• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jumlah 41.192 42.788 83.980 100,00 Sumber : Monografi Kecamatan Rembang Tahun 2008

A. Identitas Responden

2. Tingkat Efektivitas Komunikasi Dalam Kegiatan PTT Padi Varietas Ciherang

Tingkat Efektivitas Komunikasi dalam Kegiatan PTT padi varietas Ciherang yang maksud dari penelitian ini adalah ketrampilan dalam kegiatan Pengelolan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang. Kegiatan PTT yang dilaksanakan antara lain pembibitan, penanaman, pengairan, pemupukan, pengendalian tanaman, penanganan panen, dan pasca panen. Ketrampilan petani ini akan mempengaruhi terhadap hasil yang akan dicapai. Penjelasan lebih rinci mengenai tingkat efektivitas komunikasi dalam kegiatan PTT dapat diketahui pada penjelasan berikut ini.

a. Pembibitan (pemilihan varietas unggul)

Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan perakaran yang baik, tanaman akan tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa kegiatan pembibitan (pemilihan varietas unggul) rata-rata 0,26 atau termasuk dalam kategori tidak trampil. Petani di Kecamatan Rembang lebih banyak memilih varietas unggul dengan cara manual yaitu benih direndam satu malam kemudian diangkat dari perendaman. Setelah itu gabah diangin-anginkan. Varietas yang ditanam adalah varietas Ciherang. Kebutuhan satu hektar sebanyak 25 kilogram benih. Penerapan pemilihan benih yang ada tidak sesuai dengan pelaksanaan PTT yaitu seleksi benih dilakukan dengan perendaman benih didalam air yang telah dicampur larutan ZA ataupun larutan air garam 3% dengan perbandingan 1 kg ZA dilarutkan dengan 3 liter air. Benih yang mengapung dibuang. Untuk daerah yang sering terserang hama penggerek batang, perlakuakan benih dengan pestisida fipronil (Regent) 50 ST.

commit to user

b. Penanaman.

Penanaman yang tepat waktu, serentak, dan jumlah populasi yang optimal dapat menghindarkan serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan gulma, memberikan pertumbuhan tanaman yang sehat, dan seragam serta hasil yang tinggi.

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa penanaman memiliki rata-rata 3,95 atau termasuk dalam kategori kurang trampil. Penerapan penanaman dapat dilihat dari persemaian, cara dan tata penanaman serta cara penanaman bibit. Persemaian dilakukan dengan cara pilih lokasi yang terbaik agar persemaian mudah diairi dan mudah pula air dibuang, tidak ternaungi, dan jauh dari lampu. Luas persemaian kira-kira 4% atau 1/25 dari luas pertanaman. Bajak hingga tanah melumpur dengan baik. Lebar persemaian 1-1,2 m dan panjangnya sesuai petakan, antara 10-10 meter. Tambahkan sekam padi atau bahan organik atau campuran keduanya 2 kg/m2 persemaian untuk

menggemburkan tanah, memudahkan pencabutan benih, dan

mengurangi kerusakan bibit dan akar. Taburkan benih yang telah direndam dan dikering anginkan secara merata di bendeng persemaian. Untuk memperoleh bibit yang kuat, berikan 20-40 gram urea permeter persegi persemaian pada tabur benih. Persemaian dengan cara ini jarang dilakukan oleh petani di Kecamatan Rembang karena kondisi alam yang ada terutama kondisi tanah yang ada disana tidak mendukun. Jenis tanah yang ada termasuk tanag kering karena kebutuhan air berasal dari air hujan. Waktu pembibitan kemudian siap tanam membutuhkan waktu sekitar 30 hari, kendala yang dihadapi adalah kebutuhan air. Sedangkan penerapannya membutuhkan waktu kurang dari 21 hari.

Cara dan tata tanaman dengan sistem jajar legowo yaitu cara tanam berselang-seling 2:1 atau 4:1 atau 6:1 dengan jarak tanam 40 x 20 x 10 cm dan disesuaikan dengan kesuburan tanah serta varietas padi yang ditanam. Setiap lubang penanaman terdapat 1- 2 bibit per rumpun. Namun sebagian besar petani di Kecamatan Rembang masih

commit to user

menggunakan sistem tanam yang lama, dimana tanaman hanya ditanam secar urut tanpa memperhatikan jarak tanamnya. Sedangkan setiap lubang tanam terdapat 2-3 bibit per rumpun.

c. Pemberian air

Pada tanaman secara efektif dan efisien pemberian air disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi tanah meruapakan factor penting bagi pertumbuhan tanaman dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia tanaman berdeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil dan menekan terjadinya stress pada tanaman yang diakibatkan kekurangan dan kelebihan air. Penerapan PTT untuk pengairan yaitu tanam bibit dalam kondisi sawah macak-macak secara berangsur tanah diairi 2-5 cm sampai tanaman berumur 10 hari. Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi (biasanya 5-6 hari), setelah permukaan tanah retak selama 1 hari, sawah kembali diairi setinggi 5 cm. Biarkan sawah mengering sendiri, tanpa diairi (5-6 hari) lalu diairi setinggi 5 cm. Ulangi hal di atas sampai tanaman masuk stadia pembungaan. Sejak fase keluar bunga sampai 10 hari sebelum panen, lahan terus diairi setinggi 5 cm, kemudian lahan dikeringkan

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa cara pengairan termasuk dalam kategori tidak trampil dengan rata-rata 1,00. Hal ini disebabkan sebagian besar petani yang ada di kecamatan Rembang menggantungkan kebutuhan air untuk pengelolaan tanaman dengan cara tadah hujan. Pada waktu musim hujan maka petani akan melakukan penanaman, tetapi pada waktu musim kemarau dibero (tidak digarap) atau ditanami palawija.

d. Pemberian pupuk.

Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan

commit to user

pertumbuhan yang baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi. Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa pemberiaan pupuk memiliki rata-rata 2,00 atau termasuk dalam kategori tidak trampil.

Penerapan pemupukan secara PTT menggunakan dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik dan organik. Penerapan pemupukan secara anorganik dengan cara pemupukan N berdasarkan BWD yaitu Pemupukan dasar atau pemupukan pertama N dengan takaran 50-75 kg/ha dilakukan sebelum tanaman padi berumur 14 hari atau sebelum 14 hari setelah tanam pindah (14 hst). Pada pemupukan pertama ini, BWD tidak perlu digunakan serta Pengukuran dengan BWD diawali pada 25-28 hst, dilanjutkan setiap 7-10 hari sekali sampai fase primordia (pada padi hibrida dan padi tipe baru sampai 10% tanaman berbunga). Pemupukan P dan K, yaitu seluruh pupuk P diberikan pada saat pemupukan dasar secara bersamaan dengan pemupukan pertama N pada 7-10 hst dan pupuk K yang diberikan takarannya rendah sampai sedang (<100 kg KCl/ha), seluruh K diberikan sebagai pupuk dasar, atau bersamaan dengan pemberian pupuk N yang pertama. Dan bila pupuk K yang diberikan takarannya tinggi (> 100 kg KCl/ha), 50% K diberikan sebagai pupuk dasar atau bersamaan dengan pemberian pupuk N yang pertama, dan sisanya diberikan pada saat primordial.

Pemupukan oraganik dilakukan dengan bahan organik disebar merata di atas hamparan sawah, dua minggu sebelum pengolahan tanah. Kadang-kadang jerami padi dibiarkan dulu melapuk langsung di sawah selama satu musim. Petani yang ada di Kecamatan Rembang menggunakan pupuk anorganik berupa NPK, Urea, dan SP36. Untuk pupuk organik menggunakan pupuk cair organik dan tabur berupa granol. Penggunaan pupuk kandang sebelum pengelolaan tanah.

e. Perlindungan tanaman

Perlindungan tanaman dilakukan untuk mengantisipasi dan mengendalikan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau

commit to user

penurunan produksi akibat serangan OPT. pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip dan strategi pengendalian hama terpadu (PHT). Khususnya pengendalian dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada di atas ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah, dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku sehingga tidak menimbulakan resurjensi atau resisten OPT atau dampak lain yang dapat merugikan lingkungan.

Pengendalian tanaman dilakukan dengan dua cara yaitu pengendalian hama dan gulma. Pengendalan hama dapat dilakukan dengan cara gunakan varietas tahan, tanam tanaman yang sehat, pengamatan berkala di lapang, Pemanfaatan musuh alami, seperti: pemangsa (predator), misalnya laba-laba, pengendalian secara mekanik,

seperti: menggunakan alat atau mengambil dengan tangan,

menggunakan pagar, dan menggunakan perangkap, pengendalian secara fisik, seperti: menggunakan lampu perangkap, serta penggunaan pestisida hanya bila diperlukan seperti : insektisida, fungisida atau molusida. Sedangkan pengendalian gulma dengan cara penyiangan. Penerapannya dengan cara dilakukan saat tanaman berumur 10–15 hst. Dianjurkan dilakukan dua kali, dimulai pada saat tanaman berumur 10-15 hst. Diulangi secara berkala 10-25 hari, dilakukan pada saat kondisi tanah macak-macak, dengan ketinggian air 2-3 cm, gulma yang terlalu dekat dengan tanaman dicabut dengan tangan, dan dilakukan dua arah yaitu di antara dan di dalam barisan tanaman

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa pengendalian tanaman rata-rata 6,69 atau dalam kategori kurang trampil. Petani di Kecamatan Rembang menerapkan pengendalian tanaman dengan menggunakan pestisida berupa insektisida karena hama yang ada berupa serangan dari serangga. Untuk penyiangan dilakukan dengan cara dicabutu dengan tangan. Penyiangan dilakukan saat tanaman ada gulmanya tetapi jika tidak maka tidak diadakan penyiangan lagi.

commit to user

f. Penanganan panen dan pasca panen

Penanganan panen dan pasca panen akan memberiakan hasil yang optimal jika panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu tanaman dimana pada masak fisiologi berdasrkan umur tanaman, kadar air, dan penampakan visual hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan dengan system kelompok yang dilengkapi dengan peralatan, dan mesin yang cocok sehingga menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga mutu tetap terjaga dan tidak tercecer. Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa penanganan panen dan pasca panen rata-rata 10,43 atau dalam kategori trampil. Petani di kecamatan Rembang dalam panen menggunakan sabit dalam memotong padi. Untuk perontok

gabah dengan power thresher. Untuk penanganan pasca penen

dilakukan dengan cara menjemur gabah kemudian disimpan didalam gudang. Sedangkan gabah yang akan digiling setelah penyimpanan biasanya tidak dijemur lagi karena kondisi gabah saat disimpan benar-benar kering.

Berdasarkan Tabel 13, dapat diketahui bahwa tingkat efektifitas komunikasi dalam ketrampilan melakukan kegiatan Pengelolan Tanaman Terpadu padi varietas Ciherang kurang terampil atau rata-rata 24,26. Ketrampilan yang dimiliki petani tergantung pada sikap petani dalam mengadopsi teknologi inovasi yang tersedia. Kurang trampilnya petani dalam kegiatan PTT disebabkan petani masih sulit untuk merubah cara pengelolaan tanaman padi dengan teknologi yang baru, selain itu kondisi di Kecamatan Rembang kurang sesuai dengan penerapan yang ada.

commit to user

C. Hubungan Antara Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi