultur adalah konsep pertanian yang kurang sesuai
dengan alam Indonesia yang kaya dengan keragaman. Monokultur hanya sesuai
di negara negara yang kepemilikan lahannya luas tidak seperti Indonesia yang
kepemilikan lahan masing masing petani cukup kecil. Keragaman tanaman yang
ada di setiap daerah cukup beragam. Kekhasan tanaman di setiap daerah di
Indonesia juga telah diketahui seperti di Tapanuli Selatan ada salak, di Malang
tentunya akan mengancam keragaman hayati yang dimiliki negara kita. Usaha
usaha untuk menghempang sudah saatnya dimulai sebelum keberagaman tanaman
yang ada di pelosok tanah air menjadi musnah (Soekirman,dkk. 2007).
Dalam pengembangan pada diversifikasi komoditi pertanian ini azas skala
ekonomi, keunggulan komperatif secara regional, dan efisiensi perlu mendapat
perhatian utama. Diversifikasi atau penganekaragaman tanaman perlu untuk
perluasan pasar dan meningkatkan efisiensi komoditi. Menurut Kasryno dalam
Limbong, dkk.(1992) mengatakan bahwa dengan cara ini pula kesempatan kerja
dan distribusi pendapatan dapat didorong karena diversifikasi berupa pengaturan
pada pergiliran tanaman untuk efisiensi pemanfaatan sumber daya alam,
pelestarian lingkungan, dan pemberantasan hama secara terpadu.
Diversifikasi pertanian merupakan salah satu cara yang efektif mengatasi
masalah pengangguran dan tekanan penduduk karena sumbangannya bagi
perluasan kesempatan kerja dan pemerataan sangat besar. Melalui diversifikasi,
peningkatan efisiensi dan produktivitas maka pendapatan dan daya beli pertanian
akan meningkat berarti makin banyak barang dan jasa yang dapat dijual
(Hasyim,1994).
Berdasarkan prasurvei di lapangan, sistem diversifikasi lebih
menguntungkan daripada sistem monokultur, oleh karena itu penulis tertarik
meneliti tentang pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi di
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut: apakah ada hubungan karakteristik sosial ekonomi
petani dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi di
daerah penelitian, faktor faktor apa saja yang mempengaruhi pengambilan
keputusan pada monokultur atau diversifikasi, keputusan apa yang diambil oleh
petani, masalah apa saja yang dihadapi petani dalam pengambilan keputusan pada
monokultur atau diversifikasi di daerah penelitian, bagaimana upaya upaya yang
dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi petani di daerah
penelitian.
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah maka tujuan penelitian adalah untuk
menganalisis hubungan karakteristik sosial ekonomi petani dengan pengambilan
keputusan pada monokultur atau diversifikasi di daerah penelitian, untuk
mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan pada
monokultur atau diversifikasi, untuk mengetahui keputusan apa yang diambil oleh
petani, untuk mengetahui masalah yang dihadapi petani dalam pengambilan
keputusan pada monokultur atau diversifikasi di daerah penelitian, untuk
mengetahui upaya upaya yang dilakukan untuk menanggulangi masalah yang
dihadapi petani di daerah penelitian.
Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah sebagai bahan pertimbangan bagi
studi bagi pihak pihak yang terkait dan yang membutuhkan, penelitian ini
menambah pengetahuan dan wawasan peneliti terutama yang berhubungan
dengan pengembangan pada monokultur atau diversifikasi dalam usahataninya.
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, maka yang menjadi hipotesis penelitian
adalah terdapat hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan,
lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah
tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan pengambilan keputusan pada
monokultur atau diversifikasi di daerah penelitian, faktor faktor yang
mempengaruhi pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi ada
pada faktor pribadi dan lingkungan, keputusan yang diambil petani adalah
TINJAUAN PUSTAKA
Monokultur
Pertanaman tunggal atau monokultur adalah salah satu cara budidaya di
lahan pertanian dengan menanam satu jenis tanaman pada satu areal. Cara
budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta
menjadi identitas pertanian intensif dan pertanian industrial. Monokultur
menjadikan penggunaan lahan efisien karena memungkinkan perawatan dan
pemanenan secara cepat dengan bantuan mesin pertanian dan menekan biaya
tenaga kerja karena wajah lahan menjadi seragam. Kelemahan utamanya adalah
keseragaman kultivar mempercepat penyebaran Organisme Pengganggu Tanaman
(OPT), seperti hama dan penyakit tanaman (Departemen Pertanian, 2009).
Monokultur mengakibatkan dampak yang besar terhadap hubungan sosial
dan budaya. Bentuk jiwa masyarakat yang tradisional seperti gotong
royong telah melemah dan produk tradisional seperti pisang raja, sirih, dan
kegiatan ekonomis seperti merawat peternakan hewan sedang menghilang
(Sabirin dan Hamdan, 2009)
Produk Produk monokultur tidak bisa langsung diperuntukkan bagi
konsumsi rumah tangga atau kerajinan rumah tangga. Petani yang berumur lebih
tua merasakan kesulitan untuk mempertahankan diri disistem produksi, dan sistem
produksi sendiri tidak dapat disesuaikan dengan kondisi dan keperluan masyarakat
Diversifikasi
Pada dasarnya yang dimaksud dengan diversifikasi atau
penganekaragaman pertanian adalah usaha untuk mengganti atau meningkatkan
hasil pertanian yang monokultur (satu jenis tanaman) kearah pertanian yang
bersifat multikultur (banyak macam). Diversifikasi yang demikian diversifikasi
horizontal. Disamping itu dikenal pula diversifikasi vertikal yaitu usaha untuk
memajukan industri industri pengolahan hasil hasil pertanian yang bersangkutan
(Mubyarto, 1986).
Diversifikasi merupakan salah satu strategi pembangunan pertanian, di
samping strategi lainnya seperti intensifikasi, ekstensifikasi, dan rehabilitasi.
Tujuan dari diversifikasi adalah menuju kepada keseimbangan struktur ekonomi
pertanian sehingga penggunaan sumber daya alam dan sumber daya manusia
mencapai optimal. Diversifikasi pertanian meliputi diversifikasi komoditi,
teknologi usahatani dan perluasan kesempatan kerja di luar pertanian
(Hasyim,1994).
