• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Komunikasi Csr Dalam Pembentukan Reputasi Pt Krakatau Posco (Kasus Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Komunikasi Csr Dalam Pembentukan Reputasi Pt Krakatau Posco (Kasus Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten)"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI CSR DALAM PEMBENTUKAN

REPUTASI PT KRAKATAU POSCO

(Kasus Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, Kota

Cilegon, Provinsi Banten)

EFRISKA GINASTI MAYANGSARI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Efektivitas

Komunikasi CSR dalam Pembentukan Reputasi PT Krakatau Posco (Kasus Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten)”

adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

(4)
(5)

ABSTRAK

EFRISKA GINASTI MAYANGSARI. Efektivitas Komunikasi CSR dalam Pembentukan Reputasi PT Krakatau Posco (Kasus Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten). Di bawah bimbingan AMIRUDDIN SALEH.

Reputasi menjadi salah satu faktor penentu untuk meningkatkan dan mempertahankan eksistensi perusahaan. Reputasi dibentuk oleh stakeholder eksternal perusahaan salah satunya masyarakat, strategi perusahaan dalam pembentukan reputasi di masyarakat yaitu melalui program tanggung jawab sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan efektivitas komunikasi CSR dalam pembentukan reputasi perusahaan. Penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung dengan kualitatif, analisis data statistik menggunakan uji korelasi rank-Spearman. Hasil penelitian adalah terdapat hasil reputasi positif dari masyarakat terhadap PT Krakatau Posco dengan hasil yang signifikan baik antara reputasi dengan faktor internal dan eksternal maupun reputasi dengan efektivitas komunaikasi. Sehingga reputasi yang diberikan oleh masyarakat tergolong cukup baik. Komunikasi mempengaruhi cara orang untuk mengorganisasikan gambaran tentang perusahaan. Untuk itu, reputasi harus dikelola dengan baik dengan menciptakan komunikasi yang tepat dan strategis.

Kata kunci: CSR, efektivitas komunikasi, reputasi perusahaan

ABSTRACT

EFRISKA GINASTI MAYANGSARI. CSR Communication Effectiveness in Building Reputation PT Krakatau Posco (Case Kubangsari Village, Ciwandan District, Cilegon City, Banten Province). Under the guidance of AMIRUDDIN SALEH.

Reputation of being one of the critical factors to improve and maintain the company's existence. The reputation established by the company's external stakeholders, one of them are community, the company's strategy in the formation of a reputation in the community is through social responsibility programs. This study aimed to examine the relationship between communication effectiveness of CSR in the formation of the company's reputation. The study uses a quantitative approach that is supported by qualitative, statistical data analysis using Rank Spearman correlation test. The result of this study is there’s a positive result of the public reputation PT Krakatau Posco and significant results between reputation with internal and external factors as well as the reputation of the effectiveness communication. So, the reputation given by the people is quite good. Communication affects the way of people organize on their overview of the company. To that end, the reputation must be managed well by creat appropriate and strategic communications.

(6)
(7)

EFEKTIVITAS KOMUNIKASI CSR DALAM

PEMBENTUKAN REPUTASI PT KRAKATAU POSCO

(Kasus Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, Kota

Cilegon, Provinsi Banten)

Oleh

Efriska Ginasti Mayangsari

I34120172

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN

MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Efektivitas Komunikasi CSR dalam Pembentukan Reputasi PT Krakatau Posco (Kasus Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten). Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana komunikasi dan pengembangan masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Ir. Amiruddin Saleh, MS sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan waktu selama proses penulisan hingga penyelesaian skripsi ini. Penulis juga menyampaikan hormat dan terima kasih kepada Ibu Dr. Ir. Siti Amanah, Msc selaku dosen penguji utama dalam sidang skripsi dan Bapak Mahmudi Siwi, SP, M.Si selaku dosen penguji perwakilan departemen.

Terimakasih kepada kedua orang tua tersayang Bapak Suganda dan Ibu Netty Herawati, serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan, bantuan, dan doa bagi kelancaran penulisan skripsi ini. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada divisi General Affair beserta CSR PT Krakatau Posco dan jajaran pemerintah Kelurahan Kubangsari beserta seluruh masyarakat Kelurahan Kubangsari atas izin dan bantuan dalam proses penelitian. Penulis juga sampaikan terima kasih kepada Dimas, Aul, Zahra, Ridho, Fenny, Suhaila, Agus, Nanda, Shifa, Dinda, Iqbal, Tabi, teman-teman SKPM 49, BEM dan rekan-rekan yang namanya tidak bisa disebutkan satu per satu sebagai teman berdiskusi, saling bertukar pikiran, membantu dan memotivasi penulis dalam penulisan dan penyelesaian skripsi ini. Semoga hasil penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Juli 2016

(12)
(13)

DAFTAR ISI

Validitas dan Reliabilitas Instrumen Pengumpulan Data

Pengolahan dan Analisis Data

16 17 17

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 19

Gambaran Umum Kelurahan Kubangsari 19

Kondisi Geografis 19

Kondisi Kependudukan Kelurahan Kubangsari 20

Tingkat Pendidikan 20 HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DENGAN FAKTOR KSTERNAL

TERHADAP EFEKTIVITAS KOMUNIKASI PT KRAKATAU POSCO

(14)

Kebijakan CSR Efektivitas Komunikasi Pemahaman

Hubungan Baik

Hubungan antara Faktor Internal dan faktor Eksternal dengan Efektivitas komunikasi

25 26 26 27 28

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR EKSTERNAL TERHADAP REPUTASI PT KRAKATAU POSCO

31

Reputasi Perusahaan 31

Partisipasi 31

Dukungan

Hubungan anatara Faktor Internal dan faktor Eksternal dengan Reputasi

31 32

HUBUNGAN EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DENGAN REPUTASI PT KRAKATAU POSCO

35

KESIMPULAN DAN SARAN 37

Kesimpulan 37

Saran 37

DAFTAR PUSTAKA 39

LAMPIRAN 43

(15)

DAFTAR TABEL

1

2

Responden penelitian

Hasil uji kuesioner koefisien Alpha Cronbach’s

13 17 2

3

Jumlah dan presentase penduduk Kelurahan Kubangsari berdasarkan kelompok umur, Tahun 2016

19

4 Jumlah dan presentase penduduk Kelurahan Kubangsari berdasarkan tingkat pendidikan, Tahun 2016

19

5 Jumlah dan presentase penduduk Kelurahan Kubangsari berdasarkan tingkat pekerjaan, Tahun 2016

19

6 Jumlah dan presentase responden berdasarkan faktor internal, Tahun 2016

23

7 Jumlah dan presentase responden berdasarkan faktor eksternal, Tahun 2016

24

8 Jumlah dan presentase responden berdasarkan efektivitas komunikasi, Tahun 2016

26

9 Nilai koefisien korelasi antara faktor interal dan aktor eksternal dengan efektivitas komunikasi CSR PT Krakatau Posco, Tahun 2016

28

10 Jumlah dan presentase responden berdasarkan reputasi, Tahun 2016 31 11 Nilai koefisien korelasi antara faktor interal dan aktor eksternal dengan

reputasi PT Krakatau Posco, Tahun 2016

32

12 Nilai koefisien korelasi antara efektivitas komunikasi CSR dengan reputasi PT Krakatau Posco, Tahun 2016

35

DAFTAR GAMBAR

1 Jadwal penelitian 41

2 Peta lokasi penelitian 43

3 Daftar nama responden penelitian 45

4 Daftar nama informan penelitian 47

5 Hasil uji statistik 49

6 7

Dokumentasi penelitian

Struktur organisasi PT Krakatau Posco

51 53 1 Model reputasi perusahaan Wcost Alessandri 10 2

3

Kerangka pemikiran hubungan efektivitas komunikasi CSR dalam pembentukan reputasi PT Ktakatau Posco

Program CSR Implementation

DAFTAR LAMPIRAN

11

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perusahaan sebagai sebuah sistem, keberlanjutan dan keseimbangannya tidak dapat berdiri sendiri. Keberadaan perusahaan di lingkungan masyarakat membawa pengaruh bagi kehidupan sosial, ekonomi, serta budaya. Perjalanan, aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan bersinggungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengingat dan memperhatikan aspek sosial budaya. Salah satunya adalah membina hubungan baik yang bersifat reciprocal (timbal balik) dengan stakeholder-stakeholder lain, baik pemerintah, swasta, maupun dari berbagai tingkatan elemen masyarakat (Kaloh 2006).

Perusahaan dan masyarakat adalah pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Perusahaan selain mengejar keuntungan ekonomi untuk kesejahteraan dirinya, juga memerlukan alam untuk sumber daya olahannya dan stakeholders lain untuk mencapai tujuannya. Tanggung jawab sosial perusahaan, perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga keuntungan secara sosial. Demi keberlagsungan usaha tersebut dapat berlangsung dengan baik dan secara tidak langsung akan mencegah konflik yang merugikan. Penerapan tanggung jawab sosial perusahaan melalui komunikasi dengan berbagai stakeholders perusahaan menjadi salah satu cara perusahaan untuk mengatasi masalah tersebut.

Pola hubungan antara perusahaan dengan stakeholders sekitar perusahaan dikelola oleh bagian Hubungan Masyarakat atau Public Relations (PR). Hubungan perusahaan tersebut sangat berpengaruh terhadap reputasi perusahaan. Reputasi adalah perbuatan dan sebagainya sebagai sebab mendapat nama baik. Strategi komunikasi perusahaan harus memperhatikan aspek pesan yang disampaikan, komunikan, komunikator, dan saluran atau chanel yang digunakan sehingga tercipta komunikasi yang efektif. Efektivitas komunikasi ini berhubungan dengan pemahaman, kesenangan, mempengaruhi sikap, memperbaiki hubungan dan tindakan (Retno 2001). Selain itu Pencapaian tujuan organisasi dapat diwujudkan dengan adanya komunikasi yang efektif di organisasi. Komunikasi efektif dapat memberikan kelancaran pelaksanaan kerja karena adanya kesamaan pemahaman antara satu individu dengan individu lainnya. Komunikasi juga memiliki kemanfaatan keluar organisasi yakni menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang terkait dengan operasi organisasi, seperti komunikasi dengan konsumen atau pelanggan (Aryanti 2002). Efektivitas komunikasi yang terjadi akan menentukan strategi perusahaan apakah perusahaan mampu mencapai tujuannya secara efektif dan efesien atau tidak.

(18)

perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/ berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan.

Akan tetapi, perusahaan terkadang melalaikan tuntutan tanggung jawab sosial tersebut dengan alasan bahwa stakeholders tidak memberikan kontribusi terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Hal ini disebabkan karena hubungan perusahaan dengan lingkungannya bersifat non reciprocal yaitu transaksi antara keduanya tidak menimbulkan prestasi timbal balik (Anggraini 2006). Selain itu, hal ini juga dikarenakan awal dari budaya perusahaan adalah memaksimalkan keuntungan yang dilihat dari untung atau rugi, sedangkan keikutsertaan perusahaan dalam tanggung jawab sosial justru dianggap menambah biaya karena harus mengeluarkan biaya ekstra untuk pengolahan limbah, perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja serta lingkungan, strict control terhadap produk agar ramah lingkungan. Semuanya itu menambah biaya perusahaan yang akan mengurangi pembagian keuntungan bagi investor (Lindrawati et al. 2008).

Tanpa disadari faktanya stakeholder yang berada di sekitar perusahaan seperti pemangku kepentingan atau masyarakat desa sekitar perusahaan menjadi faktor penting dalam proses bisnis perusahaan, diIndonesia banyak kasus yang terjadi antara masyarakat sekitar perusahaan dan berdampak terhadap reputasi perusahaan yang menurun dan proses terhambatnya produksi sehingga terjadinya kerugian perusaan. Kasus tersebut pernah di alami perusahaan kelas dunia yaitu PT Krakatau Posco. PT Krakatau Posco adalah Perusahaan kerjasama antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, Indonesia dan Posco Korea. Konstruksi pembangunan dimulai pada tahun 2011 dan selesai dalam waktu 36 bulan menjadikan Karakatau Posco sebagai Pabrik Baja Terpadu yang memiliki Teknologi Blast Furnace pertama di Indonesia. Produksi komersial telah dimulai pada awal 2014 sehingga siap melayani pasar baja Indonesia dan menjadi perusahaan baja handal dan paling kompetitif di pasar baja regional.

Perkembangan industri baja ini banyak menimbulkan pro dan kontra dikalangan masyarakat terutama masyarakat yang terimbas dampak langsung dari industri tersebut. Pertumbuhan industri baja unggulan memang membawa manfaat yaitu menyediakan lapangan kerja bagi pengangguran yang tergolong memiliki skill dan pekerja kasar di sektor industri, namun (Syarif 2013) berpendapat bahwa hal tersebut tidak diimbangi dengan pelestarian di lingkungan sekitar daerah industri. Banyaknya dampak negatif yang ditimbulkan oleh perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar perusahaan membuat kajian mengenai Corporate Social Responsibility berkembang dengan pesat.

(19)

lingkungan, komunitas sosial, dan enterpreneurship dimana sasarannya adalah untuk pengamnbangan seluruh masyarakat.

Kegiatan tanggung jawab perusahaan kepada para pemangku kepentingan untuk berlaku etis, meminimalkan dampak negatif dan memaksimalkan dampak positif yang mencangkup aspek triple bottom line yaitu ekonomi (profit), sosial (people), dan lingkungan (planet) dalam rangka mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Wibisono 2007) . Untuk melihat bagaimana pengaruh efektivitas komunikasi mempengaruhi reputasi, maka penelitian ini di arahkan untuk melakukan suatu analisis mengenai kinerja komunikasi CSR perusahaan dalam pembentukan reputasi perusahaan.

Masalah Penelitian

Permasalahan yang ada seperti yang diuraikan pada latar belakang dapat diuraikan sebagai tanggung jawab sosial perusahaan atau yang biasa disebut CSR perusahaan kurang memperhatikan aspek sekitar perusahaan atau stakeholder sekitar perusahaan. Dunia perindustrian di Indonesia sudah banyak ditemukan konflik yang terjadi antar masyarakat sekitar terhadap perusahaan sebagian besar konflik yang terjadi antar masyarakat dengan perusahaan membuat kerugian pada perusahaan.

Berdasarkan fakta tersebut Di butuhkan efektivitas komunikasi yang baik dari CSR perusahaan terhadap masyarakat sekitar. Hal inilah yang menjadi dasar pertanyaan bagi penelitian Efektivitas Komunikasi CSR dalam Pembentukan Reputasi PT Krakatau Posco, lebih spesifik di sajikan dalam pertanyaan-pertanyaan berikut :

1. Bagaimana hubungan faktor internal dan eksternal dengan efektivitas komunikasi CSR PT Krakatau Posco?

2. Bagaimana hubungan faktor internal dan eksternal dengan reputasi PT Krakatau Posco?

3. Bagaimana hubungan efektivitas komunikasi dengan reputasi PT Krakatau Posco?

Penelitian dilakukan di Desa yang berada di sekitar PT Krakatau Posco, yaitu Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Dimana Desa tersebut sejak didirikannya PT Krakatau Posco terjadi konflik berupa demo oleh masyarakat terhadap perusahaan akibat kurangnya komunikasi, kasus terahir yaitu aktivitas perusahaan produsen baja tersebut, terlihat dengan kasat mata limbah debu besi bertebaran di halaman rumah warga Desa Kubangsari, sehingga warga berdemo terhadap perusahaan, kemudian dilakukan penelitian oleh perusahaan.

Tujuan Penelitian

(20)

sehingga terjadinya kerugian perusahaan. Kasus tersebut pernah di alami perusahaan kelas dunia yaitu PT Krakatau Posco. Permasalahan tersebut dibutuhkannya kinerja komunikasi eksternal dalam lobby dan negosiasi yang baik oleh pihak perusahaan, hal ini dipegang oleh penanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility kepada stakeholder atau masyarakat sekitar. Berdasarkan pemaparan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Menganalisis hubungan antara faktor internal dan eksternal dengan efektivitas komunikasi CSR PT Krakatau Posco.

2. Menganalisis hubungan faktor internal dan eksternal dengan reputasi PT Krakatau Posco.

3. Menganalisis hubungan efektivitas komunikasi dengan reputasi PT Krakatau Posco.

Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan gambaran mengenai efektivitas komunikasi Cororate Social Responsibility PT Krakatau Posco dalam pembentukan reputasi perusahaan. Khususnya kepada:

1. Kalangan akademisi

Penelitian diharapkan dapat menjadi informasi untuk memahami mengani efektivitas komunikasi dalam pembentukan reputasi perusahaan.

2. Perusahaan

Penelitian diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi perusahaan mengenai efektivitas komunikasi yang telah dilakukan, dan program CSR dan strategi yang dilakuakn perusahaan dalam mengatasi reputasi yang negatif.

3. Pemerintah

Penelitian diharapkan memberikan sumbangan informasi mengenai efektivitas komunikasi perusahaan dalam pembentukan reputasi perusahaan sehingga dapat membuat kebijakan yang baik terhadap kemajuan perusahaan dan masyarakat Indonesia.

4. Masyarakat

(21)

PENDEKATAN TEORITIS

Tinjauan Pustaka

Aktivitas Perusahaan dan CSR

Industri merupakan salah satu kegiatan yang dapat membawa pengaruh positif seperti peningkatan bagi kemakmuran seseorang. Namun, selain itu industri pun dapat memberikan pengaruh yang negatif, salah satunya adalah menyebabkan kerusakan lingkungan. Menurut Kristanto (2004), aktivitas industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a.Industri dasar atau Industri hulu memiliki sifat sebagai berikut: padat modal, berskala besar, menggunakan teknologi maju dan teruji. Lokasinya selalu dipilih dekat dengan bahan baku yang mempunyai sumber energi sendiri sehingga industri hulu membutuhkan perencanaan yang matang beserta tahapan pembangunannya, mulai dari perencanaan sampai operasional. Selain itu, dibutuhkan penggaturan tata ruang, rencana pemukiman, pengembangan kehidupan perekonomian, perusakan lingkungan, dan lain-lain. Pembangunan industri ini dapat mengakibatkan perubahan lingkungan, baik dari aspek sosial-ekonomi, budaya, dan pencemaran.

b.Industri hilir, Industri hilir merupakan perpanjangan proses industri hulu. Industri jenis ini memiliki ciri sebagai berikut: mengolah bahan setengah jadi menjadi barang jadi, lokasinya selalu diusahakan dekat dengan pasar, menggunakan teknologi madya dan teruji, serta padat karya.

c.Industri kecil, Industri kecil banyak berkembang di pedesaan dan perkotaan, memiliki peralatan yang sederhana, dan pengolahan limbah belum mendapat perhatian.

PT Krakatau Posco termasuk dalam Industri dasar atau industri hulu dimana aktivitasnya sebagai pabrik baja bersakala besar, padat modal dan menggunaka teknologi terbaru. Sebagai pabrik yang berskala industri besar diharuskan memperhatikan aspek sosial (people) dan lingkungan (planet) di samping aspek ekonomi (profit). Hubungan antara kinerja keuangan suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) paling baik diekspresikan dengan pandangan bahwa tanggapan sosial yang diminta dari manajemen sama dengan kemampuan yang diminta untuk membuat suatu perusahaan memperoleh laba. Secara garis besar keuntungan perusahaan dibagi menjadi dua yaitu ekonomi dan sosial, sebagaimana telah dijelaskan di atas ekonomi yaitu laba/ kuntungan. Tanpa kita sadari keuntungan sosial memberi pengaruh yang cukup besar. Keuntungan sosial disini dengan maksud hubungan yang baik dengan berbagai stakeholders di luar perusahaan, banyak kasus di Indonesia terjadi konflik antara perusahaan dan stakeholder seperti masyarakat sekitar perusahaan dan konflik tersebut memberi dampak kerugian pada perusahaan, seperti terkendala pada proses produksi atau ganti rugi.

Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau CSR adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholders, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum (Anggraini 2006).

(22)

(Chapra, 1983). Eksistensi perusahaan di tengah lingkungan dapat menimbulkan berbagai persoalan lingkungan, seperti : pencemaran, polusi udara, radiasi, dan sejenisnya. Pada dasarnya, terdapat tiga kategori dampak negatif perusahaan (industri) terhadap lingkungan, yaitu : (a) dampak karena input proses, seperti pemanasan global, pergeseran ekosistem dan iklim; (b) dampak karena proses produksi, seperti limbah, emisi debu, pencemaran air; dan (c) dampak karena output proses produksi seperti produk yang kurang berkualitas dan sejenisnya (Hadi 2010).

Implementasi CSR yang dilakukan oleh perusahaan sebagai salah satu bentuk strategi yang dilakukan oleh perusahaan memiliki tiga alasan penting untuk merespon dan mengembangkan isu tanggung jawab sosial (Megawati 2011), yaitu: 1) perusahaan adalah bagian dari masyarakat oleh karena itu wajar jika perusahaan mementingkan kepentingan masyarakat. Kegiatan ini sebagai kompensasi atau umpan balik atas penguasaan sumber daya alam dan sumber daya ekonomi oleh perusahaan yang kadang bersifat ekspansif dan eksploratif, 2) kalangan bisnis dan masyarakat sebaikanya memiliki hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme sehingga terciptanya hubungan yang harmonis diantara keduanya, 3) tanggung jawab sosial merupakan salah satu cara untuk meredam bahkan menghindari konflik sosial. Potensi konflik ini bisa terjadi akibat dampak operasional perusahaan atau akibat kesenjangan struktural dan ekonomis yang timbul antara masyarakat dan komponen perusahaan (Wibisono 2007).

Efektivitas Komunikasi

Komunikasi dengan orang lain kadang sukses atau efektif mencapai maksud yang dituju, namun terkadang juga gagal. Adapun makna komunikasi yang efektif menurut (Effendy 2005) adalah komunikasi yang berhasil menyampaikan pikiran dengan menggunakan perasaan yang disadari.

Effendy (2005) menjelaskan komunikasi yang efektif harus memenuhi beberapa syarat ditinjau dari pesan komunikasi, diantaranya:

1. Pesan dapat dimengerti

2. Pada saat keputusan diambil, karyawan percaya bahwa komunikasi yang dilancarkan cocok dengan tujuan organisasi.

3. Komunikasi cocok dengan kepentingan keperibadian karyawan. 4. Secara mental dan fisik, karyawan mampu melaksanakannya.

Menurut Ahmad Kurnia (2011) ada hambatan-hambatan yang menyebabkan komunikasi tidak efektif yaitu adalah:

1. Status Effect

Adanya perbedaaan pengaruh status sosial yang dimiliki setiap manusia.Misalnya karyawan dengan status sosial yang lebih rendah harus tunduk dan patuh apapun perintah yang diberikan atasan. Maka karyawan tersebut tidak dapat atau takut mengemukakan aspirasinya atau pendapatnya. 2. Semantic Problems

Faktor semantik menyangkut bahasa yang dipergunakan komunikator sebagai alat untuk menyalurkan pikiran dan perasaanya kepada komunikan.

3. Perceptual Distorsion

(23)

4. Cultural Diffences

Hambatan yang terjadi karena disebabkan adanya perbedaan kebudayaan, agama dan lingkungan sosial. Suatu organisasi terdapat beberapa suku, ras, dan bahasa yang berbeda. Sehingga ada beberapa kata-kata yang memiliki arti berbeda di tiap suku.

5. Physical Distraction

Hambatan ini disebabkan oleh gangguan lingkungan fisik terhadap proses berlangsungnya komunikasi.

6. Poor Choice of Communication Channels

Adalah gangguan yang disebabkan pada media yang dipergunakan dalam melancarkan komunikasi.

7. No Feed Back

Hambatan tersebut adalah seorang sender mengirimkan pesan kepada receiver tetapi tidak adanya respon dan tanggapan dari receiver maka yang terjadi adalah komunikasi satu arah yang sia-sia.

Komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudnya. Selain itu, komunikasi yang efektif adalah komunikasi dimana makna yang distimuluskan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan komunikator. Bila S adalah pengirim atau sumber pesan dan R adalah penerima pesan, maka komunikasi dikatakan mulus dan lengkap bila respon yang dikatakan mulus dan lengkap bila respon yang diinginkan S dan R sama (Tubbs dan Moss 1996).

Menurut Tubbs dan Moss (1996), tolok ukur yang dapat dijadikan ukuran bagi komunikasi efektif, yaitu pemahaman, kesenangan, pengaruh pada sikap, hubungan yang makin baik, dan tindakan.

a. Pemahaman adalah penerimaan yang cermat atas kandungan rangsangan seperti yang dimaksudkan oleh pengirim pesan. Dalam hal ini, komunikator dikatakan efektif bila penerima memperoleh pemahaman yang cermat atas pesan yang disampaikan.

b. Kesenangan

Tingkat kesenangan dalam berkomunikasi berkaitan erat dengan perasaan kita terhadap orang yang berinteraksi dengan kita.

c. Pengaruh terhadap sikap

Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain memahami ucapan kita.

d. Hubungan yang makin baik

Keefektivan komunikasi secara keseluruhan masih memerlukan suasana psikologis dan penuh kepercayaan. Bila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh kepercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja berubah makna atau didiskreditkan.

e. Tindakan

(24)

Komunikasi Organisasi

Kata atau istilah “komunikasi” (Bahasa Inggris “communication”) berasal

dari Bahasa Latin “communicates” atau communication atau communicare yang

berarti berbagi atau “menjadi milik bersama”. Untuk memahami komunikasi organisasi dan membedakannya dengan jenis komunikasi yang lain, Komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling bergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau selalu berubah-ubah” ( Muhammad 1995).Oleh Karena itu dengan adanya komunikasi yang baik, suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil, sebaliknya komunikasi yang tidak sehat dapat menyebabkan suatu organisasi macet dan tujuan yang ingin dicapai tidak optimal.

