commit to user
TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI VARIETAS CIHERANG
DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG
SKRIPSI
Disusun Oleh : ENDANG SUYATI
H0406029
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
i
TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI VARIETAS CIHERANG
DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian
di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jurusan/ Program Studi Penyuluhan Dan Komunikasi Pertanian
Disusun Oleh : Endang Suyati
H0406029
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI VARIETAS CIHERANG
DI KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG
yang dipersiapkan dan disusun oleh Endang Suyati
H0406029
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal : 2011
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Tim Penguji Ketua
Tanda tangan
Ir. Marcelinus Molo, MS, Ph.D NIP. 19490320 197610 1 001
Anggota I Tanda tangan
Emi Widiyanti, SP, MSi NIP.19780325 200112 2 001
Anggota II Tanda tangan
Dr. Ir. Eny Lestari, MSi NIP. 19601226 19860 2 001
Surakarta, Mengetahui
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Tanda tangan
commit to user
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus
yang telah memberikan berkat-Nya sehingga penulis diberikan kesempatan untuk
menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Tingkat Efektivitas
Komunikasi Dalam Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Varietas Ciherang Di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang”. Tidak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Suntoro, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. Ir Kusnandar, MSi selaku Ketua Jurusan Penyuluhan dan Komunikasi
Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta dan Dwiningtyas
Padmaningrum, SP, MSi selaku Ketua Komisi Sarjana Jurusan/Program Studi
Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Ir. Marcelinus Molo, MS, Ph.D selaku pembimbing utama penulisan skripsi
dan Emi Widiyanti, SP, MSi selaku pembimbing akademik dan pembimbing
pendamping penulisan skripsi serta Dr. Ir. Eny Lestari, MSi selaku dosen
penguji tamu.
4. Seluruh karyawan Fakultas dan Jurusan/Program Studi Penyuluhan &
Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta
atas kemudahan dalam menyelesaikan administrasi penulisan skripsi.
5. Kepala Bappeda Kabupaten Rembang, Kesbangpolinmas Kabupaten
Rembang, Kepala Kecamatan Rembang yang telah mempermudah perijinan
pengumpulan data dan segenap Penyuluh Pertanian Lapang di Kecamatan
Rembang, serta anggota Kelompok Sido Subur, Tani Rejo II, Teko mulyo,
Ngudi Luhur, Sidodadi, Usaha Makmur, dan Sri Budi karya II di Kecamatan
Rembang.
6. Kedua orang tua penulis, Bapak Sumadi dan Ibu Maspuah atas segala doa, dan
commit to user
iv
tercinta : Mbak Neni, Mas Udin, Dian N, Herning P, Utari R atas bantuannya
selama penulis menyelesaikan perkuliahan di Universitas Sebelas Maret.
7. Teman-teman jurusan Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian semua angkatan
sebagai keluarga besarku.
8. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan secara keseluruhan, yang telah
membantu kelancaran penulisan skripsi ini.
Pada akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini menambah wawasan
dan bermanfaat bagi pihak-pihak yang memerlukannya.
Surakarta, 2011
commit to user
v DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
RINGKASAN ... x
SUMMARY ... xi
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Kegunaan Penelitian ... 5
II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... 6
B. Kerangka Berfikir ... 30
C. Hipotesis... 30
D. Definisi Operasional ... 31
E. Pembatasan Masalah ... 33
F. Pengukuran Variabel (terlampir) ... 33
III.METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian ... 34
B. Metode Penentuan Lokasi ... 34
C. Metode Penentuan Populasi dan Sampel ... 35
D. Jenis dan Sumber Data ... 36
E. Metode Pengumpulan Data ... 37
F. Metode Analisis Data ... 38
commit to user
vi
B. Keadaan Penduduk ... 41
C. Keadaan Pertanian ... 45
D. Keadaan Perekonomian ... 46
E. Gambaran Umum Kelompok Tani Pelaksana PTT ... 47
V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Identitas Responden ... 50
B. Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Dan Tingkat Efektivitas Komunikasi ... 52
C. Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Dengan Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan PTT Padi Varietas Ciherang ... 68
VI.KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 80
B. Saran ... 82
commit to user
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Lokasi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Non Hibrida di
Kabupaten Rembang... 35
Tabel 2 Petani Sampel di Kecamatan Kabupaten Rembang... 36
Tabel 3 Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan... 37
Tabel 4 Luas Kecamatan Rembang Menurut Penggunaan Lahan... 41
Tabel 5 Keadaan Penduduk Menurut Umur di Kecamatan Rembang... 42
Tabel 6 Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Kecamatan Rembang... 43
Tabel 7 Keadaan Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Rembang... 44
Tabel 8 Keadaan Penduduk Menurut Pendidikan di Kecamatan Rembang... 45
Tabel 9 Keadaan Produksi Tanaman Pangan di Kecamatan Rembang... 46
Tabel 10 Sarana Ekonomi di Kecamatan Rembang tahun 2008... 47
Tabel 11 Calon Pelaksana/ Calon Lokasi Kegiatan PTT tahun 2009 di Kecamatan Rembang... 48
Tabel 12 Distribusi Responden Berdasarkan Identitas Responden Tahun 2008... 50
Tabel 13 Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan PTT Padi Varietas Ciherang Berdasarkan Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi... 53
commit to user
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Kerangka berpikir hubungan antar variabel-variabel
LEVEL OF EFFECTIVENESS OF COMMUNICATION IN INTEGRATED CROP MANAGEMENT RICE VARIETIES
CIHERANG IN SUBDISTRICT REMBANG REGENCY REMBANG
Endang Suyati1
Ir. Marcelinus Molo, MS., PhD2
Emi Widiyanti, SP, MSi3
ABSTRACT
Commodity food crops have a fundamental role as a fulfillment of basic needs, food and domestic industries of each year tend to increase along with population and development food and feed industries. new technological innovation become the mainstay in improving productivity. Technological innovation is implemented with the approach of Integrated Crop Management (ICM), which proved able to improve farm productivity and efficiency. In Subdistrict Rembang implement PTT as innovations increased productivity of rice crop.
This study aims to examine the factors that influence the effectiveness of communication, and levels of communication effectiveness and analyze the relationship between factors that influence the effectiveness of communication with the level of communication effectiveness preformance PTT activity rice varieties Ciherang adopted by farmers in Subdistrict Rembang Regency Rembang. The basic method used in this research is descriptive method. Location of the study determined intentionally (purpossive). Sampling method by simple random sampling with sample size of 42 respondents. Methods of data analysis used compre means Test. To determine the relationship the relationship between factors that influence the effectiveness of communication with the level of communication effectiveness preformance PTT activity rice varieties Ciherang used Spearman rank correlation test (rs) using the computer program SPSS 16.0 for windows.
The research shows that most Confidence level the farmers as a communicant associated significantly with the level of effectiveness of communication with correlation coefficient value (0.455). Significant element of the message associated with the level of effectiveness of communication with correlation coefficient value (0.450). The element of messages not related significantly to the level of effectiveness of communication with correlation coefficient (-0.003). Party PPL as a source not associated significantly with the level of effectiveness of communication with correlation coefficient value (0.129).
