• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas komunikasi peserta program factory visit: kasus PT. Jakarana Tama, Gaga Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas komunikasi peserta program factory visit: kasus PT. Jakarana Tama, Gaga Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat"

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PESERTA PROGRAM FACTORY VISIT

(Kasus : PT JAKARANA TAMA, Gaga Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh : AMIRUL SALEH

I34061874

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRACT

AMIRUL SALEH. Effectivity of Participant Communication of Factory Visit Programe. Supervised by RICHARD W. E. LUMINTANG.

The purpose of this study were: (1) to analyse relationship between characteristics of respondents with motivation of participants in factory visit. (2) to analyze relationship between communication activities of respondents with motivation of participants in factory visits and analyze relationship between motivation of respondents with impact of communication participants factory visit of PT Jakarana Tama

This study was conducted at PT Jakarana Tama Ciawi Bogor City, West Java. Site selection was done deliberately because PT Tama Jakarana apply one of marketing promotion efforts that is factory visit. This study used questionnaire as tool of collecting primary data. Respondents in this study consisted of 45 respondents obtained from the Slovin formula with a population of 81 participants.

The research method chosen, that is quantitative methods and qualitative as a data supported. Correlation method intended to observe the relationship between ordinal data and nominal variables using Spearman rank correlation and chi-square test.

The results indicate that only the age of respondents that are characteristic of the respondents who have a relationship with motivation of respondents. The motivation of respondents are divided on the motivation of information, motivation of the agency task and motivation friends invitation. communication activities also have a close relation with motivation of information and also motivation of duty agency. These are just a few variables that can not be associated if process them by statistics because data are constant or homogeneous that is: sex (all women), experience (all more than two), educational level (all senior high school), and motivation friend invitation (all low). Effectiveness is also one of them can be seen in rcognitive and affective respondents. There is an increase of 63.74% of respondents cognitive compared with cognitive before visiting. This is one indicator of success or effectiveness of the program factory visit in PT Jakarana Tama.

(3)

RINGKASAN

AMIRUL SALEH. Efektivitas Komunikasi Peserta Program Factory Visit(Kasus: PT Jakarana Tama, Gaga Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Di bawah bimbingan RICHARD W.E. LUMINTANG)

Tujuan penelitian adalah (1) menganalisis hubungan antara karakteristik responden dengan motivasi peserta pada factory visit,. (2) menganalisis hubungan antara aktivitas komunikasi responden dengan motivasi peserta pada factory visit, dan menganalisis hubungan antara motivasi responden dengan dampak komunikasi pada peserta factory visit PT. Jakarana Tama.

Penelitian dilaksanakan di PT. Jakarana Tama Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja karena PT. Jakarana Tama melaksanakan salah satu upaya promosi pemasaran berupa factory visit. Penelitian ini menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data primer. Responden dalam penelitian ini terdiri dari 45 orang responden yang didapat dari rumus

Slovin dengan jumlah populasi sebanyak 81 orang peserta.

Metode penelitian yang dipilih adalah dengan menggunakan metode kuantitatif dan didukung data kualitatif. Metode korelasi melihat hubungan antara variabel data ordinal maupun nominal menggunakan korelasi Rank Spearman dan chi-square.

(4)
(5)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PESERTA PROGRAM FACTORY VISIT

(Kasus: PT JAKARANA TAMA, Gaga Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

Oleh : Amirul Saleh

I34061874

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)

INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama Mahasiswa : Amirul Saleh

Nomor Induk Mahasiswa : I34061874

Judul : Efektivitas Komunikasi Peserta Program Factory Visit (Kasus PT Jakarana Tama, Gaga Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA NIP. 19480312 197302 1 001

Mengetahui, Ketua Departemen Sains

Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

(7)

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG

BERJUDUL “EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PESERTA PROGRAM

FACTORY VISIT (KASUS: PT JAKARANA TAMA GAGA MIE CIAWI KABUPATEN BOGOR)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH. DEMIKIANLAH PERNYATAAN INI SAYA BUAT DAN

SAYA BERSEDIA MEMBERI PERTANGGUNGJAWABAN ATAS

PERNYATAAN INI.

Bogor, Maret 2011

(8)

RIWAYAT HIDUP

Amirul Saleh (penulis) merupakan seorang laki-laki yang lahir di Jakarta, 16 Mei 1988. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara yang lahir dari pasangan Bapak Chairul Saleh Nasution dan Ibu Narwati. Penulis merupakan keturunan suku Batak dan Betawi. Penulis saat ini beralamat di Jalan Aren 2 No. 35 Rt06/001 Pondok Aren Pondok Betung Tangerang, Banten.

Penulis memiliki riwayat pendidikan yang mungkin sedikit berbeda dengan rekan-rekan lainnya dimana penulis tiga tahun selama Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar Islam(SDI) 05 Nadjahut Thalibin 2 pada tahun 1994-1995, setelah itu penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar Swasta (SDS) Kartika X-2, 1995-2000 lalu SLTPN 177 Jakarta Selatan pada tahun 2000-2003, dan SMUN 47 Jakarta Selatan pada tahun 2003-2006. Setelah lulus dari jenjang pendidikan SMU, penulis melanjutkan studinya di Institut Pertanian Bogor pada tahun 2006 melalui jalur USMI dan pada tahun kedua penulis memilih untuk melanjutkan ke Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia hingga sekarang. Selain pendidikan Formal sekolah penulis juga mengikuti ekstra kurikuler lain seperti Pendidikan bahasa Inggris Oxford Serta Lulusan Taman Pengajian al-Quran tahun 2002.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, skripsi berjudul “Efektivitas Komunikasi Peserta Program Factory Visit(Kasus: PT Jakarana Tama, Gaga Ciawi Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan yaitu untuk menganalisis efektivitas program dengan melihat dampak komunikasi pada responden dan varibel lain seperti karakteristik responden, aktivitas komunikasi dan motivasi responden. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi khalayak banyak.

Bogor, Maret 2011

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT telah memberi rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik moril maupun materiil, secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain: 1. Ibunda Narwati dan Ayahanda Chairul Saleh Nasution yang tak pernah

berhenti memberi kasih sayang serta semangat dan dukungan dalam penulisan skripsi ini.

2. Ir. Richard W. E. Lumintang, MSEA selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, masukan, saran serta motivasi selama penulisan skripsi.

3. Ir. Hadiyanto, Msi, sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis.

4. Ivanovich Agusta, SP, Msi, sebagai dosen penguji dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis.

5. Ibu Yus Elida PT. Jakarana Tama yang banyak memberikan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini

6. Yang ter-kasih Siti Putri Cinta Ayu(Babun)

7. Juwita Komala Sari dan Ismail Saleh Nasution yang menyemangati proses pembuatan skripsi ini. Terima kasih kakak dan adikku

8. Sahabat-sahabatku Fajar Helmi, Parnamian, Indra Thamrin, Kang Ridwan dan teman-temanku Aziz, Chepy, Untung, Adha, Ogi, G-way, Rani, Dion, Aero, Reynaldi dan Iphunk.

9. Teman-teman Fitnes Boby, Arman, Pak Udin, Pak Tata, Tata, Achi, Mae, Nofan, Eir dan Rudy

(11)

11.Keluarga Besar Cemara (Onta junior, Onta Yunior, Fiul, Bu RT, Fijar, Jaly, Indra, Danang, Anma, Niko, Otep Tea, Mandra(Bang Roy) )

12.Keluarga Besar Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat angkatan 43, Dewi dan Bayu sebagai teman satu bimbingan, tempat bertukar pikiran dan teman pemberi semangat.

13.Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini.