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level/tingkatannya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program. (Muhammad 1995).

Kenyataan bahwa suatu organisasi tidak bias hidup sendirian. Ia merupakan bagian dari lingkungannya. Karena itu organisasi membutuhkan berbicara atau berkomunikasi dengan fihak luar yang berada di lingkungan tersebut. Dimensi luar organisasi ini tidak mengikuti system status organisasi seperti yang terlihat dalam kedua dimensi terdahulu. Dalam kondisi ini informasi masuk ke dalam suatu organisasi berasal dari luar, demikian pula sebaliknya suatu organisasi dikirim dari suatu organisasi ke pihak luar. (Thoha 1983).

Selanjutnya Iklim komunikasi organisasi menurut (Febri 2004) adalah sebagai kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dengan kejadian yang terjadi dalam organisasi.

Karakteristik Komunikasi Stakeholders

Stakeholder merupakan individu atau kelompok yang saling mempengaruhi satu sama lainnya sebagai dampak dari aktivitas-aktivitasnya (Freeman 1984). Perusahaan tidak hanya bertanggungjawab kepada para pemilik (shareholder) dengan sebatas pada indikator ekonomi (economic focused) namun bergeser menjadi lebih luas yaitu sampai pada ranah sosial kemasyarakatan (stakeholder) dengan memperhitungkan faktor-faktor sosial (social dimenstions). Teori stakeholder berpendapat bahwa stakeholder (pemegang saham, kreditor, konsumen, supplier, pemerintah, masyarakat, analis, dan pihak lain) juga harus menerima manfaat dari perusahaan (Anggraini 2006).

Febrianty (2006) menerangkan bahwa memberikan informasi ataupun mempenga ruhi khalayak harus memperhatikan beberapa peubah dari karakteristik personal khalayak tersebut, diantaranya: umur, jenis kelamin, faktor budaya, pekerjaan, pendapatan, status, dan agama. (Febrianty 2006) juga menyatakan bahwa terdapat tiga kategori dari karakteristik adopter untuk penerima suatu hasil inovasi maupun hasil penelitian, yaitu:

(25)

dan tingkat mobilitas sosial.

b. Peubah personal yang meliputi empati, tingkat dogmatis, rasionalistis dan fatalis, intelegensi, kemudahan dalam menerima perubahan sikap dan ilmu pengetahuan, kemudahan dalam menghadapi ketidakpastian dan resiko, serta tingkat aspirasi terhadap pendidikan, pekerjaan dan status.

c. Perilaku komunikasi yang meliputi partisipasi sosial, tingkat keterlibatan dalam jaringan komunikasi pada suatu sistem sosial, kekosmopolitan, hubungan dengan agen pembaharu, tingkat keterdedahan terhadap saluran komunikasi interpersonal dan media massa, keaktifan dalam mencari informasi suatu inovasi, tingkat pengetahuan atas suatu inovasi dan derajat kepemimpinan.

Terdapat tiga peran manajerial peran komunikasi pada organisasi, yaitu: a. Dalam peran antar pribadi, manajer bertindak sebagai tokoh dan pemimpin dari

unit organisasinya, berinteraksi dengan karyawan, pelanggan, pemasok dan rekan sejawat dalam organisasi.

b. Dalam peran informal, manajer mencari informasi dari rekan sejawat, karyawan dan kontrak pribadi yang lain, mengenai segala sesuatu yang mungkin memengaruhi pekerjaan dan tanggung jawabnya

c. Dalam peran pengambilan keputusan, manajer mengimplementasikan proyek baru, menangani gangguan dan mengalokasikan sumber daya kepada anggota unit dan departemen (Novianti 2012).

Reputasi Perusahaan

Frombun (1996) mendefinisikan reputasi perusahaan sebagai berikut “ a corporate reputation are perceptions held by people inside and outside a company”. Menurutnya, reputasi perusahaan membangun perkiraan umum yang dalam hal ini perusahaan, dipegang oleh pegawai, konsumen, supplier, distributor, competitor, dan public. Kunci utamanya adalah reputasi terdiri dari persepsi-persepsi. Bagaimana orang lain melihat perusahaan. Karena perusahaan tidak dalam kontrol siapapun, reputasi sangat susah untuk dimanipulasi. Frombun (1996) mengemukakan, reputasi perusahaan berasal dari beberapa hal, antara lain: kemampuan untuk mengelola kesan, kemampuan untuk membangun hubungan yang kuat dengan konstituen (konsumen, pegawai, investor, komunitas), dan isu tidak langusng yang berasal dari para pedagang yang terlibat melalui pengamat yang tertarik, seperti analis dan reporter. Reputasi yang baik meningkatkan keuntungan karena hal tersebut menarik perhatian konsumen terhadap produk-produk yang dihasilkan perusahaan, investor terhadap sekuritas dan pegawai ter

Westcott dan Allessandri Model mengilustrasikan bagaimana identitas perusahaan bekerja di dalam konteks dihubungkan dengan konsep misi perusahaan, citra perusahaan dan reputasi perusahaan. Model ini menunjukkan bahwa identitas perusahaan adalah sebuah proses dimulai dari bawah dan ke atas, maksudnya bahwa misi perusahaan mempengaruhi identitas perusahaan, identitas perusahaan mempengaruhi citra, dan citra membangun reputasi perusahaan. (Westcott dan Alessandri 2001).

reputasi perusahaan Bagaimana masyarakat

(26)

Gambar 1 Model reputasi perusahaan Wcost Alessandri, Tahun 2001

Tujuan tertinggi PR dalam membangun reputasi yang kuat adalah karena reputasi merupakan efek dasar yang muncul sebagai faktor penting bagi keputusan khalayak tentang sikap dan perilakunya terkait keberadaan organisasi/produk. Dalam penelitian ini reaksi baik dan buruk stakeholders eksternal atau masyarakat sekitar perusahaan dapat dinilai menjadi dua aspek yaitu dukungan dan partisipasti. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia partisipasti adalah perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, dalam penelitian ini partisipasi yang dimaksud adalah bagaimana tingkat keikutsertaan dalam program CSR. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dukungan adalah sesuatu yang di dukung, dalam penelitian ini dukungan yang dimaksud adalah dalam hal aktifitas perusahaan, misalkan tidak melakukan aksi pada saat produksi perusahaan. Jika partisipasi dan dukungan stakeholders eksternal tinggi maka reputasi perusahaan akan membaik.

Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini faktor pendorong terwujudnya efektivitas komunikasi adalah terjadi karena dua hal yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yang dimaksud dalam penelitian ini adalah karakteristik individu dalam berkomunikasi yang berada dalam diri responden, dimana responden penelitiannya dalah stakeholders eksternal perusahaan atau masyarakat sekitar perusahaan. Seperti yang di jelaskan dalam tinjauan pustaka maka diperoleh Faktor internal meliputi usia dan tingkat pendidikan semakin tinggi kedua faktor tersebut akan meningkatkan pemahaman, hubungan yang semakin baik sehingga berhubungan dengan partisipasi dan dukungan yang meningkat. Sedangkan Faktor eksternal dalam penelitian ini didapat dari aktivitas diluar diri responden yaitu seperti jarak rumah responden dengan keberadaan perusahaan, aktivitas perusahaan, dan kebijakan CSR. Jarak rumah responden menjadi acuan intensifitas CSR dalam berkomunikasi karena jarak yang dekat, sedang, jauh memberi dampak yang terasa langsung atau tidak, semakin serng berkomunikasi

Identitas perusahaan Citra perusahaan

Misi perusahaan Presentasi Visual:

Logo, tagline, arsitek

Presentasi Perusahaan:

pelayanan Bagaimana perusahaan

(27)

maka informasi yang diperoleh semakin banyak maka semakin tinggi pemahaman, dan hubungan yang semakin baik dan paartisipasi serta dukungan terhadap perusahaan. Aktivitas perusahaan dilihat berdasarkan perubahan aspek ligkungan baik/pembaruan positif, akan mempengaruhi pemahaman responden dalam penerimaan pesan komunikasi yang disampaikan oleh CSR dan hubungan yang semakin baik dengan CSR maupun perusahaan dan partisipasi serta dukungan terhadap perusahaan. Faktor Internal dan Eksternal tersebut mempengaruhi efektivitas komunikasi CSR untuk keefektifan berkomunikasi dengan stakeholders dan penerimaan skakeholders dari penyampaian CSR. Komunikasi yang efektif menurut Effendy (2005) adalah komunikasi yang berhasil menyampaikan pikiran dengan menggunakan perasaan yang disadari.

Pemahaman yang baik dan hubungan yang semakin baik antara stakeholders dan CSR atau pihak perusahaan akan berhubungan dengan reputasi perusahaan yang meningkat atau membaik, dibuktikan dengan partisipasi dan dukungan masyarakat baik dalam program CSR maupun dalam aktifitas perusahaan. Adapun kerangka analisis tersebut dapat dilihat pada Gambar 3 di bawah ini:

Gambar 2 Kerangka pemikiran hubungan efektivitas komunikasi CSR dalam pembentukan reputasi PT Ktakatau Posco

Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka analisis di atas, maka dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :

1. Diduga faktor internal (usia, tingkat pendidikan) memiliki hubungan nyata denganefektivitas komunikasi (Pemahaman, hubungan yang semakin baik). 2. Diduga faktor eksternal (jarak perusahaan, aktivitas perusahaan, kebijakan

CSR) memiliki hubungan nyata dengan efektivitas komunikasi (Pemahaman, hubungan yang semakin baik).

3. Diduga faktor internal (usia, tingkat pendidikan) memiliki hubungan nyata dengan reputasi perusahaan (partisipasi, dukungan).

(28)

4. Diduga faktor eksternal (jarak perusahaan, aktivitas perusahaan, kebijakan CSR) memiliki hubungan nyata dengan reputasi perusahaan (partisipasi, dukungan).

(29)

PENDEKATAN LAPANG

Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian sensus yang termasuk ke dalam penelitian eksplanatori. Penelitian eksplanatori untuk menjelaskan hubungan kausal antara peubah-peubah melalui pengujian hipotesis. Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan didukung data kualitatif. Pendekatan kuantitatif dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian berupa kuesioner. Pendekatan kuantitatif dilakukan kepada stakeholders yang menjadi sampel pada penelitian ini. sedangkan data kualitatif diperoleh melalui wawancara mendalam dengan menggunakan pedoman pertanyaan pendekatan kualitatif dilakukan kepada informan seperti CSR dan staff General Affair (GA) PT. Krakatau Posco.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kelurahan Kubangsari, Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Lokasi tersebut dipilih dengan alasan PT Krakatau Posco memiliki program CSR yang cukup banyak, Kelurahan Kubangsari masuk dalam ring satu karena Kelurahan Kubangsari adalah Kelurahan terdekat dengan PT. Krakatau Posco yang pernah mengalami konflik akibat dampak perubahan lingkungan yaitu demo oleh masyarakat pada tahun 2015 akibat debu, oleh karena itu kinerja CSR pada masyarakat sekitar PT Krakatau Posco cukup banyak bekerja dengan program yang dilaksanakan di Kelurahan Kubangsari tersebut. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan Februari 2016 sampai dengan bulan Juni 2016 (Jadwal Pelaksanaan Penelitian terlampir dalam Lampiran 1).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah stakeholders atau masyarakat sekitar perusahaan yaitu masyarakat Desa Kubangsari. Responden penelitian ditentukan dengan melakukan teknik unproporsional simple random sampling karena sudah terdapat kriteria stakeholders yaitu 79 stakeholders yang sudah terdapat daftar namanya dari pemerintah Desa, dan responden dipilih sebanyak 40 responden.

Tabel 1 Responden penelitian

Stakeholders Penelitian Jumlah

(orang)

Responden (orang)

Tokoh Masyarakat 29 12

Tokoh Agama 15 10

Ketua RT dan RW 17 4

Staff Pemerintahan 17 9

LSM SIMAK 4 5

Total 79 40

(30)

penelitian ini ditentukan secara langsung yang berasal dari CSR, orang staff General Affair, dan leader perusahaan PT. Krakatau Posco. Informan dipilih berdasarkan peranannya untuk berkomunikasi terhadap stakeholders eksternal perusahaan, wawancara pada penelitian ini menggunakan teknik snow ball, dan berhenti setelah informasi yang didapat mencapai titik jenuh.

Data dan Instrumen

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu data primer dan data sekunder. Data primer dapat berupa hasil dari wawancara dengan responden dan informan. Data sekunder dapat berupa berbagai sumber rujukan atau literatur berupa dokumen-dokumen yang berhubungan dengan topik penelitian ini.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pertama berupa faktor internal dan faktor eksternal, bagian kedua berupa efektivitas komunikasi, bagian ketiga berupa reputasi perusahaan.

Definisi Operasional

Definisi operasional untuk masing-masing peubah sebagai berikut:

1. Faktor internal, atau karakteristik yang ada pada diri responden. Adapun obyek faktor internal yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

a. Usia diukur berdasarkan umur responden yang dihitung sejak dilahirkan sampai dilakukannya penelitian ini. Pengukuran dinyatakan dalam satuan tahun dengan skala ordinal. Kemudiakan dikategorikan ke dalam 3 kategori yaitu: (1) kategori masa muda awal (20-30 tahun), (2) kategori pertengahan (30-50 tahun), (3) kategori tua (> 50 tahun)

b. Tingkat pendidikan diukur berdasarkan pendidikan terakhir yang dilaksanakan oleh responden dengan skala ordinal. Tingkat pendidikan dikategorikan dalam 4 kategori yaitu (1) Tamat SD (2) Tamat SLTP (3) Tamat SMA (4) Tamat Perguruan Tinggi.

2. Faktor ekstrnal adalah faktor-faktor yang ada diluar diri responden. Adapun obyek faktor eksternal yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

a. Jarak dengan perusahaan diukur berdasarkan mengetahui seberapa jauh jarak antara tempat tinggal responden dengan perusahaan yang dinyatakan dalam meter (m). Jarak tempat tinggal tersebut diuji dengan kslaa ordinal yang dibagi

menjadi tiga kategori, yaitu “jauh” “sedang” dan “dekat”. Jarak yang termasuk

dalam kategori “dekat” jika tempat tinggal responden µ < 1000 m, “sedang” jika

1000 ≤ µ < 2000 m dan termasuk dalam kategori “jauh” jika tempat tinggal responden µ ≥ 2000.

(31)

dampak yang tinggi apabila memiliki skor µ ≥ 24, sedang apabila memiliki skor

16 ≤ µ < 24 dan rendah apabila memiki skor µ < 16.

c. Kebijalan CSR diukur dari bagaimana dampak dari kebijakan yang diambil dinilai dengan apakah CSR mementingkan kepentingan masyarakat, memberi hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme sehingga terciptanya hubungan yang harmonis diantara keduanya, dan tindakan yang diambil dapat meredam bahkan menghindari konflik sosial. Penelitian ini menggunakan skala ordinal dan dikelompokan dalam 4 kategori yaitu sangat setuju (SS) dengan skor 4; setuju (S) dengan skor 3; tidak setuju (TS) dengan skor 2; sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1. Kemudian responden digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu responden yang menilai kebijakan yang tinggi apabila memiliki skor µ ≥ 41, sedang apabila memiliki nilai 27 ≤ µ < 41 dan rendah apabila memiliki nilai µ < 27.

3. Efektivitas komunikasi adalah komunikasi yang berusaha memilih cara yang tepat agar gambaran dalam benak dan isi kesadaran dari komunikator dapat dimengerti. Peubah dalam efektivitas komunikasi yang diukur adalah hubungan yang makin baik dan tindakan. Adapun objek efektivitas komunikasi yang dikaji dalam penelitian ini adalah:

a. Pemahaman diukur berdasarkan penerimaan yang cermat atas informasi yang diperoleh responden terhadap profil perusahaan, produk yang dihasilkan perusahaan, dampak poses industri, program CSR, dan informasi yang disampaikan CSR. Penelitian ini menggunakan skala ordinal dan dikelompokan dalam 4 kategori yaitu sangat setuju (SS) dengan skor 4; setuju (S) dengan skor 3; tidak setuju (TS) dengan skor 2; sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1. Kemudian responden digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu pemahaman tinggi apabila memiliki skor µ ≥ 21, sedang apabila memiki nilai 11 ≤ µ < 21 dan rendah apabila memiki nilai µ < 11.

b. Hubungan yang semakin baik diukur berdasarkan intensive pertemuan dengan CSR, hubungan suasana psikologis dan penuh kepercayaan kepada CSR. Bila hubungan manusia dibayang-bayangi oleh kepercayaan, maka pesan yang disampaikan oleh komunikator yang paling kompeten pun bisa saja berubah makna atau didiskreditkan. Penelitian ini menggunakan skala ordinal dan dikelompokan dalam 4 kategori yaitu sangat setuju (SS) dengan skor 4; setuju (S) dengan skor 3; tidak setuju (TS) dengan skor 2; sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1. Kemudian responden digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu responden yang memiliki hubungan semakin baik yang tinggi apabila memiki nilai µ ≥ 16, sedang apabila memiki nilai 10 ≤ µ < 16 dan rendah apabila memiliki nilai µ < 10.