Key words: Effectiveness, Integrated Crop Management,
1. Student of Study Program Agricultural Communication and Extention UNS Surakarta with NIM H 0406029
2. Major Guidance with NIP 19490320 197611 001
TINGKAT EFEKTIVITAS KOMUNIKASI DALAM KEGIATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU PADI VARIETAS CIHERANG DI KECAMATAN REMBANG
KABUPATEN REMBANG
Endang Suyatii1
Ir. Marcelinus Molo, MS., PhD2
Emi Widiyanti, SP, MSi3
ABSTRAK
Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh kebutuhan pokok, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan dan pakan. inovasi teknologi baru dijadikan andalan dalam meningkatkan produktivitas. Inovasi teknologi tersebut diimplementasikan dengan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani. Di Kecamatan Rembang menerapkan PTT sebagai inovasi peningkatan produktifitas tanaman padi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi, dan tingkat efektivitas komunikasi dan mengkaji hubungan antara faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan tingkat efektivitas komunikasi dalm kegiatan PTT padi varietas Ciherang yang diterapkan oleh petani di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purpossive). Metode pengambilan sampel secara simple random sampling dengan sampel sebanyak 42 responden. Metode analisis data yang digunakan Uji Compare Means. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan hubungan antara faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan tingkat efektivitas komunikasi dalm kegiatan PTT padi varietas Ciherang digunakan uji korelasi Rank Spearman (rs) pada taraf kepercayaan 95% dengan menggunakan program komputer SPSS 16,0 for windows.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pihak petani sebagai komunikan berhubungan signifikan dengan tingkat efektivitas komunikasi dengan nilai koefisien korelasi (0,455). unsur pesan berhubungan signifikan dengan tingkat efektivitas komunikasi dengan nilai koefisien korelasi (0,450). Unsur pesan tidak berhubungan signifikan dengan tingkat efektivitas komunikasi dengan nilai koefisien korelasi (-0,003). Pihak PPL sebagai sumber tidak berhubungan signifikan dengan tingkat efektivitas komunikasi dengan nilai koefisien korelasi (0,129).
Kata kunci: efektivitas, Pengelolaan Tanaman Terpadu.
1. Mahasiswa Jurusan/Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta dengan NIM H 0406029
2. Pembimbing Utama dengan NIP 19490320 197611 001
commit to user
II. LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi
Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal
dari bahasa latin communis yang berarti sama. Communico, communicatio
atau communicare yang berarti membuat sama (to make common). Istilah
pertama (communis) adalah istilah yang paling sering disebut sebagai asal
usul kata komunikasi, yang merupakan akar kata-kata Latin lainnya yang
mirip. Komunikasi menyarankan bahwa suatu pikiran, suatu makna atau
pesan dianut secara sama (Mulyana, 2005).
Book dalam Cangara (2009) menyatakan bahwa, komunikasi
adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang
mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesame
manusia, (2) melalui pertukaran informasi, (3) untuk menguatkan siakap
dan tingkah laku orang lain, serta (4) berusaha mengubah sikap dan
tingkah laku itu.
Cooley dalam Effendy (1986), mendifinisikan komunikasi sebagai
mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antara manusia dan
mengembangkan semua lambing, pikiran bersam-sama dengan sasaran
untuk menyiarkan dalam ruang dan merekam dalam waktu. Sedangkan
Harold D. Laswell menyatakan bahwa cara yang tepat untuk menerapkan
komunikasi ialah menjawab pertanyaan-pertanyaan : siapa (who), melalui
saluran apa (in which channel), kepada siapa (to whom), dengan efek yang
bagaimana (with what effect).
Schramm (1977) bahwa proses komunikasi mempunyai arti proses
penggunaan pesan oleh dua orang atau lebih, dimana semua pihak saling
berganti peran sebagai pengirim dan penerima pesa sampai ada saling
pemahaman atau pesan yang disampaikan oleh semua pihak. Hovland
dalam Effendy (2003), komunikasi sebagai proses dimana seseorang
(komunikator) menyampaikan perangsang-perangsang (biasanya
commit to user
lambang dalam bentuk kata-kata) untuk merubah tingkah laku orang lain
(komunikan). Sastropoetra dalam Pratikto (1987), mendifinisikan
komunikasi merupakan suatu pernyataan antar manusia yang bersifat
umum yang menggunakan lambing-lambang (bahasa, isyarat, tanda-tanda,
dan gambar). Sedangkan Turner (2008), menyatakan komunikasi adalah
proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol
untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan
mereka.
Scheidel dalam Mulyana (2005), menyatakan bahwa komunikasi
untuk menyatakan dan mendukung identitas diri, untuk membangun
kontak sosial dengan orang di sekitar kita, dan untuk mempengaruhi orang
lain agar merasa, berpikir, atau berprilaku sesuai dengan yang kita
inginkan. Menurut Effendy (2002), komunikasi adalah proses
penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahu atau merubah sikap, pendapat atau perilaku baik langsung
maupun tidak langsung melalui media. Dalam definisi tersebut tujuannya
untuk memberitahu atau merubah sikap (attitude), pendapat (opinion), atau
perilau (behaviour).
Dari berbagai teori yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa,
komunikasi adalah suatu proses penyampaian pesan dari pengirim kepada
sasarannya dengan menggunakan media tertentu sehingga pesan yang
disampaiakan dapat diterima sesuai dengan harapan pengirim (umpan
balik).
2. Unsur-Unsur Komunikasi
Berlo dalam Cangara (2009), membuat formula komunikasi yang
lebih sederhana. Formula itu dikenal dengan nama “SMCR”, yaitu: Source
(pengirim), Message (pesan), Channel (saluran-media), dan Receiver
(penerima).
a. Receiver (penerima)
Sasaran atau penerima merupakan pihak yang menjadi sasaran
commit to user
lebih dalam bentuk kelompok. Menurut Berlo dalam Mardikanto
(1987), penerima dalam menyerap pesan harus dilihat sebagai suatu
proses kegiatan yang aktif dengan memanfaatkan saluran-saluran
organic dan mekanik yang ada. Derajat pesan yang dapat diserap oleh
penerima dipengaruhi oleh banyak hal, antara lain ketrampilan
berkomunikasi, tingkat pengetahuan, sikap, dan posisi dalam sistem
sosial budaya. Rogers dalam Sutarto (1991) menyatakan bahwa Source
(sumber) adalah Pembuat sandi, pengirim warta, sumber komunikasi,
atau komunikator, yaitu pihak yang memiliki warta yang ingin
disampaikan kepada pihak lain. Menurut Soekartawi (1988),
komunikator adalah orang atau petugas yang tugasnya menyampaikan
pesan kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima dan
dilaksanakan oleh komunikan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Message (pesan)
Pesan merupakan suatau yang disampaikan pengirim kepada
penerima. Pesan dapat disampaikan dengan cara tatap muka atau
melalui media komunikasi. Sastropoetra dalam Pratikto (1987),
mendefinisikan pesan berupa gagasan, pendapat, dan sebagainya yang
sudah dituangkan dalam bentuk, dan melalui lambang komunikasi yang
diteruskan kepada orang lain atau komunikan. Menurut Soekartawi
(1988), pesan dalam komunikasi pertanian adalah semua informasi
yang terkait dengan bidang pertanian. Rogers dalam Sutarto (1991)
menyatakan bahwa Suatu peristiwa yang akan disampaikan oleh
pengirim warta kepada penerima warta.
c. Channel (saluran-media)
Menurut Cangara (2004), media adalah alat atau sarana yang
digunakan untuk menyampaikan pesan dari sumber kepada penerima.
Sedangkan menurut Effendy (2003), media merupakan saluran
komunikasi tempat berlangsungnya pesan dari komunikator kepada
komunikan. Pihak yang memperoleh warta dari pengirim warta.
commit to user
Komunikan adalah orang yang menerima pesan (Soekartawi, 1988).
Menurut Mardikanto (1982), saluran adalah suatu media atau alat
pembawa pesan, sebagai sarana penghubung antara komunikator selaku
sumber informasi dengan penerima informasi sebagai sasaran
komunikasi.
d. Source (pengirim)
Semua peristiwa komunikasi akan melibatkan sumber sebagai
pembuat atau pengirim informasi. Menurut Effendy (2003), ditinjau
dari komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif terdapat dua
faktor penting pada diri komunikator yaitu, pada daya tarik
komunikator dan kepercayaan komunikator. Rogers dalam Sutarto
(1991) menyatakan bahwa Alat untuk menyampaikan warta dari
sumber warta kepada penerima warta. Menurut Soekartawi (1988),
komunikator adalah orang atau petugas yang tugasnya menyampaikan
pesan kepada komunikan agar pesan tersebut dapat diterima dan
dilaksanakan oleh komunikan dalam kehidupan sehari-hari.sedangkan
menurut Rogers dalam Sutarto (1991) menyatakan bahwa, Source
(sumber) adalah Pembuat sandi, pengirim warta, sumber komunikasi,
atau komunikator, yaitu pihak yang memiliki warta yang ingin
disampaikan kepada pihak lain. Menurut Mardikanto (1982), saluran
adalah suatu media atau alat pembawa pesan, sebagai sarana
penghubung antara komunikator selaku sumber informasi dengan
penerima informasi sebagai sasaran komunikasi.
Dari berbagai teori yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa,
unsur-unsur komunikasi terdiri dari, source (pengirim), channel
commit to user 3. Tujuan Komunikasi
Komunikasi dapat mengubah prilaku yang dilakukan oleh orang
lain dapat dilakukan melalui 4 cara yaitu:
a. Secara persuasive atau dukungan, prilaku yang dilakukan dengan cara
menggugah perasaan sasaran secara bertahap sehingga dia mau
mengikuti apa yang dikendaki komunikator.
b. Secara pervasion atau pengulangan, penyampaian yang sama secara
berulang-ulang sampai sasaran mau mengikuti kehendak komunikator.
c. Secara compulsion, teknik pemaksaan tidak langsung dengan cara
menciptakan kondiai yang membuat sasaran harus melakukan atau
menuruti kehendak komunikator
d. Secara coercion, yaitu teknik pemaksaan secara langsung dengan
memberikan sanksi (hadiah atau hukuman) kepada mereka yang
menurut atau melanggar anjuran yang diberikan (Mardikanto, 1993).
Menurut Widjaja (1988), pada umumnya komunikasi mempunyai
beberapa tujuan, antara lain :
a. Supaya yang kita sampaikan itu dapat dimengerti sebagai komunikator
kita harus menjelaskan kepada komunikan dengan sebaik-baiknya dan
tuntas sehingga mereka dapat mengerti apa yang kita maksud.
b. Memahami orang lain, sebagai komunikator harus mengerti benar
aspirasi masyarakat tentang apa yang diinginkan.
c. Menggerakkan orang lain untuk melakukan sesuatu.
Menurut Liliweri (2007), proses komunikasi yang berlangsung
mempunyai beberapa tujuan penting, yaitu :
a. Informative atau menyampikan pesan (informasi), atau
menyebarluaskan informasi kepada orang lain.
b. Persuasive atau menyebarkan informasi yang dapat mempengaruhi
sikap penerima agar dia menentukan sikap dan prilaku yang sesuai
dengan kehendak pengirim.
c. Entertaiment atau mengirimkan pesan-pesan yang mengandung hiburan
commit to user
d. Pendidikan, yaitu menyampikan pesan (informasi), atau
menyebarluaskan informasi yang bersifat mendidik kepada orang lain.
e. Instruksi, yaitu memberikan instruksi (mewajibkan atau melarang)
penerima melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang diperintahkan.
Stuatr dalam Cangara (2009), menyatakan bahwa semua peristiwa
komunikasi yang dilakukan secara terencana mempunyai tujuan, yaitu
mempengaruhi khalayak atau penerima. Pengaruh atau efek adalah
perbedaan antara apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dilakukan oleh
penerima sebelum dan sesudah penerima pesan. Pengaruh bisa terjadi
dalm bentuk perubahan pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), dan
perilaku (behavior). Pada tingkat pengetahuan pengaruh bisa terjadi dalam
bentuk perubahan persepsi dan pendapat. Perubahan sikap ialah adanya
perubahan internal pada diri seseorang yang diorganisasi dalam bentuk
prinsip, sebagai hasil evaluasi yang dilakukannya terhadap suatu obyek
baik yang terdapat di dalam maupun di luar dirinya. Sedangkan perubahan
prilaku ialah perubahan yang terjadi dalam bentuk tindakan.
Berdasarkan teori diatas dapat disimpulkan bahwa, tujuan
komunikasi, yaitu: informative (menyebarluaskan informasi), persuasive
(membujuk atau mempengaruhi), entertainment (menghibur), dan
education (mendidik).
4. Efektivitas Komunikasi
Efektivitas menurut Ruslan (1998), adalah berhasil untuk mencapai
tujuan seraya memuaskan pihak terkait. Efektivitas menunjukan keberhasilan
dari segi tercapai tidaknya sasaran yang telah ditetapkan. Efektivitas
mempunyai arti yang berbeda-beda, tergantung pada kerangka acuan yang
dipakainya. Pada hakekatnya, efektivitas dipandang sebagai kemampuan
mengorganisasi dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk
mencapai dan memelihara suatu tingkat operasi yang efektif. Kata kunci
pengertian ini adalah efektif, karena pada akhirnya keberhasilan
kepemimpinan dan organisasi atau kelompok diukur dengan konsep
commit to user
Komunikasi yang efektif adalah keterampilan kunci untuk semua
manajer dan mungkin melibatkan ketrampilan yang luas dari kegiatan
berkomunikasi (Woods, 1996). Sedangkan menurut Sastropoetra dalam
Pratikto (1987), syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif, adalah
sebagai berikut:
a. Menciptakan suasana komunikasi yang menguntungkan
b. Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti
c. Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di
pihak komunikan
d. Pesan dapat menggugah kepentingan di komunikan yang dapat
menguntungkan
e. Pesan dapat menumbuhkan suatu penghargaan atau reward di pihak
komunikan.
Menurut Devito dalam Sri Rejeki (1999), menyatakan bahwa
faktor yang mempengaruhi efektifitas komunikasi adalah :
a. Keterbukaan (Openness), yaitu keterbukaan menunjukkan adanya sikap
untuk saling terbuka di antara pelaku komunikasi dalam melangsungkan
komunikasi.
b. Empati (Emphaty), yaitu kemampuaan seseorang untuk
memproyeksikan dirinya dalam peran orang lain.
c. Kepositifan (positiveness), yaitu sikap yang positif terhadap diri sendiri
maupun orang lain.
d. Dukungan (Supportiveness), yaitu sikap pelaku komunikasi yang
mendukung terjadinya komunikasi tersebut.
e. Kesamaan (Equality), yaitu adanya unsur kesamaan yang dimiliki oleh
pihak-pihak yang berkomunikasi.
Untuk mengefektivkan komunikasi dalam penyuluhan, maka harus
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Harus diupayakan adanya kepentingan yang sama (“overlaping of
interest”) antara kebutuhan yang dirasakan oleh penyuluh dan
commit to user
b. Pesan yang disampaikan harus merupakan (salah satu) pemecahan
masalah yang sedang dihadapi oleh masyarakat sasarannya.
c. Komunikator meyakini keunggulan pesan yang disampaikan, dan ia
memiliki keyakinan bahwa masyarakat sasaran sangat mengharapkan
bantuan.
d. Pesan yang disampaikan harus mengacu kepada kepuasan dan
perbaikan mutu hidup kedua belah pihak terutama bagi sasarannya.
(Cooley,1971).
Komunikasi yang gagal atau kegagalan komunikasi, menurut
Margo Slamet dalam Mardikanto (1988), pada dasarnya disebabkan oleh
dua hal yatu, tidak efesiennya komunikasi dan terjadi salah pengertian
selama proses komunikasi dan terjadi salah pengertian selama proses
berlangsung.
a. Komunikasi yang tidak efisien.
Komunikasi yang tidak efesien adalah, komunikasi yang tidak
mempunyai tujuan yang jelas dan komunikasi yang terlalu banyak
disertai atau diikuti oleh kebiasaan-kebiasaan yang sebenarnya tidak
perlu terjadi atau ada relevensinya dengan tujuan komunikasinya.
b. Salah pengertian.
Salah pengertian dapat menyebabkan kegagalan komunikasi
karena pesan yang diterima komunikan tidak sesuai dengan yang
dimaksud oleh komunikatornya, dan respon yang diterima komunikator
juga menjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan
Menurut Ruben dalam Cangara (2009), faktor-faktor yang
mempengaruhi penerimaan informasi, antara lain:
a. Penerima
1) Ketrampilan berkomunikasi
Ketrampilan berkomunikasi (communication skill) yaitu
kemampuan sumber dalam menyusun tujuan komunikasi dan
kemampuan sumber dalam menertejemahkan pesan ke dalam
commit to user
2) Kebutuhan
Menurut Mc Clellad dalam Mardikanto (1993), terdapat
tiga macam kebutuhan yang dirasakan oleh seseorang yang
mendorong untuk melakukan kegiatan yaitu:
a) Kebutuhan berafiliasi atau bergabung dengan pihak lain
b) Kebutuhan akan kekuasaan atau menguasai pihak lain
c) Kebutuhan berprestasi
3) Tujuan yang diinginkan
4) Sikap, nilai, kepercayaan, dan kebiasaan-kebiasaan
5) Kemampuan untuk menerima
6) Kegunaan pesan
b. Pesan
1) Tipe dan model pesan
2) Karakteristik dan fungsi pesan
3) Struktur pengelolaan pesan
4) Kebaharuan (aktualitas) pesan
c. Sumber
1) Kredibilitas dan kompetensi dalam bidang yang disampaikan.
Berlo dalam Mardikanto (1993) menjelaskan bahwa
kulaifikasi seorang penyuluh setidaknya harus mencakup
kemampuan berkomunikasi, kualifikasi pengetahuan sikap dan
keadaan latar belakang sosial budaya masyarakat sasaran.
a) Kemampuan dan ketrampilan berkomunikasi
Kemampuan berkomunikasi disini tidak hanya
menyangkut ketrampilan untuk memilih pesan,
menerjemahkan pesan, dan ketrampilan memilih saluran
komunikasi akan tetapi yang lebih penting untuk diperhatikan
adalah bagaimana seorang penyuluh mampu berinteraksi
dengan masyarakat sasarannya. Berinteraksi pada dasarnya
memerlukan saling ketergantungan antara pihak yang
commit to user
Oleh karenanya pihak-pihak yang terkait harus mampu untuk
saling berempati.
b) Sikap penyuluh
Sikap penyuluh yang harus diperhatikan didalam
melaksanakan tugasnya meliputi sikap terhadap dirinya
sendiri, sikap terhadap pesan yang disampaikan, dan sikap
terhadap sasaran. Sehubungan dengan hal tersebut penyuluh
juga harus dapat mencerminkan bahwa mereka menghayati
terhadap profesinya, menyakini bahwa pesan yang
disampaikan teruji kemanfaatanya, serta mencintai masyarakat
sasarannya.
c) Pengetahuan penyuluh
Isi atau makna dari pesan yang disampaikan. Serta
adanya fungsi yang terkandung dan dampaknya yang melekat
pada pesan yang disampaikan kepada masyarakat sasaran.
d) Keadaan sosial budaya penyuluh
Keberhasilan penyuluh juga dipengarui oleh nilai-nilai
sosial budaya yang dimiliki oleh penyuluh. Artinya penyuluh
yang memiliki latar belakang sosial budaya yang sama dengan
masyarakat sasaran akan lebih berhasil melaksanakan tugasnya
dalam membantu masyarakat untuk mau mengambil keputusan
dalam menerapkan sebuah inovasi yang diberikan, jika
dibanding dengan penyuluh yang memiliki latar belakang yang
berbeda dengan masyarakat sasaran.
2) Kedekatan dengan penerima
3) Motivasi dan perhatian
4) Kesamaan dengan penerima (homophily)
5) Cara penyampaiannya
commit to user
d. Media
1) Tersedianya media
2) Kehandalan (daya liput) media
3) Kebiasaan menggunakan media
4) Tempat dan situasi
Menurut Efendy (2002), komunikasi adalah bagaimana caranya
agara suatu pesan yang disampaikan kounikator itu menimbulkan dampak
atau efek tertentu kepada komunikan. Dampak yang ditimbulkan dapat
diklasifikasikan menurut kadarnya yaitu :
a. Dampak kognitif adalah timbul pada komunikan yang menyebabkan
meningkatkan pengetahuan atau meningkatkan intelektualitas. Tujuan
komunikator hanya untuk mengubah pikiran komunikan.
b. Dampak afektif (sikap), tujuan komunikator bukan hanya sekedar
supaya komunikan tahu, tetapi tergerak hatinya, menimbulkan perasaan
tertentu, merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gemira, marah dan
sebagainya.
c. Dampak behaviour, dampak yang ditimbulkan pada komunikan dalam
bentuk perilaku, dan tindakan atau kegiatan.
Dari berbagai teori yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa,
komunikasi yang efektif akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan komunikan dalam menerima pesan yang disampaikan.
5. Difusi inovasi
Difusi dapat diartikan sebagai proses di mana suatu ide-ide baru
disebarkan pada individu atau kelompok dalam suatu system sosial
tertentu (Soekartawi, 1988). Menurut Hanafi (1987), difusi merupakan
proses dimana inovasi tersebut tersebar kepada anggota suatu system
soasial. Difusi adalah sebagai proses perubagan prilaku baik yang berupa:
pengetahuan (cognitive), sikap (affective), maupun ketrampilan
(psychomotoric) pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang
commit to user
Inovasi adalah suatu ide yang dipandang baru oleh seseorang
(Soekartawi, 1988). Mardikanto dalam Mardikanto (1993), inovasi dapat
diartikan sesuatu ide, prilaku, produk, informasi, dan praktek-praktek baru
yang belum banyak diketahui, diterima, dan digunakan atau diterapkan
atau dilaksanakan oleh sebagian besar warga masyarakat dalam suatu
lokalitas tertentu yang dapat digunakan atau mendorong terjadinya
perubahan-perubahan disegala aspek kehidupan masyarakat demi
terwujudnya perbaikan-perbaikan mutu setiap individu dan seluruh warga
masyarakat yang bersangkutan. Rogers dan Shoemaker (1971)
mengartikan inovasi sebagai ide-ide baru, praktek-praktek baru, atau
obyek-obyek yang dapat dirasakan sebagai sesuatu yang baru oleh
individu atau masyarakat sasaran penyuluh. Menurut Hanafi (1987),
inovasi merupakan gagasan, tindakan atau barang yang dianggap baru oleh
seseorang.
Singh (1965) dalam Ray (1998), proses adopsi terdiri atas tujuh
tahap sebagai berikut :
a. need, dalam tahap ini individu berharap situasi dapat berubah,
menyatakan ketidakpuasan dan mengembangkan kompromi.
b. awareness, individu mengetahui sesuatu yang terkait dengan
kebutuhannya
c. interest, dalam tahap ini individu mencoba untuk mengetahui lebih
banyak mengenai inovasi tersebut, bertanya kepada agen penyuluhan
atau teman, dan mencari informasi dan melihat inovasi.
d. deliberation, individu menguji kemungkinan dari penerapan inovasi
tersebut di bawah kondisinya
e. trial, individu mempraktekan dalam skala kecil untuk mengamati
pencapaian di bawah kondisinya
f. evaluation, individu mengamati pencapaian inovasi dari berbagai
dimensi. Mengumpulkan data dari pencapaian inovasi dengan situasi
yang lain. Membandingkan pencapaian yang baru dengan yang lama
commit to user
g. adoption, pada tahap ini individu menggunakan inovasi.