Bogor, Maret 2011

(12)

DAFTAR ISI

II. PENDEKATAN TEORITIS ………..…………. 4

2.1 Tinjauan Pustaka.…………..………..………. 4

2.1.1 Komunikasi…………...……… 4

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi…………..……… 4

2.1.1.2 Aktivitas Komunikasi……….……….. 5 2.4 Definisi Operasional……… 18 18 III. METODOLOGI PENELITIAN ……… 20

3.1 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian.………... 20

3.2 Metode Penelitian ……….……… 20

(13)

3.4 Teknik Pemilihan Responden ………..………..……... 21

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data………... 22

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN.………... 23

4.1 PT. Jakarana Tama…………. ……….…….……….…... 23

4.1.1 Profil Perusahaan ………... 23

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan ……….……… 25

4.1.3 Struktur Organisasi ……….………. 26

4.2 Factory Visit………..………... 30

V. EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PESERTA PROGRAM FACTORY VISIT……….…... 32

5.1 Karakteristik Responden………..……… 32

5.1.1 Jenis Kelamin ………... 32

5.1.2 Umur ………..……….. 33

5.1.3 Tingkat Pendidikan………... 33

5.1.4 Pengalaman………... 34

5.2 Aktivitas Komunikasi………... 34

5.3 Motivasi Responden………. 37

5.3.1 Motivasi akan Informasi…….……….. 38

5.3.2 Motivasi Tugas dari Instansi…...……….. 38

5.3.3 Motivasi Ajakan Teman ………..… 39

5.4 Dampak Komunikasi pada Peserta …...……… 39

5.4.1 Kognitif ………...……… 39

5.4.2 Afektif ………..… 41

5.5 Hubungan Antara Karakteristik Peserta dengan Motivasi Peserta.…….. 43

5.5.1 Hubungan Antara Umur dengan Motivasi.………...……….. 43

5.6 Hubungan Antara Aktivitas Komunikasi dengan Motivasi ………. 45

5.7 Hubungan Antara Motivasi Peserta dengan Dampak Komunikasi Peserta……… 46 5.7.1 Hubungan Antara Motivasi Informasi dengan Dampak

Komunikasi...

47

5.7.2 Hubungan Antara Motivasi Tugas dari Instansi dengan dampak komunikasi…...

(14)

5.8 Penjelasan Hubungan Antara Karakteristik dengan Motivasi………….. 50

5.9 Penjelasan Hubungan Antara Aktivitas Komunikasi dengan Motivasi… 50 5.10 Penjelasan Hubungan Antara Motivasi dengan Dampak Komunikasi... 51

VI. KESIMPULAN DAN SARAN………..………... 52

6.1 Kesimpulan………... 52

6.2 Saran………... 52

DAFTAR PUSTAKA………... 54

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 1. Data kunjungan factory visit PT. Jakarana Tama, periode 2008-2010………

1

Tabel 2. Definisi operasional……….. 18

Tabel 3. Distribusi responden factory visit PT Jakarana Tama

berdasarkan karakteristik, 2011………

32

Tabel 4. Distribusi responden factory visit PT Jakarana Tama berdasarkan aktivitas komunikasi, 2011.……….

35

Tabel 5. Distribusi responden factory visit PT Jakarana Tama

berdasarkan motivasi, 2011...………..

37

Tabel 6. Distribusi aspek kognitif responden sebelum dan sesudah pada

factory visit PT Jakarana Tama, 2011………….…………...

40

Tabel 7. Distribusi aspek Afektif Responden pada Factory Visit PT

Jakarana Tama, 2011..………...

42

Tabel 8. Distribusi Hubungan antara Karakteristik Peserta dengan Motivasi Peserta Factory Visit PT Jakarana Tama, 2011...

43

Tabel 9. Hubungan Umur dengan motivasi responden Factory Visit PT

Jakarana Tama, 2011…………...………

44

Tabel 10. Hubungan Antara Aktivitas Komunikasi Peserta dengan Motivasi Responden Factory Visit PT Jakarana Tama, 2011…...

45

Tabel 11. Hubungan antara motivasi responden dengan dampak

komunikasi factory visit PT Jakarana Tama, 2011.……….…...

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 1. Proses Komunikasi……….. 4

Gambar 2. Hierarki teori motivasi Abraham Maslow………... 14

Gambar 3. Kerangka Pemikiran……… 17

Gambar 4. Kantor PT. Jakarana Tama, Ciawi Bogor……… 23

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

Lampiran 1. Hasil Analisis rank Spearman Karakteristik responden

terhadap Motivasi responden Factory visit……..…………. 56

Lampiran 2. Hasil Analisis rank Spearman Aktivitas komunikasiresponden terhadap Motivasi Responden ……. 57

Lampiran 3. Hasil Analisis rank Spearman Motivasi terhadap dampak komunikasi responden ………..………. 58

Lampiran 4. Kognitif Sebelum dan Sesudah…………..…... 60

Lampiran 5. Foto-foto Pabrik PT. Jakarana Tama……….. 61

Lampiran 6. Kuesioner Penelitian………...……… 64

(18)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Persaingan dalam pemasaran merupakan kunci kesuksesan perusahaan karena perusahaan yang bagus dalam hal apapun termasuk produk akan gagal dan tak mampu bertahan dalam persaingan usaha saat produknya tak bisa dipasarkan dengan baik. Perlu adanya promosi yang baik dari perusahaan dalam upaya meningkatkan penjualan perusahaannya. Factory visit merupakan salah satu upaya promosi. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang menerapkan sistem promosi ini

bertujuan untuk menjadikan konsumen percaya bahwa produk yang mereka konsumsi

benar-benar memiliki kualitas yang baik dan aman. Factory visit bukan satu hal asing mungkin tiap orang pernah mengenal atau tahu dengan factory visit, banyak ungkapan lain seperti factory tour, field trip dan lainnya yang kesemuanya itu merupakan factory visit.

Tabel 1. Jumlah Pengunjung Factory Visit PT Jakarana Tama menurut Tanggal, Instansi/sekolah dan Alamat, Periode 2008-2010

No. Tanggal Instansi / Sekolah Alamat Peserta

1 17/04/2008 Pedagang Mie Jakarta 45

2 05/06/2008 BBIHP Bogor 65

3

19/07/2008 Sales Team Woi Se Jabar & Jabotabek

Jakarta &

Bandung 178

4 29/01/2009 SMK Wijaya Kusuma Bogor 101

5

14/02/2009 Kementerian Hal Ehwal

Agama Brunei Darussalam Malaysia 8

6 05/03/2009 SMP Islam Tahta Syajar Jakarta 110

7 28/04/2009 SMK Al'Musyarofah Jakarta 47

8 28/05/2009 Majalah Kartini Jakarta 54

9 28/06/2009 SD Kampung Bali 03 Jakarta 133

10 05/08/2009 Institut Pertanian Bogor Bogor 60

11 15/10/2009 Resto 99 Jakarta 70

(19)

No. Tanggal Instansi / Sekolah Alamat Peserta

13 28/12/2009 SMA Islam Miftaful Jakarta 78

14 27/01/2010 Stie Kesatuan Bogor 357

16 28/04/2010 Universitas Pasundan Bandung 80

Sumber: Manager Quality Control PT Jakarana Tama 2010

PT Jakarana Tama merupakan salah satu perusahaan besar yang bergerak di

bidang penyediaan produk makanan, yang berupaya mendongkrak angka

penjualannya melalui factory visit. Upaya tersebut dilihat dari data berikut: (Tabel 1).

Berdasarkan data tersebut dapat dijelaskan bahwa sebesar 29,08 persen peserta berasal dari perguruan tinggi, dari instansi-instansi tertentu sebesar 27.79 persen, dan sebesar 43.12 persen berasal dari sekolah-sekolah. Karakter peserta yang demikian pengemasan program factory visit di PT Jakarana Tama Ciawi bukan menjadi satu hal yang mudah untuk dilakukan, karena hal ini akan berdampak efektivitas factory visit dan promosi yang dilakukan. Oleh karena itu, berkaitan dengan efektivas program factory visit maka dirasakan penting untuk menganalisis efektivitas komunikasi program factory visit pada PT. Jakarana Tama.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, PT Jakarana Tama perlu melaksanakan program factory visit yang sesuai dengan karakter dari masing-masing peserta factory visit. Oleh karena itu, dirasakan penting untuk menganalisis dan menelaah efektivitas program dengan melihat:

1. Bagaimana hubungan antara karakteristik peserta dengan motivasi peserta pada factory visit?

(20)

3. Bagaimana hubungan antara motivasi peserta dengan dampak komunikasi pada peserta factory visit?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah untuk:

1. Menganalisis hubungan antara karakteristik peserta dengan motivasi peserta pada factory visit.

2. Menganalisis hubungan antara aktivitas komunikasi peserta dengan motivasi peserta pada factory visit.

3. Menganalisis hubungan antara motivasi peserta dengan dampak komunikasi pada peserta factory visit.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian adalah :

1. Mendapat informasi mengenai efektivitas komunikasi dari program

factory visit yang nantinya diharapkan dapat digunakan perusahaan untuk perbaikan metode komunikasi sehingga meningkatkan efektivitas komunikasi pada program.

2. Perusahaan lain, dapat menjadikan pertimbangan sebagai masukan untuk meningkatkan efektivitas pemasaran dalam rangka pemasaran yang juga menggunakan factory visit.

