• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PESERTA PROGRAM FACTORY

5.5 Hubungan Antara Karakteristik Peserta dengan Motivasi Peserta

5.5.1 Hubungan Antara Umur dengan Motivasi

Umur merupakan selisih usia antara tahun kelahiran peserta dengan tahun penelitian ini dilakukan. Karakteristik umur dihubungkan dengan motivasi diantaranya yaitu motivasi peserta akan informasi, motivasi peserta akan tugas dari instansi dan motivasi peserta akan ajakan teman. Penelitian ini memiliki umur yang homogen atau seluruhnya merupakan peserta dengan umur muda. Penjabaran adalah salah satu upaya melihat hubungan antara umur dengan motivasi peserta. Hasil SPSS 17 menunjukkan data ada yang memiliki hubungan dan juga tidak memiliki hubungan. Tabel 9 merupakan penjabaran hasil penelitian tentang tabulasi silang antara umur/usia dengan motivasi peserta, dapat dilihat tabel 9 berikut di bawah ini:

Tabel 9. Distribusi Hubungan Umur dengan Motivasi Responden Factory Visit PT Jakarana Tama, 2011 Motivasi Umur(tahun) Total Kategori 15-16 16.1-17 17.1-19

Motivasi akan informasi

Tinggi 0 21 5 26

Rendah 16 3 0 19

Total 16 24 5 45

Motivasi akan Tugas

Tinggi 16 15 5 36

Rendah 0 9 0 9

Total 16 24 5 45

Motivasi ajakan teman

Tinggi 0 0 0 0

Rendah 16 24 5 45

Total 16 15 5 45

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai hitung jika α lebih kecil dari α(0.1) maka H1 diterima, yang artinya terdapat hubungan antara variabel-variabel yang diuji. Tabel 8 dan penjabaran tabulasi silang Tabel 9 menunjukkan bahwa peserta dengan umur muda 15-16 tahun memiliki motivasi yang rendah akan motivasi informasi dan sebanyak 21 orang peserta dengan usia muda 16.1-17 tahun memiliki motivasi yang tinggi akan motivasi informasi. Keseluruhan peserta merupakan umur muda dengan penjabaran lebih lanjut melalui pengkategorian 15-16 tahun, 16,1-17 tahun, 17,1-19 tahun. terdapat hubungan antara umur dengan motivasi akan informasi. Semakin matang umur peserta maka motivasi akan informasinya semakin tinggi. Dapat dijelaskan bahwa dengan matangnya usia peserta semakin memiliki kesadaran untuk meningkatkan tingkat aktualisasi diri dari peserta tersebut.

Tabel 8 dan penjabaran tabulasi silang tabel 9 menunjukkan bahwa sebanyak 16 dan 15 orang peserta dengan usia muda 15-16 tahun dan 16.1-17 tahun memiliki motivasi yang tinggi akan motivasi tugas dari instansi dan sebanyak 9 orang peserta usia muda 16.1-17 tahun memiliki motivasi yang rendah

akan tugas dari instansi. Berdasarkan nilai koefisien yang lebih besar dari α(0.1) maka tidak terdapat hubungan antara usia/umur dengan motivasi akan tugas, dapat dijelaskan bahwa motivasi akan tugas merupakan kewajiban dari instansi peserta sehingga hampir seluruh atau sebagian besar peserta dengan umur muda memiliki motivasi yang tinggi akan motivasi tugas dari instansi.

5.6 Hubungan Antara Aktivitas Komunikasi dengan Motivasi

Aktivitas komunikasi merupakan kegiatan yang diagendakan oleh perusahaan yang teridri dari persentasi perusahaan dan factory tour yang ditujukan untuk diikuti peresta factory visit ataupun peserta. Aktivitas komunikasi dihubungkan dengan motivasi diantaranya yaitu motivasi peserta akan informasi, motivasi peserta akan tugas dari isntansi dan motivasi peserta akan ajakan teman. Hubungan antara aktivitas komunikasi dengan motivasi peserta dapat dilihat pada tabel 10 di bawah ini :

Tabel 10. Hubungan Antara Aktivitas Komunikasi Peserta dengan Motivasi Responden Factory Visit PT Jakarana Tama, 2011

r

s Motivasi Peserta

Informasi Tugas Instansi

Aktivitas Komunikasi 0.800 0.885

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai hitung jika α lebih kecil dari α(0.1) maka H1 diterima, yang artinya terdapat hubungan antara aktivitas komunikasi dengan motivasi. Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 20 orang peserta dengan aktivitas komunikasi yang tinggi memiliki motivasi informasi yang tinggi pula. Hal tersebut dikarenakan peserta yang memiliki motivasi yang tinggi akan informasi terdorong untuk melakukan aktivitas komunikasi seperti mencatat, menulis, mendengarkan dan bertanya.