4.Reputasi Perusahaan. Reputasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perbuatan dan sebagainya sebagai sebab mendapat nama baik. Adapun obyek reputasi perusahaan yang dikaji dalam penelitian ini adalah ;

(32)

setuju (S) dengan skor 3; tidak setuju (TS) dengan skor 2; sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1. Kemudian responden digolongkan menjadi tiga kategori, partisipasi yang tinggi apabila memiki nilai µ ≥ 17, sedang apabila memiki nilai

9 ≤ µ < 17 dan rendah apabila memiki nilai µ < 9.

b. Dukungan dalam penelitian ini adalah diukur dengan dukungan masyarakat terhadap mobilitas perusahaan, tidak pernah berkonflik / aksi(demo) terhadap perusahaan atau semua aktivitas perusahaan baik aktivitas produksi dan non produksi. Penelitian ini menggunakan skala ordinal dan dikelompokan dalam 4 kategori yaitu sangat setuju (SS) dengan skor 4; setuju (S) dengan skor 3; tidak setuju (TS) dengan skor 2; sangat tidak setuju (STS) dengan skor 1. Kemudian responden digolongkan menjadi tiga kategori, yaitu responden yang memiliki dukungan yang tinggi apabila emmiki nilai µ ≥ 18, sedang apabila memiki nilai

12 ≤ µ < 18 dan rendah apabila memiki nilai µ < 12.

Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji Validitas Instrumen dilakukan dengan menggunakan software SPSS. Dalam proses ini menggunakan uji koefisien korelasi produk moment Pearson. Untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidak dapat dilihat dari nilai signifikansi dan seberapa kuat hubungan tersebut dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi atau r.

Uji Reliabilitas menggunakan uji koefisien Alpha Cronbach. Reliabilitas item dapat diuji dengan melihat koefisien Alpha dengan melakukan Reliability Analysis dengan software SPSS. Nilai koefisien Alpha-Cronbach untuk reliabilitas keseluruhan item dalam satu peubah didapat dengan rumus berikut:

Keterangan:

= Koefisien reliabilitas Alpha Cronbach K = Jumlah item pertanyaan yang diuji

= Jumlah varian skor item = Varian skor-skor test

Pada penelitian ini uji reliabilitas dilakukan di Desa Cibunian, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, lokasi tersebut dipilih karena responden memiliki kriteria yang sama dengan lokasi penelitian. Uji validitas dan reliabilitas dilakukan kepada 10 stakeholder menggunakan pertanyaan yang bersifat perseptual saja. Hasil uji coba instrumen menunjukan bahwa kuisioner yang disusun tergolong kategori valid karena koefisien product moment Pearson berkisar dari 0.604 sampai 0.689 lebih besar dari nilai r-tabel = 0.602. Artinya kuisioner ini dapat digunakan dalam penelitian ini akan menghasilkan jawaban yang valid. Untuk menentukan reliabilitas atau tidaknya suatu instrumen telah

(33)

Tabel 2 Hasil uji kuesioner koefisien Alpha Cronbach’s

Peubah Cronbach’s Alpha Keterangan

Faktor Eksternal 0.714 Reliabel

Dampak Atifitas Perusahaan 0.525 Reliabel

Kebijakan CSR 0.676 Reliabel

Efektivitas komunikasi 0.643 Reliabel

Pemahaman 0.707 Reliabel

Hubungan yang Semain Baik 0.559 Reliabel

Reputasi Perusahaan 0.676 Reliabel

Dukungan 0.738 Reliabel

Partisipasi 0.620 Reliabel

Secara keseluruhan kuisioner menghasilkan nilai alpha Cronbach sebesar 0.629 sehingga dapat di katan bahwa kuisioner reliabel sebesar 0.629. Untuk uji reliabel perinstrumen dapat dilihat pada Tabel 1 bahwa peubah faktor eksternal menghasilkan alpha Cronbach sebesar 0.714, efektivitas komunikasi menghasilkan nilai alpha cronbach sebesar 0.643 dan reputasi perusahaan menghasilkan nilai alpha cronbach sebesar 0.676. Maka, kesimpulan yang didapat dari uji reliabel pada Tabel 1 ialah memenuhi syarat sebagai instrumen yang reliabel karena memenuhi syarat di atas 0.5.

Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif yang diperoleh dari responden dan informan. Teknik pengambilan data wawancara mendalam merupakan teknik pengambilan data dengan melakukan interaksi dua arah. Melakukan wawancara mendalam dimaksud adanya temu muka antara peneliti dan responden. Wawancara mendalam dilakukan dengan informan PT Krakatau Posco dengan teknik snowball dimana wawancara berhenti setelah data mencapai titik jenuh atau jawaban dari informan homogen.

Wawancara yang digunakan untuk pengambilan data dari responden menggunakan kuisioner. Responden yang dipilih untuk penelitian ini adalah stakeholders atau masyarakat sekitar perusahaan. Responden ditentukan dengan penarikan sampel yang berjumlah 40 stakeholders. Wawancara yang digunakan untuk pengambilan data dari informan menggunakan panduan wawancara mendalam. Informan yang dipilih untuk penelitian ini adalah CSR, staff General Affair, dan leader perusahaan PT. Krakatau Posco.

Data sekunder yang dikumpulkan merupakan dokumen-dokumen dan pustaka yang berasal dari berbagai sumber yang berhubungan dengan tujuan penelitian. Sumber-sumber tersebut antara lain dokumen kelurahan dan dokumen perusahaan.

Pengolahan dan Analisis Data

(34)

Selanjutnya dilakukan dengan pengujian rank-Spearman dengan menggunakan program SPSS for Windows versi 21.0. Pengujian rank-Spearman digunakan untuk mengukur korelasi antara dua peubah yang memiliki tingkat pengukuran ordinal-ordinal.

Data kualitatif dianalisis melalui tiga tahap yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Menurut Sugiono (2009) mendefinisikan tahap-tahap analisis data kualitatif sebagai berikut:

a. Reduksi data, yaitu merangkum, memilih, dan memfokuskan pada hal-hal penting. Reduksi data, dalam penelitian ini misalnya wawancara tentang strategi komunikasi yang efektif dilakukan perusahaan dan reputasi yang diterima skateholders sekitar.

b. Penyajian data, yaitu menyajikan data dalam suatu bentuk uraian singkat. Penyajian data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah teks yang bersifat naratif dan kutipan-kutipan langsung dari beberapa pertanyaan responden. c. Penarikan kesimpulan meruapakan menghasilkan temuan baru atas objek

(35)

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Gambaran Umum Kelurahan Kubangsari

Gambaran umum Kelurahan Kubangsari mencangkup letak geografis, kondisi kependudukan, tingkat pendidikan penduduk, mata pencarian penduduk dan ketersediaan fasilitas umum di Kelurahan Kubangsari.

Kondisi Geografis

Kelurahan Kubangsari merupakan salah satu kelurahan yang berada di wilayah Kecamatan Ciwandan, Kota Cilegon, Provinsi Banten. Secara geografis, total luas wilayah Kelurahan Kubangsari sebesar 342 Ha, yang terdiri dari tanah sawah tadah hujan sebesar 62.00 Ha, tanah kering sebesar 40.00 Ha, pemukiman penduduk sebesar 62.00 Ha serta wilayah industry sebanyak 178.00 Ha. Batas wilayah Kelurahan Kubangsari sebagai berikut. Sebelah utara berbatasan dengan selat sunda, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Banjarnegara, sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tegal Ratu dan Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Semangraya. Adapun jarak kantor Kelurahan Kubangsari ke Ibukota Kecamatan adalah 2 Km, jarak ke kabupaten/kota madya adaalah 8 Km, dan jarak ke Ibu kota Provinsi adalah 29 Km.