(21)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1. Tinjauan pustaka 2.1.1 Komunikasi

2.1.1.1 Pengertian Komunikasi

Kata atau istilah komunikasi (dari bahasa Inggris “communication”),secara etimologis atau menurut asal katanya adalah dari bahasa Latin communicatus, dan perkataan ini bersumber pada kata communis, dalam kata communis ini memiliki makna „berbagi‟ atau „menjadi milik bersama‟ yaitu

suatu usaha yang memiliki tujuan untuk kebersamaan atau kesamaan makna.

Gambar 1. Proses komunikasi (Muhammad, 2004)

Menurut Muhammad (2004), komunikasi adalah pertukaran pesan verbal maupun non verbal antara si pengirim dengan si penerima pesan untuk mengubah tingkah laku.. Komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals –in relationships, group, organizations and societies— respond to and create messages to adapt to the environment and one another.

Komunikasi manusia menurut Ruben dan Steward (1998) dalam Thamrin (2010) adalah proses yang melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan,

Sumber Pesan Penerim Dampak

(22)

kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan lingkungan satu sama lain.

Menurut Berlo (1960), proses komunikasi terdiri dari enam tahap, yaitu: 1) pengirim mempunyai suatu ide atau gagasan; 2) pengirim mengubah ide menjadi suatu pesan; 3) pengirim menyampaikan pesan; 4) penerima menerima pesan; 5) penerima menafsirkan pesan; dan 6) memberi tanggapan dan mengirim umpan balik kepada pengirim.

2.1.1.2 Aktivitas Komunikasi

Aktivitas komunikasi adalah proses dalam berkomunikasi yang merupakan semua kegiatan seseorang atau kelompok orang untuk memperoleh informasi. Menurut Rakhmat (2000) aktivitas komunikasi menunjukkan perilaku komunikan yang dipengaruhi oleh faktor personal (intern) dan faktor situasional (ekstern). Faktor personal merupakan faktor yang terpusat pada personal, berupa sikap, instink, kepribadian, sistem kognitif. Faktor internal dibagi ke dalam dua kelompok, yaitu faktor biologis dan faktor sosiopsikologis.

(23)

2.1.1.3 Faktor yang Mempengaruhi Dampak Komunikasi

Schramm (1982) dalam Nur (2004), menyatakan bahwa terdapat empat syarat pesan yang harus dipenuhi agar komunikasi menjadi efektif yaitu: (1) pesan harus dibuat sedemikian rupa sehingga dapat menumbuhkan perhatian; (2) pesan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga mencakup pengertian yang sama dan lambang-lambang yang dimengerti; (3) pesan harus dapat menimbulkan kebutuhan pribadi dan menyarankan bagaimana kebutuhan itu dapat dipenuhi; dan (4) pesan harus sesuai dengan situasi penerima.

Proses komunikasi dapat terjadi hambatan-hambatan komunikasi seperti pada komunikasi Organisasi Pemerintah Daerah Kota Pagar Alam dimana terdapat 10 indikator yaitu kurangnya pengetahuan, tingkat keterampilan berkomunikasi, tingkat perbedaan persepsi, tingkat penguasaan bahasa, tingkat pengendalian diri, tingkat perhatian, tingkat perbedaan umur, tingkat perbedaan gaya berkomunikasi, tingkat kredibilitas dan tingkat prasangka negatif (Damayanti, 2003).

(24)

bahwa keputusannya sesuai dengan tujuannya; (3) Pada saat seseorang mengambil keputusan, seseorang sadar bahwa keputusannya itu bersangkutan dengan kepentingan pribadinya; serta (4) seseorang mampu untuk menepati janjinya baik secara mental maupun secara fisik. Untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator yakni kepercayaan pada komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source atrractiveness).

Berlo (1960) menunjukkan faktor-faktor yang mempengaruhi ketepatan komunikasi, masing-masing ditinjua dari sumber, penerima dan saluran:

a) Faktor sumber-Encoder b) Faktor Penerima-Decoder c) Faktor saluran

Menurut Cangara (1998), hambatan komunikasi pada dasarnya dapat dibedakan menjadi tujuh macam, yaitu:

1. Gangguan teknis 2. Gangguan semantik 3. Gangguan psikologis

4. Hambatan fisik atau organik 5. Hambatan status

6. Hambatan kerangka pikir 7. Hambatan budaya

(25)

dimaksudnya. Secara umum, komunikasi dinilai efektif bila rangsangan yang disampaikan dan yang dimaksudkan oleh pengirim atau sumber, berkaitan erat dengan rangsangan yang ditangkap dan dipahami oleh penerima.

2.1.1.4 Efektivitas Komunikasi

Menurut Bernard (1982) dalam Pribadi (2005) bahwa : “Efektivitas adalah suatu tindakan dimana tindakan itu akan efektif apabila telah mencapai tujuan yang telah ditentukan”. Sedangkan Pandji Anoraga (2000) dalam Pribadi (2005)

menyatakan bahwa: “Efektivitas berhubungan dengan pencapaian tujuan yang lebih dikaitkan dengan hasil kerja”. Kata kunci efektivitas adalah efektif, karena

pada akhirnya keberhasilan perusahaan diukur dengan konsep efektivitas. Pengertian efektivitas mempunyai arti yang berbeda bagi setiap orang, tergantung kepada kerangka acuan yang dipakainya. Seorang ahli ekonomi mempunyai persepsi bahwa efektivitas organisasi akan semakna dengan keuntungan atau laba. Menurut instansi pemerintah, efektivitas organisasi semakna dengan program yang mempunyai pengaruh besar dengan kepentingan masyarakat banyak baik politik, ekonomi dan sebagainya. Pada saat sekarang, pengertian efektif sering diidentikkan dengan tepat guna.

(26)

haruslah 1) menggunakan lambang-lambang yang serasi dan tepat, 2) menggunakan media saluran yang tepat, 3) pesan yang disampaikan dapat menimbulkan minat dan perhatian, 4) pesan memberikan saran atau stimuli untuk pemecahan masalah. Tubbs dan Moss (2000) dalam Cahyanto (2007) menyatakan ada lima hal yang menjadi ukuran bagi komunikasi yang efektif yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

Menurut Tubbs (1996), ada lima hal yang dapat dijadikan tolak ukur bagi komunikasi efektif, yaitu;

1. Pemahaman; pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh si pengirim pesan. Dalam hal ini komunikator dikatakan efektif apabila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan. Kegagalan utama dalam berkomunikasi adalah ketidak berhasilan dalam menyampaikan isi pesan secara cermat.

2. Kesenangan; tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan perasaan terhadap orang yang berinteraksi dengan pihak lain.

3. Mempengaruhi sikap; komunikasi dikatakan efektif jika komunikator (pengirim) dapat mempengaruhi sikap komunikan (penerima), tindakan mempengaruhi sikap bertujuan agar orang lain memahami ucapan kita dan melakukan tindakan sesuai dengan yang kita inginkan.

(27)

satu kegagalan dalam berkomunikasi adalah adanya gangguan dalam hubungan insani yang berasal dari kesalahpahaman.

5. Tindakan; komunikasi yang efektif dapat mendorong orang lain untuk melakukan tindakan sesuai dengan yang kita inginkan.

Menurut Purwanto (2003), komunikasi efektif memerlukan beberapa hal, antara lain:

1. Persepsi; komunikator harus dapat memprediksi apakah pesan-pesan yang akan disampaikannya dapat diterima oleh penerima pesan.

2. Ketepatan; secara umum, audiens mempunyai suatu kerangka berfikir. seseorang perlu mengekspresikan sesuatu sesuai dengan yang ada dalam kerangka pikir agar komunikasi mencapai sasaran.

3. Kredibilitas; komunikator perlu memiliki keyakinan bahwa para audiensnya adalah orang-orang yang dapat dipercaya, demikian juga sebaliknya.

4. Pengendalian; audiens akan memberikan suatu reaksi terhadap pesan yang disampaikan dalam berkomunikasi. Reaksi audiens tergantunng pada berhasil tidaknya komunikator mengendalikan audiensnya saat berkomunikasi.

Keharmonisan; komunikator yang baik dapat menjaga hubungan persahabatan yang baik dengan audiens, sehingga komunikasi berjalan lancar dan mencapai tujuan.