Tingginya aktivitas komunikasi diharapkan oleh peserta akan meningkatkan efektivitas komunikasi peserta dalam menerima informasi dari komunikator. Sejalan dengan analisis hitung (Spearman) dengan α(0.000) yaitu

lebih kecil dari α(0.1) dengan hubungan positif yang menyatakan berhubungan dan ukuran korelasi sebesar 0.800 dengan kriteria kisaran antara 1-0.750 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang sangat erat dan dapat diandalkan antara variabel aktivitas komunikasi dengan motivasi akan informasi.

Tabel 10 menunjukkan bahwa sebanyak 17 orang dengan aktivitas komunikasi yang tinggi memiliki motivasi akan tugas instansi yang tinggi atau sebesar 37.8 persen dari keseluruhan peserta. Hasil hitung (Spearman) α(0.022)

dengan nilai 0.885, hal ini menunjukkan bahwa nilai kurang dari α(0.1) dengan demikian variabel aktivitas komunikasi dengan motivasi akan tugas memiliki hubungan. Motivasi berupa tugas yang diberikan oleh instansi mampu mendorong peserta untuk melakukan aktivitas komunikasi yang tinggi bagi seluruh peserta. dapat dijelaskan bahwa hampir sebagian besar peserta dengan motivasi akan tugas melakukan aktivitas komunikasi yang cukup baik. Motivasi berupa tugas dianggap oleh peserta berupa kewajiban sehingga serta memacu peserta untuk melakukan aktivitas komunikasi yang tinggi.

5.7 Hubungan Antara Motivasi Peserta dengan Dampak Komunikasi

Efektivitas komunikasi program factory visit keberhasilannya dapat dilihat keefektivasnnya dengan melihat hubungnan antara motivasi peserta peserta

factory visit dengan dampak komunikasi pada peserta program. Motivasi yang dilihat pada peserta yaitu ada tiga yaitu motivasi akan informasi, motivasi akan tugas dari instansi. Faktor dampak komunikasi pada peserta yang dilihat pada

penelitian yaitu ada dua yaitu kognitif dan afektif pada peserta. hubungan antara hubungan antara motivasi peserta dengan dampak komunikasi berupa kognitif dan hubungan antara motivasi peserta dengan dampak komunikasi berupa kognitif dapat dilihat pada Tabel 14 di bawah ini :

Tabel 11. Hubungan antara motivasi responden dengan dampak komunikasi

factory visit PT Jakarana Tama, 2011 Motivasi

Dampak komunikasi pada peserta rs Kognitif rs Afektif

Informasi 0.585 0.377

Tugas Instansi -0.25 0.549

5.7.1 Hubungan Antara Motivasi Informasi dengan Dampak Komunikasi Motivasi Informasi merupakan dorongan peserta mengikuti factory visit

karena ingin mendapatkan informasi mengenai perusahaan PT. Jakarana Tama. Efektivitas program factory visit dapat dilihat melalui hubungan antara motivasi dengan kognitif peserta setelah mengikuti program. Pengambilan keputusan berdasarkan nilai hitung jika α lebih kecil dari α(0.1) maka H1 diterima, yang artinya terdapat hubungan antara motivasi informasi dengan dampak komunikasi. Tabel 11 menunjukkan bahwa sebesar 26 peserta dengan motivasi tinggi akan informasi memiliki hasil kognitif yang tinggi pula atau sebesar 57.8 persen dari seluruh peserta.

Hasil hitung (Spearman) dengan α(0.000) dengan ukuran korelasi sebesar

0.585 dan kisaran ukuran antara 0.749-0.500 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang erat atau tinggi antara motivasi informasi dengan hasil kognitif peserta setelah kunjungan. Dapat dijelaskan bahwa peserta dengan motivasi akan informasi yang tinggi terdorong untuk mengikuti factory visit dengan baik

sehingga informasi yang disampaikan dapat dicerna dengan baik dan pada saat pengukuran kognitif hasil menunjukkan tingkat kognitif yang tinggi.

