• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6 Hubungan Tegangan-Regangan Masing-Masing Model

4.6.3 Hubungan Tegangan –Regangan pada Model 3

Gambar 4.11 Grafik Teg-Reg pada Sengkang ( Model 3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari pengujian yang dilakukan terhadap model tulangan kolom dengan Aplikasi Ansys 12.1 selama mengerjakan Tugas Akhir ini, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Akibat dari pembebanan maksimum yakni sebesar 400 kN, tegangan maksimum yang terjadi pada area sengkang untuk model 1 tulangan dengan sengkang kait 900 adalah 20.53 * 10 8 Pa, pada model 2 tulangan dengan sengkang kait 1350 adalah 19.93 * 108 Pa (2,92 % lebih rendah dari pada model 1) dan untuk model 3 tulangan dengan sengkang 900 ditambah pen-binder adalah 18.88 * 108 Pa (8,05 % lebih rendah dari pada model 1).

Sedangkan pada area tulangan pokok, tegangan maksimum yang terjadi untuk model 1 tulangan dengan sengkang kait 900 adalah 82.11* 10 8 Pa, pada model 2 tulangan dengan sengkang kait 1350 adalah 79.73* 108 Pa (2.898621% lebih rendah dari pada model 1) dan untuk model 3 tulangan dengan sengkang 900 ditambah pen-binder adalah 75.49* 108 Pa (8.056462% lebih rendah dari pada model 1).

2. Akibat dari pembebanan maksimum yakni sebesar 400 kN, regangan maksimum yang terjadi pada area sengkang untuk model tulangan dengan sengkang kait 900 adalah 0.0103, pada model tulangan dengan sengkang kait 1350 adalah 0.0100 (2.924905% lebih rendah dari pada model 1) dan untuk model tulangan dengan sengkang 900 ditambah pen-binder adalah 0.0094 (8.049089% lebih rendah dari pada model 1).

Sedangkan pada area tulangan pokok, regangan maksimum yang terjadi untuk model 1 tulangan dengan sengkang kait 900 adalah 0.0411, pada model 2 tulangan dengan sengkang kait 1350 adalah 0.0399 (2.898621% lebih rendah dari pada model 1) dan untuk model 3 tulangan dengan sengkang 900 ditambah pen-binder adalah 0.0377 (8.055244% lebih rendah dari pada model 1).

3. Akibat dari pembebanan maksimum yakni sebesar 400 kN, defleksi maksimum yang terjadi pada area sengkang untuk model tulangan dengan sengkang kait 900 adalah 4.4 mm, pada model tulangan dengan sengkang kait 1350 adalah 3.8 mm (13.54799 % lebih rendah dari pada model 1) dan untuk model tulangan dengan sengkang 900 ditambah pen-binder adalah 3.3 mm (23.64109 % lebih rendah dari pada model 1).

Sedangkan pada area tulangan pokok, defleksi maksimum yang terjadi untuk model 1 tulangan dengan sengkang kait 900 adalah 4.4 mm, pada model tulangan dengan sengkang kait 1350 adalah 4.7 mm ; (7.462624% lebih tinggi dari pada model 1) dan untuk model tulangan dengan sengkang 900 ditambah pen-binder adalah 4.5 mm ; (1.779631% lebih tinggi dari pada model 1).

4. Dari hasil analisis data, dengan keadaan tegangan dan regangan yang sama dengan model 1 saat diberi beban maksimum sebesar 383,067 kN, kolom dengan tulangan model 2 dapat memikul beban aksial sebesar 395 kN (3.021 % lebih tinggi dari pada kolom dengan tulangan model 1) , sedangkan kolom dengan tulangan model 3 dapat memikul beban aksial sebesar 420 kN (8.79 % lebih tinggi dari pada kolom dengan tulangan model 1).

5.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kekangan yang diakibatkan oleh pen-binder dengan pengaplikasian secara nyata.