Diversifikasi di sektor pertanian mempunyai beberapa dampak positif.
Diversifikasi horizontal yang merupakan diversifikasi ditingkat usahatani, dituntut
adanya kebebasan petani untuk mengalokasikan sumber daya yang ada secara
optimal sesuai dengan kondisi yang ada. Diversifikasi vertikal terutama
dimaksudkan untuk dapat meningkatkan nilai tambah melalui pengolahan hasil
dan peningkatan mutu produk. Dalam diversifikasi ini dituntut adanya keterkaitan
suatu kegiatan lain baik ditingkat petani maupun ditingkat kelembagaan,
sedangkan diversifikasi regional perlu didasarkan pada prinsip comperative
Diversifikasi berguna untuk mendapatkan hasil hasil yang optimal dari
lahan yang sempit. Juga menjamin tersedianya bahan makanan sepanjang tahun,
mendorong petani untuk mengisi waktu waktu kosong. Bila sepesialisasi
dijalankan terlampau jauh, suatu daerah dapat menjadi terlampau tergantung pada
satu jenis hasil pertanian saja. Faktor faktor lain membenarkan kecenderungan
kearah diversifikasi antara lain:
1. Prospek jangka panjang yang kurang menentu dari satu jenis hasil utama
dari usahatani.
2. Tersedianya sumber sumber alam lain yang mempunyai prospek baik, dan
permintaan hasil yang lebih elastis sifatnya.
3. Biaya transportasi yang tinggi antar daerah.
(Mubyarto,1986).
Pakpahan dalam Tarigan (1992) juga mengatakan bahwa program
diversifikasi termasuk penting, dapat dilihat dari berbagai segi pandang. Secara
teoritis perluasan produksi dengan diversifikasi akan meningkatkan kemampuan
sektor pertanian menanggulangi resiko dan ketidakpastian yang bersumber dari
perubahan perubahan dalam permintaan hasil pertanian ataupun yang disebabkan
oleh bencana alam seperti hama penyakit, perubahan cuaca dan lainnya. Juga
perbaikan teknologi pertanian pada tanaman padi menjadikan surplus hasil yang
telah berada pada kisaran swasembada beras.
Walaupun telah ditampilkan beberapa segi yang menguntungkan dalam
diversifikasi, bukan berarti tanpa faktor penghambat dalam pengembangan
1. Hak dan pengusahaan sumberdaya, terutama lahan pertanian.
2. Tingakat adopsi teknologi baru yang lambat dari masyarakat desa.
3. Tingkat keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki masyarakat desa masih
rendah.
Faktor faktor yang mempengaruhi petani dalam melakukan diversifikasi
menurut Tarigan (1992) diantaranya adalah :
1. Dapat memperoleh uang lebih berkelanjutan.
2. Mencegah tidak ada masa menganggur.
3. Tersedianya pupuk dan pestisida yang mudah didapat.
4. Kondisi lahan dan iklim/cuaca yang sesuai.
5. Mencegah serangan hama penyakit tanaman.
Keunggulan dan kelemahan yang dapat diperoleh petani yang
menggunakan monokultur atau diversifikasi menurut Limbong, dkk.(1992) adalah:
1. Nilai produksi pola usahatani diversifikasi lebih besar dari nilai produksi
pola usahatani monokultur/ha.
2. Pendapatan bersih pola usahatani diversifikasi lebih besar dari pendapatan
bersih pola usahatani monokultur/ha. Hal ini bisa terjadi karena kepastian
berproduksi pola usahatani diversifikasi lebih terjamin.
3. Pencurahan tenaga kerja pola usahatani diversifikasi lebih besar dari
pencurahan tenaga kerja pola usahatani monokultur/ha. Disebabkan karena
pemeliharaan pola usahatani diversifikasi lebih intensif dibandingkan
dengan pemeliharaan pola usahatani monokultur sehingga pencurahan
4. Tingkat biaya pola usahatani diversifikasi lebih besar dari tingkat biaya pola
usahatani monokultur. Yang disebabkan karena pola usahatani diversifikasi
memerlukan perawatan dan pemeliharaan yang memerlukan tenaga kerja
yang lebih banyak.
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani
1. Umur
Menurut Soekartawi (1999), rata rata petani Indonesia yang cenderung tua
dan sangat berpengaruh pada produktivitas sektor pertanian Indonesia Petani
berusia tua biasanya cenderung sangat konservatif (memelihara) menyikapi
perubahan terhadap inovasi teknologi. Berbeda halnya dengan petani yang
berusia muda.
Umur petani adalah salah satu faktor yang berkaitan erat dengan
kemampuan kerja dalam melaksanakan kegiatan usahatani, umur dapat dijadikan
sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja bilamana
dengan kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang
dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim,2006).
Petani yang berusia lanjut sekitar 50 tahun ke atas, biasanya fanatik
terhadap tradisi dan sulit untuk diberikan pengertian yang dapat mengubah cara
berfikir, cara kerja, dan cara hidupnya. Mereka ini bersikap apatis terhadap
adanya teknologi baru dan inovasi, semakin muda umur petani, maka semakin
tinggi semangatnya mengetahui hal baru, sehingga dengan demikian mereka
berusaha untuk cepat melakukan adopsi walaupun sebenarnya mereka masih
2. Pendidikan
Singarimbun dan Penny dalam Soekartawi (1999) mengemukakan bahwa
banyaknya atau lamanya sekolah/pendidikan yang diterima seseorang akan
berpengaruh terhadap kecakapannya dalam pekerjaan tertentu. Sudah tentu
kecakapan tersebut akan mengakibatkan kemampuan yang lebih besar dalam
menghasilkan pendapatan bagi rumah tangga.
Menurut Hasyim (2006), tingkat pendidikan formal yang dimiliki petani
akan menunjukkan tingkat pengetahuan serta wawasan yang luas untuk petani
menerapkan apa yang diperolehnya untuk peningkatan usahataninya.
Mengenai tingkat pendidikan petani, dimana mereka yang berpendidikan
tinggi relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi inovasi. Tingkat pendidikan
manusia pada umumnya menunjukkan daya kreatifitas manusia dalam berfikir dan
bertindak. Pendidikan rendah mengakibatkan kurangnya pengetahuan dalam
memanfaatkan sumber daya alam yang tersedia (Kartasapoetra,1994).