2.1.1.5 Hubungan Karakteristik dengan Dampak Komunikasi

(28)

ditunjukkan oleh ciri-ciri demografisnya. Faktor-faktor demografis tersebut adalah umur, pendidikan, skala usaha, penghasilan dan pengalaman.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh McQuail dan Gurevits dalam Damayanti (2003), menunjukkan bahwa umur memiliki pengaruh dalam penggunaan media massa televisi. Hasil penelitian Parnamian (2010) umur peserta program keluarga harapan dibagi menjadi tiga kelas yaitu muda(kurang dari 33 tahun), dewasa (antara 33 sampai 41 tahun), dan tua (lebih dari 41 tahun). Motif khalayak berusia lebih tua menggunakan media massa televisi terutama untuk pengawasan lingkungan dan identitas pribadi, sedangkan khalayak yang berusia muda untuk hiburan. Motif khalayak laki-laki menggunakan media massa terutama untuk pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan motif perempuan untuk hiburan. Motif khalayak berpendidikan tinggi menggunakan media massa terutama untuk pengawasan lingkungan dan keingintahuan, sedangkan motif khalayak berpendidikan rendah adalah untuk hiburan dan identitas pribadi.

(29)

Tjahjoanggoro (1994) dalam Saidah (2008) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa makin tua usia seseorang, maka makin tinggi derajat keberhasilan kegiatan yang dilakukan karena pengalaman yang ia miliki. Azzahra (2009) dalam Parnamian (2010) sejalan dengan sebelumnya menyatakan bahwa program kreativitas mahasiswa kewirausahaan untuk laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar sukses. Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk berwirausaha karena memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk mensejahterakan kehidupannya.

Testiandini (2006) dalam Saidah (2008) laki-laki lebih banyak menonton acara yang bersifat informasi hiburan dan action, sementara perempuan lebih tertarik pada acara hiburan, drama, komedi, dan kuis dan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan peserta maka kebutuhan untuk memperoleh informasi dari televisi juga akan semakin besar. Saidah (2008) mengemukakan bahwa terdapat perbedaan dalam kecenderungan seseorang menerima informasi dan dalam cara mencari informasi. Faktor yang menentukan karakter tersebut adalah pendidikan atau intelegensi. Orang yang terdidik dan memiliki intelegensia yang cukup baik punya kecenderungan lebih menyukai media cetak disbanding dengan orang yang kurang terdidik. Orang yang terdidik lebih banyak informasi yang disampaikan melalui proses komunikasi.

(30)

seseorang. Pengalaman seseorang akan memberikan kontribusi terhadap minat dan harapan untuk belajar lebih banyak. Kecenderungan seseorang untuk berbuat, tergantung dari pengalamannya karena pengalaman itu menentukan minat dan kebutuhan yang dirasakan.

2.1.2 Motivasi

Menurut McQuail (1991) dalam Kusumah (2010) kebutuhan, motif, penggunaan media dan fungsi media saling berhubungan sedemikian rupa sehingga kebutuhan manusia tersebut menciptakan upaya pemenuhan kebutuhan. Sejumlah harapan dianggap akan dapat dipenuhi dengan cara mengkonsumsi media massa atau dengan sejumlah alternatif fungsional lainnya. Motivasi penggunaan media atau fungsi media bagi individu adalah sebagai berikut :

1. Informasi 2. Identitas pribadi

3. Integritas dan interaksi sosial 4. Hiburan

(31)

a) Kebutuhan Fisik: keamanan, minuman, tempat tinggal, kepuasan seksual dan kebutuhan fisik lain

b) Kebutuhan Keamanan: keamanan dan perlindungan dari gangguan fisik dan emosi, dan juga kepastian bahwa kebutuhan fisik akan terus terpenuhi c) Kebutuhan Sosial: kasih sayang, menjadi bagian dari kelompoknya,

diterima oleh teman-teman dan persahabatan

d) Kebutuhan Harga Diri: faktor harga diri internal seperti penghargaan diri, ekonomi, dan pencapaian prestasi dan dan faktor harga diri eksternal seperti status, pengakuan (diorangkan), dan perhatian

e) Kebutuhan Aktualisasi Diri : pertumbuhan, pencapaian potensi seseorang dan pemenuhan diri sendiri; dorongan untuk menjadi apa yang dicapai

Gambar 2. Hierarki Teori Motivasi Abraham Maslow (sumber: Rubbins, 2002)

2.1.3 Pemasaran

American Marketing Association 1960 dalam Robbins (2002), mengartikan pemasaran sebagai berikut: pemsaran adalah pelaksanaan dunia usaha yang mengarahkan arus barang-barang dan jasa-jasa dari produsen ke konsumen.

Definisi lain, dikemukakan oleh Philip Kotler dalam bukunya marketing management analisis, perencanaan, dan kontrol, mengartikan pemasaran secara lebih luas, yaitu: pemasaran adalah: suatu proses sosial, dimana individu dan

Aktualisasi diri Penghargaan diri

sosial keamanan

(32)

kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan, dan mereka inginkan dengan menciptakan dan mempertahankan produk dan nilai dengan individu dan kelompok lainnya.

2.1.3.1Bauran Pemasaran

Menurut Kotler(2005) setidaknya ada empat dimensi bauran pemasaraan, yakni empat P diantaranya: Product (Produk); produk yang akan dijual, Price

(Harga); harga yang ditetapkan berdasarkan operasional dan keuntungan yang diharapkan, Promotion (Promosi); promosi yang akan dilakukan dalam mengenalkan produk, dan Place (Tempat atau distribusi); tempat yang akan dijadikan pusat produk atau pendistribusian produk.

2.1.3.1.1 Promosi

Promosi merupakan suatu upaya pemasaran. Pengertian promosi yang dikemukakan oleh Philip Kotler (2005) adalah sebagai berikut:

"Promotion encompasses all the tools in the marketing mix whose mayor is

persuasive communication".

Promosi meliputi semua sarana dalam kombinasi pemasaran yang peranan

utamanya adalah untuk mengadakan komunikasi yang sifatnya membujuk. Menurut Philip Kotler promotion tools didefinisikan sebagai berikut:

1. Advertising (Periklanan) Suatu promosi barang atau jasa yang sifatnya non personal dilakukan oleh sponsor yang diketahui.

(33)

3. Sales promotion (Promosi penjualan) Suatu kegiatan yang dimaksud untuk membantu mendapatkan konsumen yang bersedia membeli produk atau jasa suatu perusahaan.

4. Public relation (Publisitas) Suatu kegiatan pengiklanan secara tidak langsung dimana produk atau jasa suatu perusahaan disebarluaskan oleh media komunikasi.

2.2 Kerangka Pemikiran

Mengacu pada pendekatan teoritis, efektivitas komunikasi pemasaran dari program promosi perusahaan factory visit merupakan sebuah program yang keberlangsungannya dapat dievaluasi. Program factory visit merupakan program yang dilakukan oleh perusahaan sebagai upaya meningkatkan tingkat penjualan produk perusahaan. Tingkat keberhasilan dari program tersebut dapat dinilai dengan mengacu pada hubungannya dengan masyarakat yang dalam hal ini adalah peserta program. Penelitian ini tidak melihat pengaruh factory visit dalam penjualan produk perusahaan tetapi ingin melihat efektivitas komunikasi program

factory visit.

Efektivitas komunikasi dapat dinilai dengan melihat perubahan yang terjadi pada peserta program. Dikaitkan dengan program factory visit yang dilakukan oleh peserta, nilai keberhasilan dari program tersebut dapat dilihat dari perubahan pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif)

(34)

Terdapat juga variabel yang diduga mempengaruhi efektivitas komunikasi dari Program factory visit yaitu berasal dari proses komunikasi antara peserta dan Pendamping berupa persentasi perusahaan dan factory tour. Karakteristik individu juga memiliki hubungan tidak langsung pada efektivitas program diantaranya yaitu umur/usia.

Dengan demikian, faktor-faktor yang berhubungan dengan dampak komunikasi dari factory visit adalah karakteristik peserta, proses komunikasi, dan motivasi peserta. Hubungan antar variabel dapat dilihat pada Gambar 3.

Keterangan gambar :

= hubungan

Huruf bold merupakan yang diteliti dan dihubungkan Gambar 3. Kerangka pemikiran

(35)

2.3 Hipotesis

Hipotesis merupakan pernyataan yang masih belum teruji kebenarannya, masih harus diuji melalui riset mengumpulkan data empiris dan bersifat dugaan awal. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini:

a)Terdapat hubungan antara karakteristik individu peserta dengan motivasi pada peserta program factory visit.

b)Terdapat hubungan antara aktivitas komunikasi dengan motivasi pada peserta program.

c)Terdapat hubungan antara motivasi dengan dampak komunikasi pada peserta.

2.4 Definisi Operasional

Definisi operasional adalah penjelasan pengertian mengenai variabel yang diukur. Batasan operasional untuk variabel-variabel sebagai berikut: Tabel 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Parameter

1. Jenis Kelamin Jenis Kelamin peserta a. Laki-laki b. Perempuan 2. Umur Satuan usia peserta dalam tahun

yang dihitung sejak lahir sampai penelitian ini dilakukan terakhir yang pernah atau sedang dijalani peserta.

a. SD b. SLTP c. SLTA

d.Perguruan Tinggi 4. Pengalaman Program sejenis atau sama

dengan Factory visit yang pernah diikuti oleh peserta pada yang mengikuti factory visit

karena ingin dapat informasi yang mengikuti factory visit

karena mendapat tugas instansi

(36)

8 Motivasi ajakan teman

Dorongan yang dimiliki peserta yang mengikuti factory visit

karena diajak oleh teman kepada peserta factory visit

mengenai seluk beluk 10 Factory Tour Kunjungan langsung peserta

factoy visit untuk menyaksikan proses produksi produk dengan 11 Pengetahuan Tingkat pengetahuan peserta

tentang PT Jakarana Tama dan proses produksi produk setelah diadakannya factory visit

a. tinggi : skor (3) b. sedang : skor (2) c. rendah : skor (1) 12 Sikap Respon peserta terhadap PT

(37)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Penentuan Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Pabrik Gaga, Ciawi Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi adalah secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan efisiensi biaya, jarak, dan waktu dari peneliti. Selain itu, Pemilihan tersebut sebagai lokasi penelitian karena terdapat program promosi factory visit berkaitan dengan upaya pemasaran produk perusahaan sehingga dirasa sesuai dengan tujuan penelitian yaitu mengetahui efektivitas metode komunikasi factory visit.

Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2010 - Februari 2011. Pengambilan data melalui penyebaran kuesioner dan wawancara mendalam kepada peserta Factory Visit yang terpilih menjadi peserta penelitian.

3.2 Metode Penelitian

(38)

3.3. Jenis Data dan Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa data primer yaitu berupa data survey kuantitatif. Data primer diperoleh melalui pengumpulan kuesioner yang disebarkan kepada peserta yang mengukuti factory visit. Data sekunder dikumpulkan dengan cara studi literatur PT Jakarana Tama (Pabrik Gaga Mie, Ciawi) Kabupaten Bogor.

3.4. Teknik Pemilihan Responden

Peserta penelitian ini adalah peserta factory visit di PT Jakarana Tama. Populasi dari peserta factory visit Gaga bertotal 81 peserta. Responden yang dijadikan sampel penelitian banyaknya adalah hasil dari perhitungan rumus slovin yaitu:

n =

44.75 =45 Keterangan:

n = Jumlah sampel penelitian N = Jumlah populasi penelitian

e = Nilai kritis yang digunakan (yaitu 10%)

(39)

3.5 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Teknik pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan perlakuan yang berbeda sesuai jenis data yang diperoleh melalui masing-masing metode (kuantitatif dan kualitatif) dan jenis hipotesisnya. Sugiyono (2009) dalam Tarigan (2010), data yang diperoleh dari pendekatan kualitatif akan diolah melalui tiga tahap analisis, yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan (conclusion drawing).

Data primer yang diperoleh melalui metode kuantitatif, yaitu hasil penyebaran kuesioner di lapangan, terlebih dahulu akan dilakukan proses editing, selanjutnya dilakukan pemindahan dari daftar pertanyaan ke lembar tabulasi yang sudah disiapkan. Proses pengolahan data dalam penelitian ini, selanjutnya akan didukung oleh program SPSS 17.0 for Windows.

Tabel frekuensi digunakan untuk mendapatkan deskripsi tentang karakteristik peserta factory visit. Uji khi kuadrat digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan data minimal nominal yaitu hubungan. Uji korelasi Spearman digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel dengan data minimal ordinal yaitu antara aktivitas komunikasi dengan dampak komunikasi. Rumus Spearman dalam Pradityo(2010):

Keterangan rs= koefisien korelasi spearman rank

d = jumlah selisih antara peringkat bagi x dan y

(40)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1PT. Jakarana Tama 4.1.1Profil Perusahaan

PT Jakarana Tama adalah salah satu anak perusahaan PT. Wicaksana Group yang didirikan pada tahun 1984. PT. Jakarana Tama memulai kiprahnya dalam bidang pendistribusian barang. Perusahaan ini pertama kali didirikan di Medan dengan akta notaris 20 Juni 1980 no 107 dari notaris Kusmulyanto Ongko, SH dan disahkan oleh mentri kehakiman RI tanggal 16 Oktober 1981 dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Tahun 1988 PT. Wicaksana Group melakukan penyederhanaan semua anak perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi digabung menjadi PT. Wicaksana, kecuali PT. Jakarana Tama beralih bidang usaha menjadi usaha produksi makanan.

(41)

Produk yang dihasilkan oleh PT. Jakarana Tama adalah Mie ”Michiyo”.

PT Jakarana Tama mencoba inovasi lain yaitu memproduksi dan meluncurkan produk gaga mie di pasaran berukuran 50 gram yang beratnya lebih ringan dan lebih kecil dari ukuran mie instan biasa, kemudian memproduksi dan meluncurkan kembali gaga 100 yang mempunyai ukuran 100 gram yang berbeda dengan ukuran mie instan biasa. Produk gaga 100 menjadi produk unggulan PT Jakarana Tama. Selain itu perusahaan juga memproduksi produk mie instan dengan merek dagang Mi-soun, Alhami, Michi, Kharomah, dan A1. Produk-produk yang dihasilkan oleh PT Jakarana Tama telah mendapatkan sertipikat halal. PT Jakarana Tama selain memproduksi mie instan juga memproduksi produk lain seperti saus, kecap, ikan dalam kaleng, bumbu nasi goreng dan lain sebagainya.

PT Jakarana Tama mempunyai tiga pabrik yang berada di daerah Bogor, Tanjung Murawa Medan dan Surabaya. Pabrik yang berada di Bogor dibangun pada tahun 1992 di atas tanah seluas 5,5 hektar dan mulai beroprasi pada bulan Juni 1993 dan produk yang dihasilkan serta dipasarkan di daerah Jabotabek. Pabrik PT Jakarana Tama yang berada di Daerah Bogor memproduksi mie dan

seasoning atau bumbu-bumbu mie instan sedangkan pabrik PT Jakarana Tama yang berada di Medan dan Surabaya tidak memproduksi seasoning hanya memproduksi mie sehingga seasoning dipasok oleh pabrik PT Jakarana Tama yang ada di Bogor.

(42)

Singapura, Norwegia, Belanda, Denmark, Ukraina, Bulgaria, Myanmar dan Australia.

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Visi dari perusahaan adalah menjadi salah satu perusahaan makanan yang terbaik dan menjamin keamanan produk yang dipasarkan dengan sistem management mutu, ISO 22000 : 2005. Misi PT Jakarana Tama Yaitu:

1. Membentuk dan meningkatkan kualitas SDM secara berkesinambungan. 2. Menghasilkan produk yang bermutu sesuai kebutuhan konsumen.

3. Mengembangkan jenis-jenis produk yang bermutu sesuai kebutuhan pasar 4. Meningkatkan efisiensi dan produktivitas secara optimal

PT Jakarana Tama yang mengutamakan komitmen terhadap konsumen juga menetapkan visi dan misi tentang kehalalan, visi dan misinya tentang kehalalan yaitu menjadi perusahaan makanan yang selalu menjamin keamanan dan kehalalan produk, dan visi halalnya yaitu memberikan jaminan kehalalan produk PT. Jakarana Tama untuk memenuhi kepuasan pelanggan. Hal tersebut dilatarbelakangi oleh pemenuhan persyaratan proses Sistem Halal yang ditetapkan sesuai ketentuan MUI dan Syariat Islam dan tujuan:

1. Meningkatkan kepercayaan konsumen akan mutu, keamanan dan kehalalan produk

2. Usaha perlindungan terhadap konsumen pada umumnya, dan konsumen muslim pada khususnya akan kehalalan suatu produk, serta perlindungan terhadap produsen (perusahaan)

(43)

Komitmen PT Jakarana Tama mengenai kehalalan untuk kepuasan konsumen yaitu:

1. PT Jakarana Tama adalah perusahaan manufakturing di bidang makanan, menyadari bahwa sebagian besar penduduk Indonesia adalah beragama Islam, untuk itu sangat penting memproduksi makanan dan minuman yang halal menurut Syariat Islam.

2. PT Jakarana Tama tidak akan menggunakan bahan yang haram/tidak jelas kehalalannya serta tidak akan memproduksi makanan dan minuman yang haram menurut Syariat Islam.

3. Perusahaan senantiasa akan mengikuti ketentuan-ketentuan yang dikeluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia dan Badan Pengawasan Obat dan Makanan (POM) dalam memproduksi makanan dan minuman yang baik dan halal.

4.1.3 Struktur Organisasi

PT Jakaran Tama memiliki struktur organisasi garis dan staff. Struktur organisasi ini memiliki ciri yaitu kekuasaan dan tanggung jawab mengalir dalam suatu garis dari puncak ke bawah. Tugas dan wewenang masing-masing anggota organisasi adalah:

1. Operational director

a. Membawahi manager produksi, national Quality assuranse/

Quality Control and PPIC (Manager QA/QC dan PPIC), Personnel and General affair (Manager PGA), dan manager logistik

b. Memimpin kegiatan operasional perusahaan

(44)

d. Menetapkan dan menjalankan fungsi managemen perusahaan baik dalam maupun keluar perusahaan

e. Secara fungsional mewakili kepentingan perusahaan dalam melaksanakan hubungan dengan berbagai pihak.

2. Factory Cost Control (FCC)

a. Memberi laporan pelaksanaan tugas pada operational director

b. Mengontrol biaya/budget pabrik (Factory)

3. Manager

a. Memimpin dan bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas pada bidangnya masing-masing

b. Memberi laporan pelaksanaan tugas pada operational director c. Tugas dari masing-masing manager:

- Personnel and General Affair (Manager PGA)

1. bertanggung jawab terhadap rekruitmen karyawan dan pengelolaan sumberdaya manusia

2. bertanggung jawab membina hubungan internal dan eksternal perusahaan

3. menangani seluruh permasalahan berhubungan dengan sumber daya manusia yang terlibat dalam perusahaan

4. mengkoordinasikan personalia - Enginering Manager

(45)

a. Bertanggung jawab dalam implementasi, quality manual work instruction, quality plan, sesuai dengan sistem managemen mutu. b. menjalankan secara terus-menerus sistem managemen mutu yang

meliputi halal asuransi sistem, HACCP, GMP, prosedur analisis dan manajemen mutu pre-iso 9001: 2000.

c. Melakukan pengandalian kualitas sesuai quality plan yang ditetapkan terhadap incoming raw material, work in proces dan finish produk mengacu kepada standar perusahaan dengan memperhatikan batasan waktu yang ditentukan.

d. membuat perencanaan produksi dengan mempertimbangkan efisiensi

- Production Manager (PM)

a. bertanggung jawab dalam merealisasikan order dengan efisiensi yang tinggi

b. menganalisis waste dan hasil produksi c. membina dan memotivasi karyawan

e. menciptakan hubungan yang harmonis vertikal, horizontal, internal dan eksternal guna terciptanya tim kerja yang solid dan kompetitif f. menjalankan sistem managemen mutu

4. Supervisor

a. memimpin dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan, kelancaran kegiatan produksi pada seksi produksinya

(46)

c. memberikan masukan terhadap manager tentang efisiensi produksi 5. Operator

a. mengawasi langsung tenaga kerja yang bertugas pada unit lingkungan seksi produksinya

b. bertanggung jawab pada kebersihan, perawatan, dan kelancaran mesin

d. bersama-sama dengan operator menjamin kesinambungan serta kemantapan kerja seksi produksi

Gambar 5. Struktur Organisasi PT Jakarana Tama Operational

FCC

Supervisor

Operator

Karyawan

Manager Logistik Manager

PPIC Manager

Quality

Production Manager Manager

PGA

(47)

4.2Factory Visit

Factory visit di PT Jakarana Tama telah dilakukan sejak tahun 2008. Tujuan

dari factory visit yaitu promosi produk perusahaan. Promosi dalam bentuk ini dinilai

lebih efektif dari iklan karena pihak perusahaan dapat bertemu langsung dengan

konsumen maupun calon konsumen dengan membangun komunikasi yang baik

sehingga tercipta hubungan yang baik antara pihak perusahaan dan

konsumen/masyarakat.

Promosi merupakan suatu proses komunikasi dari penyampaian amanat atau

berita tentang produk/barang atau jasa dari penjual kepada para pembeli potensial

(konsumen). Factory visit merupakan salah satu bentuk promosi dengan cara

langsung mendatangkan konsumen ke dalam pabrik untuk melihat secara langsung

proses pembuatan produk. Factory visit merupakan upaya promosi yang cukup baik hanya saja jika program tersebut diorganisasikan dengan baik karena factory visit merukapan jenis komunikasi langsung kepada calon konsumen.

Perusahaan besar yang melakukan factory visit mengemas program dengan menarik dan atraktif hal agar para peserta memiliki antusias dan mengikuti program dengan baik. Mendesain program factory visit yang baik agar berdampak pada angka penjualan perusahaan kedepannya tidaklah mudah, perlu adanya perhatian pada unsur-unsur program seperti biaya, tempat, sarana penunjang komunikasi, waktu, dan pembicara. Unsur yang telah disebutkan saling menunjang dalam efektifnya suatu program factory visit. Untuk itu mengapa tidak semua program factory visit memiliki efektivitas yang baik.

Terdapat dua hal utama yang teragendakan dalam sebuah factory visit

(48)

salah satu yang didahulukan. Dalam presentasi perusahaan dibahas mengenai profil perusahaan dan sekilas tentang produk hasil produksi perusahaan. Pada kunjungan proses produksi akan dilihat proses dari awal berupa bahan baku hingga menjadi barang yang memiliki nilai tambah atau pun barang langsung konsumsi. Biasanya dalam factory visit akan diberikan tester hasil produksi hal itu berkaitan dengan membangkitkan kepercayaan produk perusahaan.

3. Dampak Metode factory visit

Factory visit yang dilakukan oleh perusahaan setidaknya berdampak pada dua aspek yaitu:

1. Kognitif

Aspek pengetahuan ataupun informasi yang didapat dari factory visit dan 2. Afektif

(49)

BAB V

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PESERTA PROGRAM

FACTORY VISIT

5.1. Karakteristik Peserta

Karakteristik adalah elemen-elemen yang membedakan antara peserta satu dengan peserta lain. Responden seluruhnya berjumlah 45 orang dari 81 orang peserta yang mengikuti kegiatan factory visit di PT Jakarana Tama pabrik Gaga Ciawi. Karakteristik pesertasebagai berikut:

Tabel 3. Distribusi Responden Factory Visit PT Jakarana Tama Berdasarkan Karakteristik, 2011

Karakteristik Kategori Jumlah(orang) Persentase(%)

Jenis Kelamin Wanita 45 100.0

Umur(Tahun)

15-16 16 35.6

16.1-17 24 53.3

17.1-19 5 11.1

Pendidikan SMA 45 100.0

Pengalaman Lebih dari dua kali kunjungan 45 100.0

5.1.1 Jenis Kelamin

(50)

Perserta adalah murid dari SMKN 49 Jakarta Utara yang muridnya keseluruhan adalah perempuan.

5.1.2 Umur

Umur adalah satuan usia peserta dalam tahun yang dihitung sejak lahir sampai sekarang. Tabel 3 mengenai karakteristik umur peserta menunjukkan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan pada 45 peserta diperoleh data bahwa umur peserta relatif homogen. Umur peserta memiliki rentang yang sempit (15-19 tahun) dan seluruhnya adalah tergolong umur muda (kurang dari 33 tahun). Hal ini disebabkan karena peserta keseluruhan adalah murid SMKN 49. Peserta yang mengikuti factory visit keseluruhan adalah tingkat dua di SMKN 49 Jakarta Utara sehingga jarak antara usia tertua dan usia termuda tidak terpaut jauh jarak tahunnya. Umur terbagi menjadi tiga yaitu 15-16 tahun, 16,1-17 tahun, 17,1-19 tahun.