Menurut Ban (2004) menjelaskan lima tahap dalam proses adopsi
adalah sebagai berikut :
a. awareness, kesadaran terhadap keberadaan inovasi baru
b. interest, mengumpulkan informasi lebih jauh mengenai informasi
tersebut.
c. evaluation, menilai inovasi tersebut menguntungkan atau tidak
menguntungkan
d. trial, mencoba inovasi atau merubah perilaku pada skala kecil
e. adoption/ acceptance, menerapkan inovasi/ merubah perilaku.
Adapun tahapan dalam proses adopsi inovasi adalah sebagai
berikut :
a. Tahapan kesadaran (Awareness), yaitu individu mulai menyadari bahwa
ada suatu ide baru namun kurang mengetahui segala sesuatu mengenai
ide baru tersebut.
b. Tahapan minat (Interest), yaitu individu mengembangkan minat
terhadap inovasi dan berusaha mencari informasi lebih lanjut tentang
inovasi tersebut.
c. Tahapan penilaian (Evaluation), yaitu individu menilai inovasi secara
mental.
d. Tahapan percobaan (Trial), yaitu individu mencoba inovasi dalam skala
kecil.
e. Tahapan adopsi (Adoption), yaitu individu menggunkan inovasi
terus-menerus dan dalam skala besar (Sri Rejeki, 1999).
6. Pengelolaan Tanaman Terpadu
Pengelolaan Tanaman Terpadu atau lebih dikenal PTT merupakan
suatu pendekatan inovasi dalam upaya meningkatkan produktivitas dan
efesiensi usahatani melalui perbaikan system atau pendekatan dalam
perakitan paket teknologi yang sinergis antara komponen teknologi yang
dilakukan secra partisipatif oleh petani serta bersifat spesifik lokal. PTT
commit to user
pernah dikembangkan di Indonesia (Dinas Pertanian dan Kehutanan
Rembang, 2009). Pengelolaan Tanaman Terpadu adalah cara budidaya
padi yang baik, untuk memperoleh hasil dan keuntungan yang lebih tinggi
dengan menerapkan beberapa teknologi tepat lokasi secara terpadu (Balai
Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010).
Tujuan penerapan PTT adalah untuk meningkatkan produktivitas,
produksi, pendapatan petani, kesejahteraan petani padi, dan meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola usahataninya untuk
meningkatkankan produksi nasioanl (Dinas Pertanian dan Kehutanan
Rembang, 2009).
Keuntungan penerapan teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu
antara lain :
a. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani
b. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat
untuk masing-masing lokasi
c. Kesehatan lingkungan tumbuh tanaman secara keseluruhan akan
terjaga.
(Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembang, 2009).
Komponen teknologi unggulan Pengelolaan Tanaman Padi yaitu:
a. Penanaman varietas padi unggul yang sesuai dengan lingkungan
setempat.
b. Penggunaan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel).
c. Pengolahan tanah sempurna, olah tanah minimal, olah tanah konservasi,
tanpa olah tanah sesuai dengan tipologi lahan dan kondisi tanahnya.
d. Peningkatan populasi tanaman dengan sistem legowo.
e. Penanaman bibit muda (<21 hari), serta penanaman bibit 1-3 batang
perlubang.
f. Pengaturan tata tanaman yang tepat.
g. Pemberian pupuk organik pada tanaman.
h. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah.
commit to user j. Pengendalian gulma secara tepat.
k. Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik.
(Dinas Pertanian dan Kehutanan Rembang, 2009).
Prinsip-prinsip Pengelolaan Tanaman Terpadu, antara lain:
a. Terpadu, yaitu PTT merupakan sumber daya tanaman, tanah, dan air
dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.
b. Sinergis, yaitu PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik dengan
memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen
teknologi.
c. Spesifik lokasi, yaitu PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan
lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.
d. Partisipatif, yaitu petani turut berperan serta dalam memilih dan
mengaji teknolgi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan
petani melalui proses pembelajaran dalm bentuk laboratorium lapang
(Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2010).
Menurut Zulkifli, Diah, Mahyuddin, 2004, Tingkat penerapan
komponen teknologi PTT disesuaikan dengan karakteristik wilayah dan
masalah setempat dan ternyata beragam antar petani dan antar daerah.
Teknologi budidaya model PTT antara lain:
a. Penanaman varietas padi unggul.
Penanaman varietas unggul mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1) Dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan jenis tanah
setempat.
2) Citra rasanya disenangi dam memiliki harga yang tinggi di pasaran
lokal.
3) Daya hasil tinggi.
4) Tahan terhadap hama dan penyakit.
commit to user
Jenis-jenis varietas padi yang dibudidayakan, yaitu:
1) Varietas lokal, misalnya: Pandanwangi, Rojolele, dan Siam Unus.
2) Varietas unggul baru, misalnya: IR64, Way Apo Baru, Memberamo,
Widas, Tukad Unda, dan Ciherang.
3) Varietas unggul aromatik, misalnya: Celebes, Sintanur, Batang
Gadis, dan Gilingan.
4) Padi tipe baru, misalnya: Fatmawati.
5) Padi hibrida, misalnya: Maro, Rokan, dan Intani.
b. Penggunaan benih bermutu, bersih, sehat, dan bernas (berlabel).
Cara memilih benih yang baik, yaitu:
1) Seleksi benih dilakukan dengan perendaman benih didalam air yang
telah dicampur larutan ZA ataupun larutan air garam 3% dengan
perbandingan 1 kg ZA dilarutkan dengan 3 liter air. Benih yang
mengapung dibuang.
2) Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek batang,
perlakuakan benih dengan pestisida fipronil (Regent) 50 ST yang
dapat membantu mengendalikan keong mas.
c. Persemaian.
Cara membuat persemaian yang baik, yaitu:
1) Pilih lokasi yang terbaik agar persemaian mudah diairi dan mudah
pula air dibuang, tidak ternaungi, dan jauh dari lampu
2) Luas persemaian kira-kira 4% atau 1/25 dari luas pertanaman.
3) Bajak hingga tanah melumpur dengan baik.
4) Lebar persemaian 1-1,2 m dan panjangnya sesuai petakan, antara
10-10 meter.
5) Tambahkan sekam padi atau bahan organic atau campuran keduanya
2 kg/m2 persemaian untuk menggemburkan tanah, memudahkan
pencabutan benih, dan mengurangi kerusakan bibit dan akar.
6) Taburkan benih yang telah direndam dan dikering anginkan secara
commit to user
7) Untuk memperoleh bibit yang kuat, berikan 20-40 gram urea
permeter persegi persemaian pada tabur benih.
d. Peningkatan populasi tanaman dengan sistem legowo.
Cara tanam pindah dengan sistem jajar legowo, yaitu dengan
cara tanam berselang-seling 2 baris dan 1 baris kosong (40 x 20 x 10
cm). jarak antarbaris tanaman yang dikosongkan disebut satu unit.
Untuk legowo 2:1, populasi (jumlah) tanaman 2-3 bibit/rumpun
berumur 15-20 hari.
Keuntungan sistem jajar legowo yaitu:
1) Semua barisan rumpun tanaman berada pada bagian pinggir yang
biasanya memberi hasil lebih tinggi (efek tanaman pinggir).
2) Pengendalian hama, penyakit, dan gulma lebih mudah.
3) Penyedian ruang kosong untuk pengaturan air, saluran pengumpulan
keong mas, atau untuk minatani.
4) Penggunaan pupuk lebih berdaya guna.
e. Pengairan berselang
Cara pengairan berselang, yaitu:
1) Tanam bibit dalam kondisi sawah macak-macak.
2) Secara berangsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10
hari.
3) Biarkan sawah mongering sendiri, tanpa diairi (biasanya 5-6 hari).
4) Setelah permukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi
setinggi 5 cm.
5) Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi
setinggi 5 cm.
6) Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk stadia pembungaan.
7) Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus
diairi setinggi 5 cm, kemudian lahan dikeringkan.
f. Penanaman bibit muda (<21 hari), serta penanaman bibit 1-3 batang
commit to user
g. Penggunaan pupuk secara hemat.
Penggunaan pupuk secara hemat adalah:
1) Menentukan takaran, waktu, dan cara pemupukan yang tepat
menurut lokasi dan musim tanaman.
2) Meningkatkan daya guna dan hasil guna pupuk.
3) Murah dan m,udah digunakan.
4) Dapat dikerjakan sendiri oleh petani.
Pemupukan secara hemat dapat dilakukan dengan cara:
1) Bagan warna daun (BWD) untuk menetapkan kebutuhan nitrogen.
2) Peta status hara dan atau petak kajian (disebut petak Omisi) untuk
menetapkan kebutuhan P dan K.
Tujuan penggunaan pupuk organik, anatara lain:
1) Meningkatkan kesuburan tanah dan kandungan karbon organik.
2) Memberikan tambahan hara.
3) Meningkatkan aktivitas jasad renik (mikroba tanah).
4) Memperbaiki sifat fisik tanah.
5) Mempertahankan perputaran unsur hara dealam tanah dan tanaman.
h. Pengendalian hama dan penyakit tanaman secara terpadu.
Strategi Pengendalian Hama Terpadu, yaitu:
1) Gunakan varietas tahan
2) Tanam tanaman yang sehat
3) Pengamatan berkala di lapang
4) Pemanfaatan musuh alami, seperti: pemangsa (predator), misalnya
laba-laba
5) Pengendalian secara mekanik, seperti: menggunakan alat atau
mengambil dengan tangan, menggunakan pagar, dan menggunakan
perangkap
6) Pengendalian secara fisik, seperti: menggunakan lampu perangkap
7) Penggunaan pestisida hanya bila diperlukan seperti : insektisida,
commit to user i. Pengendalian gulma secara tepat.
Cara pengendalian gulma dengan cara menyiangi tanaman
secara berkala. Adapun cara menyiangi tanaman padi, yaitu:
1) Dilakukan saat tanaman berumur 10–15 hst.
2) Dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai.
3) pada saat tanaman berumur 10-15 hst.
4) Diulangi secara berkala 10-25 hari
5) Dilakukan pada saat kondisi tanah macak-macak, dengan ketinggian
air 2-3 cm.
6) Gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan.
7) Dilakukan dua arah yaitu di antara dan di dalam barisan tanaman.
j. Penanganan proses panen dan pasca panen dengan baik.
Syarat tanaman dapat dipanen, yaitu:
1) Perhatikan umur tanaman antara varietas yang satu dengan lainnya
kemungkinan berbeda
2) Hitung sejak padi mulai berbunga, biasanya panen jatuh pada 30 –
35 hari setelah padi berbunga.
3) Jika 95 % malai menguning, segera panen
Panen dan perontokan
Cara Penanganan panen dan pasca panen
1) Panen
a) Gunakan alat sabit bergerigi atau mesin pemanen
b) Potong pada bagian tengah atau atas rumpun bila dirontok dengan
power thresher
c) Potong bagian bawah rumpun, jika perontokan dilakukan dengan
pedal thresher
d) Gunakan tirai penutup dan alas agar gabah tidak hilang atau
berserakan
2) Pengeringan
a) Jemur gabah di atas lantai jemur.
commit to user
c) Lakukan pembalikan setiap 2 jam sekali.
d) Pada musim hujan, gunakan pengering buatan
e) Pertahankan suhu pengering 420C untuk mengeringka benih
f) Pertahankan suhu pengering 500C untuk gabah konsumsi
3) Penggilingan dan penyimpanan
a) Untuk memperoleh beras dengan kualitas tinggi, perhatikan
waktu panen, sanitasi (kebersihan), dan kadar air gabah (12-14%).
b) Simpan gabah/beras dalam wadah yang bersih dalam
lumbung/gudang, bebas hama, dan memiliki sirkulasi udara yang
baik
c) Simpan gabah pada kadar air kurang dari 14% untuk konsumsi
dan kurang dari 13% untuk benih
d) Gabah yang sudah disimpan dalam penyimpanan, jika akan
digiling, dikeringkan terlebih dahulu sampai kadar air mencapai
12-14%
e) Sebelum digiling, gabah yang baru dikeringkan diangin-anginkan
terlebih dahulu untuk menghindari butir pecah.
Peran komponen Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi dalm
budidaya tanaman padi non hibrida, yaitu:
a. Penggunaan benih varietas unggul bermutu
Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan
daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat
dengan perakaran yang baik, tanaman akan tumbuh lebih cepat, tahan
terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil
yang lebih baik.
b. Penanaman yang tepat waktu.
Penanaman yang tepat waktu, serentak, dan jumlah populasi
yang optimal dapat menghindarkan serangan hama dan penyakit,
menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang
commit to user
c. Pemberian pupuk.
Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan
tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis,
cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan
pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman
mencapai hasil tinggi.
d. Pemberian air
Pada tanaman secara efektif dan efisien pemberian air
disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah meruapakan
factor penting bagi pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman yaitu air
sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian
tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berdeda-beda,
pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan
terjadinya stress pada tanaman yang diakibatkan kekurangan dan
kelebihan air.
e. Perlindungan tanaman
Perlindungan tanaman dilakukan untuk mengantisipasi dan
mengendalikan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau
penurunan produksi akibat serangan OPT. pengendalian dilakukan
berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu (PHT).
Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir
bila serangan OPT berada di atas ambang ekonomi. Penggunaan
pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah, dan cara penggunaannya
sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak
menimbulakan resurjensi atau resisten OPT atau dampak lain yang
dapat merugikan lingkungan.
f. Penanganan panen dan pasca panen
Penanganan panen dan pasca panen akan memberiakan hasil
yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu
tanaman dimana pada masak fisiologi berdasrkan umur tanaman, kadar
commit to user
Pemanenan dilakukan dengan system kelompok yang dilengkapi
dengan peralatan, dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan
hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat
penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga
mutu tetap terjaga dan tidak tercecer (Dinas Pertanian dan Kehutanan
Rembang, 2009).
Dengan pendekatan pengelolaan usahatani padi secara terpadu,
mulai pengelolaan budidaya (persiapan lahan, pesemaian, penanaman,
pemupukan, pengaturan air, pengendalian gulma), pengelolaan hama
penyakit dan penanganan saat panen diharapkan mampu meningkatkan
produktivitas dan efisiensi usahatani padi yang selanjutnya memberi
dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani.
