• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab II PENGATURAN HUKUM TENTANG IKLAN ROKOK DI INDONESIA

2.6 Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia

Terjadi suatu perkembangan baru dalam pengaturan tentang perlindungan konsumen di Indonesia dengan diundangkannya Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (selanjutnya disebut UUPK) sebagai payung bagi pengaturan perlindungan konsumen yang telah ada sebelumnya. UUPK disahkan pada tanggal 20 April 1999 tetapi baru diberlakukan satu tahun kemudian, yaitu pada tanggal 20 April 2000. Penundaan tersebut dianggap penting untuk melengkapi berbagai pranata hukum yang diberlakukan.17 Norma-norma perlindungan konsumen lainnya diluar UUPK, dapat dijadikan sebagai acuan dengan menempatkan UUPK sebagai suatu sistem perlindungan hukum terhadap konsumen. Berdasarkan ketentuan tersebut dapat dipahami bahwa UUPK merupakan ketentuan khusus (lex

15

Achmad Sodiki, Dari Dissenting Opinion Menuju Living Constitution (Pemikiran Hukum

Prof. Dr. Achmad Sodiki, S.H Hakim Konstitusi Periode 2008-2013), Universitas Brawijaya Press

(UB Press), Malang, 2014, hal. 2.

16

“Larangan Iklan Rokok Dan Promosi Rokok”

<www.kompak.co/larangan-iklan-dan-promosi-rokok/>, diunduh pada 22 Juli 2016 pukul 23:07 WIB.

specialis) terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan yang telah ada

sebelumnya (lex generalis).18

Perlindungan konsumen di Indonesia berasaskan manfaat, keadilan, keseimbangan, keamanan, dan keselamatan konsumen, serta kepastian hukum. Penjelasan mengenai asas-asas perlindungan konsumen sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1), yaitu:19

a. Asas Manfaat

Dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen dan menyelesaikan permasalahan perlindungan konsumen, harus memberikan manfaat bagi semua pihak khususnya konsumen dan pelaku usaha tanpa ada diskriminasi. Sehingga di dalam pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen tidak hanya menempatkan satu pihak di atas pihak yang lain tetapi bermanfaat bagi masing-masing pihak.

b. Asas Keadilan

Dalam pengaturan dan penegakan hukum perlindungan konsumen, antara konsumen dan pelaku usaha diberikan suatu kesempatan untuk memperoleh keadilan sebagaimana mestinya sehingga tidak ada pihak yang dirugikan. Keadilan yang diberikan oleh UUPK, antara lain dengan diaturnya mengenai hak dan kewajiban konsumen maupun pelaku usaha yang mempunyai keterikatan antara yang satu dengan yang lain.

18

Dedi Harianto, op.cit.,hal. 13, dikutip dari Yusuf Shofie, Penyelesaian Sengketa

Konsumen Menurut Undang-undang Perlindungan Konsumen (UUPK) Teori Dan Penegakan Hukum, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2003.

19

Eli Wuria Dewi, Hukum Perlindungan Konsumen, Graha Ilmu, Yogyakarta, 2015 hal. 10-12.

c. Asas Keseimbangan

Keseimbangan antara kepentingan konsumen dan pelaku usaha merupakan hal yang sangat penting. Perlindungan hak dan kewajiban masing-masing pihak mempunyai kepentingan yang seimbang sehingga tidak ada salah satu pihak yang mendapat perlindungan hukum atas kepentingannya lebih besar dari pada pihak yang lain.

d. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

Di dalam penggunaan, pemakaian, pemanfaatan, serta mengkonsumsi barang dan/atau jasa, konsumen harus mendapatkan jaminan atas keamanan, kenyamanan, dan keselamatan. UUPK mengatur perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha dan tanggung jawab pelaku usaha untuk melindungi kepentingan konsumen sehingga dalam penggunaan atau pemanfaatan barang dan/atau jasa tidak akan mengancam ketentraman dan keselamatan jiwa konsumen maupun harta bendanya.

e. Asas Kepastian Hukum

Dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, Negara memberikan jaminan kepastian hukum. Konsumen maupun pelaku usaha harus menaati aturan hukum yang sudah diatur dalam peraturan perundang-undangan, khususnya UUPK.

Selain asas-asas perlindungan konsumen, di dalam UUPK juga mencantumkan tujuan dari perlindungan konsumen. Tujuan perlindungan konsumen sebagaimana diatur pada Pasal 3 UUPK, yaitu:

a. meningkatkan kesadaran, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

b. mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkannya dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa; c. meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan,

dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen;

d. menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

e. menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan bertanggung jawab dalam berusaha;

f. meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi barang dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselamatan konsumen.

Untuk mengembangkan upaya perlindungan konsumen dibentuk Badan Perlindungan Konsumen Nasional. Tugas Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menurut UUPK, yaitu:

a. memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka penyusunan kebijakan di bidang perlindungan konsumen;

b. melakukan penelitian dan pengkajian terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku di bidang perlindungan konsumen;

c. melakukan penelitian terhadap barang dan/atau jasa yang menyangkut keselamatan konsumen;

d. mendorong berkembangnya lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat;

e. menyebarluaskan informasi melalui media mengenai perlindungan konsumen dan memasyarakatkan sikap keberpihakan kepada konsumen; f. menerima pengaduan tentang perlindungan konsumen dari masyarakat,

lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat, atau pelaku usaha;

g. melakukan survei yang menyangkut kebutuhan konsumen.

Apabila dihubungkan dengan kegiatan periklanan, BPKN memang tidak secara langsung menangani kegiatan periklanan, akan tetapi badan ini sangat penting peran sertanya dalam upaya melahirkan Undang-undang Periklanan yang selama ini terhenti serta tidak jelas bagaimana kelanjutannya. Dengan tugasnya untuk memberikan saran dan rekomendasi kepada pemerintah dalam rangka penyusunan kebijakan di bidang perlindungan konsumen, sangat relevan apabila BPKN mendorong pemerintah untuk kembali membuat Rancangan Undang-undang Periklanan (RUU Periklanan).20

Selain Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN), UUPK juga menyebutkan tentang Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM). Menurut Pasal 1 angka 9 UUPK, LPKSM merupakan lembaga

nonpemerintah yang terdaftar dan diakui oleh pemerintah yang mempunyai

kegiatan menangani perlindungan konsumen. Tugas Lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat (LPKSM) menurut UUPK meliputi kegiatan:

a. menyebarkan informasi dalam rangka meningkatkan kesadaran atas hak dan kewajiban dan kehati-hatian konsumen dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

b. memberikan nasihat kepada konsumen yang memerlukannya;

c. bekerja sama dengan instansi terkait dalam upaya mewujudkan perlindungan konsumen;

d. membantu konsumen dalam memperjuangkan haknya, termasuk menerima keluhan atau pengaduan konsumen;

e. melakukan pengawasan bersama pemerintah dan masyarakat terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen.

Fungsi strategis bagi upaya perlindungan konsumen, yaitu melakukan pengawasan bersama pemerintah terhadap pelaksanaan perlindungan konsumen, meningkatkan kesadaran konsumen akan hak dan kewajibannya, memberikan advokasi konsumen, serta menerima pengaduan konsumen dan membantu konsumen dalam mempejuangkan hak-haknya.21 Dalam kegiatan periklanan, peran LPKSM cukup besar dalam mengawasi berbagai bentuk periklanan yang berpotensi dapat menyesatkan konsumen. Pengawasan iklan dilakukan dengan mengamati secara langsung tayangan-tayangan iklan di media elektronik, seperti radio dan televisi serta iklan-iklan di media cetak seperti surat kabar, majalah, tabloid, bahkan iklan di media luar ruangan, seperti papan reklame.22 Apabila terdapat kecurigaan adanya iklan yang mengandung informasi menyesatkan, maka Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) sebagai salah satu LPKSM yang cukup aktif memperjuangkan kepentingan konsumen, akan meminta konfirmasi kepada perusahaan pengiklan mengenai informasi dalam iklan perusahaan tersebut.23

21 Ibid.,hal. 171.

22

Ibid.,hal. 172.

23

Ibid.,dikutip dari wawancara dengan Sudaryatmo, Pengurus Harian Yayasan Lembaga

Dokumen terkait