2. Penelitian yang berhubungan dengan pen-binder akan lebih baik jika menggunakan cakupan yang lebih luas , tidak terbatas hanya pada hubungan tegangan-regangan saja, tetapi dapat juga menunjukkan momen lentur, momen balanced, geser, serta peninjauan tarik sehingga akan lebih membantu dalam perencanaan kolom pada praktiknya dilapangan.

3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai peninjauan kolom rectangular, terutama kekangan yang terjadi pada setiap sudut dari kolom yang direncanakan.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Umum

Sehubungan dengan pesatnya kemajuan teknologi, konstruksi beton masih menjadi pilihan yang tepat sebagai bahan pokok bangunan. Beberapa hal yang mendasarinya yaitu biaya yang relative lebih murah dan kemudahan dalam memperolehnya.

Dalam konstruksinya, beton merupakan bahan komposit, yang mana terdiri atas kombinasi agregat dan pengikat semen. Bentuk paling umum dan yang paling sering digunakan dari beton adalah beton semen Portland, yang terdiri dari agregat mineral (biasanya kerikil dan pasir), semen dan air. Namun nyatanya pemilihan beton dalam konstruksi bangunan sudah mengalami banyak perkembangan, baik material utama, penambahan tulangan, maupun penambahan zat aditif.

Berikut macam-macam jenis beton : 1. Beton Ringan

Beton jenis ini sama dengan beton biasa, perbedaannya hanya agregat kasarnya diganti dengan agregat ringan. Selain itu, dapat pula terbentuk dari beton biasa yang diberi bahan tambah yang mampu membentuk gelembung udara waktu pengadukan beton berlangsung. Beton semacam ini mempunyai banyak pori sehingga berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa.

2. Beton Non Pasir

Beton jenis ini dibuat tanpa pasir, terdiri atas air, semen, dan kerikil saja. Akibatnya, rongga-rongga yang harusnya diisi kerikil menjadi tidak terisi. Sehingga, beton menjadi berongga dan berat jenisnya lebih rendah daripada beton biasa. Selain itu, tidak dibutuhkan pasta untuk menyelimuti butir-butir pasir sehingga kebtuhan semen relative lebih sedikit.

3. Beton Bertulang

Beton biasa sangat lemah atas gaya tarik, namun sangat kuat atas gaya tekan. Dalam hal ini, batang baja dapat dimasukkan pada bagian beton yang tertarik untuk menambah daya tarik atas beton tersebut. Beton yang dimasuki batang baja pada bagian tariknya ini disebut beton bertulang.

Gambar 2.1 . Contoh Visual Beton Bertulang

4. Beton Prategang

Jenis beton ini sama dengan beton bertulang, perbedaannya adalah padda batang baja yang dimasukkan ke dalam beton harus ditegangkan dahulu. Batang baja ini tetap mempunyai tegangan sampai beton yang dituang mengeras. Bagian balok beton prategang ini tidak akan terjadi retak walaupun menahan lenturan.

5. Beton Pracetak

Beton biasanya dicetak atau dituang di tempat, namun dapat pula dicetak di tempat lain (Pracetak), fungsinya adalah agar memperoleh mutu yang lebih baik. Selain itu, beton pracetak dipakai jika tempat pembuatan beton sangat terbatas, sehingga sulit menyediakan tempat percetakan dan perawatan betonnya.

6. Lain-Lain

Beton mutu tinggi, beton serat, polimer beton, beton modifikasi blok, polimer impregnated concrete, beton kinerja tinggi, dll.

Perkembangan pada material beton tadi dapat menjadi opsi untuk berbagai jenis situasi suatu proyek konstruksi serta membuat kinerja beton semakin baik, unggul, dan hanya sedikit memiliki kekurangan. Namun, tidak dipungkiri masih akan terjadi kerusakan pada beton, yang mana beberapa penyebab kerusakan pada beton adalah kesalahan pada perencanaan, pembebanan yang berlebihan, maupun kondisi lingkungan yang tidak baik.

