JUMLAH PENDERITA AIDS PADA TAHUN 2009 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
Oleh:
LAI SIU VERN
070100271
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
JUMLAH PENDERITA AIDS PADA TAHUN 2009 DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK
KARYA TULIS ILMIAH
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran
Oleh:
LAI SIU VERN
070100271
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Jumlah Penderita AIDS pada tahun 2009 di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam
Malik
Nama : Lai Siu Vern
NIM : 070100271
_________________________________________________________________
Pembimbing Penguji I
dr. Zulfikar Lubis SpPK (K) dr. Surjit Singh, SpF
Penguji II
dr. Tapisari Tambunan, SpPK
Medan, 24 November 2010
Dekan,
Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara
Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan segala rahmat dan karunia-Nya sehingga Karya Tulis Ilmiah yang
berjudul “Jumlah Penderita AIDS pada tahun 2009 di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik.” berhasil diselesaikan.
Di dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini ternyata penulis mendapat
banyak bantuan baik dari segi moral, materil dan spiritual dari berbagai pihak.
Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih setinggi-tingginya kepada :
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. dr.
Gontar A. Siregar, Sp. PD. KGEH atas izin penelitian yang telah
diberikan.
2. dr. Zulfikar Lubis, SpPK(K), selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bantuan, bimbingan dan pengarahan kepada penulis
selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Seluruh jajaran RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan
izin dan banyak bantuan kepada penulis dalam melakukan proses
pengumpulan data di lokasi penelitian.
4. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
5. Keluargaku tercinta yang senantiasa memberi motivasi kepada penulis
baik bersifat materi maupun non materi.
6. Teman-teman penulis yang ikut memberi ide dan saling memberi
motivasi sehingga dapat selesaikan tepat pada waktunya.
Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
bersifat membangun untuk lebih menyempurnakan karya tulis ini. Penulis
berharap semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat bagi semua pihak.
Demikian dan terima kasih.
Medan, 2010
ABSTRAK
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan satu penyakit yang semakin meluas dikalangan masyarakat di dunia. Di Indonesia, kasus penduduk yang menghidapi HIV/AIDS ini sangat tinggi yaitu sejak 1 Januari 1987 hingga 31 Disember 2009, kasus yang dilaporkan adalah sebanyak 19.973 dan di Sumatera Utara adalah sebanyak 694 orang. Sehingga kini, kasus HIV/AIDS ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah penderita Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik. Penderita AIDS ini dirawat inap adalah infeksi opportunistik.
Desain penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif retrospective dengan menggunakan teknik total sampling. Subjek penelitian adalah sebanyak 124 orang yang menderita AIDS yang dirawat inap dari seluruh jumlah penderita yang dirawat inap yaitu 31.757 orang di instalasi rawat inap di RSUP H. Adam Malik selama tahun 2009. Semua data pasien diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien.
Dari hasil penelitian, didapati bahwa golongan yang terbanyak menderita AIDS dan dirawat inap adalah golongan dalam lingkungan umur 21 – 30 tahun yaitu sebanyak 57 orang (46,0%) diikuti kelompok umur 31 – 40 tahun sebanyak 42 orang (33,9%). Didapati juga bahwa, lebih banyak penderita laki – laki berbanding perempuan yaitu 101 penderita laki – laki dan 23 penderita perempuan. Dari hasil penelitian juga, golongan yang sudah bekerja serta golongan yang sudah berkawin mencatatkan jumlah yang tinggi, masing – masing 57 orang (46%) dan 58 orang (46,8%).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi penderita AIDS yang dirawat inap adalah 0.04%. Diharapkan langkah pencegahan diperkuatkan untuk mencegah masyarakat daripada tertular infeksi HIV..
ABSTRACT
Human Immunodeficiency Virus (HIV) disease and Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) is a serious global disease. In Indonesia, the number of cases recorded with HIV/AIDS from 1st January 1987 until 31st December 2009 is 19,973 people. As many as 485 people in North Sumatera are reported to have HIV/AIDS. The number of cases are increasing from year to year.
This research was conducted to determine the total number of AIDS patient in RSUP Haji Adam Malik during the year 2009. Normally, AIDS patients are hospitalized because of opportunistic infection.
This study design was retrospective descriptive survey using total sampling technique. Subjects were as many as 124 AIDS patients hospitalized from the total hospitalized patient which is 31,757 people in RSUP Haji Adam Malik during the year 2009. All patient data taken from secondary data, namely the medical records of the patients.
From the research, it is known that the largest age group suffering from AIDS and was hospitalized is within the age group 21-30 years. As many as 57 people (46.0%) were recorder in that group followed by age group 31-40 years, 42 people (33.9%). It is also known that, more male patients (101 patients) compare to female patients (23 patients). Results show that working people and married people have more number of patients compare to other group with the number of patient is 57 patients and 58 patients each
From the results of this study, it is concluded that the prevalence of AIDS patients who are hospitalized is 0.04%. Preventive measures such as stringent law can help to prevent community from HIV infection.
DAFTAR ISI
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.4 Manfaat Penelitian 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...
2.1 Definisi AIDS 5
2.2 Tahapan dalam infeksi HIV 5
2.3 Patogenesis 6
2.4 Etiologi dan Transmisi 9
2.5 Diagnosa 10
2.6 Terapi Farmakologik 12
2.7 Terapi Non-farmakologik 13
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...
3.1 Kerangka Konsep Penelitian 14
3.2 Definisi Operasional 14
BAB 4 METODE PENELITIAN...
4.1 Jenis Penelitian 15
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 15
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 15
4.4 Metode Pengumpulan Data 15
4.5 Metode Pengolahan Data 15
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PERBAHASAN...
5.1 Hasil Penelitian 16
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian 16
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel 17 5.1.3 Deskripsi Penderita AIDS Yang Dirawat Inap
Akibat dari Infeksi Opportunistik 17 5.1.4 Deskripsi Penderita AIDS Berdasarkan
Kelompok Umur 18
5.1.5 Deskripsi Penderita AIDS Berdasarkan
Jenis Kelamin 19
5.1.6 Deskripsi Penderita AIDS Berdasarkan
Pekerjaan 19
5.1.7 Deskripsi Penderita AIDS Berdasarkan
Status Perkawinan 20
5.2 Perbahasan 21
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN………...
6.1 Kesimpulan 24
6.2 Saran 25
DAFTAR PUSTAKA 26
DAFTAR TABEL
Nomor Judul halaman
5.1 Distribusi Penderita Dirawat Inap akibat Infeksi
Opportunistik AIDS 18
5.2 Distribusi Kelompok Umur Penderita 18
5.3 Distribusi Jenis Kelamin Penderita 19
5.4 Distribusi Status Pekerjaan Penderita 20
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.3.1 Illustrasi skematik untuk struktur HIV-1 6
2.3.2 Genome untuk HIV 7
2.3.3 Mekanisme HIV masuk ke sel 7
2.5.1 Algoritma dalam tes serologi untuk mendiagnosa
infeksi HIV-1 atau HIV – 2 11
ABSTRAK
Penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) merupakan satu penyakit yang semakin meluas dikalangan masyarakat di dunia. Di Indonesia, kasus penduduk yang menghidapi HIV/AIDS ini sangat tinggi yaitu sejak 1 Januari 1987 hingga 31 Disember 2009, kasus yang dilaporkan adalah sebanyak 19.973 dan di Sumatera Utara adalah sebanyak 694 orang. Sehingga kini, kasus HIV/AIDS ini semakin meningkat dari tahun ke tahun.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jumlah penderita Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) yang dirawat inap di RSUP Haji Adam Malik. Penderita AIDS ini dirawat inap adalah infeksi opportunistik.
Desain penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif retrospective dengan menggunakan teknik total sampling. Subjek penelitian adalah sebanyak 124 orang yang menderita AIDS yang dirawat inap dari seluruh jumlah penderita yang dirawat inap yaitu 31.757 orang di instalasi rawat inap di RSUP H. Adam Malik selama tahun 2009. Semua data pasien diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien.
Dari hasil penelitian, didapati bahwa golongan yang terbanyak menderita AIDS dan dirawat inap adalah golongan dalam lingkungan umur 21 – 30 tahun yaitu sebanyak 57 orang (46,0%) diikuti kelompok umur 31 – 40 tahun sebanyak 42 orang (33,9%). Didapati juga bahwa, lebih banyak penderita laki – laki berbanding perempuan yaitu 101 penderita laki – laki dan 23 penderita perempuan. Dari hasil penelitian juga, golongan yang sudah bekerja serta golongan yang sudah berkawin mencatatkan jumlah yang tinggi, masing – masing 57 orang (46%) dan 58 orang (46,8%).
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi penderita AIDS yang dirawat inap adalah 0.04%. Diharapkan langkah pencegahan diperkuatkan untuk mencegah masyarakat daripada tertular infeksi HIV..
ABSTRACT
Human Immunodeficiency Virus (HIV) disease and Acquired Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) is a serious global disease. In Indonesia, the number of cases recorded with HIV/AIDS from 1st January 1987 until 31st December 2009 is 19,973 people. As many as 485 people in North Sumatera are reported to have HIV/AIDS. The number of cases are increasing from year to year.
This research was conducted to determine the total number of AIDS patient in RSUP Haji Adam Malik during the year 2009. Normally, AIDS patients are hospitalized because of opportunistic infection.
This study design was retrospective descriptive survey using total sampling technique. Subjects were as many as 124 AIDS patients hospitalized from the total hospitalized patient which is 31,757 people in RSUP Haji Adam Malik during the year 2009. All patient data taken from secondary data, namely the medical records of the patients.
From the research, it is known that the largest age group suffering from AIDS and was hospitalized is within the age group 21-30 years. As many as 57 people (46.0%) were recorder in that group followed by age group 31-40 years, 42 people (33.9%). It is also known that, more male patients (101 patients) compare to female patients (23 patients). Results show that working people and married people have more number of patients compare to other group with the number of patient is 57 patients and 58 patients each
From the results of this study, it is concluded that the prevalence of AIDS patients who are hospitalized is 0.04%. Preventive measures such as stringent law can help to prevent community from HIV infection.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang
AIDS pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada musim panas
1981, apabila Centres of the Disease Control and Prevention di Amerika
Syarikat melaporkan kejadian tanpa penjelasan untuk Pneumocystis carinii
pneumonia yang diderita oleh lima pria homoseksual di Los Angeles dan juga
kejadian Kaposi’s sarcoma (KS) yang diderita oleh 26 pria homoseksual di
New York dan di Los Angeles. ( Gottlieb MS, 2001 ). Dalam beberapa bulan
kemudian, penyakit ini banyak dijumpai dalam pria dan wanita yang
menyalahgunakan narkoba suntik dan kemudian dijumpai juga dalam pasien
yang menerima transfusi darah. Oleh itu, jelaslah bahawa adanya
microorganisme yang ditransmisi melalui kontak seksual (heterogenous dan
homogenous) dan juga melalui produk darah. (e-medicine, 2010)
Pada 1983, human immunodeficiency virus (HIV) diisolasi dari pasien
yang menderita lymphadenopathy dan pada 1984, sudah bisa diketahui
bahawa HIV adalah agen kausal untuk aquired immune deficiency syndrome
(AIDS). ( Harrison, 2005 ). 2 spesis HIV telah diidentifikasi, iaitu HIV-1 dan
HIV-2. HIV-1 kemungkinan berasal dari cross-species transfers dari
chimpanzee di Africa tengah dan HIV-2 sangat berkaitan dengan virus yang
menginfeksi mangabey di Africa barat. Untuk HIV-2, resiko transmisi adalah
rendah dibading HIV-1 dan progressi ke AIDS adalah lebih perlahan,dan
infeksi oleh HIV-2 adalah sangat jarang. Oleh itu, kebanyakkan penelitian,
vaksin dan obat-obatan difokuskan terhadap HIV-1. ( e-medicine, 2010 )
memproduksi antibody. (Frazer IH et all dan Schechter MT et al). Apabila
respon imun terhadap antigen menurun, host gagal untuk merespon secara
adekuat sehingga menyebabkan infeksi opportunistik. Infeksi opportunistik
tergantung kepada patogen, contohnya pesakit AIDS di Amerika Syarikat
sering terinfeksi dengan Pneumocystisis sp dan Candida sp, pria homoseksual
sering terinfeksi dengan ( human herpes virus 8 ) HHV8 yang akan
menyebabkan Kaposi sarcoma. Negara yang sedang berkembang, AIDS
sering terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan
tuberculosis. ( e-medicine, 2010)
Di seluruh dunia, kira – kira 39.5 juta orang yang terinfeksi HIV. Pada
2006, UNAIDS mengestimasi 4.3 juta kasus HIV yang baru dan 2.9 juta
kasus meninggal dunia karena AIDS. Infeksi terbanyak masih di sub-Saharan
Africa, di mana 6% dari jumlah populasinya terinfeksi.