5.1.3 Tingkat Pendidikan

(51)

5.1.4 Pengalaman

Pengalaman adalah frekuensi factory visit perusahaan yang pernah diikuti oleh peserta. Tabel 3 mengenai pengalaman peserta menunjukkan bahwa pengalaman peserta bersifat homogen. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan sejumlah 100 persen peserta adalah seluruh peserta pernah mengikuti

factory visit perusahaan lebih dari dua kali. Hal ini disebabkan karena peserta memiliki latarbelakang instansi pendidikan yang sama yaitu SMKN 49 Jakarta Utara. Latarbelakang peserta sebagai murid SMK menyebabkan peserta sering mengikuti program-program seperti factory visit, dalam rangka belajar praktik langsung di Lapang.

5.2 Aktivitas Komunikasi

Variabel yang diteliti dalam aktivitas komunikasi ada dua yaitu presentasi perusahaan dan factory tour. Aktivitas komunikasi merupakan kegiatan program

factory visit yang diagendakan oleh perusahaan. 1. Presentasi Perusahaan

Presentasi perusahan adalah saat dimana perusahaan mempresentasikan profil, sejarah, dan juga produk perusahaan kepada peserta. Komunikator ketika mempresentasikan materi didukung dengan sarana-sarana seperti sound system,

lcd proyektor, dan juga mike. Ruangan yang digunakan cukup besar, namun kurang mendukung dalam pencahayaannya. Kualitas gambar begitu rendah karena kondisi ruangan yang begitu terang.

(52)

suara komunikator terdengar kurang baik. Kondisi ruangan yang sedikit panas juga menjadikan kurangnya konsentrasi saat pemberian materi.

2. Factory Tour

Factory tour merupakan bagian dari program factory visit dimana peserta berkeliling pabrik untuk melihat proses produksi produk dengan didampingi oleh

guide. Satu rombongan factory tour sedikitnya terdiri dari 40 orang peserta rombongan. Guide yang menuntun rombongan menyusuri setiap alur produksi produk berada di depan rombongan didukung dengan fasilitas pengeras suara.

Kondisi factory tour sendiri berada diluar ruang persentasi, di dalam pabrik dengan kondisi suara yang berisik karena suara mesin-mesin produksi. Kondisi yang panas (karena didalam pabrik) menurunkan derajat konsentrasi bagi para peserta. Kurangnya guide dan letak posisinya menjadikan aktivitas komunikasi yang terjadi antara peserta dan juga komunikator begitu rendah.

Berdasarkan hasil penelitian data aktivitas komunikasi peserta cukup merata dengan jumlah peserta terbesar dengan aktivitas komunikasi yang tinggi yaitu sebesar 44.4 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Responden Factory Visit PT Jakarana Tama Berdasarkan Aktivitas Komunikasi, 2011

Aktivitas Komunikasi Frekuensi(orang) Persentase(%)

Tinggi 20 44.4

Sedang 13 28.9

Rendah 12 26.7

Total 45 100.0

Keterangan :

- Tinggi: Aktivitas komunikasi tinggi pada persentasi perusahaan dan factory tour

- Sedang: Aktivitas komunikasi tinggi pada persentasi perusahaan dan rendah pada factory tour

(53)

komunikasi yang tinggi seperti mencatat, mendengarkan dan juga bertanya, aktivitas komunikasi sedang yaitu bagi peserta yang mencatat dan memiliki gangguan dalam mendengarkan akibat adanya noise dan tidak bertanya, sedangkan yang rendah adalah mencatat yang kurang baik kualitas catatannya, tidak mendengarkan dan mengobrol dengan peserta lainnya sehingga aktivitas komunikasi yang dilakukan rendah.

Pihak perusahaan telah bekerja baik dalam mewujudkan aktivitas komunikasi dengan menyediakan komunikator yang memiliki kredibilitas berkomunikasi yang baik dan juga sarana maupun prasarana yang menunjang efektifnya proses komunikasi kepada peserta. Hanya saja peserta dengan aktivitas komunikasi yang rendah terjadi pada saat factory tour. Kegiatan factory tour

diadakan diluar ruangan dan dengan kondisi bising akibat suara mesin-mesin produksi pabrik dengan noise yang tinggi. Perlu adanya perhatian yang tinggi bagi peserta ketika berkomunikasi di luar ruangan dengan kondisi gangguan komunikasi yang tinggi.

Gangguan komunikasi tidak hanya dari situasi eksternal tetapi juga dari orang lain yang mengajak berbicara sehingga perhatian peserta kepada komunikator atau guide menjadi rendah. Pihak perusahaan juga dirasakan kurang bagi peserta dalam hal meyediakan komunikator dalam satu rombongan. Satu komunikator dalam satu rombongan sejumlah 40 orang dirasakan kurang dalam upaya efektivitas komunikasi dengan kondisi di luar ruangan dan banyaknya faktor noise yang tinggi.

(54)

komunikasinya, seperti persiapan sound system yang kurang memadai sehingga suara komunikator kurang jelas baik pada saat presentasi perusahaan dan juga pada saat factory tour, proyektor yang bermasalah ketika berlangsungnya presentasi karena kurangnya kesiapan dalam pengecekan sebelum persentasi, dan kondisi ruangan yang terlalu terang sehingga mengurangi kejelasan gambar pada proyektor.

5.3 Motivasi Responden

Variabel yang diteliti ada tiga yaitu motivasi akan informasi, motivasi akan tugas dari instansi dan motivasi ajakan teman. Motivasi adalah dorongan yang timbul oleh factor eksternal maupun internal yang mendorong peserta untuk mengikuti kegiatan factory visit. Tiga hal motivasi peserta ketika mengikuti

factory visit dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini:

Tabel 5. Distribusi Responden Factory Visit PT Jakarana Tama berdasarkan motivasi, 2011

Motivasi Kategori Jumlah(orang) Persentase(%)

Informasi Tinggi 26 57.8

- Tinggi: Dorongan diri sendiri untuk mendapatkan informasi - Rendah: Dorongan faktor instansi untuk mendapatkan informasi Motivasi tugas dari Instansi

- Tinggi: Merasa terdorong oleh instansi dalam mengikuti kunjungan dengan baik

- Rendah: dorongan instansi tidak mampu mendorong responden untuk mengikuti kunjungan dengan baik

Motivasi ajakan teman

- Tinggi: adanya dorongan dari teman untuk mengikuti kunjungan

(55)

5.3.1 Motivasi akan Informasi

Motivasi informasi yaitu dorongan yang dimiliki peserta yang mengikuti

factory visit karena ingin dapat informasi. Peserta datang untuk mengikuti facory visit ingin mendapatkan informasi karena dorongan diri sendiri cukup tinggi. Adapun informasi yang didapatkan oleh peserta seperti informasi mengenai seluruh produk perusahaan, sejarah perusahaan maupun bagaimana proses produksi produk-produk perusahaan. Motivasi tinggi karena peserta merasa penting untuk mendapatkan informasi untuk peningkatan wawasan diri sendiri, dan bagi yang rendah menganggap bahwa kunjungan hanyalah tugas dari instansi saja.

5.3.2 Motivasi Tugas dari Instansi

Motivasi peserta mengenai tugas dari instansi merupakan dorongan yang dimiliki peserta yang mengikuti factory visit karena mendapat tugas dari instansi. Tabel 5 mengenai motivasi peserta akan tugas dari instansi menunjukkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 45 peserta diperoleh data bahwa motivasi tugas dari instansi hasilnya tinggi. Sebesar 80 persen peserta memiliki motivasi tugas dari instansi. Tingginya motivasi karena latarbelakang dari instansi yang merupakan tugas sedangkan motivasi rendah akan tugas instansi karena peserta yang merasa terbebani oleh tugas dari instansi peserta.

Bersasarkan hasil tersebut dapat dijelaskan bahwa peserta yang mengikuti

(56)

Peserta secara tidak langsung memiliki kepentingan untuk mendapatkan informasi tentang perusahaan melalui factory visit yang diadakan.

5.3.3 Motivasi Ajakan Teman

Motivasi ajakan teman merupakan dorongan yang dimiliki peserta yang mengikuti factory visit karena diajak oleh teman. Tabel 5 mengenai motivasi peserta akan ajakan teman menunjukkan hasil bahwa peserta yang mengikuti

factory visit karena motivasi ajakan teman sangat rendah. Tidak ada peserta yang memiliki motivasi karena ajakan teman.

Berdasarkan hasil data tersebut dapat dijelaskan bahwa sebesar 100 persen atau tidak ada satupun peserta yang terdorong datang untuk mengikuti factory visit

karena ajakan teman. Hal tersebut karena latarbelakang instansi peserta yang mengadakan kunjungan ke PT Jakarana Tama untuk belajar. Tanpa adanya motivasi ajakan teman, peserta akan tetap datang untuk mengikuti factory visit.