Beton bertulang sebagai struktur bangunan masih menjadi favorit masyarakat Indonesia. Terbukti rata-rata bangunan berstruktur menengah menuju tinggi di Indonesia masih menggunakan konstruksi beton bertulang. Elemen bangunan yang lazimnya berupa beton bertulang adalah kolom bangunan.

Kolom merupakan komponen tekan pada bangunan yang merupakan lokasi kritis penyebab keruntuhan pada bangunan. Demi mengurangi penyebab kerusakan pada kolom beton bertulang, diciptakan elemen pengekang berupa tulangan baja yang memiliki fungsi penting sebagai pencegah tekuk pada tulangan longitudinal dan mencegah terjadinya keruntuhan geser pada kolom.

Maksud dari pemasangan tulangan pengekang itu sendiri dimaksudkan agar pada saat selimut beton terkelupas akibat penambahan beban, tulangan pengekang diharapkan dapat mengekang inti beton sehingga kolom yang selimutnya terkelupas setidaknya memiliki kekuatan yang sama dengan pada saat belum mengalami pengelupasan.

Agar dapat berfungsi dengan baik, tulangan pengekang harus diikat dalam bentuk kait yang mengunci tulangan longitudinal. Untuk daerah rawan gempa diisyaratkan tulangan pengekang tadi harus ditekuk pada bagian ujungnya hingga 1350. Kait yang ditekuk tadi memiliki panjang sedemikian rupa sampai masuk ke daerah inti beton sehingga memberikan tahanan yang baik dan efektif. Tulangan pengekang dengan kait 900 memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam menahan inti beton, hal ini terjadi karena tidak adanya gaya yang menahan kait untuk tetap pada posisi semula, yang nantinya mengakibatkan kait bengkok keluar sehingga tidak dapat mengekang inti beton.

Penelitian atas tulangan pengekang telah banyak diteliti oleh para ahli, yang mencolok dari pemodelan tulangan pengekang adalah konfigurasinya, mau itu jarak antar sengkang ataupun model dari sengkang itu sendiri. Salah satu hasil dari penelitian pemodelan sengkang adalah pemakaian elemen pengekang tambahan yang diberi nama pen-binder. Pemodelan sengkang yang dilakukan atas kolom bangunan itu memberikan hasil bahwa Pen-binder itu sendiri merupakan suatu perangkat tambahan yang dapat digunakan dan dikembangkan dengan tujuan memperbaiki kinerja tulangan pengekang.

Gambar 2.3 . Penggunaan Pen-Binder untuk Sengkang

Maka dari itu, pada tugas akhir ini akan dibahas mengenai pengaruh penggunaan dari pen-binder terhadap kinerja tulangan sengkang dengan menggunakan aplikasi yaitu ANSYS 12.1 yang mana dapat memberikan gambaran deformasi visual beserta data tegangan-regangan pada model tulangan sengkang tersebut.

2.2 Struktur Kolom

Kolom adalah batang tekan dengan posisi vertikal (tegak) pada struktur bangunan yang berfungsi untuk memikul beban dari balok dan beban lain diatasnya yang kemudian meneruskan beban-beban tersebut ke pondasi bangunan yang nantinya akan meneruskan beban itu ketanah.

SK SNI T-15-1991-03 mendefinisikan kolom adalah komponen struktur bangunan yang tugas utamanya menyangga beban aksial tekan vertikal dengan bagian tinggi yang tidak ditopang paling tidak tiga kali dimensi lateral terkecil.

2.2.1 Fungsi kolom

Kolom merupakan salah satu elemen dari struktur rangka yang mengalami desak dan lentur serta pemakaiannya selalu dihubungkan dengan elemen struktur yang lain yaitu balok sebagai satu kesatuan. Kolom berfungsi sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Bila diumpamakan, kolom itu seperti rangka tubuh manusia yang memastikan sebuah bangunan berdiri. Kolom termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti beban hidup (manusia dan barang-barang), serta beban hembusan angin. Sebagai bagian dari suatu kerangka bangunan dengan fungsi tersebut maka kolom menempati posisi penting di dalam sistem struktur bangunan.