Motivasi Informasi merupakan dorongan peserta mengikuti factory visit

karena ingin mendapatkan informasi mengenai perusahaan PT Jakarana Tama dan efektivitas program factory visit dapat dilihat melalui hubungan antara motivasi dengan afektif peserta setelah mengikuti program.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai hitung lebih kecil dari α(0.1) maka H1 diterima, yang artinya terdapat hubungan antara motivasi dengan dampak komunikasi. Tabel 11 menunjukkan bahwa hasil hitung (Spearman)

dengan α(0.011) dan nilai ukuran korelasi sebesar 0.377, kisaran ukuran antara 0.250-0.499. Hubungan yang ada rendah, hal ini dapat dijelaskan karena proses

factory visit yang berlangsung sebentar dan hanya satu kali, selain itu motivasi informasi hanya mentargetkan dirinya(peserta) hanya mencapai kognitif yang tinggi saja.

5.7.2 Hubungan Antara Motivasi Tugas dari Instansi dengan Dampak Komunikasi pada Peserta

Motivasi tugas dari instansi merupakan dorongan peserta mengikuti

factory visit karena merasa mendapat tugas dari instansi untuk mengikuti factory visit perusahaan PT. Jakarana Tama. Efektivitas program factory visit dapat dilihat melalui hubungan antara motivasi dengan kognitif peserta setelah mengikuti program.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai hitung lebih kecil dari α(0.1) maka H1 diterima, yang artinya terdapat hubungan antara motivasi tugas dengan dampak komunikasi. Tabel 14 menunjukkan bahwa sebanyak 27 peserta deng motivasi tugas instansi yang tinggi memiliki kognitif yang tinggi pula. Hasil

hitung (Spearman) dengan α(0.098) menunjukkan bahwa ada hubungan antara

motivasi tugas dari instansi dengan kognitif post-test meskipun kurang signifikan. Hal ini karena α(0.098) lebih kecil dari α(0.1).

Dapat dijelaskan bahwa peserta dengan motivasi yang tinggi memiliki gangguan dalam aktivitas komunikasinya, diantaranya seperti posisi tempat duduk peserta yang jauh dari layar persentasi dan gaung di dalam ruangan yang meyebabkan suara tidak jelas serta pada saat factory tour ada teman yang mengajak bersendagurau. Sebanyak 9 orang yang rendah motivasinya sedangkan kognitifnya tinggi disebabkan karena aktivitas komunikasinya baik dan tidak banyak gangguan komunikasi yang menghalangi proses komunikasinya.

Motivasi tugas dari instansi merupakan dorongan peserta mengikuti

factory visit karena merasa mendapat tugas dari instansi untuk mengikuti factory visit perusahaan PT Jakarana Tama dan efektivitas program factory visit dapat dilihat melalui hubungan antara motivasi dengan afektif peserta setelah mengikuti program.

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai hitung lebih kecil dari α(0.1) maka H1 diterima, yang artinya terdapat hubungan antara motivasi akan tugas dari instansi dengan dampak komunikasi meskipun kurang signifikan. Tabel 14 Menunjukkan bahwa sebagian besar peserta yang memiliki motivasi tugas dari instansi yang tinggi memiliki afektif yang sedang. Hasil hitung (Spearman)

dengan α(0.092), nilai yang lebih kecil dari α(0.1) menyebabkan terdapatnya hubungan anatara motivasi akan tugas dari instansi dengan afektif setelah kunjungan. Dapat dijelaskan bahwa peserta ditugaskan oleh instansi hanya untuk mendapatkan informasi saja mengenai perusahaan dan kurang sampai keranah

afektif, oleh karena itu sedikit jumlah dari peserta dengan motivasi akan tugas dari instansi yang memiliki afektif yang tinggi.

5.8 Penjelasan Hubungan Karakteristik dengan Motivasi

Karakteristik memiliki hubungan dengan efektivitas komunikasi program. Secara tidak langsung terdapat perbedaan antar individu dengan karakteristik yang berbeda dalam melakukan aktivitas komunikasi. Umur merupakan salah satu karakteristik yang membedakan antar individu. Perbedaan umur menyababkan aktivitas komunikasi yang berbeda baik dari jenis komunikasi dan kualitas komunikasi. Penelitian ini menunjukkan bahwa semakin tua umur seseorang semakin matang maka semakin tinggi motivasinya akan informasi. Jenis kelamin juga memiliki kaitannya dengan efektivitas program.