Di Amerika Syarikat, pada tahun 2006, rata – rata insidens 18.5 per
100,000 populasi terinfeksi HIV. Sehingga terkini, insidens rate adalah 12.3
per 100,000 populasi. Sejak 1981, hampir 1 juta orang didiagnosa HIV-AIDS
dan lebih dari 500.000 telah meninggal dunia. ( e-medicine). Selama 2004 –
2006, prevalensi infeksi HIV-AIDS di Asia timur dan Asia tengah dan juga
Eropah timur meningkat sebanyak 21%. Pada periode yang sama, jumlah
kasus infeksi yang baru pada umur 15 – 64 tahun, meningkat sebanyak 70%
di timur Eropah dan Asia tengah. ( e-medicine, 2010 )
Tingkat infeksi di negara berkembang adalah stabil dan sebagian dari
negara yang sedang berkembang mampu mengontrol epidemik HIV. Hal ini
adalah karena kematian dari pasien yang terinfeksi dan pencegahan infeksi
Tingkat mortaliti di sebagian negara meningkat secara mendadak.
Contohnya di Afrika selatan, angka kematian yang melibatkan infeksi HIV
meningkat sebanyak 79% dari 1997 hingga 2004 walaupun Afrika Selatan
mempunyai onset yang lambat dalam epidemik infeksi HIV. Prevalensi
keseluruhan yang tertinggi dicatat oleh Negara Swaziland. (e-medicine, 2010)
Di Indonesia, jumlah penderita AIDS adalah 19973 orang. Provinsi yang
mempunyai jumlah penderita yang terbanyak adalah Jawa Barat yaitu
sebanyak 3598 orang diikuti Jawa Timur sebanyak 3227 orang. Provinsi
Sumatera Utara menduduki rangking yang ke-9. Jumlah kasus yang
dilaporkan dari 1 Januari sehingga 31 Desember 2009 adalah sebanyak 3863
orang. Jumlah penderita AIDS yang meninggal dari 1 Januari 1987 sehingga
31 Desember 2009 adalah 3846 orang. (Ditjen PP & PL Depkes RI )
Menurut data yang diambil dari Komisi Penanggulangan AIDS provinsi
Sumatera Utara dari 1994 hingga April 2009, jumlah penderita AIDS adalah
872 orang dan jumlah pesakit yang menderita HIV adalah 808 orang. Jumlah
kumulatif penderita HIV/AIDS adalah 1680 orang. Jumlah penderita yang
meninggal karena AIDS adalah 124 orang di provinsi Sumatera Utara. (
Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara)
Di Medan, sebanyak 131 kasus dilaporkan pada tahun 2008 dan 134 kasus
( sehingga April 2009) dilaporkan pada tahun 2009. Jumlah kumulatif
penderita HIV di Medan adalah 600 orang dan jumlah penderita AIDS adalah
581 orang. Jumlah kumulatif penderita HIV/AIDS di Medan adalah 1181
orang. ( Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Utara)
1.2. Rumusan masalah
1.3.Tujuan penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jumlah penderita
yang menderita AIDS di RSUP Haji Adam Malik pada tahun 2009.
1.3.2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus dari penelitian adalah untuk mengetahui kelompok umur, jenis
pekerjaan serta jenis kelamin dan status perkawinan penderita yang menderita
AIDS.
1.4.Manfaat penelitian
1) Menerusi penelitian ini, jumlah pesakit AIDS di RSUP Haji Adam Malik
dapat diketahui. Oleh itu, ini menjadi sumber informasi kepada RSUP Haji
Adam Malik.
2) Penelitian ini juga dapat menjadi sumber informasi kepada peneliti lain
yang ingin melanjutkan penelitian tentang jumlah penderita AIDS pada masa
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi AIDS
Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya kekebalan
tubuh akibat infeksi oleh virus HIV yang termasuk family retroviridae. AIDS
merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. (Sudoyo AW et al., Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam)
2.2. Tahapan dalam infeksi HIV
Terdapat 3 fase dalam infeksi HIV.
Pertama sekali adalah fase serokonversi akut. Dalam fase ini, infeksi
tersebut akan menghasilkan simpanan proviral. Simpanan ini terdiri daripada
sel - sel yang terinfeksi seperti makrofag dan ini melepaskan virus - virus
secara terus menerus. Oleh karena itu, jumlah virus menjadi sangat banyak
dan jumlah sel T-CD4 menurun. Serokonversi membutuhkan waktu beberapa
minggu sampai ke beberapa bulan. Simptom pada fase ini demam,
limfadenopati, dan gatal - gatal.
Fase yang kedua adalah infeksi HIV asimptomatik. Pada fase ini, pasien
yang terinfeksi HIV tidak menunjukan gejala atau simptom untuk beberapa
tahun yang akan datang. Replikasi viral berlangsung dalam fase ini dan
respon imun terhadap virus masih aktif. Jumlah virus terus bertambah secara
stabil dan jumlah sel T-CD4 menurun.
Fase yang ketiga adalah AIDS. Penderita yang terinfeksi HIV dikatakan
menderita AIDS apabila terdapat kerusakan sistem imun yang sangat
menyolok sehingga bisa menimbulkan infeksi oppurtunistik. Secara
2.3. Patogenesis
HIV merupakan lentivirus, subgroup dari retrovirus. Ada dua jenis virus utama
yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV adalah partikel ikosahedral bertutup (envelope)
dengan ukuran 100-140 nanometer. Inti virus terdiri dari untaian RNA serta enzim
reverse transcriptase, integrase dan protease yang diperlukan untuk proses
replikasi virus. Selubung virus tersusun oleh lapisan bilayer yang mempunyai
tonjolan - tonjolan yang tertanam pada permukaan selubung lipid dan terdiri dari
glikoprotein Gp120 dan Gp41. Gp120 berperan pada pengikatan HIV dengan
reseptor CD4 dari sel. GP41 mengadakan fusi antara virus dengan membran sel
host pada saat virus masuk ke sel host. Struktur genom RNA yaitu struktur pasang
basanya terdiri dari 3 gen utama yang mengkode pembentukan struktur – struktur
virusm yaitu gen gag, pol dan env. Selain itu, terdapat gen tambahan yaitu tat, rev
dan nef. Struktur polipeptida utama dari inti virus adalah p24. Polipeptida lain
adalah p17 yang ada di sekeliling inti dan p15 yang membentuk kompleks dengan
RNA virus. (Pathologic Basic of Disease)
Gambar 2.3.1. – Illustrasi skematik untuk struktur HIV-1 (dikutip dari buku
Gambar 2.3.2. – Genome untuk HIV (dikutip dari buku Harrison; Greene &
Peterlin)
Infeksi HIV dimulai dengan penempelan virus pada sel-sel yang mempunyai
molekul CD4 sebagai reseptor utama yaitu limfosit T, monosit, makrofag dan sel
– sel dendritik yang lain. Gp120 yang merupakan reseptor permukaan virus akan
berikatan dengan CD4. Kemudian GP120 akan berinteraksi dengan koreseptor
yang tertanam dalam membrane sel dan terpapar dengan peptide dari Gp41 dan
mulailah terjadi fusi antara virus dan membrane sel. Setelah fusi, internal virion
core akan dilepaskan ke sitoplasma sebagain suatu kompleks ribonukleoprotein.