Kegiatan factory visit pada PT Jakarana Tama adalah suatu jadwal berkala bagi murid SMKN 49 Jakarta Utara dalam melakukan kegitan belajar langsung dari lapang yang telah ditetapkan sebelumnya oleh pihak sekolah peserta.

5.4 Dampak Komunikasi pada Peserta

Variabel yang diteliti pada dampak komunikasi pada peserta yaitu pada aspek kognitif dan afektif.

5.4.1 Kognitif

(57)

adanya perubahan antara sebelum dan sesudah kunjungan melalui kuesioner pre-test dan post-pre-test, dengan melihat hasil selisih dari kedua kuesioner dapat dilihat apakah ada atau tidaknya perubahan pada kognitif peserta setelah kunjungan dan dapat dilihat persen perubahan pengetahuan peserta. Hasil pre-test dan post-test dapat dilihat pada Tabel 6. Berikut:

Tabel 6. Distribusi Aspek Kognitif Responden Sebelum dan Sesudah pada

Factory Visit PT Jakarana Tama, 2011

Kognitif

- Tinggi: Tahu tentang produk, sejarah, dan profil perusahaan - Sedang: Tahu sekilas tentang produk dan profil perusahaan - Rendah: Tidak memiliki informasi tentang perusahaan

Kognitif sesudah

- Tinggi: Ingat tentang informasi produk, proses produk, sejarah, dan profil perusahaan - Sedang: Ingat hanya informasi produk dan profil perusahaan

- Rendah: Ingat hanya informasi produk perusahaan saja

Tabel 6 mengenai kognitif peserta sebelum factory visit dan sesudah

factory visit menunjukkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada 45 peserta diperoleh data bahwa nilai rata-rata pada kogntif sebelum sebesar 1.71 sedangkan pada kognitif peserta sesudah memiliki nilai 2.80, hasil tersebut didapat setelah nilai skor untuk masing-masing peserta digolongkan pada tingkat yang ada baru dilakukan penghitungan nilai rata-rata.

(58)

Tama yaitu hanya mengetahui sekilas tentang produk-produk gaga dan profil gaga dan rendah karena peserta tidak memiliki pengetahuan tentang PT. Jakarana Tama tidak mengetahui produk-produk gaga dan profil gaga serta tidak adanya kognitif yang tinggi karena tidak satupun peserta mengetahui betul tentang PT Jakarana Tama.

Nilai tinggi pada kognitif sesudah karena peserta memiliki pemahman dan daya ingat akibat cukup baik aktivitas komunikasi yang dilakukan responden yaitu mengetahui sejarah, produk, dan proses produk PT Jakarana Tama, sedangkan sedang karena aktivitas komunikasi peserta mendapat gangguan pada aktivitas komunikasinya terutama pada factory tour sehingga pengetahuan tentang proses rendah serta tidak adanya kognitif yang rendah karena peserta telah cukup baik scara keseluruhan dalam melakukan aktivitas komunikasi selama kunjungan. Peningkatan ini menunjukkan bahwa factory visit memberikan masukan sehingga terjadi perubahan positif pada kognitf peserta terhadap pengetahuan tentang perusahaan. Tujuan program dapat dikatakan cukup efektif dengan melihat perubahan yang ada antara sebelum dan sesudah kunjungan factory visit.

Sebelum factory visit peserta rata-rata memiliki pengetahuan yang rendah mengenai produk perusahaan, sejarah perusahaan dan juga proses produksi produk. Aktivitas komunikasi yang dilakukan peserta dengan baik meningkatkan pengetahuan peserta mengenai produk perusahaan, sejarah perusahaan dan juga proses produksi dari produk perusahaan.

5.4.2 Afektif

(59)

suatu program selain aspek kognitif. Berdasarkan penelitian hasil data menunjukkan bahwa peserta yang mengikuti faktory visit dengan aspek kognitif paling didominasi dengan afektif yang sedang yaitu sebesar 84.9 persen. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Aspek Afektif Responden pada Factory Visit PT Jakarana Tama, 2011

Afektif Frekuensi(orang) Persentase(%)

Tinggi 5 11.1 memiliki afektif yang sedang yaitu sebesar 84.4 persen. Dapat dijelaskan bahwa

factory visit berlangsung sekali dengan waktu yang relatif sebentar sehingga kurang mampu meningkatkan afektif peserta terhadap perusahaan dan produknya serta hasilnya afektif responden dengan parameter sedang memiliki jumlah yang tinggi.

(60)

5.5 Hubungan Antara Karakteristik Peserta dengan Motivasi Peserta

Karakteristik peserta merupakan hal yang menjadi ciri khas yang membedakan peserta satu dengan yang lain yang ada pada diri peserta. Karakteristik yang difokuskan dalam penelitian hanya yang berkaitan dengan program factory visit. Karakteristik dalam penelitian dikaitkan dengan motivasi peserta. Motivasi peserta adalah dorongan yang dimiliki peserta yang mengikuti

factory visit, motivasi yang dibahas yaitu motivasi akan informasi, dan motivasi akan tugas dari instansi. Karakteristik yang dibahas yaitu umur/usia. Hubungan antara karakteristik peserta dengan motivasi selanjutnya dapat dilihat pada tabel 8 di bawah ini :

Tabel 8. Hubungan antara Karakteristik Peserta dengan Motivasi Peserta factory visit PT Jakarana Tama, 2011

Karakteristik

R

s Motivasi Peserta

Informasi Tugas Instansi

Umur 0.829 -0.235

5.5.1 Hubungan Antara Umur dengan Motivasi

(61)

Tabel 9. Distribusi Hubungan Umur dengan Motivasi Responden Factory Visit

Pengambilan keputusan berdasarkan nilai hitung jika α lebih kecil dari α(0.1) maka H1 diterima, yang artinya terdapat hubungan antara variabel-variabel

yang diuji. Tabel 8 dan penjabaran tabulasi silang Tabel 9 menunjukkan bahwa peserta dengan umur muda 15-16 tahun memiliki motivasi yang rendah akan motivasi informasi dan sebanyak 21 orang peserta dengan usia muda 16.1-17 tahun memiliki motivasi yang tinggi akan motivasi informasi. Keseluruhan peserta merupakan umur muda dengan penjabaran lebih lanjut melalui pengkategorian 15-16 tahun, 16,1-17 tahun, 17,1-19 tahun. terdapat hubungan antara umur dengan motivasi akan informasi. Semakin matang umur peserta maka motivasi akan informasinya semakin tinggi. Dapat dijelaskan bahwa dengan matangnya usia peserta semakin memiliki kesadaran untuk meningkatkan tingkat aktualisasi diri dari peserta tersebut.

Gambar

Tabel 1. Jumlah Pengunjung  Factory Visit PT Jakarana Tama menurut Tanggal, Instansi/sekolah dan Alamat, Periode 2008-2010
Gambar 2. Hierarki Teori Motivasi Abraham Maslow (sumber: Rubbins, 2002)
Gambar 3. Kerangka pemikiran
Tabel 2. Definisi Operasional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 14 Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Dengan Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi

Sehingga dari hasil uji hipotesis yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa Hi diterima atau terdapat pengaruh antara efektivitas komunikasi antar persona kepala

4) Untuk membeli produk dan mengikuti program-program pelatihan yang ditawarkan Kampoeng Wisata Bisnis Tegalwaru.. Selain variabel internal tersebut, terdapat variabel eksternal

12 Pembicara memiliki artikulasi serta kualitas suara yang baik sehingga mendukungnya untuk tampil prima dan menarik saat menyampaikan informasi Penilaian anda terhadap Kualitas

bahwa terdapat hubungan nyata antara karakteristik individu dengan efektivitas komunikasi Klinik Agribisnis pada Prima Tani di Kecamatan Leuwi Sadeng Bogor untuk umur,

(6) Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat efektivitas individu dalam organisasi dengan tingkat efektivitas manajemen komunikasi pemasaran pada Usaha Kecil

Hubungan Efektivitas Komunikasi Tutor dengan Motivasi Belajar Peserta Didik Paket C di PKBM ST Kota Pariaman Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini ialah terdapatnya hubungan

Oleh karena itu, dapat diduga bahwa efektivitas komunikasi antar pribadi memiliki hubungan dengan motivasi kerja karyawan pada peru- sahaan, yang dapat diilustrasikan dalam Kerangka