• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.3. Hukum Persaingan Usaha di Indonesia

Secara umum dapat dikatakan bahwa hukum persaingan usaha adalah hukum yang mengatur segala sesuatu yang berkaitan dengan persaingan usaha.Namun banyak istilah yang digunakan dalam bidang hukum ini selain istilah hukum persaingan usaha yakni hukum anti monopoli (antimonopoly law) dan hukum antitrust (antitrust law). Untuk memperoleh pengertian yang mendalam tentu pengertian hukum persaingan usaha demikian itu tidaklah mencukupi. Oleh karenanya,perlu dikemukakan beberapa pengertian hukum persaingan dari para ahli hukum persaingan usaha. Menurut Arie Siswanto, dalam bukunya yang berjudul “Hukum Persaingan Usaha” yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha (competition law) adalah instrumen hukum yang menentukan tentang bagaimana persaingan itu harus dilakukan. Meskipun secara khusus menekankan pada aspek “persaingan”, hukum persaingan juga menjadi

18

http://boygiawa.blogspot.co.id/2012/09/dokumen-bongkar-muat.htmldiakses pada tanggal 7 Oktober 2015. Jam 23.50 WIB

perhatian dari hukum persaingan adalah mengatur persaingan sedemikian rupa, sehingga ia tidak menjadi sarana untuk mendapatkan monopoli.

Di dalam Kamus Lengkap Ekonomi yang ditulis oleh Christopher Pass dan Bryan Lowes, yang dimaksud dengan Competition Laws (hukum persaingan) adalah bagian dari perundang-undangan yang mengatur tentang monopoli, penggabungan dan pengambilalihan, perjanjian perdagangan yang membatasi dan praktik anti persaingan.Berdasarkan beberapa pengertian diatas jelas yang dimaksud dengan hukum persaingan usaha adalah sebagaimana yang telah diatur didalam ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999. Didalam persaingan usaha tentu ada dampak dari persaingan tersebut. Persaingan usaha tersebut memiliki dampak positif dan dampak negatif. Menurut Anderson dalam Siswanto, dalam konteks pertumbuhan ekonomi dan kesejahtraan, persaingan dapat membawa dua dampak sekaligus, yaitu:19

a. Aspek Positif Persaingan:

1. Melindungi para pelaku ekonomi terhadap eksploitasi dan penyalahgunaan.

2. Mendorong alokasi dan realokasi sumber-sumber daya ekonomi sesuai dengan kegiatan konsumen karena ditentukan oleh permintaan (demand).

3. Mendorong penggunaan sumber daya ekonomi dan metode pemanfaatannya secara efisien.

4. Adanya persaingan akan mendorong setiap pesaing yang ada akan mengurangi biaya produksi serta memperbesar market share. Hal ini akan mendorong pula adanya peningkatan mutu produk, pelayanan proses produksi, serta inovasi teknologi.

b. Aspek Negatif Persaingan:

1. Sistem persaingan menimbulkan adanya biaya dan kesulitan-kesulitan tertentu yang tidak didapati dalam sistem monopoli. Hal ini disebabkan pihak penjual dan pembeli secara relatif akan memiliki kebebasan

19

Wahyu Retno Dwi Sari, Kartel :Upaya Damai Untuk Meredam Konfrontasi Dalam Persaingan Usaha.Jurnal Persaingan Usaha. KPPU. Edisi 1 Tahun 2009, Hlm 195.

21

untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, serta memiliki posisi tawar yang tidak jauh berbeda. Konsekuensinya adalah adanya waktu yang lebih lama dan upaya yang lebih keras dari masing-masing pihak untuk mencapai kesepakatan. Biaya yang harus dibayar untuk hal ini adalah biaya kontraktual yang tidak perlu seandainya para pihak tidak bebas bernegosiasi.

2. Persaingan dapat mencegah kordinasi yang diperlukan dalam industri tertentu. Salah satu sisi negatif dari persaingan adalah bahwa persaingan bisa mencegah koordinasi fasilitas teknis dalam bidang usaha tertentu yang dalam lingkup luas sebenarnya diperlukan demi efisiensi.

