• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hutan Kota Blok P Walikota Jakarta Selatan

Hutan Kota Blok P Walikota Jakarta Selatan terletak di jalan Prapanca, Kebayoran Baru. Luas Hutan Kota di wilayah ini adalah 1.64 Ha. Penetapan Hutan Kota Blok P Walikota Jakarta Selatan dilakukan oleh Gubernur melalui SK Gubernur Nomo 89 tahun 2004 dan berfungsi sebagai daerah keseimbangan kelestarian tanah dan air serta pengendali polutan. Kawasan Hutan Kota ini sebelumnya merupakan daerah pemakaman (Gambar 5b).

(5a) (5b)

Gambar 5 (a) Hutan Kota Universitas Indonesia; (b) Blok P Walikota Jakarta Selatan

13

Suhu Permukaan

Perubahan tata guna lahan pada wilayah perkotaan semakin meningkat setiap waktu dikarenakan oleh pesatnya pertambahan penduduk akibat urbanisasi. Kebutuhan lahan yang semakin besar tidak didukung oleh kapasitas lahan yang berada di wilayah Jakarta Selatan sehingga Ruang Terbuka Hijau yang ada tergantikan fungsinya oleh kepentingan manusia.

Pengalihan fungsi lahan menjadi lahan terbangun mengakibatkan suhu permukaan menjadi semakin tinggi. Berdasarkan hasil citra landsat 8 bulan Agustus tahun 2013, sebanyak 53.58% luas suhu permukaan di kawasan Jakarta Selatan di atas 35°C. Hal ini menunjukkan suhu di daerah Jakarta Selatan terbilang tinggi di suatu perkotaan.

Luas suhu permukaan dibagi dalam 10 kecamatan yang memiliki luasan berbeda-beda dan akan dihitung persentasenya sehingga akan terlihat kecamatan dengan luas suhu permukaan yang paling tinggi dan paling rendah.

Tabel 7 Luas Suhu Permukaan pada Setiap Kecamatan di Jakarta Selatan

Kecamatan Selang (Ha)

< 30°C 30-31°C 31-32°C 32-33°C 33-34°C 34-35°C ≥ 35°C Jagakarsa 36.44 38.90 138.95 278.67 465.90 594.37 637.38 Cilandak 0.00 22.37 56.23 166.32 462.14 656.76 443.83 Kebayoran Baru 0.00 0.26 2.58 12.00 80.32 335.02 842.72 Kebayoran Lama 0.00 1.65 37.48 107.37 212.96 398.85 1181.49 Mampang Prapatan 0.00 1.18 4.68 12.13 54.22 182.61 535.79 Pancoran 0.00 0.00 1.55 8.26 33.07 95.09 723.72 Pasar Minggu 6.75 59.36 66.05 131.07 300.70 642.29 1326.90 Pesanggrahan 0.00 0.06 11.42 56.35 207.73 379.34 680.87 Setiabudi 0.00 0.00 5.00 35.19 94.09 192.66 549.55 Tebet 0.00 0.00 0.00 1.50 19.38 49.44 877.75 Total (Ha) 43.19 123.79 323.94 808.87 1930.49 3526.43 7800.00 Berdasarkan hasil perhitungan pada Tabel 7, luas suhu permukaan di atas 35°C paling besar berada pada kecamatan Tebet sebesar 877.75 Ha atau 92.58% dari luas kecamatan Tebet. Suhu permukaan yang sangat tinggi ini disebabkan oleh tutupan lahan yang didominasi lahan terbangun. Tutupan lahan dengan mayoritas lahan terbangun akan memiliki nilai albedo yang rendah. Albedo adalah perbandingan radiasi surya yang dipantulkan dengan radiasi yang datang. Semakin rendah nilai albedo, radiasi matahari yang diserap oleh permukaan bumi lebih banyak dibandingkan dengan radiasi yang dipantulkan kembali ke atmosfer. Apabila atmosfer sudah tercemari polutan akibat berbagai kegiatan manusia, maka radiasi yang dipantulkan akan terperangkap dan kembali lagi ke permukaan. Proses ini yang menyebabkan peningkatan suhu permukaan terus menerus di kawasan perkotaan. Kelas suhu kurang dari 30°C berada pada Kecamatan Jagakarsa dengan luas suhu permukaan 36.44 Ha (1.66%). Gambar 6 menjelaskan suhu permukaan di

14

Kecamatan Jagakarsa tersebar merata dikarenakan masih banyak Ruang Terbuka Hijau dan situ atau danau.