(Pathologic Basic of Disease)
Gambar 2.3.3. – Mekanisme HIV masuk ke sel ( dikutip dari buku Pathologic
HIV mempunyai enzim reverse transcriptase yang akan mengubah RNA virus
menjadi DNA. DNA ini akan memasuki inti sel host dan dengan bantuan enzim
integrase akan berintegrasi dengan DNA sel host dan membentuk provirus.
Setelah terjadi integrasi, DNA provirus mengadakan transkripsi dengan bantuan
enzim polymerase sel host menjadi mRNA untuk selanjutnya mengadakan
translasi dengan protein – protein structural sampai terbentuk protein mRNA.
Genomik RNA dan protein virus ini akan membentuk partikel virus, yang
nantinya akan menempel pada bagian luar sel. Melalui proses budding pada
permukaan membrane sel, virion akan dikeluarkan dari sel host dalam keadaan
matang. (Pathologic Basic of Disease)
Segera setelah infeksi HIV, sebagian virus yang bebas maupun yang berada
dalam sel – sel CD4 T yang terinfeksi akan mencapai kelenjar limfe regional dan
akan merangsang imunitas seluler dan humoral dengan cara antara lain merekrut
limfosi – limfosit. Pengumpulan sel limfosit ini justru akan menyebabkan sel – sel
CD4 yang terinfeksi akan semakin banyak. Monosit dan limfosit yang terinfeksi
akan menyebarkan virus ke seluruh tubuh. HIV juga dapat memasuki otak melalui
monosit atau melalui infeksi sel endotel. (Pathologic Basic of Disease)
Beberapa hari setelah infeksi HIV, akan terjadi limfopenia akibat penurunan
CD4 T dalam darah. Selama periode awal ini, virus – virus bebas dan protein
virus p24 dapat dideteksi dalam kadar yang tinggi dalam darah dan jumlah sel –
sel CD4 yang terinfeksi HIV meningkat. Pada fase ini, virus bereplikase secara
cepat dengan sedikit control dari respon imun. Kemudian setelah 2-4 minggu akan
terjadi peningkatan dramatis jumlah limfosit total yang diakibatkan oleh
peningkatan jumlah sel CD8 T (sel sitotoksik) yang merupakan bagian dari respon
imun terhadap virus. Adanya sel T sitotoksik merupakan tanda rangsang
neutralising antibodi. Antibodi akan terbentuk setelah minggu kedua atau ketiga
namun kadang – kadang terjadi sampai beberapa bulan. Penurunan virus bebas
dan sel yang terinfeksi disebabkan oleh lisis sel yang terinfeksi HIV oleh CD8 T.
Sel CD8 yang teraktivasi pada individu yang terinfeksi HIV juga memproduksi
kadar semula seperti sebelum terinfeksi HIV. Selama fase akut, kebanyakan kasus
menunjukkan gejala infeksi virus akut pada umumnya yaitu berupa demam,
letargi, mialgia dan sakit kepala serta gejala lain berupa faringitis, limfadenopati
dan ruam. (Pathologic Basic of Disease)
Setelah infeksi fase akut, terjadi keadaan asimtomatik selama beberapa tahun
walaupun jumlah CD4 menurun secara perlahan – lahan. Jumlah virus dalam
darah dan sel – sel perifer yang dapat dideteksi rendah. Penurunan jumlah CD4
dalam darah rata – rata 65 sel/ul setiap tahun. Didapatkan kerusakan pada sistem
imun tapi tidak bersifat laten dan masih dapat mengalami perbaikan terutama
dalam limfonoduli. Penurunan jumlah sel CD4 T selama infeksi HIV secara
langsung dapat mempengaruhi beberapa reaksi imunologik yang diperankan oleh
sel CD4 T seperti hipersensitivitas tiper lambat, transformasi sel muda limfosit
dan aktivitas sel limfosit T sitotoksik. Munculnya strain HIV yang lebih pathogen
dan lebih cepat bereplikasi pada host merupakan faktor utama dalam mengontrol
kemampuan sistem imun. Dikatakan juga bahwa jumlah dan fungsi sel T
sitotoksik akan menurun bila jumlah sel CD4 menurun sampai < 200 sel/ul.
Karena sel – sel ini berperan dalam mengontrol sel yang terinfeksi virus dan
membersihkan virus pada tahap awal infeks sehingga dikemukakan hilangnya
aktivitas sel ini mempunyai dampak dalam peningkatan jumlah virus.
Kemungkinan lain disebabkan karena terjadi mutasi dari virus sehingga tidak
dikenal oleh sel T sitotoksik. Rata – rata masa dari infeksi HIV sampai masa
AIDS adalah 8-10 tahun.
2.4. Etiologi dan Transmisi
HIV masuk tubuh manusia melalui darah, semen dan secret vagina serta
transmisi dari ibu ke anak. Terdapat tiga cara penularan HIV. Pertama sekali
adalah melalui hubungan seksual baik secara vaginal, oral maupun anal dengan
pengidap HIV. Ini adalah cara yang paling umum terjadi iaitu meliputi 80 – 90%
total kasus sedunia. Kedua adalah dengan kontak langsung dengan darah, produk
darah atau jarum suntik. Hal ini termasuklah transfusi darah yang tercemar,
jarum suntik yang dipakai secara bersamaan. Kecelakaan tertusuk jarum pada
petugas kesehatan juga salah satu cara penularan melalui kontak langsung dengan
darah. Ketiga adalah transmisi secara vertikal dari ibu pengidap HIV kepada
bayinya, (selama proses kelahiran dan melalui ASI). (Sudoyo AW et al., Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam)
2.5. Diagnosis
Diagnosis untuk pesakit HIV adalah sama untuk mendiagnosa penyakit –
penyakit lain yaitu dimulai dengan anamnese. Harus ditanyakan adakah pesakit
tersebut berhubungan sex tanpa alat kontrasepsi dan adakah pesakit tersebut
mempunyai banyak teman sexual. Juga ditanyakan dengan siapa pesakit tersebut
membuat hubungan seks. Selain itu, harus ditanyakan sama ada pesakit tersebut
mempunyai kontak dengan darah yang tercemar iaitu adakah pesakit tersebut
pernah tercucuk jarum yang terinfeksi. Menanyakan riwayat keluarga juga penting
untuk mengetahui adakah pesakit tersebut mendapat HIV dari luar atau dari
ibunya. ( e-medicine, 2010)
Pemeriksaan fisik untuk mendiagnosa infeksi HIV adalah tidak terlalu penting.