3. Lamanya berusahatani
Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusahatani
berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Petani yang sudah lama bertani
akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula atau petani baru.
Petani yang sudah lama berusahatani akan lebih mudah menerapkan anjuran
penyuluhan dimikian pula dengan penerapan teknologi.
Lamanya berusahatani untuk setiap orang berbeda beda, oleh karena itu
lamanya berusahatani dapat dijadikan bahan pertimbangan agar tidak melakukan
kesalahan yang sama sehingga dapat melakukan hal hal yang baik untuk waktu
4. Frekuensi menggikuti penyuluhan
Menurut Soekartawi (1999), agen penyuluhan dapat membantu petani
memahami besarnya pengaruh struktur sosial ekonomi dan teknologi untuk
mencapai kehidupan yang lebih baik dan menemukan cara mengubah struktur atas
situasi yang menghalangi untuk mencapai tujuan tersebut.
Semakin tinggi frekuensi petani mengikuti penyuluhan maka keberhasilan
penyuluh pertanian yang disampaikan semakin tinggi pula. Frekuensi petani
dalam mengikuti penyuluhan yang meningkat disebabkan karena penyampaian
yang menarik dan tidak membosankan serta yang disampaikan benar benar
bermanfaat bagi petani dan usahataninya (Hasyim, 2003).
5. Luas lahan
Menurut Soekartawi (1999), luas lahan akan mempengaruhi skala usaha.
Makin luas lahan yang dipakai petani dalam usaha pertanian, maka lahan semakin
tidak efisien. Hal ini disebabkan pada pemikiran bahwa luasnya lahan
mengakibatkan upaya melakukan tindakan yang mengarah pada segi efisien akan
berkurang. Sebaliknya pada lahan yang sempit upaya pengawasan terhadap
penggunaan faktor produksi semakin baik, sehingga usaha pertanian seperti ini
lebih efisien. Meskipun demikian lahan yang terlalu kecil cenderung
menghasilkan usaha yang tidak efisien pula.
6. Jumlah tanggungan
Menurut Hasyim (2006), jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu
faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi
untuk melakukan banyak aktivitas terutama dalam mencari dan menambah
pendapatan keluarganya.
Semakin banyak anggota keluarga akan semakin besar pula beban hidup
yang akan ditanggung atau harus dipenuhi. Jumlah anggota keluarga akan
mempengaruhi keputusan petani dalam berusahatani (Soekartawi, 1999).
7. Produksi
Suatu pengguna faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisien
teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimal.
Usahatani dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat
mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik baiknya. Dikatakan
efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran atau output
yang melebihi masukan atau input. Pengertian efisien sangat relatif, efisien
diartikan sebagai penggunaan input sekecil kecilnya untuk mendapatkan produksi
yang sebesar besarnya (Soekartawi, 2001).
8. Produktivitas
Menurut Soekartawi, dkk. (1986), produktivitas petani umumnya masih
rendah. Pada umumnya pengetahuan petani kecil itu terbatas, sehingga
mengusahakan kebunnya secara tradisional, kemampuan permodalannya juga
terbatas dan bekerja dengan alat sederhana. Dengan demikian produktivitas dan
produksinya rendah.
Faktor lain yang juga berpengaruh dalam pengambilan keputusan menurut
Mardikanto (1996) yaitu faktor sosial terdiri dari:
- Umur
- Tingkat mobilitas
- Tingkat partisipasi dalam kelompok atau organisasi
- Sikap kekeluargaan
- Sikap terhadap penguasa
- Kosmopolitan
- Pengalaman bertani
- Luas lahan
- Tingkat pendapatan
- Jumlah tanggungan
Teori Pengambilan Keputusan
Faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan menurut
Nasution (1989) antara lain:
1. Faktor pribadi
- Kontak dengan sumber sumber informasi di luar masyarakatnya.
- Keaktifan mencari sumber informasi.
- Pengetahuan tentang keuntungan relatif dari praktek yang diberikan.
- Kepuasan pada cara cara lama.
2. Faktor lingkungan
- Tersedianya media komunikasi.
- Adanya sumber informasi secara rinci.
- Pengaruh pengalaman dari petani lain.
- Faktor faktor alam.
Pengambilan keputusan di dalam rumah tangga petani meliputi faktor
faktor yang kompleks, termasuk ciri ciri biofisik usahatani, ketersedian dan
kualitas input luar dan jasa serta proses sosial ekonomi dan budaya di dalam
masyarakat. Di samping itu, selama terjadi perubahan lingkungan ekologis, sosial
ekonomi, dan budaya maka sistem usahatani harus pula disesuaikan. Dengan
demikian, pertanian mencakup suatu proses pengambilan keputusan tanpa akhir,
baik itu untuk jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Proses
pengambilan keputusan juga berubah dari waktu ke waktu (Reijntjes, dkk. 1999).
Salah satu variabel utama dalam sistem usahatani adalah pengambilan
keputusan di dalam rumah tangga petani tentang tujuan dan cara mencapainya
dengan sumber daya yang ada yaitu jenis dan kuantitas tanaman yang
dibudidayakan dan ternak yang dipelihara serta teknik dan strategi yang
diterapkan. Cara yang ditempuh suatu rumah tangga petani dalam pengambilan
keputusan pengelolaan usahatani tergantung pada ciri ciri rumah tangga yang
bersangkutan, misalnya jumlah laki laki, perempuan (jumlah anggota
keluarganya), usia, kondisi kesehatan, keinginan, kebutuhan, pengalaman bertani,
pengetahuan, dan keterampilan serta hubungan antar anggota rumah tangga
(Reijntjes, dkk. 1999).
Kebanyakan ketentuan ketentuan mengenai pertanian dibuat oleh petani
sebagai individu, tetapi ia mengambil keputusan itu dalam hubungan
keanggotaannya dalam suatu keluarga. Hasrat untuk berbuat apa yang dapat
diperbuatnya demi kepentingan anggota keluarganya dan dalam hubungan
pengaruh anggota keluarganya terhadap dirinya, karena ketergantungan mereka
petani untuk mengambil keputusan tertentu atau melakukan teknik tertentu
(Mosher, 1997).
Kerangka Pemikiran
Petani dikategorikan memegang dua peranan yaitu sebagai juru tani dan
sekaligus sebagai orang pengelola dalam usahataninya. Sebagai seorang juru tani,
petani mempunyai peranan memelihara tanaman yang diusahakan dalam
usahataninya, sebagai juru tani petani menggunakan keterampilan tangan, otot,
dan mata untuk kegiatan pemeliharaan dalam usahataninya yang mencakup
menyiapkan persemaian, penyediaan benih, melindungi tanaman dari hama
penyakit, dan sebagainya. Sedangkan sebagai pengelola petani harus mempunyai
keterampilan berupa pengetahuan serta kemauan yang berguna untuk
pengambilan keputusan dalam menjalankan usahataninya.
Dalam Pengambilan keputusan monokultur atau diversifikasi, Petani
dipengaruhi oleh dua hal yaitu: karakteristik sosial ekonomi yang terdiri dari
umur, pendidikan, lamanya berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas
lahan, jumlah tanggungan, produksi, dan produktivitas. Kemudian faktor pribadi,
faktor lingkungan dan faktor lain, dalam pengambilan keputusan petanilah yang
paling berhak menentukan apa dan bagaimana tindakan yang harus mereka
lakukan.
Di dalam mengambil keputusan untuk menerapkan monokultur atau
diversifikasi tentunya harus berdasarkan pertimbangan yang lebih baik yang
Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1 :
Gambar 1 : Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Terhadap Pengambilan Keputusan.
Di dalam mengambil keputusan monokultur atau diversifikasi tentunya
harus berdasarkan pertimbangan yang lebih baik yang mengarah kepada
keuntungan yang dapat diperoleh petani dalam pelaksanaannya. Karakteristik sosial
ekonomi
pendidikan
Luas lahan Frekuensi mengikuti
penyuluhan
Jumlah tanggungan
produksi
Pengambilan keputusan umur
Lama berusahatani
Keterangan:
[image:32.595.121.540.77.580.2]: Menyatakan Hubungan : Menyatakan Pengaruh
Gambar 2: Skema Kerangka Pemikiran Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur atau diversifikasi
PETANI PENGAMBIL KEPUTUSAN
DIVERSIFIKASI MONOKULTUR
Faktor faktor yang mempengaruhi: 1. Faktor pribadi
- Kontak dengan sumber informasi - Keaktifan mencari sumber
informasi
- Pengetahuan keuntungan relatif - Kepuasan cara lama
2. Faktor lingkungan
- Tersedianya media komunikasi - Adanya sumber informasi secara
rinci
- Pengaruh pengalaman dari petani lain
- Faktor faktor alam
- Tujuan dan minat keluarga 3. Faktor lain
- Memperoleh uang lebih berkelanjutan
- Mencegah masa menganggur - Tersedia pupuk & pestisida - Kondisi lahan & iklim sesuai - mencegah hama penyakit Karakteristik Sosial
Ekonomi 1. Umur 2. Pendidikan
3. Lama berusahatani 4. Frekuensi mengikuti
penyuluhan 5. Luas lahan
6. Jumlah tanggungan 7. Produksi
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten
Deli Serdang. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu
secara sengaja. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan
pertimbangan bahwa berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini
merupakan salah satu sentra produksi urutan ke tiga untuk komoditi padi sawah,
jagung, dan cabai di Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang, dan daerah
[image:33.595.113.517.378.627.2]ini juga telah menerapkan sistem monokultur dan diversifikasi.
Tabel 1. Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Padi Sawah di Kecamatan Batangkuis Tahun 2009
No. Desa Luas Panen
(Ha) Produksi (Ton) Rata Rata Produksi (Ton/Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sena Tumpatan Nibung Baru Tanjung Sari Bakaran Batu Bintang Meriah Batangkuis Pekan Paya Gambar Sidodadi Sugiharjo Mesjid 0,00 190,00 269,00 53,00 0,00 25,00 15,00 275,00 0,00 50,00 251,00 0,00 1197,00 1667,80 323,30 0,00 155,00 90,00 1870,00 0,00 290,00 1556,20 0,00 6,30 6,20 6,10 0,00 6,20 6,00 6,80 0,00 5,80 6,20
Jumlah 1158,00 7149,30 6,17
Tabel 2. Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Jagung di Kecamatan Batangkuis Tahun 2009
No. Desa Luas Panen
(Ha) Produksi (Ton) Rata Rata Produksi (Ton/Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sena Tumpatan Nibung Baru Tanjung Sari Bakaran Batu Bintang Meriah Batangkuis Pekan Paya Gambar Sidodadi Sugiharjo Mesjid 150,00 80,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 450,00 0,00 120,00 870,00 464,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 2610,00 0,00 708,00 5,80 5,80 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 5,80 0,00 5,90
Jumlah 800,00 4652,00 5,82
Sumber : Kantor Camat Batangkuis, 2011
Tabel 3. Luas Panen, Produksi, dan Rata Rata Produksi Tanaman Cabai di Kecamatan Batangkuis Tahun 2009
No. Desa Luas Panen
(Ha) Produksi (Ton) Rata Rata Produksi (Ton/Ha) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sena Tumpatan Nibung Baru Tanjung Sari Bakaran Batu Bintang Meriah Batangkuis Pekan Paya Gambar Sidodadi Sugiharjo Mesjid 8,00 1,90 0,96 0,00 0,00 0,00 0,00 1,90 0,00 0,96 1,90 12,32 4,66 2,32 0,00 0,00 0,00 0,00 4,66 0,00 2,32 4,66 1,54 2,45 2,42 0,00 0,00 0,00 0,00 2,45 0,00 2,42 2,45
Jumlah 15,62 30,94 1,98
Sumber : Kantor Camat Batangkuis, 2011
Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode penentuan sampel
yang dilakukan secara stratified random sampling yaitu berdasarkan strata luas
[image:34.595.109.519.110.334.2]strata luas lahan agar sampel terwakili dari semua populasi. Di daerah penelitian
terdapat 305 KK populasi. Dari jumlah 305 KK itu kemudian diambil sampel
sebanyak 30 KK, karena menurut Nazir (2005) bahwa ukuran sampel yang
diterima berdasarkan pada metode penelitian deskriptif korelasional minimal 30
sampel.
Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997):
Spl = n x Js
N
Dimana:
Spl = Sampel
n = Jumlah petani
N = Total populasi
Js = Besar sampel
Spl I = 240 x 30 = 24 305
Spl II = 65 x 30 = 6 305
Tabel 4. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian di Desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010 No Luas Lahan Populasi (KK) Sampel (KK)
1 2
≤ 0,5
> 0,5
240 65
24 6
Jumlah 305 30
Sumber : Kantor Kepala Desa Mesjid, 2011
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer
dan data sekunder. Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara
menggunakan kuesioner serta pengamatan dan diskusi di lapangan. Data
sekunder yaitu data diperoleh dari buku atau yang dijadikan sebagai referensi,
literatur, lembaga atau instansi atau dinas terkait dengan penelitian ini.
Metode Analisa Data
Untuk hipotesis pertama, ada hubungan karakteristik sosial ekonomi petani
dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi di daerah
penelitian, dianalisis dengan Korelasi Rank Spearman (rs) dengan bantuan SPSS
17. Metode korelasi Spearman digunakan untuk mengukur keeratan hubungan
antara dua variabel dimana dua variabel itu tidak mempunyai distribusi normal
dan variansnya tidak sama (terdapat perbedaan antara variabel yang satu dengan
variabel yang lain).
Rumus Korelasi Rank Spearman (rs) adalah
r
s =) 1 ( 6 1
2 2 1
− Σ
− =
n n
di n i
dimana:
rs : Nilai koefisien Korelasi Rank Spearman
di : Perbedaan setiap pasangan rangking
n : Jumlah pengamatan
Untuk melihat nyata tidaknya hubungan antara variabel diuji dengan
menggunakan uji t dengan rumus:
th= rs 2
1 2
s r n
− −
Jika t h ≤ t α, berarti H0 diterima (tidak ada hubungan antara karakteristik sosial
ekonomi petani dengan pengambilan keputusan pada monokultur
atau diversifikasi).
Jika t h > t α, berarti H1 diterima (ada hubungan antara faktor sosial ekonomi
petani dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau
diversifikasi).
(Supriana dan Lily, 2010).
Untuk hipotesis kedua, faktor faktor yang mempengaruhi pengambilan
keputusan pada monokultur atau diversifikasi digunakan analisis deskriptif.
Untuk identifikasi masalah ketiga, keputusan apa yang diambil oleh petani
digunakan analisis deskriptif dengan mewawancarai langsung kepada petani
keputusan apa yang mereka ambil.
Untuk identifikasi masalah keempat, apa saja masalah yang dihadapi
petani dalam pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi di daerah
penelitian. Dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan
mengamati masalah yang dihadapi oleh masyarakat petani yang menerapkan pada
monokultur atau diversifikasi di daerah penelitian.
Untuk identifikasi masalah kelima, bagaimana upaya upaya yang
dilakukan untuk menanggulangi masalah yang dihadapi petani di daerah
penelitian. Dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif yaitu dengan
mengamati masalah yang dihadapi oleh masyarakat (petani) yang menerapkan
pada monokultur atau diversifikasi, sehingga dapat diketahui upaya upaya
Definisi dan Batasan Operasional
Agar tidak terjadi kesalahpahaman atas pengertian dan penafsiran dalam
penelitian ini, maka digunakan definisi dan batasan operasional sebagai berikut:
Definisi
1. Petani adalah orang yang mengelola usaha di bidang pertanian dan yang
menjadi pengambil keputusan itu sendiri.
2. Karakteristik sosial ekonomi terdiri dari umur, pendidikan, lamanya
berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan,
produksi, dan produktivitas.
3. Umur (X1) adalah usia petani padi sawah yang dihitung dari tanggal lahir
masing masing (tahun) sampai saat ditanya dalam kuesioner.
4. Tingkat Pendidikan (X2) adalah sejauh mana jenjang pendidikan yang telah
ditempuh untuk memperoleh pengajaran di bangku sekolah (tahun).
5. Lama berusahatani (X3) adalah berapa lama petani telah bekerja sebagai petani
(tahun) sampai saat ditanya dalam kuesioner.
6. Frekuensi mengikuti penyuluhan (X4) adalah berapa kali petani mengikuti
kegiatan penyuluhan atau bagaimana rutinitas petani dalam kegiatan
penyuluhan pertanian.
7. Jumlah tanggungan (X5) adalah semua orang yang berada dalam keluarga atau
rumah tangga petani dan ditanggung oleh kepala keluarga (orang).
8. Luas Lahan (X6) adalah areal pertanaman yang dimiliki oleh petani yang
diukur dengan satuan hektar.
9. Produksi (X7) adalah hasil panen yang diperoleh petani dari usahataninya
(ton).
10. Produktivitas (X8) adalah hasil persatuan luas lahan (ton/ha).
11. Pengambilan keputusan adalah suatu langkah untuk memilih/menerapkan
monokultur atau diversifikasi.
12. Diversifikasi adalah sistem pertanaman yang mengusahakan lebih dari satu
jenis tanaman dalam satu lahan yang sama.
13. Monokultur adalah sistem pertanaman yang mengusahakan hanya satu jenis
tanaman dalam satu lahan yang sama.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan di Desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten Deli
Serdang, Sumatera Utara
2. Waktu Penelitian adalah Juli 2011 sampai dengan September 2011.
3. Petani sampel adalah petani yang menerapkan monokultur atau diversifikasi
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Geografis
Penelitian ini dilakukan di desa Mesjid Kecamatan Batangkuis Kabupaten
Deli Serdang. Batas wilayah desa Mesjid sebagai berikut:
Sebelah Utara berbatasan dengan : desa Tengah Kecamatan Pantai Labu
Sebelah Selatan berbatasan dengan : desa Paya Gambar Kecamatan Batangkuis
Sebelah Barat berbatasan dengan : desa Sidodadi Kecamatan Batangkuis
Sebelah Timur berbatasan dengan : desa Serdang Kecamatan Beringin
Jarak tempuh:
- Ke ibukota kecamatan : 6 km
- Ke ibukota kabupaten : 16 km
- Ke ibukota provinsi : 20 km
Desa Mesjid memiliki luas wilayah 248 ha yang terbagi atas tiga dusun
berada pada ketinggian 20 meter dari permukaan laut, dengan curah hujan rata
rata 2000 mm/tahun.