Gambar 6 Diagram Luas Suhu Permukaan setiap Kecamatan di Jakarta Selatan Menurut Rushayati (2010), intersepsi radiasi surya yang dilakukan oleh vegetasi untuk fotosintesis dan penguapan dapat menurunkan suhu serta meningkatkan kelembaban udara. Lakitan (1994) menyatakan bahwa pohon dapat menurunkan suhu sebesar 3.5°C di siang hari yang terik. Sebaran suhu permukaan di Jakarta Selatan ditampilkan pada Gambar 7.

Gambar 7 Peta Sebaran Suhu Permukaan di Jakarta Selatan

0% 20% 40% 60% 80% 100% Pres e n ta se Wi lay ah Seba ra n Su h u Perm u ka n Kecamatan < 30°C 30-31°C 31-32°C 32-33°C 33-34°C 34-35°C ≥35°C

15

Konsentrasi Polutan di Udara

Nitrogen dioksida (NO2)

Udara terdiri dari 80% nitrogen dan 20% oksigen (Fardiaz 1992). Oksigen dan Nitrogen cenderung sulit berinteraksi satu sama lain dalam suhu kamar namun pada suhu yang lebih tinggi keduanya dapat bereaksi membentuk NO dalam jumlah banyak sehingga dapat menyebabkan pencemaran udara (Departemen Kesehatan 2011). Kadar NO2 di wilayah perkotaan sebagian besar berasal dari hasil kegiatan manusia seperti pembakaran mesin kendaraan bermotor, produksi energi dan pembakaran sampah (Staptelton 2003). Jumlah NO2 yang terdapat di udara dipengaruhi oleh suhu pembakaran, lamanya gas hasil pembakaran dan jumlah oksigen berlebih semakin tersedia. Semakin tinggi suhu pembakaran, semakin tinggi pula konsentrasi NO2 di udara (Fardiaz 1992).

Tabel 8 Luas Sebaran Konsentrasi NO2 di Jakarta Selatan Kecamatan Selang (Ha) < 42 µg/Nm3 42 - 44 µg/Nm3 44 - 46 µg/Nm3 46 - 48 µg/Nm3 ≥ 48 µg/Nm3 Jagakarsa 1311.95 839.83 17.68 0.00 0.00 Cilandak 0.00 0.00 441.98 785.96 571.66 Kebayoran Baru 0.00 0.00 0.00 0.00 1273.72 Kebayoran Lama 0.00 0.00 0.00 186.58 1754.09 Mampang Prapatan 0.00 0.00 0.00 79.82 710.79 Pancoran 0.00 1.49 0.00 408.39 474.00 Pasar Minggu 496.67 620.68 865.76 500.87 35.69 Pesanggrahan 0.00 0.00 64.32 652.51 634.68 Setiabudi 0.00 0.00 0.00 592.18 282.73 Tebet 0.00 0.00 488.01 464.69 0.00 Total (Ha) 1808.63 1462.00 1877.75 3671.00 5737.35

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi NO2 tertinggi berada di kelas lebih dari 48 µg/Nm3. Baku mutu NO2 yang diambil dalam waktu 24 jam adalah 92.5 µg/Nm3, sehingga kadar NO2 di seluruh kawasan Jakarta Selatan belum melebihi batas baku mutu. Luas wilayah dengan konsentrasi NO2 tertinggi berada di Kecamatan Kebayoran Baru sebesar 1273.72 Ha (100%). Sebaran NO2 di kecamatan Kebayoran Baru berbanding terbalik dengan polutan SO2 (Tabel 8) dan luas Ruang Terbuka Hijau yang berada di kecamatan Kebayoran Baru cukup tinggi (Tabel 12). Jumlah konsentrasi NO2 di kecamatan Kebayoran Baru dapat terjadi oleh faktor dalam pengambilan data yang tidak bersamaan atau human error.

Kadar NO2 terendah adalah 36.7 µg/Nm3 atau berada di kelas kurang dari 42 µg/Nm3. Luas wilayah dengan konsentrasi NO2 terendah berada di Kecamatan Jagakarsa sebesar 1311.95 Ha (60.47%) Rendahnya konsentrasi NO2 pada kecamatan tersebut dipengaruhi oleh Ruang Terbuka Hijau yang tersedia. Mayoritas konsentrasi NO2 berada pada kelas lebih dari 48 µg/Nm3 dengan luas

16

5737.40 Ha atau 39.41% dari seluruh wilayah Jakarta Selatan. Peta sebaran NO2 ditampilkan pada Gambar 8.

Gambar 8 Peta Penyebaran Polutan NO2 di Jakarta Selatan

Salah satu solusi dalam mengurangi polutan NO2 adalah dengan jalur hijau. Sulistijorini (2009) menyatakan bahwa pengurangan konsentrasi NO2 pada tempat bervegetasi pada jarak 15 – 25 meter dari bahu jalan akan lebih efektif daripada lahan terbuka.

SO2 (Sulfur Dioksida)

Sulfur Dioksida (SO2) merupakan gas yang tidak berwarna dan mempunyai bau yang tajam dan tidak mudah terbakar di udara (Staptelton 2003). Masalah yang ditimbulkan SO2 adalah yang dihasilkan oleh manusia karena menyebabkan distribusi SO2 yang tidak merata sehingga terkonsentrasi di daerah-daerah tertentu. Hasil pengolahan data sampling SO2 di Jakarta Selatan menunjukkan konsentrasi SO2 tertinggi adalah 62.7 µg/Nm3. Nilai tersebut belum melebihi batas baku mutu sebesar 92.5 µg/Nm3. Konsentrasi sebaran SO2 tertinggi berada di kecamatan Tebet dengan luas wilayah sebesar 883.03 Ha (93.27%). Hal ini dapat terjadi karena kecamatan Tebet merupakan salah satu pusat bisnis yang ada di Jakarta Selatan sehingga tingginya jumlah transportasi yang melaju pada kecamatan tersebut dan penutupan lahan yang didominasi oleh bangunan. Kurangnya RTH pada daerah tersebut menyebabkan SO2 tidak ada yang menyerapnya. Luas sebaran konsentrasi SO2 disajikan pada Tabel 9.

Konsentrasi SO2 terendah di Jakarta Selatan adalah 32.5 µg/Nm3. Luas area kecamatan yang memiliki kadar ini berada di Kebayoran Baru yaitu 1015.69 Ha (79.78%). Hal tersebut berbanding terbalik dengan kadar NO2 yang paling tinggi di

17 Kecamatan Kebayoran Lama dan Kebayoran Baru, sedangkan menurut Fardiaz (1992) menyatakan bahwa peningkatan NOx dan SOx dipengaruhi oleh kenaikan suhu dalam pembakaran, sehingga laju NOx dan SOx adalah berbanding lurus. Peta sebaran polutan SO2 disajikan pada Gambar 9.

Tabel 9 Luas Sebaran Konsentrasi SO2 di Jakarta Selatan Kecamatan Selang (Ha) < 41 µg/Nm3 41 - 46 µg/Nm3 46 – 52 µg/Nm3 52 - 57 µg/Nm3 ≥ 57 µg/Nm3 Jagakarsa 0.00 0.00 2189.55 0.00 0.00 Cilandak 294.58 1500.24 13.33 0.00 0.00 Kebayoran Baru 1015.69 207.77 49.59 0.00 0.00 Kebayoran Lama 1269.62 670.71 0.00 0.00 0.00 Mampang Prapatan 85.48 351.64 209.61 141.36 2.52 Pancoran 0.00 0.00 170.90 452.73 238.19 Pasar Minggu 0.00 475.10 1916.93 141.73 0.00 Pesanggrahan 291.75 1043.76 0.00 0.00 0.00 Setiabudi 0.00 0.00 214.37 502.99 159.84 Tebet 0.00 0.00 0.00 63.67 883.03 Total (Ha) 2957.12 4249.22 4764.29 1302.49 1283.57

18

Total Suspended Particulate (TSP)

TSP atau total partikulat melayang dan atau juga disebut Suspended Particulate Matter (SPM) adalah campuran yang sangat rumit dari berbagai senyawa yang ada di udara. Menurut Enviromental Protection Agency (1999) , TSP merupakan sekumpulan partikel aerodinamis yang berukuran antara 0.1-100 µm atau lebih besar.

Hasil pengolahan data TSP di Jakarta Selatan menunjukkan bahwa konsentrasi tertinggi TSP di Jakarta Selatan adalah 248 µg/Nm3 dengan batas baku mutu adalah 230 µg/Nm3. Hal ini menyatakan bahwa kadar TSP di Jakarta Selatan telah melebihi baku mutu yang ditetapkan oleh Keputusan Gubernur Nomor 51 Tahun 2001. Luas sebaran TSP di Jakarta Selatan disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10 Luas Sebaran Konsentrasi TSP di Jakarta Selatan Kecamatan Selang (Ha) < 173 µg/Nm3 173 - 192 µg/Nm3 192 - 210 µg/Nm3 210 - 230 µg/Nm3 ≥ 230 µg/Nm3 Jagakarsa 2090.08 99.32 0.00 0.00 0.00 Cilandak 1808.07 0.00 0.00 0.00 0.00 Kebayoran Baru 971.15 201.53 100.39 0.00 0.00 Kebayoran Lama 1893.78 46.50 0.00 0.00 0.00 Mampang Prapatan 167.96 405.46 214.22 2.97 0.00 Pancoran 0.00 842.72 19.16 0.00 0.00 Pasar Minggu 624.65 1909.08 0.00 0.00 0.00 Pesanggrahan 1335.66 0.00 0.00 0.00 0.00 Setiabudi 0.00 0.97 200.03 464.15 211.98 Tebet 0.00 669.38 214.78 38.19 24.34 Total (Ha) 8891.34 4174.96 748.57 505.32 236.31 Kecamatan dengan konsentrasi TSP tertinggi berada di Setiabudi dengan luas sebaran TSP adalah 211.98 Ha (24.17%). Luas wilayah dengan konsentrasi TSP terendah berada di Cilandak yaitu sebesar 1808.07 (100%). Luas wilayah sebaran polutan TSP di Jakarta Selatan paling banyak berada di kelas konsentrasi dari 173 µg/Nm3 dengan luas sebesar 8891.34 Ha (61.08%).

The Philippines Clean Air Act (1999) mempunyai indeks kualitas TSP yang membagi ke dalam 6 kelas. Tabel 11 memaparkan Indeks Kualitas Udara untuk polutan TSP.

Tabel 11 Indeks Kualitas Udara TSP

Indeks Kualitas Udara Konsentrasi Polutan TSP

Sehat 0 – 80 µg/Nm3

Cukup Sehat 81 – 229 µg/Nm3

Tidak Sehat untuk Beberapa Kelompok 230 – 349 µg/Nm3

Sangat Tidak Sehat 350 – 599 µg/Nm3

Mendekati Bahaya 600 – 899 µg/Nm3

19

Berdasarkan kelas pada Tabel 10, konsentrasi TSP di Jakarta Selatan berada di kategori cukup sehat (81 – 230 µg/Nm3) dengan kelas kurang dari 173 – 230 µg/Nm3 dan kategori tidak sehat untuk Beberapa Kelompok (230 – 349 µg/Nm3) dengan selang diatas 230 µg/Nm3. Kelas beberapa kelompok didefinisikan sebagai kelompok balita, lansia dan sekelompok orang yang memiliki penyakit pernafasan seperti asthma dan bronchitis. Menurut Tugaswati et al. (1996), konsentrasi polutan TSP yang tinggi dapat menyebabkan iritasi pernafasan bagian atas dan bagian bawah, serta dapat mengganggu jarak pandang mata dan reaksi di atmosfer yang tidak diharapkan. Efek sinergistik juga dapat terjadi jika partikulat berukuran 0.1 –

10 µm cenderung lebih lama melayang di udara bereaksi dengan SO2 dan masuk ke dalam alveoli paru dapat menyebabkan kerusakan faal paru-paru (Fardiaz 1992).

Menurut Irwan (1994) pengurangan konsentrasi TSP di udara menggunakan model hutan kota berstrata banyak berfungsi paling efektif. Oleh karena itu, hutan kota yang komunitasnya hanya terdiri dari pepohonan dan tajuk kurang rindang, serta jarak tanam kurang rapat dapat ditingkatkan kembali baik dalam jumlah, jenis maupun jarak tanamnya perlu dirapatkan. Peta penyebaran polutan TSP disajikan pada Gambar 10.

Gambar 10 Peta Sebaran Polutan TSP di Jakarta Selatan

Timah Hitam (Pb)

Pb atau Timah Hitam adalah logam lunak yang banyak digunakan dalam industri, baterai, pestisida, cat dan bensin (Fardiaz 1992).Hasil yang telah didapat adalah konsentrasi Pb terbesar adalah 0.148 µg/Nm3 di Jakarta Selatan. Jumlah tersebut belum mencapai baku mutu Pb sebesar 2 µg/Nm3. Luas area kelas konsentrasi tertinggi berada di kecamatan Setiabudi sebesar 621.58 Ha (70.85%). Konsentrasi Pb terendah di Jakarta Selatan adalah 0.03 µg/Nm3. Luas area

20

kecamatan dengan konsentrasi terendah berada di Kebayoran Baru sebesar 616 Ha (48.39%). Sebaran konsentrasi Pb terbanyak berada pada selang 0.08 µg/Nm3 – 0.10 µg/Nm3 dengan luas 7855.85 Ha atau 53.97% dari luas Jakarta Selatan. Luas sebaran konsentrasi Pb disajikan pada Tabel 12.

Tabel 12 Luas Sebaran Konsentrasi Polutan Pb di Jakarta Selatan Kecamatan Selang (Ha) < 0.06 µg/Nm3 0.06 - 0.08 µg/Nm3 0.08 - 0.10 µg/Nm3 0.10 - 0.11 µg/Nm3 ≥ 0.11 µg/Nm3 Jagakarsa 0.00 0.00 2189.55 0.00 0.00 Cilandak 7.29 1057.62 743.25 0.00 0.00 Kebayoran Baru 615.99 431.04 200.79 25.26 0.00 Kebayoran Lama 160.39 1611.06 168.28 0.00 0.00 Mampang Prapatan 0.00 263.79 407.18 119.63 0.00 Pancoran 0.00 0.00 851.44 10.24 0.00 Pasar Minggu 0.00 73.57 2460.16 0.00 0.00 Pesanggrahan 0.00 1086.19 249.41 0.00 0.00 Setiabudi 0.00 0.00 0.62 255.16 621.58 Tebet 0.00 0.00 585.17 298.91 62.65 Total (Ha) 783.67 4523.28 7855.85 709.21 684.23

Staptelton (2003) menyatakan bahwa Pb adalah logam beracun yang dapat terakumulasi di dalam darah, tulang dan jaringan tubuh. Bahkan, paparan rendah Pb dapat menyebabkan keterbelakangan mental bagi anak-anak. Oleh karena itu, perlu adanya pengurangan emisi Pb di udara. Peta penyebaran polutan Pb di Jakarta Selatan ditampilkan pada Gambar 11.

21 Gambar 11 Peta Sebaran Polutan Pb di Jakarta Selatan

Suyanti et al. (2008) menyatakan bahwa jalur hijau mempunyai solusi dalam mengurangi polutan Pb dengan dua proses, yaitu absorpsi (penyerapan) dan adsorpsi (penjerapan). Absorpsi digunakan apabila tanaman mempunyai diameter stomata lebih besar dari ukuran partikel, sedangkan adsorpsi lebih kepada barrier atau penahan fisik dengan penempelan pada bagian pohon terutama tajuk. Oleh karena kedua proses tersebut, perlu adanya pemilihan jenis vegetasi pada hutan kota yang diprioritaskan untuk meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan.

Identifikasi Tutupan Lahan

Hasil analisis Citra Ikonos yang ditemukan pada tahun 2010 dan dikoreksi dengan hasil pengecekan lapang menunjukkan bahwa luas total Ruang Terbuka Hijau saat ini adalah 1862.79 Ha atau sebesar 12.77% dari luas Jakarta Selatan. Pembagian Ruang Terbuka Hijau di Jakarta Selatan dibagi ke dalam 10 kecamatan.

Tabel 13 menjelaskan luas 7 kelas penutupan lahan. Kelas Ruang Terbuka Hijau diperoleh dari hasil gabungan ladang, pohon, rumput dan semak belukar. Keempat kelas tersebut digabungkan menjadi kelas Ruang Terbuka Hijau. Hasil klasifikasi menunjukkan bahwa Ruang Terbuka Hijau paling tinggi terdapat di kecamatan Jagakarsa dengan luas ladang sebesar 90.38 Ha, pohon sebesar 251.57 Ha, rumput sebesar 86.80 Ha dan semak belukar sebesar 72.32 Ha atau jika ditotalkan menjadi 501.07 Ha (22.80%).

Ruang Terbuka Hijau di kecamatan Jagakarsa masih tinggi dikarenakan jauh dari pusat kota, pembangunan berorientasi kepada pemukiman dan lahan yang digunakan lebih banyak dimanfaatkan untuk bercocok tanam.

Tabel 13 Luas Tutupan Lahan di Jakarta Selatan Kecamatan

Kelas Tutupan Lahan (Ha) Badan

Air Ladang

Lahan Terbangun

Lahan

Terbuka Pohon Rumput

Semak Belukar Jagakarsa 95.15 90.38 1596.46 5.18 251.57 86.80 72.32 Cilandak 7.36 20.70 1560.85 7.13 85.11 82.27 47.65 Kebayoran Baru 4.21 0.00 1116.84 0.08 120.67 15.76 15.82 Kebayoran Lama 13.18 1.11 1722.61 5.49 64.32 112.93 23.48 Mampang Prapatan 0.91 0.00 750.00 1.18 15.67 7.78 15.08 Pancoran 13.90 0.88 779.15 0.00 36.15 26.43 6.77 Pasar Minggu 41.37 6.94 2104.78 3.36 246.32 56.33 79.18 Pesanggrahan 11.19 37.62 1140.15 24.41 27.33 18.21 82.45 Setiabudi 11.27 0.00 807.75 0.00 6.64 37.11 15.10 Tebet 16.65 0.00 882.69 0.00 13.66 29.44 6.81 Total (Ha) 215.21 157.64 12461.28 46.84 867.45 473.04 364.67

Hasil perhitungan Ruang Terbuka Hijau yang ada di Jakarta Selatan akan diklasifikasi kembali untuk mendapatkan lokasi potensi pengembangan hutan kota.

22

kelas yang dipergunakan adalah kelas pohon dan non pohon (semak belukar, rumput dan ladang). Peta penutupan lahan disajikan pada Gambar 12.

23

24

Lokasi Prioritas Pengembangan Hutan Kota

Pengembangan hutan kota merupakan salah satu bentuk solusi dalam mengurangi emisi polutan dan peningkatan suhu udara. PP Nomor 63 Tahun 2002 menyebutkan bahwa presentase minimal luas hutan kota 10% atau disesuaikan dengan kondisi setempat. Berdasarkan hal tersebut, luas hutan kota yang diperlukan oleh Jakarta Selatan adalah 14556.43 Ha sedangkan hutan kota di Jakarta Selatan yang resmi hanya ada 2 lokasi yaitu Hutan Kota Walikota Jakarta Selatan dan Hutan Kota Srengseng Sawah atau lebih dikenal dengan Hutan Kota Universitas Indonesia dengan luas total sebesar 57.04 Ha atau 0.39% dari total luas Jakarta Selatan (Dinas Pertanian DKI Jakarta 2012). Total Hutan Kota yang telah dikukuhan hanya 0.39% dari total luas Jakarta Selatan, sehingga perlu adanya peningkatan hutan kota di Jakarta Selatan.

Dari hasil penelitian, kawasan prioritas Hutan Kota di Jakarta Selatan dibagi ke dalam tiga kelas, sehingga dapat dilihat kecamatan-kecamatan yang perlu diperhatikan akibat tingginya suhu dan konsentrasi polutan yang disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14 Kelas Prioritas Pengembangan Hutan Kota di Jakarta Selatan

Kelas Suhu Rentang Konsentrasi Polutan (µg/Nm

3 ) NO2 SO2 TSP Pb Prioritas 1 ≥ 36.1°C ≥ 47 ≥ 52.5 ≥ 216.9 ≥ 0.104 Prioritas 2 32.5–36.1°C 42.8–47 42.4–52.5 185.7–216.9 0.077–0.104 Prioritas 3 < 32.5°C < 42.8 < 42.4 < 160 < 0.077

Kelas Prioritas Pertama adalah kelas yang mempunyai kriteria suhu paling tinggi dengan konsentrasi polutan paling tinggi. Kelas tersebut disarankan menjadi prioritas utama dalam mengurangi tingkat suhu permukaan dan konsentrasi polutan di udara dengan memilih vegetasi yang sesuai. Kelas prioritas kedua adalah kelas yang mempunyai kriteria sedang. Kelas prioritas ini sebaiknya dikembangkan atau ditingkatkan kualitas potensi hutan kota yang ada di daerah tersebut. Kelas prioritas tiga adalah kelas yang mempunyai kriteria konsentrasi suhu dan polutan yang cukup rendah. Kelas prioritas ketiga ini disarankan dibangun hutan kota walaupun suhu dan polutan yang masih rendah, tetapi akan berdampak positif bagi sekitarnya. Tabel 15 menjelaskan kelas prioritas yang ada di overlay dengan batas kecamatan di Jakarta Selatan.

Kelas prioritas pertama yang perlu menjadi perhatian adalah Kecamatan Setiabudi, Tebet, Pancoran dan Mampang Prapatan dengan luas total adalah 1269.86 Ha atau 8.72% dari luas Jakarta Selatan. Keempat kecamatan ini sangat perlu untuk dibangun hutan kota karena suhu permukaan dan polutan udara melebihi batas kelas prioritas pertama. Kelas prioritas kedua merupakan kelas yang memiliki luas sebaran paling banyak, yaitu 7076.55 Ha atau 48.61%. Seluruh kecamatan di Jakarta memiliki kawasan pada kelas prioritas kedua, akan tetapi kelas prioritas kedua paling tinggi ditempati oleh Pasar Minggu dengan luas 2249.70 Ha (88.80%) dan Pancoran dengan luas 747.71 Ha (86.76%). Kelas prioritas ketiga di Jakarta Selatan sebesar 6210.03 atau 42.66% dari total luas Jakarta Selatan. Peta lokasi prioritas disajikan pada Gambar 13.

25 Tabel 15 Kelas Prioritas Pengembangan Hutan Kota di Jakarta Selatan

Kecamatan Kelas Total (Ha)

1 2 3 Jagakarsa 0.00 1853.33 336.85 2190.17 Cilandak 0.00 500.91 1307.14 1808.05 Kebayoran Baru 0.03 174.20 1098.37 1272.60 Kebayoran Lama 0.00 127.91 1812.34 1940.26 Mampang Prapatan 68.74 457.48 264.39 790.61 Pancoran 113.17 747.71 0.92 861.79 Pasar Minggu 0.00 2249.70 283.86 2533.57 Pesanggrahan 0.00 229.29 1106.16 1335.44 Setiabudi 698.99 178.20 0.00 877.19 Tebet 388.93 557.83 0.00 946.75 Total (Ha) 1269.86 7076.55 6210.03 14556.43

Gambar 13 Peta Lokasi Prioritas Pengembangan Hutan Kota di Jakarta Selatan Ketersediaan Ruang Terbuka Hijau akan dibagi menurut kecamatan di Jakarta Selatan. Lahan yang tersedia berupa vegetasi pohon dan non sebesar 1389.14 Ha atau 9.54% dari total luas Jakarta Selatan (Tabel 16). Kelas prioritas terendah berada di Kecamatan Jagakarsa dengan luas lahan Ruang Terbuka Hijau adalah 983.61 Ha yang terbagi dua variabel antara lain vegetasi pohon sebesar 230.84 Ha dan non pohon 118.58 Ha. Kelas prioritas ketiga memiliki nilai suhu dan polutan yang rendah yang disebabkan oleh masih luasnya lahan hijau di kecamatan

26

Jagakarsa, akan tetapi lokasi ini juga perlu dibangun atau dikembangkan hutan kota agar kualitas udara semakin baik dan nyaman

Tabel 16 Areal Potensi Pengembangan Hutan Kota di Jakarta Selatan Kecamatan 1 2 3 Total (Ha) Pohon Non Pohon Pohon Non Pohon Pohon Non Pohon Jagakarsa 0.00 0.00 47.60 69.47 230.84 118.58 466.50 Cilandak 0.00 0.00 1.40 6.43 39.38 132.11 179.32 Kebayoran Baru 0.00 0.00 1.05 9.66 105.04 21.48 137.23 Kebayoran Lama 0.00 0.00 0.00 0.00 42.33 88.72 131.05 Mampang Prapatan 0.00 2.13 0.00 5.79 3.37 5.27 16.57 Pancoran 0.00 2.05 20.16 20.42 0.00 0.79 43.43 Pasar Minggu 0.00 0.00 52.73 51.29 15.61 57.87 177.50 Pesanggrahan 0.00 0.00 0.00 17.16 9.73 112.47 139.36 Setiabudi 0.00 42.32 5.47 9.87 0.00 0.00 57.66 Tebet 0.00 31.45 9.07 0.00 0.00 0.00 40.52 Total (Ha) 0.00 77.96 137.48 190.09 446.32 537.29 1389.14

Luas kelas prioritas kedua sebesar 327.57 Ha dengan sebaran terluas tetap berada di Jagakarsa. Selain Jagakarsa, kecamatan Pasar Minggu mempunyai potensi hutan kota dengan vegetasi non pohon sebesar 52.73 Ha dan kecamatan Pancoran dengan vegetasi pohon sebesar 20.16 Ha. Kelas prioritas kedua dapat dijadikan pertimbangan yang lebih dibanding kelas prioritas ketiga. Dengan adanya hutan kota, Ruang Terbuka Hijau tersebut terhindar dari alih fungsi lahan karena hutan kota dibangun berdasarkan PP Nomor 63 Tahun 2002.

Kelas prioritas pertama berada di empat kecamatan, antara lain Pancoran, Setiabudi, Mampang Prapatan dan Tebet dengan vegetasi non pohon sebesar 77.96 Ha. Keempat kecamatan ini merupakan lokasi yang menjadi pusat pemerintahan dan pusat perdagangan sehingga didominasi oleh lahan terbangun. Luas Ruang Terbuka Hijau pada keempat kecamatan ini masih belum cukup mengingat suhu dan polutan di lokasi tersebut tergolong paling tinggi. Salah satu solusi dalam meningkatkan kualitas lingkungan adalah dengan membuat jalur Ruang Terbuka Hijau di badan kereta api dan badan sumber air serta memberikan kompensasi terhadap perusahaan untuk lahan mereka yang akan dijadikan sebagai hutan kota sesuai dengan nilai pajak yang berlaku dan luas minimum yang wajib disediakan oleh perusahaan untuk penanaman pohon yaitu sebesar 0.25 hektar.

Jumlah potensi hutan kota yang telah ditemukan oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta dimasukkan ke dalam kelas prioritas pengembangan hutan kota di Jakarta Selatan. Potensi hutan kota yang ditemukan oleh Dinas Pertanian DKI Jakarta berupa vegetasi pohon (Tabel 17). Kelas prioritas ketiga yang didapat oleh Dinas Pertanian adalah 222.83 Ha dan kelas prioritas kedua adalah 79.71 Ha. Luas kelas prioritas ketiga yang dikemukakan oleh Dinas Pertanian berbeda dengan luas kelas prioritas dari hasil penelitian ini. Hal ini disebabkan oleh penggunaan Citra satelit resolusi tinggi yang dapat menganalisis tutupan lahan dengan lebih jelas pada

27 penelitian ini sehingga lokasi yang potensial untuk dikembangkan menjadi hutan kota dapat ditemukan. Gambar 14 menunjukkan beberapa lokasi yang dapat diprioritaskan untuk dikembangkan menjadi hutan kota.

Tabel 17 Areal Potensi Hutan Kota menurut Dinas Pertanian Provinsi DKI Jakarta

Kecamatan Kelas Total (Ha)

1 2 3 Jagakarsa 0.00 38.07 20.35 58.42 Cilandak 0.00 2.02 10.00 12.02 Kebayoran Baru 0.00 0.00 0.00 0.00 Kebayoran Lama 0.00 0.00 42.65 42.65 Mampang Prapatan 0.00 0.00 0.00 0.00 Pancoran 0.00 5.60 0.00 5.60 Pasar Minggu 0.00 33.43 140.00 173.43 Pesanggrahan 0.00 0.60 9.82 10.42 Setiabudi 0.00 0.00 0.00 0.00 Tebet 0.00 0.00 0.00 0.00 Total (Ha) 0.00 79.71 222.82 302.53 14a 14b 14c 14d

28

14e 14f

Gambar 14 (kiri) Hasil pengamatan di Lapangan (kanan) Hasil dari Citra Google Earth; Beberapa Lokasi Potensi Hutan Kota (14a dan 14b) Tempat Pemakaman Umum Menteng Pulo; (14c dan 14d) Taman Kota Honda Tebet; (14e dan 14f) Taman Ayodya

Dokumen terkait