Hal ini karena tiada penemuan yang spesifik untuk infeksi HIV. Secara umum,
infeksi HIV akan menyebabkan limfadenopati di seluruh tubuh dan berat badan
yang menurun. Infeksi minor yang oppurtunistik seperti oral candidiasis yang luas
juga merupakan petunjuk awal untuk infeksi HIV. ( e-medicine, 2010)
Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan laboratorium. Salah satu tes yang
dijalankan adalah tes antibodi HIV yaitu dengan menggunakan test enzyme-linked
immunoabsorbent assay ( ELISA ). Hasil tes yang positif berarti pernah terinfeksi,
bukan adanya kekebalan terhadap virus. Sensitivitas ELISA sebesar 98 – 100%.
Hasil positif ELISA harus dinko nfirmasi dengan Western Blot. Western Blot lebih
spesifik mendeteksi antibodi terhadap komponen antigen permukaan virus.
Spesifisitas Western Blot sebesar 99.6 – 100%. Hasilnya dinyatakan positif,
negative atau indeterminate. CDC merekomendasikan reaksi dengan dua dari
band berikut sebagai kriteria untuk hasil positif; p24, Gp41, Gp 120. Hasil
protein HIV. Hasil indeterminate harus dievaluasi dan diperiksa secara serial
selama 6 bulan sebelum menyatakan negatif. Untuk mendeteksi antigen virus
digunakan pemeriksaan PCR. ( Harrison, 2005)
•
Gambar 2.5.1 – Algoritma dalam tes serologi untuk mendiagnosa infeksi HIV-1
atau HIV – 2. ( dikutip dari buku ajar Harrison )
Staging HIV adalah berdasarkan kepada manifestasi klinisnya,tetapi
pemeriksaan lab lain bisa membantu untuk memulakan pengobatan. Antaranya
adalah menghitung CD4 T sebagai indicator terhadap resiko untuk infeksi
oppurtunistik. Biasanya selepas serokonversi, jumlah CD4 akan menurun secara
perlahahan – lahan dan apabila CD4 menurun sehingga kurang dari 200/ul, ini
didefiniskan sebagai AIDS. Tes alternatif yang lain adalah menghitung virus
bebas pada pembuluh darah perifer. Tes ini disebut tes alternative karena tidak
terlalu tepat. Hal ini karena replikasi virus berlaku di kelenjar limfa dan bukannya
di pembuluh darah perifer. ( Harrison, 2005)
Terdapat juga tes – tes yang lain seperti kultur virus yang jarang digunakan
karena terlalu mahal. Biopsi kelenjar limfa juga bisa dilakukan. HIV DNA, RNA
dan proteinnya bisa dideteksi dengan teknik molekular dan dengan menggunakan
2.6. Terapi Farmakologi
Pengobatan infeksi HIV terdiri dari pengobatan terhadap virus dan pencegahan
terhadap infeksi oportunistik. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi viral
load sebanyak mungkin dengan target <20-50 kopi/ml sehingga dapat
menghentikan atau memperlambat progresivitas selama mungkin, memperbaiki
status imun dalam segi kuantitas dan kualitas CD4, serta memperpanjang usia
hidup dan memperbaiki kualitas hidup. Pengobatan yang sekarang dianut adalah
pengobatan kombinasi tiga obat, yaitu terdiri dari dua nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NRTI) dan satu protease inhibitor (PI) atau satu
non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Ini adalah untuk mengontrol
replikasi virus dalam jaringan dan plasma serta memperbaiki sistem imun. Saat
memulai pengobatan anti retroviral adalah pada keadaan simptomatik AIDS dan
pada keadaan CD4 <200/mm3 dengan atau tanpa gejala klinis.
Obat golongan NRTI yaitu Zidovudine (AZT), Lamivudine (3TC), Didanosine
(ddL), Zalcitabine (ddC) dan lain – lain bekerja melalui fosforilasi interselluler
menjadi bentuk trifosfat dan bergabung ke DNA selanjutnya dapat menghambat
pemanjangan rantai RNA virus.
Obat golongan NNRTI seperti Nevirapine (NVP), Delavirdine (DLV) dan
Efavirenz (EFV) bekerja dengan menghambat enzim reverse transcriptase melalui
ikatan dengan tempat aktivitas enzim. Obat ini dapat menghambat atau
menginduksi aktivitas sitokrom p450 sehingga dapat berinteraksi dengan obat –
obatan yang lain.
Obat golongan PI seperti Saquinavir (SQV), Indinavir (IDV), Ritonavir (RTV)
dan lain – lain bekerja dengan mencegah pelepasan polipeptida pasca translasi
menjadi protein virus fungsional. PI dapat menghambat sitokrom p450, dan ini
2.7. Terapi Non – Farmakologik
Terapi non – farmakologik terdiri daripada pencegahan penularan HIV. Ini
melibatkan 5 P’s iaitu Partners, Prevention of Pregnancy, Protection of Sexual
transmitted diseases, Practices, Past history of sexual transmitted disease. (CDC) Metode yang sering digunakan adalah menggalakan orang menggunakan alat
kontrasepsi. Antara kontrasepsi yang sering digunakan adalah kondom. Selain itu,
menyarankan agar penderita untuk abstinen dan jika sudah berkawin,
menyarankan penderita dan pasangannya agar tidak berhubungan seks dengan
orang lain. (CDC)
Untuk pencegahan transmisi secara vertical, proses kelahiran haruslah
dilakukan secara pembedahan yaitu caesarean. Penyusuan bayi oleh ibu yang
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang dikemukakan, maka kerangka konsep dalam penelitian ini adalah :
3.2. Definisi Operasional
AIDS merupakan fase terakhir dalam infeksi HIV. Apabila pasien sudah
masuk ke fase AIDS, pasien akan menderita infeksi oppurtunistik. Banyak
penderita yang meninggal karena infeksi oppurtunistik tersebut dan bukannya
infeksi HIV. Tempoh masa untuk infeksi HIV berubah ke AIDS adalah rata – rata
8 – 10 tahun. (e-medicine, 2010)
Infeksi oppurtunistik adalah infeksi yang mengambil manfaat dari lemahnya
pertahanan kekebalan tubuh. Dalam tubuh anda terdapat banyak kuman – bakteri,
protozoa, jamur dan virus. Saat sistem kekebalan bekerja dengan baik, sistem
tersebut mampu mengendalikan kuman-kuman ini. Tetapi bila sistim kekebalan
dilemahkan oleh penyakit HIV atau oleh beberapa jenis obat, kuman ini mungkin
tidak terkuasai lagi dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. (ODHA
Indonesia)
Infeksi oppurtunistik yang paling sering ditemui adalah infeksi yang
disebabkan oleh Candida albicans sehingga menyebabkan kandidiasis pada
esofagus, trakea dan bronkus. Infeksi dari Pneumocystis carinii menyebabkan
pneumonia dan dari Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis. - usia
BAB 4
METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif yang bertujuan
untuk mencari jumlah penderita AIDS di RSUPHAM pada tahun 2009.