Struktur dalam kolom beton bertulang dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi adalah material yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan. Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau bagian struktural lain seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya tarik pada bangunan.

2.2.2 Kolom Beton Bertulang

Dalam buku struktur beton bertulang (Istimawan dipohusodo, 1994) ada tiga jenis kolom beton bertulang yaitu :

a. Kolom menggunakan pengikat sengkang lateral. Kolom ini merupakan kolom beton yang ditulangi dengan batang tulangan pokok memanjang, yang pada jarak spasi tertentu diikat dengan pengikat sengkang ke arah lateral. Tulangan ini berfungsi untuk memegang tulangan pokok memanjang agar tetap kokoh pada tempatnya.

b. Kolom menggunakan pengikat spiral. Bentuknya sama dengan yang pertama hanya saja sebagai pengikat tulangan pokok memanjang adalah tulangan spiral yang dililitkan keliling membentuk heliks menerus di sepanjang kolom. Fungsi dari tulangan spiral adalah memberi kemampuan kolom untuk

menyerap deformasi cukup besar sebelum runtuh, sehingga mampu mencegah terjadinya kehancuran seluruh struktur sebelum proses redistribusi momen dan tegangan terwujud.

c. Struktur kolom komposit . Merupakan komponen struktur tekan yang

diperkuat pada arah memanjang dengan gelagar baja profil atau pipa, dengan atau tanpa diberi batang tulangan pokok memanjang.

2.2.3 Keruntuhan Pada Kolom Beton Bertulang Keruntuhan kolom ditandai oleh adanya:

1. Kegagalan/kehancuran beton dan tulangan baja secara bersamaan

2. Kegagalan salah satu pembentuk kolom misalnya kegagalan pada beton atau kegagalan pada baja tulangan

Menurut Nawy (1990), kekuatan kolom dievaluasi berdasarkan prinsip-prinsip dasar sebagai berikut :

a. Distribusi regangannya linier di seluruh tebal kolom.

b. Regangan pada tulangan / baja sama dengan regangan pada beton. c. Regangan beton maksimum yang diizinkan adalah 0,003.

d. Kekuatan tarik beton diabaikan dan tidak dipergunakan dalam hitungan. Keruntuhan pada struktur kolom disebabkan banyak hal, diantaranya:

a. Crushing (Retak) beton pada zona tekan.

b. Melelehnya tulangan pada zona tarik (Terjadi pada kolom pendek). c. Tekuk pada kolom (Terjadi pada kolom langsing).

2.2.4 Perilaku Kolom

Berdasarkan posisi beban terhadap penampang melintang, kolom dapat diklasifikasikan atas kolom dengan beban sentris dan kolom dengan beban eksentris. Pada pembebanan sentris, kolom tidak akan mengalami momen lentur. Kolom dengan beban eksentris mengalami momen lentur dan juga gaya aksial.

Menurut penelitian menggunakan benda uji beton normal dengan pembebanan aksial sentris oleh Wehbe, Siidi dan Sanders pada tahun 1999, dilaporkan terbukanya pengikat silang dengan kait 900 pada daerah sendi plastis di setiap level beban aksial, diikuti dengan terjadinya keruntuhan beton dan kegagalan pengekangan inti beton (Seible dkk,1997).