Luas Wilayah Menurut Penggunaan :
- Luas Pemukiman : 9,5 ha
- Luas Persawahan : 223 ha
- Luas Pekuburan : 0,5 ha
- Luas Perkantoran : 200 m2
- Luas Pekarangan : 5,5 ha
Kondisi Demografis Keadaan Penduduk
a. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jumlah kepala keluarga dapat
[image:41.595.108.515.249.402.2]dilihat pada Tabel 5 :
Tabel 5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jumlah Kepala Keluarga Di Desa Mesjid, 2010.
Nama Wilayah Jumlah Penduduk
(Jiwa)
Jumlah KK (Jiwa)
Persentase (%)
Dusun I
Dusun II
Dusun III
532
273
603
127
73
148
36,49
20,97
42,54
Jumlah 1408 348 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Mesjid, 2011
Dari Tabel 5 dapat dilihat jumlah penduduk di Desa Mesjid adalah 1408.
Jumlah penduduk yang terdapat di dusun I yaitu 532 jiwa atau 127 kepala
keluarga dengan persentase 36,49 %, di dusun II yaitu 273 jiwa atau 73 kepala
keluarga dengan persentase sebesar 20,97 %, sedangkan di dusun III yaitu 603
jiwa atau 148 kepala keluarga dengan persentase sebesar 42,54 %. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbesar terdapat di dusun III.
b. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa Mesjid
Tabel 6. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Di Desa Mesjid, Tahun 2010
Nama Wilayah
Jenis Kelamin (jiwa) Jumlah Persentase (%) Laki laki Perempuan
Dusun I Dusun II Dusun III 268 145 314 264 128 289 532 273 603 37,78 19,38 42,84
Jumlah 727 681 1408 100,00
Sumber : Kantor kepala Desa Mesjid, 2011
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk laki laki di desa Mesjid
adalah sebanyak 727 jiwa dan perempuan sebanyak 681 jiwa, dengan jumlah
penduduk sebesar 1408 jiwa. Penduduk terbesar berdasarkan jenis kelamin
terdapat di dusun III dengan jumlah laki laki sebanyak 314 jiwa dan jumlah
perempuan sebesar 289 jiwa dengan total keseluruhan adalah 603 jiwa atau
sebesar 42,84 %.
c. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur
[image:42.595.104.519.109.210.2]Distribusi jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur di Desa Mesjid dapat dilihat pada Tabel 7 :
Tabel 7. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Mesjid, 2010
Kelompok Umur Nama Wilayah Jumlah Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun
III
[image:42.595.110.516.485.737.2]Dari Tabel 7 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan kelompok
umur yaitu jumlah usia non produktif yaitu balita, anak anak dan remaja
(kelompok umur 0 – 14 tahun) sebesar 413 jiwa (29,33 %), jumlah usia produktif
(kelompok umur 15 – 59 tahun) sebesar 926 jiwa (65,77 %), dan jumlah penduduk
manula (kelompok umur 60 tahun keatas) sebesar 69 jiwa (4,90 %). Hal ini
menunjukkan bahwa penduduk Desa Mesjid adalah tergolong produktif yaitu usia
dimana orang memiliki nilai ekonomi yang tinggi sehingga dapat menghasilkan
barang dan jasa dengan tersedianya tenaga kerja yang cukup besar.
d. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan di Desa
Mesjid dapat dilihat pada Tabel 8:
Tabel 8. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Di Desa Mesjid, 2010
Tingkat Pendidikan
Nama Wilayah Jumlah Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun
III SD SLTP SMA Akademi Perguruan Tinggi 234 39 43 17 6 103 34 30 14 5 248 40 59 13 12 585 113 132 44 23 65,21 12,59 14,70 4,90 2,60
Jumlah 339 186 372 897 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Mesjid, 2011
Dari Tabel 8 dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh oleh
penduduk di desa Mesjid, masih terdapat penduduk Tingkat pendidikan terbesar
didominasi pada Sekolah Dasar yakni 585 jiwa (65,21 %) dari jumlah
keseluruhan. Sedangkan jumlah penduduk yang tingkat pendidikannya perguruan
[image:43.595.104.518.389.555.2]Sekolah Dasar serta yang tidak/belum bersekolah. Hal ini menunjukkan tingkat
pendidikan di desa Mesjid rata rata masih tergolong rendah.
e. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan penganut agama di Desa Mesjid
dapat dilihan dari Tabel 9 :
Tabel 9. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Penganut Agama Di Desa Mesjid, 2010
Agama Jumlah Persentase (%)
Islam Katolik Protestan Hindu Budha
941 131 336 0 0
66,83 9,30 23,87 0,00 0,00
Jumlah 1408 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Mesjid, 2011
Dari Tabel 9 dapat dilihat bahwa agama yang dianut oleh penduduk di
desa Mesjid adalah agama Islam, Katolik, Protestan. Jumlah penduduk
berdasarkan penganut agama yaitu penganut agama Islam sebanyak 941 jiwa atau
sebesar 66,83%, penganut agama Katolik sebanyak 131 jiwa atau sebesar 9,30%,
penganut agama Protestan sebanyak 336 jiwa atau sebesar 23,87%, di Desa
Mesjid tidak terdapat penganut agama Hindu dan agama Budha. Berdasarkan
persentase tersebut, hal ini menunjukkan penduduk Desa Mesjid mayoritas adalah
penganut agama Islam.
f. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian di desa Mesjid
[image:44.595.109.514.245.361.2]Tabel 10. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Di Desa Mesjid, 2010
Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
Tani Pedagang Nelayan Buruh PNS/TNI Pensiunan PNS/TNI 560 17 2 182 16 2 71,89 2,18 0,26 23,36 2,05 0,26
Jumlah 779 100,00
Sumber : Kantor Kepala desa Mesjid, 2011
Dari Tabel 10 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk bermata pencaharian
sebagai tani sebanyak 560 jiwa atau 71,89%, penduduk bermata pencaharian
sebagai pedagang sebanyak 17 jiwa atau 2,18%, penduduk bermata pencaharian
sebagai nelayan sebanyak 2 jiwa atau 0,26%, penduduk bermata pencaharian
sebagai buruh sebanyak 182 jiwa atau 23,36%, penduduk bermata pencaharian
sebagai PNS/TNI sebanyak 16 jiwa 2,05%, penduduk bermata pencaharian
sebagai pensiunan PNS/TNI sebanyak 2 jiwa atau 0,26%. Dan 629 jiwa termasuk
yang tidak/belum bekerja. Berdasarkan persentase tersebut, penduduk di Desa
Mesjid adalah sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.
g. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
Distribusi jumlah penduduk berdasarkan suku bangsa di desa Mesjid dapat
dilihat pada Tabel 11 :
Tabel 11. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa di Desa Mesjid, 2010
Suku Jumlah Presentase (%)
Jawa Tapanuli Karo Minang Melayu 131 374 316 0 587 9,30 26,56 22,44 0,00 41,70
Jumlah 1408 100,00
[image:45.595.108.514.96.240.2] [image:45.595.112.518.607.733.2]Dari Tabel 11 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk berdasarkan suku
bangsa yang ada desa Mesjid adalah suku Jawa, Tapanuli, Karo, dan Melayu.
Suku jawa sebanyak 131 jiwa atau 9,30%, suku Tapanuli sebanyak 374 jiwa atau
26,56%, suku Karo 316 jiwa atau 22,44%, suku Melayu sebanyak 587 jiwa atau
41,70%. Berdasarkan persentase tersebut, menunjukkan bahwa penduduk desa
Mesjid adalah mayoritas suku Melayu.
Sarana
Sarana yang merupakan segala sesuatu yang dipakai sebagai alat untuk
mencapai maksud atau tujuan. Adapun sarana yang mendukung kegiatan
[image:46.595.113.413.358.539.2]masyarakat di desa Mesjid ada pada Tabel 12:
Tabel 12. Sarana dan Prasarana Di desa Mesjid, 2010 No Sarana dan Prasarana Jumlah
1 Perumahan
- Permanen - Semi Permanen - Sederhana
93 187
20
2 Peribadatan
- Mesjid - Gereja
1 3
3 Kesehatan
- Praktek bidan - Posyandu
1 2 Sumber : Kantor Kepala Desa Mesjid, 2011
Prasarana
Prasarana yang merupakan barang atau benda yang tidak bergerak yang
dapat menunjang pelaksanaan pembangunan. Prasarana di Desa Mesjid dapat
Tabel 13. Prasarana Di desa Mesjid, 2010
No Prasarana Jumlah
1 Transportasi
- Jalan Diperkeras/km - Jalan Tanah/km
1 2
2 Komunikasi
- Televisi (TV) - Radio
- Telephon - Parabola
280 17 108
2
3 Angkutan
- Kendaraan Roda 4 - Kendaraan Roda 2
4 280 Sumber : Kantor Kepala Desa Mesjid, 2011
Berdasarkan Tabel 12 dan 13 tersebut terlihat bahwa sarana dan prasarana
di desa Mesjid sangat minim, sementara peranan sarana dan prasarana sangat
mempengaruhi perkembangan masyarakat dalam melakukan kegiatannya.
Karakteristik Sampel
Karakteristik sampel meliputi karakteristik sosial ekonomi yang meliputi
umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, jumlah
tanggungan, luas lahan, produksi dan produktivitas. Karakteristik sosial ekonomi
petani pengambil keputusan Monokultur atau diversifikasi dapat dilihat Tabel 14:
Tabel 14. Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Pengambil Keputusan Monokultur atau diversifikasi Di Desa Mesjid
No
Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Pengambil Keputusan Monokultur dan
Diversivikasi
Range Rata Rata
1 Umur (tahun) 31 - 64 46
2 Pendidikan (tahun) 6 - 12 6,60
3 Lama berusahatani (tahun) 3 - 46 23,67
4 Frekuensi mengikuti penyuluhan (kali) 2 - 9 4,67
5 Jumlah tanggungan (jiwa) 1 - 7 2,80
6 Luas lahan (ha) 0,1 - 2 0,60
7 Produksi (ton) 0,3 - 11,2 2,9
8 Produktivitas (ton/ha) 1,5 - 13 5,0
[image:47.595.111.519.551.736.2]1. Umur
Umur (X1) adalah usia petani pengambil keputusan monokultur atau
diversifikasi yang dihitung dari tanggal lahirnya (tahun) sampai didata dalam
kuesioner. Rata rata umur petani sampel adalah 46 tahun dengan range 31-64
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani sampel tergolong produktif dalam
pengambilan keputusan monokultur atau diversifikasi.
2. Pendidikan
Pendidikan (X2) adalah lama pendidikan yang ditempuh petani
pengambil keputusan monokultur atau diversifikasi di bangku sekolah (tahun).
Pendidikan yang ditempuh oleh petani pengambil keputusan monokultur atau
diversifikasi adalah SD sampai SMA atau range 6-12 tahun dengan rata rata
pendidikan petani 6,60 tahun. Hal ini menunjukkan rata rata pendidikan yang
ditempuh oleh petani pengambil keputusan monokultur atau diversifikasi di
daerah penelitian adalah SD.
3. Lama Berusahatani
Lama berusahatani (X3) adalah lama petani pengambil keputusan
monokultur atau diversifikasi telah bekerja dan bermatapencaharian sebagai
petani (tahun). Lama berusahatani petani pengambil keputusan monokultur atau
diversifikasi di daerah penelitian adalah antara 3-46 tahun dengan rata rata 23,67
tahun. Hal ini menunjukkan bahwa petani pengambil keputusan monokultur atau
diversifikasi memiliki pengalaman yang cukup lama dalam berusahatani.
4. Frekuensi Mengikuti Penyuluhan
penyuluhan (kali). Frekuensi mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh petani
pengambil keputusan monokultur atau diversifikasi di daerah penelitian antara 2-9
kali dalam satu tahun, dengan rata rata 4,67 kali dalam satu tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa frekuensi atau keikutsertaan petani pengambil keputusan
monokultur atau diversifikasi dalam mengikuti penyuluhan dengan kehadiran
tidak mencapai setengah dari periode kegiatan.