Rancangan penelitian ini adalah retrospektif dimana dilakukan pengumpulan
data dari rekam medis di RSUPHAM.
4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di RSUPHAM dan dilakukan selama
15 September – 1 Oktober 2010.
4.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah semua pasien yang pernah dirawat di
RSUPHAM dan telah didiagnosa menderita AIDS. Jumlah populasi tersebut
diambil dari rekam medis yang terdapat di RSUPHAM.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian adalah total sampling
dimana keseluruhan populasi adalah sampel karena perlu diperolehi jumlah
penderita AIDS secara keseluruhan.
4.4. Teknik Penggumpulan Data
Data-data diperoleh dari rekam medis dari RSUPHAM dimana data
yang diperlukan adalah diagnosa AIDS melalui pemeriksaan klinis dan
laboratorium.
4.5. Pengolahan dan Analisa Data
Data yang diperoleh dari rekam medis ditampilkan dalam bentuk
table dan disusun mengikut faktor usia, jenis kelamin, pekerjaan dan status
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Hasil Penelitian
Proses pengambilan data untuk penelitian ini telah dilakukan pada tanggal
15 September 2010 sampai 1 Oktober 2010 di RSUP H. Adam Malik
Medan, dengan total sampel 124 orang. Berdasarkan data-data rekam
medis yang telah dikumpulkan dan dianalisa, maka dapat disimpulkan
hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A
sesuai SK Menkes No.335/Menkes/SK/VII/1990 dan juga sebagai
Rumah Sakit Pendidikan sesuai SK Menkes
No.502/Menkes/SK/IX/1991 yang memiliki visi sebagai pusat
unggulan pelayanan kesehatan dan pendidikan juga merupakan
pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang
meliputi Provinsi Sumatera Utara, D.I. Aceh, Sumatera Barat dan
Riau. Lokasinya dibangun di atas tanah seluas ±10Ha dan terletak
di Jalan Bunga Lau No.17 Km.12, Kecamatan Medan Tuntungan,
Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara.
RSUP H. Adam Malik Medan didukung oleh 1955 orang tenaga
yang terdiri dari 790 orang tenega medis dari berbagai spesialisasi
dan subspesialisasi, 604 orang paramedis perawatan, 298 orang
paramedis non perawatan dan 263 orang tenaga non medis serta
ditambah dengan Dokter Brigade Siaga Bencana (BSB) sebanyak 8
orang.
perawatan intensif, gawat darurat, bedah pusat, hemodialisa),
pelayanan penunjang medis (instalasi diagnostik terpadu, patologi
klinik, patologi anatomi, radiologi, rehabilitasi medik,
kardiovaskular, mikrobiologi,nefrologi,endokrinologi), pelayanan
penunjang non medis (instalasi gizi, farmasi, Central Sterilization
Supply Depart (CSSD), biolelktro medik, Penyuluh Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS), dan pelayanan non medis
(instalasi tata usaha pasien, teknik sipil, pemulasaran jenazah).
5.1.2 Deskripsi Karakteristik Sampel
Sampel penelitian adalah semua penderita yang dirawat inap
karena menderita infeksi opportunistik di RSUP H. Adam Malik,
Medan pada tanggal 01 Januari 2009 sehingga 31 Desember 2009.
Jumlah populasi tersebut diambil dari rekam medis yang terdapat
di bilik rekam medis yang telah dihantar dari instalasi rawat inap,
RSUP H. Adam Malik, Medan. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian adalah total sampling. Dengan metode ini didapat
sebanyak 124 orang yang menderita AIDS dengan infeksi
opportunistik dan telah dirawat akibat dari infeksi opportunistik
tersebut. Dari keseluruhan sampel yang diperoleh dari rekam
medis penderita meliputi: jenis kelamin pasien, umur pasien,
pekerjaan pasien, dan status perkawinan pasien.
5.1.3 Deskripsi Penderita AIDS Yang Dirawat Inap Akibat dari Infeksi Opportunistik
Sampel yang diperoleh selama kurun waktu 15 September 2010
sampai 1 Oktober 2010 sebesar 124 sampel. Semua data sampel
diambil dari data sekunder, yaitu dari rekam medis pasien yang
terdapat di RSUP H. Adam Malik, Medan dari tanggal 01 Januari
dirawat inap akibat infeksi opportunistik AIDS dapat dilihat dari
table berikut:
Tabel 5.1 Distribusi Penderita Dirawat Inap akibat Infeksi Opportunistik AIDS
Berdasarkan tabel 5.1 diatas didapati bahwa dari sejumlah 31.757
orang yang dirawat inap di RSUP H. Adam Malik. Dan 124 dari
penderita tersebut adalah penderita infeksi opprtunistik AIDS.
5.1.4 Deskripsi Penderita AIDS Berdasarkan Kelompok Umur
Distribusi sampel pasien yang dirawat inap akibat infeksi
opportunistik AIDS berdasarkan kelompok umurdapat dilihat dari
table berikut:
Tabel 5.2 Distribusi Kelompok Umur Penderita
JK
Jenis Penyakit Jumlah %
Penderita AIDS 124 0,04
Penderita rawat
inap (bukan AIDS) 31633 99,96
Jumlah 31757 100,00
No Usia Jumlah %
1 < 20 tahun 4 3,2
2 21 – 30 tahun 57 46,0
3 31 – 40 tahun 42 33,9
4 41 – 50 tahun 18 14,5
5 > 50 tahun 3 2,4
Secara keseluruhan, rata-rata umur penderita yang dirawat inap
akibat infeksi opportunistik AIDS adalah 32,64 tahun. Penderita
yang termuda menderita penyakit berusia 3 tahun dan tertua berusia
58 tahun. Dari tabel 5.2 didapat penderita penyakit yang dirawat
inap akibat infeksi opportunistik AIDS yang paling banyak
dijumpai pada kelompok umur 21 – 30 tahun yaitu sebanyak 57
orang (46,0%). Penderita yang dirawat inap akibat infeksi
opportunistik AIDS yang paling sedikit di jumpai adalah pada
kelompok umur lebih dari 50 tahun yaitu sebanyak 3 orang (2,4%).