Gambar 2.7 . Typical Stress-Strain Plot for Mild Carbon Steel

Gambar diatas menunjukkan bahwa pada saat regangan beton mencapai sekitar

0,002-0,003, beton mencapai kekuatan maksimum f’c. Jika pembebanan terus dilakukan hingga

terjadi regangan disekitar 0,003, maka kapasitas beban sentris maksimum pada kolom dapat diperoleh dengan menambahkan kontribusi beton yaitu (Ag-Ast)0,85.f’c dan kontribusi baja

(Ast.fy). Dengan demikian beban sentries maksimum adalah Po yang dapat dinyatakan sebagai: Po= 0,8 f’c(Ag-Ast)+Fy.Ast

Jika dilihat dari SNI 03-2847-2002, beton dan baja akan berperilaku elastic. Jadi, untuk analisis elastic biasanya dilakukan dengan menggunakan transformasi beban sentris. Perlu diberi penekanan bahwa beban sentris menyebabkan tegangan tekan yang merata di seluruh bagian penampang, sehingga pada saat terjadi keruntuhan, tegangan dan regangan akan merata di seluruh bagian penampang. Maka dari itu, didalam tugas akhir ini akan dilakukan pembebanan sentris pada model tulangan kolom beton.

2.3 Pengekangan Beton Bertulang

Beton merupakan bahan yang kuat menahan gaya tekan. Jika beton ditekan hingga mencapai kuat tekannya, maka beton itu akan hancur. Sedangkan tulangan baja mempunyai kuat tekan dan tarik yang jauh lebih besar daripada beton. Beton mempunyai range kuat tekan rata-rata di antara 20 – 40 MPa (kira-kira 200-400 kg/cm2), sementara baja mencapai 240 MPa (2400 kg/cm2) untuk tulangan polos dan 400 MPa (4000 kg/cm2) untuk tulangan ulir. Namun, luas penampang baja jauh lebih kecil sehingga kapasitas tekannya juga tidak akan sebesar kapasitas tekan beton.

Secara kasar dapat diibaratkan, setiap penambahan 1% luas tulangan terhadap luas beton, kapasitas aksial tekannya bisa ditingkatkan hingga 10%. Misalnya, ada kolom beton pendek ukuran 20cmx20cm, luasnya 400 cm2, dan kapasitas tekannya dimisalkan sebesar 80000 kg (80 ton), kemudian ditambahkan tulangan seluas 4 cm2 (1%), maka kapasitas tekannya bisa mencapai 88 ton. Namun, terdapat kondisi khusus yang harus dipenuhi agar tulangan bisa memberikan kontribusi sebesar itu.

Berikut ilustrasi perubahan kapasitas tekan akibat penambahan tulangan pada kolom beton :

a. Ada kolom beton tanpa tulangan, diberi beban hingga beton tersebut hancur.

b. Di sisi lain, ada 4 buah tulangan pendek, posisi berdiri, bagian bawah dijepit,

kemudian diberi beban di atasnya.

Gambar 2.9 . Pemberian Beban pada Tulangan Longitudinal

Tulangan tersebut tertekuk, bengkok, dan jatuh. Padahal bebannya tidak terlalu besar. c. Tulangan diatas ditanam ke kolom beton sebelumnya. Kemudian diberi beban

lagi.

Gambar 2.10 . Pemberian Beban Pada Kolom yang Bertulang Longitudinal

Tulangan tersebut akan berusaha untuk bengkok. Yang paling mungkin adalah menekuk ke arah luar, dikarenakandiarah dalam telah terisi beton padat dan selimut beton lebih mudah didorong keluar.

d. Bagaimana caranya agar tulangan vertikal tersebut tidak berhamburan menekuk ke luar?

Gambar 2.11 . Pemberian Beban pada Kolom yang Bertulang Longitunal dan Bersengkang

Tulangan tersebut harus dikekang atau diikat oleh sesuatu. Pengikat tadi disebut juga sengkang alias ties. Tulangan harus diikat pada setiap jarak tertentu agar tidak menekuk ketika diberi beban tekan yang besar. Diharapkan tulangan tersebut harus bisa menahan tekanan/tegangan hingga mencapai tegangan lelehnya.

Pengekangan pada kolom biasanya dapat berupa tulangan yang berfungsi sebagai pengikat (dengan kait) maupun spiral agar beton tidak pecah. Efek dari kekangan ini adalah akan meningkatkan kekuatan dan tegangan ultimate beton. Selain itu, pengekang juga akan memberikan material beton bertulang dengan sifat cukup daktail.