7. Padi Varietas Ciherang
Padi dibudidayakan merupakan varietas Ciherang. Adapun ciri-ciri
padi varietas Ciherang yaitu, tahun dilepas 2000, pemulia tarjat Tjubarjat,
Z. A. Simanulang, E. Sumadi, Aan A. Daradjat, nomor pedigri
S3383-1D-Pn-41-3-1, asal dari persilangan IR18349-53-1-3-1-3/2*
IR19661-131-3-1-3//4*IR64, golongan Cere, umur 116-125 hari, bentuk tanaman tanaman
tegak, tinggi tanaman 107-115 cm, anakan produktif 14-17 batang, warna
kaki hijau, warna batang hijau, warna telinga daun putih, warna lidah
putih, warna daun hijau, muka daun kasar pada sebelah bawah daun, posisi
daun tegak, daun bendera tegak, bentuk gabah panjang ramping, warna
gabah kuning bersih, kerontokan sedang, kerebahan sedang, tekstur nasi
pulen, bobot 1.000 butir adalah 27-28 gram, kadar amilosa 23%, hasil 5-7
ton/ha, ketahanan terhadap hama tahan terhadap wereng coklat biotipe 2
dan 3, ketahanan terhadap penyakit tahan terhadap bakteri hawar daun
(hdb) strain iii dan iv, dan anjuran tanam cocok ditanam pada musim hujan
dan kemarau dengan ketinggian di bawah 500 m dpl (Hermanto dan
commit to user B. Kerangka Berpikir
Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan-pesan,
gagasan-gagasan, harapan-harapan, dan perasaan-perasaan orang tertentu kepada
orang-orang lain yang berkepentingan. Dalam proses komunikasi
membutuhkan empat unsur utama, yaitu pengirim pesan, pesan itu sendiri,
saluran komunikasi, dan penerima pesan. keempat unsur tersebut saling
berkaitan, jika salah satu unsur tidak ada amaka komunikasi akan gagal atau
tidak efektif sehingga unsur-unsur tersebut mempunyai peranaan penting
dalam proses komunikasi terutama dalam penyampaian informasi atau
inovasi baru dari komunikator kepada komunikan.
Komunikasi dikatakan efektif bila hasilnya sesuai dengan harapan
yang diinginkan. Terutama apabila komunikan paham akan pesan yang
disampaikan dan menerimanya untuk mengadopsi pesan tersebut. Proses
penyebarluasan informasi berkaitan dengan inovasi baru yang disampaikan
kepada komunikan dan pada akhirnya komunikan mengadopsinya.
Penyebarkan informasi tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT),
maka komunikasi antara komunikator dengan komunikan memegang peranan
penting karena melalui komunikasi ini akan terjalin interaksi. Kegiatan PTT
meliputi upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusahatani demi tercapainya
peningkatan produktivitas, pendapatan petani, dan perbaikan kesejahteraan
keluarga atau masyarakat terutama petani yang diupayakan.
Komunikasi merupakan unsur utama dalam penyampaian informasi.
Informasi tentang PTT didapat dari Penyuluh Pertanian Lapangan.. Peran
penyuluh pertanian dalam kegiatan PTT yaitu sebagai komunikator yang
memberikan informasi tentang Pengelolaan Tanaman Terpadu. Penyampain
materi penyuluhan disesuaikan dengan kebutuhan petani sehingga terjalin
hubungan yang baik antara penyuluh dengan petani akan berdampak pada
pencapain tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini.
Pengelolaan Tanaman Terpadu bertujuan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap serta ketrampilan petani dalam berusahatani.
commit to user
komunikan, unsur pesan, unsur media, dan pihak PPL sebagai sumber
informan. Komunikasi yang efektif menyebabkan komunikan mau
mengadopsi inovasi tentang pengelolaan usahatani dengan PTT sehingga
tujuan peningkatan produksi padi dapat tercapai
Petani akan menyerap informasi tentang PTT padi non hibrida dengan
mudah jika petani mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi. Sedangkan
materi yang diberikan berdasarkan kebutuhan yang dihadapi serta tujuan akan
dicapai oleh kegiatan PTT. Jika pelaksanaan penyuluhan sesuai dengan
harapan petani maka akan terjadi perubahan prilaku petani (pengetahuan,
sikap dan ketrampilan) dalam menyikapi PTT itu sendiri. Pesan yang
disampaikan kepada petani harus mempunyai manfaat yang berarti dalam
peningkatan produksi padi, adanya struktur pengelolaan pesan yang mudah
dipahami serta kekinian informasi yang disuluhkan oleh PPL, sehingga pesan
itu akan mudah diakses oleh petani. Media atau saluran yang digunakan
disesuaikan dengan kebutuhan petani. Penggunaan media juga disesuaikan
dengan tersedianya media itu lapangan atau media yang sering dimanfaatkan
petani dalam mengakses informasi. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL)
dalam penyampaian pesan atau informasi PTT mempunyai cara-cara
tersendiri sehingga petani mau mengakses atau menggunkan PTT untuk
budidaya tanaman padi varietas Ciherang. Selain itu, kedekatan dan tingkat
kredibilitas penyuluh dengan sasarannya juga mempengaruhi dalam
penyerapan dan penerpan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dalam
commit to user
Dari uraian di atas, maka secara sistematis kerangka berpikir dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Kerangka berpikir Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Varietas Ciherang Di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang
Keterangan :
: Tidak diteliti _______ : Diteliti
C. Hipotesis
1. Hipotesis Mayor
Ada hubungan yang signifikan antara faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi dengan tingkat efektivitas
komunikasi dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas
Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.
2. Hipotesis Minor
a. Ada hubungan yang signifikan antara pihak komunikan (petani) dalam
kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di
Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektivitas komunikasi:
1. Pihak petani sebagai komunikan
a. Kertampilan berkomunikasi
b. Kebutuhan responden terhadap
pesan
c. Tujuan yang diinginkan d. Sikap terhadap diri sendiri 2. Unsur pesan
a. Manfaat pesan
b. Struktur pengelolaan pesan c. Kekinian pesan
3. Unsur media
a. Tersedianya media
b. Kesesuaian media
4. Pihak PPL sebagai sumber a. Kredibilitas sumber b. Kedekatan dengan sasaran
c. Cara menyampaikan pesan
commit to user
b. Ada hubungan yang signifikan antara unsur-unsur pesan dalam kegiatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan
Rembang Kabupaten Rembang.
c. Ada hubungan yang signifikan antara unsur-unsur media dalam
kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di
Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.
d. Ada hubungan yang signifikan antara pihak Penyuluh Pertanian (PPL)
dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang
di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.
D. Definisi Operasional
Faktor-faktor yang menghambat efektivitas komunikasi yang
berhubungan dengan tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang, antara lain :
1. Komunikan dalam kegiatan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas
Ciherang adalah petani sebagai pihak yang menerima informasi yang
tergabung dalam kelompok tani yang mengikuti kegiatan PTT padi
varietas Ciherang di Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang.
Aspek-aspek dari unsur sasaran yang mendukung dan menghambat efektivitas
komunikasi antara lain :
a. Ketrampilan berkomunikasi merupakan kemampuan komunikan dalm
berkomunikasi dalam mengikuti kegiatan PTT padi varietas Ciherang
dalam menerima informasi tentang PTT dan diukur dengan skala
ordinal.
b. Kebutuhan komunikan terhadap pesan adalah kebutuhan akan pesan
yang disampaikan terkait dengan kegiatan PTT padi varietas Ciherang
diukur dengan skala ordinal.
c. Tujuan yang diinginkan adalah tujuan komunikan dalam mengikuti
kegiatan PTT padi varietas Ciherang dan diukur dengan skala ordinal.
d. Sikap terhadap diri sendiri adalah keyakinan dan kepercayaan diri
komunikan untuk menerima atau menolak inovasi tentang PTT padi
commit to user
2. Unsur pesan dalam kegiatan PTT adalah materi yang sampaikan
komunikan terkait dengan Pengelolaan Tanaman Terpadu. Aspek-aspek
unsur pesan yang yang mendukung dan menghambat efektivitas
komunikasi antara lain:
a. Manfaat pesan adalah kegunaan pesan untuk melaksanakan kegiatan
PTT padi varietas Ciherang.
b. Struktur pengelolaan pesan adalah langkah-langkah pengelolaan pesan
sehingga pesan yang disampaikan dapat diterima oleh komunikan.
c. Kekinian pesan adalah materi atau pesan yang disampaikan merupakan
informasi yang terkini terutaman terkait dengan informasi baru.
3. Unsur media dalam kegiatan PTT adalah alat atau sarana untuk menunjang
kegiatan PTT padi varietas Ciherang dalam menyampaikan pesan.
Aspek-aspek unsur media yang yang mendukung dan menghambat efektivitas
komunikasi antara lain :
a. Tersedianya media adalah alat atau media yang dapat digunakan dalam
menyampaikan pesan kepada komunikan terkait dengan kegiatan
Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang.
b. Kesesuaian media adalah alat atau media yang digunakan sesuai dengan
informasi yang akan disampaikan kepada komunikan dalam
pelaksanaan PTT padi padi varietas Ciherang.
4. Pihak PPL sebagai sumber adalah orang yang menyampaikan materi
tentang kegiatan PTT. Aspek-aspek yang yang mendukung dan
menghambat efektivitas komunikasi antara lain :
a. Kredibilitas sumber adalah kemampuan yang dimiliki PPL sebagai
sumber sehingga dapat diterima oleh komunikan.
b. Kedekatan dengan sasaran adalah perasaan yang ada antara sumber
dengan komunikan terutama kedekatannya dalam berinteraksi terkait
dengan kegiatan PTT.
c. Cara menyampaikan pesan adalah langkah-langkah yang dapat
commit to user
5. Tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT padi varietas Ciherang
adalah keberhasilan komunikasi dalam mempengaruhi perubahan perilaku
komunikan terutama ketrampilan komunikan dalam kegiatan Pengelolaan
Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang.
E. Pembatasan Masalah
1. Petani yang diambil sebagai sampel adalah petani yang melaksanakan
Pengelolaan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang di Kecamatan
Rembang Kabupaten Rembang.
2. Tingkat efektivitas komunikasi dibatasi pada perubahan perilaku
komunikan terutama ketrampilan komunikan.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi efektitivitas dibatasi pada pihak petani
sebagai komunikan, unsur pesan, unsur media dan pihak PPL sebagai
sumber.
6. Pelaksanaan kegiatan Penelolaan Tanaman terpadu padi varietas Ciherang
pada saat penelitian tahun 2009-2010.
commit to user
III. METODE PENELITIAN
A. Metode Dasar Penelitian
Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif yaitu penelitian yang menggambarkan secara terperinci terhadap
gejala sosial seperti yang dimaksudkan dalam permasalahan yang diteliti
(Susanto, 2006). Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan, merinci
atau membuat deskriptif terhadap suatu gejala atau obyek yang diteliti dengan
menggunakan data yang diperoleh (Mardikanto, 2006).
Penelitian ini menggunakan teknik survai, penelitian survai
merupakan penelitian yang menggunakan data dari sampel yang diambil dari
populasi sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan
hubungan variabel (Susanto, 2006). Sedangkan menurut Singarimbun dan
Effendi (2006), penelitian survai adalah penelitian yang mengambil sampel
dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data
yang pokok.
B. Metode Penentuan Lokasi
Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) yaitu
pemilihan lokasi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu
(Singarimbun dan Effendi, 2006). Daerah yang dipilih dalam penelitian ini
adalah Kecamatan Rembang Kabupaten Rembang. Kecamatan Rembang
dipilih karena kecamatan ini mempunyai luasan lahan yang paling luas yang
digunakan untuk PTT padi varietas Ciherang serta telah menerapkan PTT
padi varietas Ciherang untuk meningkatkan produktivitas padi.
commit to user
Tabel 1. Lokasi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Non Hibrida di Kabupaten Rembang.
No. Kecamatan Luas Area
(Ha) Jumlah Desa
Jumlah Kelompo tani
1. Sumber 225 9 9
2. Bulu 225 9 9
3. Gunem 325 12 13
4. Sale 500 13 20
5. Sarang 450 14 18
6. Sedan 350 8 14
7. Pamotan 350 11 14
8. Sulang 225 9 9
9. Kaliori 150 6 6
10. Rembang 500 16 20
11. Pancur 125 5 5
12. Kragan 150 6 6
13. Sluke 200 8 8
14. Lasem 225 7 9
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang tahun 2009.
C. Metode Penentuan Populasi Dan Sampel Penelitian 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan individu, keadaan atau gejala yang
dijadikan obyek penelitian (Mardikanto, 2006). Populasi yang digunakan
dalam penelitian ini adalah petani-petani yang ada di Kabupaten Rembang
yang melaksanakan Pengelolaan Tanaman Terpadu padi non hibrida
(varietas Ciherang).
2. Sampel
Sampel dapat diartikan sebagai bagian dari populasi untuk yang
menjadi sumber data sebenarnya dalam suatu penelitian (Susanto, 2006).
Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
simple random sampling yaitu sampel yang diambil sedemikian rupa
sehingga tiap unit penelitian atau satuan elementer dari populasi
mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel
(Singarimbun dan Effendi, 1995). Sampel yang diambil dari kelompok
tani yang melaksanakan PTT padi non hibrida (varietas Ciherang). Dalam
penelitian ini sampel yang diambil sebanyak 42 petani. Sampel terdiri dari
commit to user
sebagai Laboratorium Lapang (LL) dan 5 responden lainnya menerapkan
metode campuran yaitu kombinasi antara metode PTT dan tradisional
dalam pengelolaan budidaya padi serta lahannya tidak digunakan sebagai
LL. Adapaun sampel yang diambil adalah pada Tabel 2.
Tabel 2. Petani Sampel di Kecamatan Kabupaten Rembang
No. Desa Kelompok Tani Jumlah
Anggota
Sampel
1. Punjul Harjo Sido Subur 51 6
2. Kasreman Tani Makmur I 105 6
3. Mondoteko Teko Mulyo 115 6
4. Tri Tunggal Mina Padi 80 6
5. Sridadi Sidodadi 164 6
6. Padaran Rukun Tani 78 6
7. Ngadem Sri Budi karya II 94 6
Jumlah 687 42
Sumber: Dinas Pertanian dan Kehutanan Kabupaten Rembang tahun 2009.
D. Jenis Dan Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan
data sekunder.
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari responden secara langsung
dengan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner.
2. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang
ada kaitannya dengan penelitian ini.
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data pokok dan
commit to user Tabel 3. Jenis dan Sumber Data yang Dibutuhkan
Data yang digunakan Sifat Data Sumber
Pr Sk Kn Kl
I Data Pokok
A. Identitas responden X X Petani
B. Faktor-faktor yang mempengaruhi
efektifitas komunikasi
1.Pihak petani sebagai komunikan X X Petani
2.Unsur pesan X X Petani
3.Unsur media X X Petani
4.Pihak PPL sebagi sumber X X PPL
C. Tingkat efektivitas komunikasi X X Petani
II Data Pendukung
A. Monografi Kecamatan
B. Data Luas Lahan PTT Padi Non
Hibrida
C. Data jumlah petani
X X
X
X X
X
X
BPS Dispertanhut
Dispertanhut
Keterangan :
Pr = Primer Kn = Kuantitatif
Sk = Sekunder Kl = Kualitatif
E. Metode Pengumpulan Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini akan diperoleh dengan
metode:
1. Wawancara, adalah pengumpulan data primer dan data sekunder dengan
mengajukan pertanyaan yang sistematis dan langsung kepada pegawai
responden dengan menggunakan alat bantu kuesioner sebagai panduannya.
2. Observasi yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara
langsung kepada obyek yang diteliti.
3. Pencatatan, yaitu pengumpulan data dengan mengutip dan mencatat
sumber-sumber informasi dari pustaka maupun instansi-instansi yang