5.1.5 Deskripsi Penderita Berdasarkan Jenis Kelamin
Distribusi sampel pasien yang dirawat inap akibat infeksi
opportunistik AIDS berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dari
tabel berikut :
Tabel 5.3 Distribusi Jenis Kelamin Penderita
JK
Berdasarkan tabel 5.3 dapat diketahui bahwa terdapat 101 orang
(81,5%) berjenis kelamin laki-laki dan 23 orang (18,5%) berjenis
kelamin perempuan.
5.1.6 Deskripsi Penderita AIDS Berdasarkan Pekerjaan
Distribusi sampel berdasarkan jenis pekerjaan dapat dilihat dari
tabel berikut :
Jenis kelamin Jumlah %
Laki-laki 101 81,5
Perempuan 23 18,5
Tabel 5.4 Distribusi Status Pekerjaan Penderita
Berdasarkan table 5.4, didapati bahawa golongan bekerja lebih
banyak dirawat inap akibat infeksi opportunistik yaitu sebanyak 57
orang (46%) berbanding golongan yang tidak bekerja, 34 orang
(27,4%) dan golongan lain – lain yaitu 33 orang (26,6%). Yang
termasuk dalam golongan lain – lain adalah golongan bawah umur,
mahasiswa, ibu rumah tangga, pensiunan dan penderita yang tidak
diketahui pekerjaannya.
5.1.7 Deskripsi Penderita AIDS Berdasarkan Status Perkawinan Distribusi sampel berdasarkan status perkawinan dapat dilihat dari
tabel berikut :
Tabel 5.5 Distribusi Status Perkawinan Penderita
Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahawa penderita yang berkawin
lebih banyak dirawat inap akibat infeksi opportunistik yaitu
No Status bekerja Jumlah %
1 Bekerja 57 46,0
2 Tidak bekerja 34 27,4
3 Lain - lain 33 26,6
Jumlah 124 100,0
No Status Hidup Jumlah %
1 Keseorangan 48 38,7
2 Berkawin 58 46.8
3 Lain - lain 18 14,5
tinggal keseorangan, 48 orang (38,7%) dan status lain – lain
mencatat jumlah 18 orang (14,5%). Janda dan duda dimasukkan ke
kategori hidup lain – lain. Pada penderita yang tidak diketahui
statusnya juga dimasukan ke status lain – lain.
5.2 Pembahasan
AIDS merupakan tahap akhir dalam stadium infeksi HIV. Pada
tahap ini, jumlah limfosit dalam darah adalah sangat rendah yaitu kurang
dari 300/mm3. Jumlah limfosit yang sedikit ini menurunkan sistem imun tubuh dan ini akan menyebabkan infeksi opportunistik. Dari penelitian,
infeksi opportunistik yang terbanyak dilaporkan adalah tuberkulosis, diare
kronis dan kandidiasis oro-faringeal. Hal ini sesuai dengan laporan
triwulan dari Depkes RI.
Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan data dari rekam medis
dari instalasi rawat inap di RSUP H. Adam Malik, Medan untuk
mengetahui jumlah penderita AIDS yang dirawat inap di RSUP H. Adam
Malik, Medan pada tahun 2009.
Dari tabel 5.1, diketahui bahwa jumlah penderita AIDS di RSUP
Haji Adam Malik adalah sebanyak 124 orang dengan prevalensi 0,04%.
Berdasarkan report global yang dikeluarkan oleh United Nation AIDS
(UNAIDS), jumlah orang dewasa dan anak – anak di Asia Selatan dan
Asia Tenggara yang menderita HIV-AIDS meningkat pada tahun 2009
berbanding dengan 2001 yaitu dari 3,8 juta pada tahun 2001 menjadi 4,1
juta pada tahun 2009. Namun demikian, jumlah orang dewasa dan kanak –
kanak yang menderita infeksi baru HIV menurun dari 380 ribu orang
menjadi 270 ribu orang. Angka kematian meningkat dari tahun 2001 yaitu
sebanyak 230 ribu orang menjadi 260 ribu orang pada tahun 2009. Dari
laporan Depkes RI, kasus AIDS menurun pada tahun 2009 berbanding
2008 di mana pada tahun 2009, dicatat sebanyak 3863 kasus AIDS dan
pada tahun 2008, dicatat sebanyak 4969 orang. Jumlah kasus yang dicatat
Jumlah yang meninggal dunia akibat AIDS dari tahun 1987 sehingga
tahun 1999 adalah sebanyak 3846 orang. Sumatera Utara mencatat jumlah
kasus sebanyak 485 orang dan jumlah kematian sebanyak 93 orang dari
tahun 1987 sehingga tahun 1999.
Pada tabel 5.2, terlihat hasil penelitian ini mendapatkan bahwa
jumlah penderita yang terbanyak dirawat inap akibat infeksi opportunistik
adalah dalam usia 21-30 tahun yaitu sebanyak 57 orang (46%) diikuti
kelompok umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 42 orang (33,9%). Hal ini
sesuai dengan laporan yang dikeluarkan oleh Depkes RI di mana kelompok
umur yang mencatat jumlah tertingggi adalah kelompok umur dari 20-29
tahun (49,07%), diikuti dengan kelompok umur 30-39 tahun, (30,14%).
Dari hasil laporan Depkes RI, cara penularan terbesar adalah melalui jarum
suntik dan hubungan heteroseksual. Hal ini sangat sesuai dengan penelitian
karena usia tersebut merupakan usia reproduktif, di mana remaja sangat
aktif dalam hubungan seks. Dalam usia tersebut juga merupakan usia di
mana remaja ingin mencoba sesuatu yang baru dan dipengaruhi oleh teman
sebaya, dan ini menyebabkan terjadinya perkongsian jarum suntik dan
penyalahgunaan narkoba.
Tabel 5.3 menunjukkan bahawa laki – laki lebih banyak dirawat
inap akibat dari infeksi opportunistik AIDS berbanding perempuan yaitu
101 orang (81,5%) berbanding 23 orang (18,5%). Hasil ini adalah sama
seperti di dalam laporan Depkes RI yang juga menunjukkan laki – laki
lebih banyak menderita AIDS berbanding perempuan. Berdasarkan laporan
Depkes RI, sebanyak 73.7% laki – laki yang menderita AIDS berbanding
25,8% wanita. Terdapat juga 0.5% lagi, tidak diketahui jenis kelaminnya.
Hal ini mungkin karena laki – laki lebih aktif dalam berhubungan seks.