Kondisi Kependudukan Kelurahan Kubangsari

Jumlah penduduk di Kelurahan Kubangsari pada bulan Mei 2016 yaitu 3663 jiwa, yang terdiri dari 1867 jiwa laki-laki dan 1796 jiwa perempuan. Penduduk di Kelurahan Kubangsari mayoritas beragama Islam.

Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Kubangsari berdasarkan kelompok umur, Tahun 2016

(36)

Tingkat Pendidikan Penduduk

Penduduk di Kelurahan Kubangsari sebagian besar memiliki pendidikan yang tidak terlalu tinggi, yaitu sebagian besar merupakan lulusan Sekolah Dasar (SD). Hal ini didukung dengan adanya fasilitas gedung TK/TPA/PAUD sebanyak empat buah, SD sebanyak dua buah. Selain itu, fasilitas gedung sekolah tingkat pertama yaitu SMP terdapat tiga buah dan gedung sekolah menengah atas SMA terdapat tiga buah.

Tabel 4 Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Kubangsari berdasarkan tingkat pendidikan, Tahun 2016

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Presentase (%)

PAUD 82 2.3

SD 1103 31.9

SLTP 1006 29.1

SLTA 1035 29.9

Diploma 236 6.8

Total 3462 100

Sumber : Laporan Umum Kelurahan Kubangsari Kota Cilegon Provinsi Banten Mei 2016

Mata Pencarian Penduduk

Mata pencarian penduduk di Kelurahan Kubangsari, seperti petani, buruh, PNS, pensiunan, nelayan, peternak, dagang, TNI/POLRI, dan lain-lain. Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa sebagian besar penduduk bekerja sebagai buruh.

Tabel 5 Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Kubangsari berdasarkan tingkat pekerjaan, Tahun 2016

Mata Pencarian Jumlah (orang) Presentase (%)

Petani 67 4.2

Buruh 790 50.2

PNS 75 4.7

TNI, POLRI, dll 75 4.7

Pensiuanan 6 0.3

Nelayan 7 0.4

Peternak 5 0.3

Dagang 546 34.7

Total 1571 100

Sumber : Laporan Umum Kelurahan Kubangsari Kota Cilegon Provinsi Banten Mei 2016

Ketersediaan Fasilitas Umum

(37)

lapangan bola, Dibidang keagamaan terdapat empat buah Masjid, 13 buah Mushala dan satu buah pondok pesantren, sedangkan dibidang kesehatan terdapat dua poliklinik, satu pustu, enam posyandu, dua bidang praktek, dan satu dokter praktek.

Gambaran Umum PT Krakatau Posco

PT Krakatau Posco adalah perusahaan patungan antara PT Krakatau Steel dan Posco Korea. Kontruksi pembangunan dimulai pada tahun 2011 dan selesai dalam waktu 36 bulan menjadikan Krakatau Posco sebagai pabrik baja terpadu yang memiliki teknologi Blast Furnace pertama di Indonesia. Produksi komersial telah dimulai pada awal 2014, siap melayani pasar baja Indonesia dan menjadi perusahaan baja handal paling kompetitif di pasar baja regional.

Sejarah PT Krakatau Posco dimulai sejak 2 Desember 2009 dimana tandatangan MOA oleh PT Krakatau Steel dan Posco Korea, pada tanggal 4 Agustus 2010 dilaksanakan penandatanganan JVA Krakatau Steel dan Posco Korea, tanggal 8 Februari 2012 pengiriman pertama struktur baja, tanggal 29 Februari 2012 Presiden RI mengunjungi Krakatau Posco dan pada tanggal 22 Januari 2014 dilakukan pengiriman pertama plat komersil.

Visi PT Krakatau Posco adalah “Menjadi Perusahaan Baja Terpadu yang Paling Kompetitif untuk Mempersembahkan Kebanggaan bagi Indonesia.”

Adapun misi perusahaan adalah “Berkontribusi untuk Perekonomian Indonesia melalui Sinergi dalam Menyediakan Produk Baja yang Kompetitif.” Untuk mencapai visi dan misi tersebut, PT Krakatau Posco memiliki nilai-nilai inti yaitu Improvement (Perbaikan), Execution (Eksekusi), dan Grow Together (Tumbuh Bersama).

PT Krakatau Posco secara struktural, dipimpin oleh seorang Presiden Direktur yang dibantu oleh Unit Teknik dan industri dan audit office yang kemudian spesialisasi kerjanya terbagi menjadi lima divisi, yaitu divisi produksi, divisi pengembangan bisnis dan teknologi, divisi keuangan, divisi sumberdaya manusia dan pekerjaan umum dan divisi komersial. Setiap divisi dipimpin oleh seorang General Manager. Lampiran 8 menyajikan posisi dalam struktur organisasi PT Krakatau Posco (terdapat pada lampiran). Di dalam lampiran dijelaskan bahwa divisi produksi menangani pekerjaan dibidang teknologi produksi, pembuatan baja, pembuatan besi, pembuatan plate rolling baja, fasilitas technology, pengelolaan energi dan maintance.

Divisi pengembangan bisnis dan teknologi menangani spesialisasi pekerjaan dalam bidang pengembangan bisnis, pengembangan teknologi, kualitas pengembangan teknologi, dan lingkungan. Divisi keunagan menangani spesialiasi pekerjaan dalam hal rencana managemen dan managemen finansial. Divisi komersial menangani spesialisasi pekerjaan dalam bidang komersil, penjualan domestik dan export, fasilitas dan material produksi.

(38)

General Affair Departement merupakan bagian yang mengelola khusus mengenai program CSR perusahaan. Corporate Social Responsibilty (CSR) merupakan bentuk nyata kepedulian perusahaan terhadap lingkungan dan masyarakat sekitar. Program CSR perusahaan tidak hanya berperan dalam upaya memberdayakan masyarakat, namun memunculkan inovasi berdasarkan budaya dan kekayaan lokal. PT Krakatau Posco (PT KP) telah berkomitmen untuk melaksanakan berbagai program CSR secara berkelanjutan, baik di bidang pendidikan, sosial keagamaan, lingkungan, maupun kesehatan. Program CSR PT Krakatau Posco tahun 2016 dibagi dalam 3 bidang yaitu edukasi dengan aktivitas yaitu kelas inspirasi, bidang kesehatan dengan aktivitas yaitu donor darah, penyuluhan kesehatan dan konseling, pemberian makanan bergizi, dibidang lingkungan dengan aktivitas yaitu penanaman pohon, kerja bakti, perkebunan, dan dibidang sosial dengan aktivitas yaitu acara untuk anak yatim, zakat fitrah, hewan qurban serta dibidang kewirausahaan dengan aktivitas pemberian pelatihan atau pendanaan bagi Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Implementasi program CSR PT Krakatau Posco berjalan dengan baik, terdapat maping area relasi stakeholder, program CSR dibagi dalam lima bidang yaitu education, health, environtment, social communitu, dan enterpreneurship.

Dari kelima bidang tersebut diimplementasikan bersama dengan tiga pihak yaitu CSR dan pegawai divisi General Affair PT Krakatau Posco itu sendiri, pegawai dari partisipasi masyarakat, dan voluntir karyawan perusahaan yang diatur berdasarkan jam yang setiap tahunnya terus meningkat sejak tahun 2013.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini mengenai imlementasi program CSR:

Gambar 3 Impelementasi program CSR

Sumber : Dokumentasi CSR PT Krakatau Posco Implementasi CSR CSR & Karyawan PT KP

(39)

HUBUNGAN FAKTOR INTERNAL DAN FAKTOR

presentase responden berdasarkan faktor internal.

Tabel 6 Jumlah dan persentase responden berdasarkan usia dan tingkat pendidikan, Tahun 2016

Faktor Internal Jumlah (orang) Presentase (%) Usia

Kategori usia yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan penggolongan usia menurut Havighurst (1950) dalam Mugniesyah (2006). Havighurst mengkategorikan usia dewasa ke dalam tiga fase, yaitu kategori masa muda awal (20-30 tahun), kategori pertengahan (30-50 tahun), dan kategori tua (>50 tahun). Berdasarkan Tabel 6, sebesar 12,5 persen responden tergolong dalam usia 20-30 tahun. Responden yang memiliki usia 31-50 tahun sebesaar 52,5 persen. Sedangkan responden dengan usia >50 tahun hanya 35 persen. Hal ini menunjukan bahwa pada usia 31-50 tahun termasuk dalam kategori usia produktif, dimana responden aktif dalam kegiatan Kelurahan Kubangsari dan menjadi bagian stakeholders Kelurahan Kubangsari. Responden pada usia tersebut lebih terbuka dalam memberikan pendapatnya karena telah memperoleh pengalaman yang banyak. Hal ini terlihat dari ketersediaan responden yang berusia 30-50 tahun dalam mengisi kuesioner saat penelitian dilakukan.