3. Kemungkinan munculnya praktek-praktek curang (unfair competition)

karena persaingan dianggap sebagai kesempatan untuk menyingkirkan pesaing dengan cara apapun.

2.3.2 Ruang Lingkup Hukum Persaingan Usaha

Didalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 terdapat ketentuan yang mengatur tentang tindakan-tindakan yang berhubungan dengan pasar yang berlaku diatur di dalam hukum persaingan usaha yang merupakan ruang lingkup hukum persaingan usaha sebagai berikut:

1. Perjanjian yang dilarang 2. Kegiatan yang dilarang

3. Penyalahgunaan posisi yang dilarang 4. KPPU

5. Tata Cara penanganan perkara 6. Sanksi-sanksi

7. Pengecualian-pengecualian

Adapun hal-hal yang dilarang dalam hukum persaingan usaha berdasarkan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 adalah:

1. Perjanjian yang dilarang a) Oligopoli

b) Penetapan Harga c) Pembagian Wilayah d) Pemboikotan e) Kartel f) Trust g) Oligopsoni h) Integrasi Vertikal i) Perjanjian Tertutup

j) Perjanjian dengan pihak luar negri

2. Kegiatan-kegiatan tertentu yang berdampak tidak baik untuk persaingan pasar meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

a) Monopoli b) Monopsoni c) Penguasa pasar d) Persengkongkolan 3. Posisi dominan

a) Pencegahan konsumen untuk memperoleh barang atau jasa yang bersaing

b) Membatasi pasar dan pengembangan teknologi

c) Menghambat pelaku usaha lain sebagai pesaing memasuki pasar

d) Jabatan rangkap secara bersama e) Pemikiran saham

f) Merger,akuisisi, dan konsolidasi

2.3.3. Dasar-Dasar Perlindungan Hukum Persaingan Usaha

Secara yuridis konstitusional, kebijakan dan pengaturan hukum persaingan usaha didasarkan pada ketentuan dalam pasal 33 UUD 1945, yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam beberapa ketetapan MPRS yang pada dasarnya mengamatkan tidak pada tempatnya adanya monopoli yang merugikan

23

masyarakat dan persaingan usaha yang tidak sehat. Berdasarkan ketentuan dalam pasal 33 UUD 1945, sudah seharusnya negara ikut serta atau campur tangan dalam mengatur struktur pasar melalui berbagai peraturan perundang-undangan, sehingga dapat menciptakan keseimbangan kepentingan antara pelaku usaha dan kepentingan umum.

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 harus dapat membantu dalam mewujudkan struktur ekonomi sebagaimana dimaksud dalam pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa, “Ekonomi diatur oleh kerjasama berdasarkan prinsip-prinsip gotong royong”. Termasuk pikiran demokrasi ekonomi yang dimaksudkan ke dalam pasal 2 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dikaitkan dengan huruf a dan huruf b dalam konsiderannya menegaskan tentang pembangunan ekonomi menuju kesejahtraan rakyat sesuai dengan UUD 1945 dan demokrasi ekonomi. Disetujui secara umum bahwa negara harus menciptakan peraturan persaingan usaha untuk dapat mencapai tujuan demokrasi ekonomi oleh karena terdapat tiga sistem yang bertentangan dengan tujuan tersebut yaitu:20

1. Liberalisme perjuangan bebas, yang pada masa lalu telah melemahkan kedudukan Indonesia dalam ekonomi internasional;

2. Sistem penganggaran belanja yang menghambat kemajuan dan pengembangan ekonomi;

3. Sistem pengkonsentrasikan kekuatan ekonomi, oleh karena segala monopoli akan merugikan.

Bagi negara Indonesia, persoalan dalam pengaturan usaha telah diatur dan bersumber pada Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Hanya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 yang dapat mencegah timbulnya ketiga sistem tersebut, karena melindungi proses persaingan usaha dan menjamin tata persaingan usaha.

20

Estiono,Tesis Ekistensi Komisi Persaingan Usaha Dalam Sistem Peradilan Perdata Di Indonesia. Universitas Jember, Jember, 2012. Hlm 43

2.4 Komisi Pengawas Persaingan Usaha

Dokumen terkait