5. Jumlah Tanggungan
Jumlah tanggungan (X6) adalah semua orang yang berada dalam
keluarga atau rumahtangga dan ditanggung oleh kepala keluarga (jiwa). Jumlah
tanggungan petani pengambil keputusan monokultur atau diversifikasi adalah rata
rata 2,80 jiwa atau 3 jiwa, dengan range 1-7 jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa
jumlah tanggungan petani pengambil keputusan monokultur atau diversifikasi
adalah tergolong sedikit.
6. Luas Lahan
Luas lahan (X5) adalah keseluruhan lahan yang dimiliki petani
pengambil keputusan monokultur atau diversifikasi dalam usaha pertanian (ha),
kategori yang diberikan adalah:
- Lahan sempit ≤ 0,5 Ha
- Lahan Luas > 0,5 Ha
Luas lahan yang dimiliki oleh petani pengambil keputusan monokultur atau
diversifikasi adalah antara 0,1-2 ha dengan rata rata 0,60 ha. Hal ini menunjukkan
bahwa luas lahan yang dimiliki oleh petani pengambil keputusan monokultur atau
7. Produksi
Produksi (X7) adalah hasil panen yang diperoleh petani pengambil
keputusan monokultur atau diversifikasi dari usahataninya (ton). Produksi yang
diperoleh antara 0,3-11,2 ton dengan rata rata 2,9 ton. Hal ini menunjukkan
bahwa produksi yang diperoleh oleh petani pengambil keputusan monokultur atau
diversifikasi dari usahataninya adalah tergolong rendah.
8. Produktivitas
Produktivitas (X8) adalah hasil persatuan luas lahan (ton/ha).
Produktivitas yang diperoleh adalah antara 1,5-13 ton/ha dengan rata rata 5,0
ton/ha. Dengan range terbesar 13 ton, hal ini menunjukkan bahwa produktivitas
di desa Mesjid adalah cukup tinggi.
Pada daerah penelitian di Desa Mesjid ada dua jenis pola usahatani yaitu :
usahatani pola Monokultur dan usahatani pola Diversifikasi. Dimana usahatani
pola monokultur adalah usahatani yang diusahakan hanya satu jenis tanaman yang
ditanam di dalam satu areal yang sama dalam hal ini adalah padi.
Sedangkan usahatani diversifikasi adalah usahatani yang mengusahakan
dua atau tiga jenis tanaman yang di tanam dalam satu areal yang sama dalam hal
Hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi
Pada identifikasi masalah yang pertama, penelitian ini mengkaji hubungan
karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, lama berusahatani,
frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi, dan
produktivitas) dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi
[image:51.595.103.530.339.561.2]dapat dilihat pada Tabel 15 :
Tabel 15. Hubungan karakteristik sosial ekonomi petani (umur, pendidikan, lama berusahatani, frekuensi mengikuti penyuluhan, luas lahan, jumlah tanggungan, produksi dan produktivitas) dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi
No Uraian rs-hitung rs-SPSS17 thitung tTabel Sig.
1 2 3 4 5 6 7 8
Umur (X1)
Pendidikan (X2)
Lama berusahatani (X3)
Frekuensi mengikuti penyuluhan (X4)
Jumlah tanggungan (X5)
Luas lahan (X6)
Produksi (X7)
Produktivitas (X8)
-0,324 0,476 -0,35 0,032 0,107 -0,97 -0,94 0,113 -0,353 0,291 -0,380 -0,007 0,051 -0,122 -0,117 -0,236 -1,81 2,86 -1,98 0,17 0,57 -20,95 -14,6 0,6 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 2,048 0,056 0,118 0,038 0,970 0,788 0,520 0,537 0,218
Sumber: Data primer, data diolah dari lampiran 4 – 11
Keterangan :
rs-hitung : hasil korelasi Rank Spearman secara manual.
rs-SPSS 17 : hasil korelasi Rank Spearman dengan software SPSS 17.
thitung : hasil perhitungan.
tTabel : 2,048 pada
α
5%, df = 28.1. Hubungan Umur Petani Dengan Pengambilan Keputusan Pada Monokultur Atau Diversifikasi
Umur (X1) adalah usia petani pengambil keputusan pada monokultur atau
diversifikasi yang dihitung dari tanggal lahirnya yang dinyatakan dalam satuan
tahun. Umur juga merupakan faktor yang menentukan apakah seseorang itu
produktif atau tidak. Seseorang dikatakan tidak produktif yaitu umur 0 – 14 tahun
dan umur 60 tahun keatas. Sedangkan seseorang dikatakan produktif yaitu umur
15 – 59 tahun. Rata rata umur petani sampel adalah 46 tahun, hal ini tergolong
dalam kategori produktif.
Dari Tabel 15, hasil perhitungan diperoleh koefisien korelasi Rank
Spearman adalah sebesar -0,324. thitung yang diperoleh sebesar -1,81. Dari Tabel
dengan
α
0,05 dengan derajat bebas (degress of freedom) df = 28 diperoleh nilaitTabel sebesar 2,048. Dapat dilihat bahwa thitung < tTabel yang berarti H0 diterima dan
H1 tidak diterima, tidak ada hubungan umur petani dengan pengambilan
keputusan pada monokultur atau diversifikasi.
Dari hasil output dengan menggunakan SPSS 17, diketahui bahwa
koefisien korelasi Rank Spearman adalah sebesar -0,353. Untuk mengetahui
apakah hubungan nyata atau tidak dapat dilihat nilai signifikansinya. Dari hasil
diperoleh signifikansi sebesar 0,056. Nilai ini >
α
0,05. Dengan kriteria ini dapatdisimpulkan bahwa H0 diterima dan H1 tidak diterima, artinya tidak ada hubungan
antara rangking variabel yang satu dengan variabel lainnya. Tidak ada hubungan
nyata antara umur petani dengan pengambilan keputusan pada monokultur atau
Hal ini menunjukkan bahwa faktor umur petani tidak mempengaruhi
pengambilan keputusan pada monokultur atau diversifikasi. Jadi, dapat
disimpulkan bahwa tidak ada hubungan umur petani dengan pengambilan
keputusan pada monokultur atau diversifikasi tanaman.