Hasil penelitian ini jenis kelamin datanya homogen sehingga tidak dapat dilihat perbedaannya. Azzahra (2009) menyatakan bahwa program kreativitas mahasiswa kewirausahaan untuk laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar sukses. Hal tersebut karena Laki-laki memiliki kecenderungan motivasi tanggung jawab yang lebih besar untuk mensejahterakan kehidupannya.

5.9 Penjelasan Hubungan Aktivitas Komunikasi dengan Motivasi

Aktivitas komunikasi memiliki peranan penting dalam program Factory visit. Factory visit sendiri merupakan program yang terdiri dari aktivitas-aktivitas komunikasi. Efektivitas program dilihat dengan kaitannya hubungan antara aktivitas komunikasi dengan motivasi. Penelitian menunjukkan bahwa motivasi tugas dari instansi memiliki hubungan yang paling tinggi. Hal tersebut dijelaskan bahwa kewajiban menjadikan peserta semakin termotivasi untuk mengikuti kunjungan dengan baik.

5.10 Penjelasan Hubungan Motivasi dengan Dampak komunikasi

Dampak komunikasi factory visit ada dua hal yaitu dari aspek kognitif dan aspek afektif. Kognitif peserta mengalami peningkatan yang cukup baik yaitu sebesar 63.74persen, hal tersebut mengindikasikan bahwa program telah terprogram dengan cukup baik. Efektivitas program juga dapat dilihat dengan menghubungkan antara motivasi dengan dampak komunikasi. Penelitian ini memiliki hasil yang lebih tinggi pada aspek kognitif pada motivasi informasi, dapat dijelaskan bahwa motivasi informasi memiliki dorongan yang lebih kuat pada pemahaman materi yang diberikan ketimbang motivasi akan tugas yang menekankan pada ingatan akan informasi. Pemahaman materi menjadikan peserta lebih memiliki kognitif yang lebih baik ketimbang ingatan akan informasi. Aspek afektif memiliki nilai yang lebih tinggi juga pada motivasi akan informasi hal tersebut juga sejalan dengan aspek kognitf. Pemahaman memiliki nilai yang baik pada motivasi informasi serta afektif yang lebih baik dengan motivasi akan tugas dari instansi.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari penelitian adalah:

1. Karakteristik peserta yang memiliki hubungan dengan motivasi adalah variabel umur saja. Umur hanya memiliki hubungan dengan motivasi akan informasi. 2. Aktivitas komunikasi peserta seluruhnya cukup baik, aktivitas komunikasi juga memiliki hubungan dengan motivasi peserta.

3. Motivasi memiliki hubungan dengan dampak komunmikasi peserta kecuali motivasi ajakan teman.

6.2 Saran

Saran dari penelitian adalah:

1. Perusahaan perlu memperhatikan karakteristik peserta factory visit terutama karakteristik umur dengan cara mendesain acara sesuai dengan karakteristik peserta. Penyesuaian materi dengan karakteristik yang kebanyakan peserta adalah SLTA juga perlu seperti ice breaking dengan menggunakan bahasa-bahasa pergaulan anak SLTA dan juga tren-tren SLTA serta persiapan yang matang sebelum peserta factory visit datang.

2. Pihak perusahaan perlu menambahkan komunikator pada saat factory tour

dengan pertimbangan rendahnya aktivitas komunikasi peserta pada saat factory tour karena tingginya noise saat diluar ruangan. Alat komunikasi juga perlu dipersiapkan agar saat factory tour alat berfungsi dengan baik.

3. Pihak perusahaan perlu mendesain acara agar lebih melibatkan peserta sehingga meningkatkan motivasi peserta dalam upaya meningkatkan dampak komunikasi seperti lebih banyaknya hadiah yang diberikan pada peserta yang mengikuti factory visit dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anas, Pigoselpi. 2003. Efektivitas Komunikasi Program Pemberdayaan Ekonomi masyarakat Pesisir. (kasus Cilincing dan Kepulauan Seribu). Tesis.

Program Pasca Sarjana IPB.

Berlo, DK.1960. The Process of Communiccation: an introduction to theory and practice. Inc New York:Holt-Rinehart & Winston.

Cahyanto PG. 2007. Efektivitas Komunikasi Partisipatif dalam Pelaksanaan Prima tani di Kecamatan Sungai Kakap Kabupaten Pontianak. [Tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Cangara, Hafied.1998. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Damayanti, Poppi. 2003. Hambatan Komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah. [Tesis]. Program Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Program Pasca Sarjana IPB.

Djunaedi. 2003. Efektivitas Komunikasi di dalam Program Imbal Swadaya di Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. [Tesis]. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Eddy. 2007. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Keefektivan Komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten (Kasus Penanganan Aspek Sosial di Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor). [Tesis]. Studi Komunikasi Pembangunan Pertanian dan pedesaan. Sekolah Pasca Sarjana IPB.

Kotler, P. 2005. Manajemen Pemasaran Edisi ke Sebelas Jilid 1dan 2. Diterjemahkan oleh Molan. Jakarta: PT. Indeks.

Kusumah. 2010. Motivasi dan Perilaku MenontonSerta Penilaian Khalayak Terhadap Program Acara Televisi Lokal(Kasus Pemirsa Megaswara TV di RW 01 Kelurahan Bojong RangkasKecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor dan RW 17 Kelurahan Tegal Gundil Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor) [Skripsi]. Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Ekologi Manusia IPB.

Muhammad, Arni. 2004. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

Nur, Nadhirah Seha. 2004. Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (Kasus Pada KSM di Kelurahan Loji, Kota Bogor, Jawa Barat). [Tesis]. Program Studi Komunikasi Pembangunan dan Pedesaan. Program Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor.

Parnamian. 2010. Efektivitas Komunikasi antara Rumahtangga Sangat Miskin Penerima Bantuan Tunai dan Pendamping Program Keluarga Harapan(Kasus Kelurahan Balumbang Jaya Kecamatan Bogor Barat Kota Bogor). [Skripsi]. Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Ekologi Manusia IPB.

Pradityo. 2010. Respon Masyarakat Terhadap Pencantuman Sertifikasi Halal Sebagai Upaya Meningkatkan Ekuitas Merek Produk Pangan(Studi Kasus Kelurahan Balumbang Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kabupaten Bogor). [Skripsi]. Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Ekologi Manusia IPB.

Pribadi, Dhika. 2005. Analisis Efektivitas Komunikasi Iklan Televisi Dove Shampoo di Kota Bogor. [Skripsi]. Ilmu Ekonomi dan Manajemen. Departemen Ekonomi dan Manajemen IPB.

Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis Edisi Kedua. Jakarta: Erlangga.

Rakhmat. 2000. Metode Penelitian Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rogers, Everett M, dan D.L. Kincaid D. Lawrence.1982. Communication Network: Toward a new paradigm for research. London: collier Macmillan Publishers.

Saidah, 2008. Hubungan Karakteristik Peternak dengan Efektivitas Komunikasi Interpersonal(Kasus Peternak Sapi Pondok Ranggon, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur). [Skripsi]. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan. Fakultas Peternakan IPB.

Singarimbun, M, Effendi S. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta. LP3ES Sastropoetro S. 1988. Partisipasi, Komunikasi dan Disiplin dalam Pembangunan

Nasional. Bandung: Penerbit Alumni.

Robbins, 2002. Manajemen Edisi Ke-7 Jilid 2. Jakarta. PT Index.

Tubbs, Stewart L dan Sylvia Moss. 1996. Human Communication prinsip-prinsip dasar. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Tarigan, 2010. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Motivasi Pelanggan dalam Pembelian Teh dan Kelapa Sawit(Kasus Pelanggan PT. Perkebunan Nusantara IV). [Skripsi]. Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Ekologi Manusia IPB.

Thamrin. 2010. Analisis Kepemimpinan dalam Industri Pemasaran Jaringan (Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat). [Skripsi]. Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat. Departemen Ekologi Manusia IPB.

LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Rank Spearman Karakteristik Responden Terhadap Motivasi Responden Factory Visit

a. Umur dengan Motivasi

Motivasi akan Informasi * Umur

Motivasi akan Tugas * Umur

Correlati ons 1.000 .829 . .000 45 45 .829 1.000 .000 . 45 45

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed)

N Usia

Motiv asi akan Inf ormasi Spearman's rho

Usia

Motiv asi akan Inf ormasi Correlati ons 1.000 -.235 . .120 45 45 -.235 1.000 .120 . 45 45

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed)

N

Correlation Coef f icient Sig. (2-tailed)

N Usia

Motiv asi akan Tugas Spearman's rho

Usia

Motiv asi akan Tugas

Lampiran 2. Hasil Analisis Rank Spearman Aktivitas Komunikasi Responden

Dokumen terkait