Tingkat Pendidikan

(40)

pendidikan Skolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi adalah stakeholders dengan tingkat pendapatan yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan Tokoh Masyarakat yang tingkat pendapatannya jauh di atas rata-rata stakeholders lain dapat dilihat dari tempat tinggal dan kendaraan pribadi serta dengan pekerjaan rata-rata adalah pengusaha, yaitu mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Atas dan Perguruan Tinggi.

Faktor Eksternal

Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah faktor yang ada di luar diri responden. Faktor eksternal yang dikaji dalam penelitian ini terdiri dari jarak perusahaan, dampak aktivitas dan kebijakan CSR. Tabel 7 menyajikan data mengenai jumlah dan presentase responden berdasarkan faktor eksternal.

Tabel 7 Jumlah dan persentase responden berdasarkan jarak perusahaan, dampak aktivitas dan kebijakan CSR, Tahun 2016

Faktor Eksternal Jumlah (orang) Presentase (%) Jarak Perusahaan

Rendah (< 16 selang rata-rata) Sedang (≤16 - < 24 selang rata-rata)

Rendah (< 27 selang rata-rata) Sedang (≤ 27 - < 41 selang rata-rata)

Jarak perusahaan, dilihat berdasarkan jarak tempat tinggal responden dengan proses produksi atau kawasan industri PT Krakatau Posco. Aktivitas perusahaan yaitu proses penambangan diukur berdasarkan jarak aman proses industri. Jarak terdekat antara rumah responden dengan kawasan industri adalah sejauh 200 meter, dan terjauh yaitu 4000 meter. Dengan demikian maka diperoleh hasil dengan menggunakan rata-rata dan standar deviasi bahwa kategori jarak perusahaan yang dekat adalah kurang dari 1000 m, kategori sedang dengan jarak 1000 m sampai 2000 m dan jauh yaitu lebih dari 2000 m. Berdasarkan Tabel 7 sebagian besar (45 persen) jarak tempat tinggalnya masuk dalam kategori dekat, (25 persen) untuk kategori responden yang tempat tinggalnya sedang dan (30 persen) masuk dalam kategori jauh. Semakin dekat jarak peusaan maka semakin terasa dampak aktivitas perusahaan, dan semakin tinggi intensitas komunikasi dengan perusahaan. Hal tersebut didukung dengan pernyatan dua responden:

(41)

penelitian tentang debu secara ilmiah oleh pihak perusahaan namun hasilnya mengatakan bukan karena perusahaan, saya beberapa kali mengikuti program CSR dan bekerjasama dengan perusahaan untuk issue lingkungan..” (MS, 50 Tahun, Tokoh Masyrakat)

“..Rumah saya tidak dekat (4000 m) jadi saya belum pernah berkomunikasi dengan CSR di lingkungan rumah, informasi-informasi saya dapat juga karena saya bekerja disini..” (MI, 20 Tahun, Pegawai Pemerintahan)

Dampak Aktivitas Perusahaan

Kehadiran suatu perusahaan ditengah-tengah masyarakat akan memberikan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif maupun dampak negatif yang akan dirasakan oleh maysrakat terutama pada dampak lingkungan. Dampak perubahan lingkungan yang timbul ini akan dirasakan berbeda oleh setiap individunya. Melihat hal tersebut maka peneliti, mengajukan berbagai pertanyaan kepada masyarakat yang menjadi responden dalam penelitian ini mengenai dampak yang timbul akibat kehadiran perusahaan beserta aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan. Berdasarkan Penelitian maka dampak yang dirasakan baik dampak positif maupun dampak negatif oleh masyarakat terhadap aktivitas perusahaan termasuk dalam kategori sedang (65 persen) dan tinggi serta rendah sebesar (17.5 persen).

Dari penelitian didapatkan hasil bahwa rumah yang berdampak dekat, sedang merasakan dampak fisik perubahan lingkungan berupa terdapatnya debu pabrik dan getaran. Hal tersebut didukung dengan pernyatan salah satu responden, dan informan:

“..setiap malamkan produksi pabrik, kadang jendela rumah bergetar dan setiap paginya istri saya harus menyapu debu

seperti prilik di halaman rumah..” (M, 58 Tahun, Tokoh Masyrakat)

“..sudah diuji ilmiah nahwa perusahaan aman akan dampak lingkungan, hal tersebut juga sudah dikomunikan langsung dengan masyarakat, adapun program kami yang siap mennaggulanginya dalam program CSR bidang Health..” (NS, 50 Tahun, Ketua CSR)

KebijakanCSR

(42)

tinggi (17.5 persen). Kebiajkan yang dilakukan CSR sangat berpengruh pada sikap masyaraat, walaupun fakta di dalam penelitian didapat hasil kurangnya kebijakan CSR dirasakan dalam masyarakat, hal ini disebabkan oleh kurangnya jumlah CSR dan luasnya daerah program CSR, karena diluar Kelurahan Kubangsari terdapat Kelurahan lainnya yang mendapat program CSR. Hal tersebut didukung dengan pernyatan salah satu informan:

“..karena program CSR berlangsung dalam dua Kecamatan, yaitu Kcamatan Citangil dan Kecamatan Ciwandandan dan terdiri dari beberapa Kelurahan jadi setiap daerah menimbulkan reaksi mix dan belum semua lapisan masyarakat dapat kami pegang untuk berkomunikasi..” (GA, 37 Tahun, CSR PT Krakatau Posco)

Efektivitas Komunikasi

Komunikasi dikatakan efektif bila orang berhasil menyampaikan apa yang dimaksudkannya. Hal yang dijadikan ukuran dalam komunikasi efektif yaitu pemahaman dan hubungan yang semakin baik (Tubbs dan Moss 1996). Efektivitas Komunikasi dalam penelitian ini diukur berdasarkan pemahaman responden terhadap informasi mengenai perusahaan dan CSR serta terciptanya hubungan yang semakin baik antara masyaraka dengan perusahaan. Efektivitas Komunikasi yang dikaji dalam penelitian ini terdiri Pemahamn dan Hubungan Baik. Tabel 8 menyajikan data mengenai jumlah dan presentase responden berdasarkan Efektivitas Komunikasi.

Tabel 8 Jumlah dan presentase responden berdasarkan pemahaman dan hubungan baik, Tahun 2016

Efektivitas Komunikasi Jumlah (orang) Presentase (%) Pemahaman

Rendah (< 11 selang rata-rata) Sedang (≤ 11 - < 21 selang rata-rata)

Rendah (< 10 selang rata-rata) Sedang (≤10 - < 16 selang rata-rata)

Gambar

Gambar 1 Model reputasi perusahaan Wcost Alessandri, Tahun 2001
Gambar 2 Kerangka pemikiran hubungan efektivitas komunikasi CSR dalam
Tabel 1 Responden penelitian
Tabel 3 Jumlah dan persentase penduduk Kelurahan Kubangsari berdasarkan
+4

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian bertujuan mengetahui kemampuan delapan isolat bakteri dari limbah kulit udang asal Palembang dalam memproduksi enzim kitinolitik, serta menentukan suhu dan pH

Pandangan paling sederhana proses eksekusi program adalah dengan mengambil pengolahan instruksi yang terdiri dari dua langkah, yaitu : operasi pembacaan instruksi (fetch) dan

Selain permasalahan yang dihadapi tersebut, perawat di RSI Purwokerto juga dihadapkan pada proses kerja yang membosankan dan sikap pasien yang emosional, permasalahan yang

Salah satu penyebab kecemasan yang dialami oleh ibu adalah kurangnya pengetahuan ibu tentang proses persalinan, nifas, dan perawatan bayi baru lahir ( World

Bakteri mikroaerob yaitu bakteri yang dapat tumbuh baik dengan adanya sedikit oksigen tetapi dalam konsenterasi yang

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkah dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan hukum/skripsi ini dengan judul: Pertanggungjawaban

Secara keseluruhan kadar total PAH dalam sedimen di perairan Pakis Jaya relatif masih rendah, namun demikian pencegahan terhadap pencemaran PAH harus tetap dilakukan,

Dari skema di atas dapat dipahami bahwa dalam penelitian yang dilakukan penulis adalah menganalisis aturan yang ada dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009