Tulangan lateral (sengkang) yang biasa digunakan adalah tulangan dalam bentuk pengikat (ties) yang didistribusikan sepanjang ketinggian kolom pada interval yang ditentukan. Semakin pendek atau rapat jarak sengkang pada kolom, maka semakin besar pula kekuatan kolom tersebut dalam memikul beban aksial. Bila ditinjau dari segi biaya, sengkang ikat jauh lebih murah bila dibandingkan dengan sengkang spiral, walaupun sengkang ikat

mempunyai kekuatan dan daktilitas yang lebih rendah bila dibandingkan dengan sengkang spiral.

Sebagai akibat penggunaan pengekangan pada kolom, akan terbentukan suatu luasan inti terkekang pada daerah sepanjang kolom. Luasan inti ini tentu saja amat dipengaruhi oleh konfigurasi tulangan pengekangnya.

Gambar 2.12 . Luasan Inti Terkekang

Pengaruh dari kekangan pada kolom dapat dibedakan berdasarkan bentuk dari kolom itu sendiri. Untuk kekangan transversal, pada tahun 1988 telah dilakukan percobaan oleh Mander dkk yang menggunakan 31 kolom rectangular. Didapat bahwa pengaruh kekangan transversal adalah sebagai berikut:

f’cc= kc.f’c

dimana:

kc= faktor kenaikan kuat beton, tergantung dari tekanan biaksial yang disebabkan oleh kekangan lateral efektif.

Maka daripada itu, kuat tekan maksimum sebagai akibat dari kekangan transversal dapat dirumuskan sebagai berikut :

2.3.1 Prinsip Pengekangan Kolom

Menurut Anang Kristianto (2010), ada beberapa prinsip dalam pengekangan, yaitu: a. Pengaruh Beban Aksial

Semakin tinggi beban aksial akan menurunkan tingkat daktilitas secara signifikan Sheikh dan Yeh 1990, Paultre dan Legeron, 2008 , level beban aksial biasanya diukur dari perbandingan P/fc’.Ag dan P/P0 .

b. Konfigurasi Tulangan

Efektifitas kekangan dari tulangan pengekang tergantung dari luas area efektif dari beton yang terkekang dan distribusi tegangan kekangannya, dimana hal ini dipengaruhi oleh distribusi tulangan longitudinal dan lateralnya (Sheikh et.al.,1990). Semakin banyak jumlah tulangan longitudinal yang dikekang oleh sengkang, area beton yang terkekang akan meningkat.

c. Batasan Kondisi untuk Konfigurasi Tulangan.

Sheikh dan Khoury ( 1997 ) menyarankan bahwa untuk desain beban gempa kolom harus didesain dan didetail dengan level daktilitas tinggi atau moderat. Berdasarkan beberapa eksperimen didapatkan bahwa konfigurasi kategori I tidak dapat digunakan untuk kolom dengan daktilitas tinggi. Pada kolom dengan konfigurasi kategori II, pengujian pada kolom F ( Sheikh & Yeh., 1990; Sheikh & Khoury., 1993 ; Sheikh et al., 1994 ) dengan beban aksial yang tinggi menunjukkan adanya kecenderungan terbukanya sengkang kait 90 deformasi yang besar, dan mengakibatkan kolom kehilangan kekangan. Wehbe, Saiidi dan Sanders ( 1999 ), dalam pengujiannya terhadap kolom jembatan berbentuk segiempat yang didesain dalam level moderat menginformasikan bahwa pengekang dengan kait 90 pada daerah sendi plastis

sudah terbuka dan kondisi ini diikuti dengan menekuknya tulangan longitudinal akibat kehilangan kekuatan kekangan. Sementara pengekang dengan kait 135 dalam kondisi mulai akan terbuka diikuti mulai menekuknya tulangan longitudinal pada akhir pengujian.