Laki - laki jugalah yang lebih sering terlibat dalam penyalahgunaan
narkoba dan perkongsian jarum suntik.
Tabel 5.4 menunjukkan golongan yang sudah bekerja lebih banyak
ini mungkin karena golongan yang sudah bekerja mempunyai uang untuk
mencari pekerja seks komersial. Golongan yang sudah bekerja juga lebih
banyak bersosialisasi sehingga mudah untuk mendapatkan narkoba.
Dari tabel 5.5 pula, penderita yang sudah berkawin lebih banyak
menderita AIDS yaitu sebanyak 58 orang (46.8%) jika dibandingkan dengan
golongan yang belum kawin yaitu sebanyak 48 orang (38,7%) dan yang lain
– lain, 18 orang (14.5%). Hal ini mungkin karena penderita yang sudah
berkawin lagi stress karena keluarganya lalu mencoba narkotika untuk
menenangkan dirinya. Mungkin juga penderita tidak puas dengan
pasangannya, lalu mencari pekerja seks komersial untuk memuaskan
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dalam
penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu:
1. Dari hasil penelitian ini terdapat sejumlah 124 orang yang dirawat
inap akibat infeksi opportunistik AIDS dari 31.757 orang yang dirawat
inap.
2. Kelompok umur yang paling banyak menderita infeksi opportunistik
AIDS dan dirawat inap adalah pada kelompok umur 21 – 30 tahun,
diikuti kelompok umur 31-40 tahun. Kedua – dua kelompok ini
mempunyai kasus yang jauh lebih banyak berbanding kelompok umur
yang lain. Kasus yang paling muda yang dicatatkan adalah bayi
berusia 3 tahun.
3. Antara 124 pasien yang dirawat inap akibat infeksi opportunistik
AIDS, 101 (81,5%) daripadanya adalah golongan laki – laki dan 23
perempuan (18,5%).
4. Jika dinilai dari pekerjaan, terdapat kemungkinan ada hubungan
anatara status pekerjaan dengan AIDS karena golongan yang sudah
bekerja lebih banyak menderita AIDS, 57 orang (46%) dibandingkan
dengan golongan yang tidak bekerja, 34 orang (27,4%) dan golongan
lain – lain, 33 orang (26.6%).
5. Dari status perkawinan penderita, mungkin terdapat hubungan antara
status perkawinan dengan AIDS karena penderita yang sudah
berkawin lebih banyak menderita AIDS yaitu sebanyak 58 orang
(46.8%) jika dibandingkan dengan golongan yang belum kawin yaitu
6.2. Saran
1. Pihak rumah sakit disarankan agar pencatatan status pasien pada rekam
medis dilakukan dengan lebih teratur dan lengkap untuk memudahkan
peneliti yang akan melakukan penelitian berdasarkan rekam medis.
Hal ini karena masih terdapat banyak informasi pasien yang tidak
lengkap.
2. Disarankan agar undang – undang ditegaskan lagi untuk membanteras
penyalahgunaan narkoba jarum suntik untuk mengelakkan orang
daripada tertular HIV karena penderita AIDS merupakan lanjutan dari
infeksi HIV.
3. Pemerintah juga boleh memberikan kondom secara gratis seperti yang
dilakukan di Thailand, untuk mengelakkan orang daripada tertular HIV
melalui kontak seksual. Hal ini karena, WHO melaporkan bahwa
pemberian kondom secara gratis berjaya menurunkan angka kejadian
infeksi HIV pada tahun tersebut
DAFTAR PUSTAKA
Bennet, N.J., Jan 27,2010. HIV Disease – Overview, eMedicine. Available
fro
[ Accesed 19th February 2010]
Bennet, N.J., Jan 27,2010. HIV Disease – Differential Diagnoses &
Workup, eMedicine. Available from
[ Accesed 19th February 2010]
Bennet, N.J., Jan 27,2010. HIV Disease – Treatment & Medication,
eMedicine. Available from
[ Accesed 19th February 2010]
Bennet, N.J., Jan 27,2010. HIV Disease – Follow-up, eMedicine. Available
fro
[ Accesed 19th February 2010]
Department Kesehatan Republik Indonesia. Laporan Triwulan Situasi
Perkembangan HIV&AIDS di Indonesia sampai dengan 31 Disember 2009. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
Department Kesehatan Republik Indonesia. Statistik Kasus HIV/AIDS di
Indonesia Dilapor s/d Desember 2009. Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat.
Department of Health and Human Services, Centers for Disease Control
(CDC) and Prevention. Sexually Transmitted Diseases, Treatment
Kasper et al, 2005. 16th Edition Harrison’s Principles of Internal Medicine. In : Fauci A.S. & Lane H.C., 2005. Human Immunodeficiency Virus
Disease : AIDS and Related Disorders, 1076 - 1139
Komisi Penanggulangan AIDS, Data Kasus HIV & AIDS Provinsi
Sumatera Utara. AIDS di Indonesia. Available from :
th February
2010]
Komisi Penanggulangan AIDS, Data Kab/Kota. AIDS di Indonesia.
Available from :
19th February 2010]
Kumar, Abbas & Fausto, 7th Edition Robbins and Contran Pathologic Basic of Disease. In : Chapter 6, Disease of Immunity ~ Acquired
Immunodeficiency Syndrome ; 245 – 258
ODHA Indonesia, Apa itu Infeksi Oppurtunistik. Available from :
st May 2010 ]
Sudoyo AW et al., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid III Edisi IV.
Dalam : Djoerban Z. dan Djauzi S., HIV/AIDS di Indonesia; 1803 -
1807
UNAIDS/WHO, Epidemiological Fact Sheets on HIV and AIDS.
UNAIDS/WHO Working Group on Global HIV/AIDS and STI
Surveillance. Available from : , Core data on epidemiology and
response Indonesia, 2008 Update.pdf. [ Accessed 16th February 2010 ]
UNAIDS/WHO, Global Report, UNAIDS Report on the Global AIDS
Epidemic, in Chapter 2, Epidemic Update. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS). Available from :
http://www.unaids.org/documents/20101123_GlobalReport_em.pdf
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lai Siu Vern
Tempat / Tanggal Lahir : Kuala Lumpur / 20-10-1987
Agama : Buddha
Alamat : Jl Bunga Cempaka 3, No 4, Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Sek. Ren. Keb. St Thomas
2. Sek. Men. Keb. Abdul Rahman Talib
Riwayat Pelatihan : Pemeriksaan vital sign
Seminar Ethical Clearance
Riwayat Organisasi : 1. PMUSU
2. PKPMI
3. KKCM
Lampiran :
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
status kawin yang dikelompokan
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
kelamin pekerjaan status kawin