Gambar 2.13 . Kait Sengkang 1350 dan 900

Lukkunaprasit dan Sittipunt melakukan pengujian pada tahun 2003 dengan menambahkan semacam hook-clips pada sambungan antara sengkang kait 90 untuk menahan agar kait tidak terbuka. Hook-clips ini dilaporkan efektif mengekang kolom dengan sengkang kait 90 yang didesain untuk level gempa moderat serta meningkatkan faktor daktilitas dan energi disipasinya.

2.3.2 Peraturan tentang Konsep Pengekangan.

Berdasarkan SNI 03-2847-2002, syarat pengekangan pada kolom beton dirumuskan sebagai berikut :

a. Pengekangan harus dilakukan pada seluruh daerah sendi plastis

b. Pada seluruh tinggi kolom harus menggunakan tulangan transversal dengan jarak yang telah dihitung dan ditentukan.

c. Spasi tulangan transversal pengekang minimum dari ¼ dimensi komponen terkecil ataupun 6 kali diameter tulangan longitudinal

Peraturan memberikan persyaratan kekangan untuk desain elemen kolom pada daerah dengan tingkat kerawanan bahaya gempa yang tinggi. SNI 03-2847-2002 mendefinisikan “ sengkang kait gempa” ( seismic hook , Gambar 6) sebagai kait pada sengkang terbuka ( Detail-C) , tertutup ( Detail-A) atau pada pengikat silang ( Detail-B) yang ujungnya ditekuk dengan sudut tidak kurang dari 1350

Detailing diperlukan pada daerah-daerah yang diharapkan terbentuk sendi plastis untuk mendisipasi energi gempa yang masuk dalam struktur.

Gambar 2.15 . Detailing kekangan pada kolom untuk daerah dengan tingkat kerawanan gempa tinggi (ACI 318M-05 )

2.4 Aplikasi Struktural

Teknik sipil adalah salah satu cabang ilmu teknik yang mempelajari tentang bagaimana merancang, membangun, merenovasi tidak hanya gedung dan infrastruktur, tetapi juga mencakup lingkungan untuk kemaslahatan hidup manusia. Teknik sipil mempunyai ruang lingkup yang luas, di dalamnya pengetahuan matematika, fisika, kimia, biologi, geologi, lingkungan hingga komputer mempunyai peranannya masing-masing. Teknik sipil dikembangkan sejalan dengan tingkat kebutuhan manusia dan pergerakannya, hingga bisa dikatakan ilmu ini bisa mengubah sebuah hutan menjadi kota besar.

Keluasan cabang dari ilmu teknik sipil ini membuatnya sangat fleksibel di dalam dunia kerja. Profesi yang didapat dari seorang ahli bidang ini antara lain: perancangan/pelaksana pembangunan/pemeliharaan prasarana jalan, jembatan, terowongan, gedung, bandar udara, lalu lintas (darat, laut, udara), sistem jaringan kanal, drainase, irigasi, perumahan, gedung, minimalisasi kerugian gempa, perlindungan lingkungan, penyediaan air bersih, survey lahan, konsep finansial dari proyek, manajemen projek dsb. Semua aspek kehidupan tercangkup dalam muatan ilmu teknik sipil.

Ahli teknik sipil tidak hanya berurusan dengan pembangunan sebuah proyek bangunan, tetapi di bidang lain seperti yang berkaitan dengan informatika, memungkinkan untuk memodelisasi sebuah bentuk dengan bantuan program, pemodelan kerusakan akibat berbagai macam faktor, maupun membuat inovasi baru dibidang kesipilan. Hal ini sangat penting di negara maju sebagai tolak ukur kelayakan pembangunan sebuah bangunan vital yang mempunyai risiko dapat menelan korban banyak manusia seperti reaktor nuklir atau bendungan, jika terjadi kegagalan perencanaan teknis. Rancangan bangunan tersebut biasanya dimodelkan dalam komputer dengan diberikan faktor-faktor ancaman bangunan

Dokumen terkait