• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hutan Mangrove Pantai Lamaru

Dalam dokumen BUKU LAPORAN SLHD 2012 (Halaman 102-106)

Lokasi Perumahan Sepinggan Pratama

E. LAUT DAN PESISIR Laut dan Pesisir

13 Hutan Mangrove Pantai Lamaru

Balikpapan Timur Lamaru 75,72 Hutan Mangrove alami 14

Hutan Mangrove Teritip

Balikpapan

Timur Teritip 41,00

Hutan Mangrove alami

Total : 2.537,15

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2012 II. 71

Gambar 2.41. Hutan mangrove Kota Balikpapan

Berdasarkan Tabel SD-21 Buku Kumpulan Data diketahui terjadi peningkatan luas tutupan mangrove sebesar 1,14% dari tahun 2011 seluas 2.273 Ha menjadi 2.298,73 Ha dengan prosentase tutupan berkisar antara 2% – 70%.

Ekosistem Lamun

Padang lamun merupakan sumber daya alam yang mempunyai berbagai fungsi sebagai habitat tempat berkembang biak, mencari makan dan berlindung bagi biota laut, peredam gelombang air laut, pelindung pantai dari erosi serta penangkap sedimen, oleh karena itu perlu tetap dipelihara kelestariannya. Lamun (Seagrass) adalah tumbuhan berbunga (Angiospermae) yang hidup dan tumbuh di laut dangkal, mempunyai akar, rimpang (rhizome), daun, bunga dan buah dan berkembang biak secara generatif (penyerbukan bunga) dan vegetatif (pertumbuhan tunas. Padang lamun adalah hamparan lamun yang terbentuk oleh satu jenis lamun (vegetasi tunggal) dan atau lebih dari 1 jenis lamun (vegetasi campuran).

Berdasarkan Tabel SD-20 Buku Kumpulan Data, diketahui luas tutupan padang lamun yang paling besar berlokasi di Kecamatan Balikpapan Timur sebesar 0,77 Ha dengan prosentase area kerusakan paling minim berkisar antara 0 – 7,2%. Sedangkan penurunan luas tutupan padang lamun yang signifikan berada di Kecamatan Balikpapan Barat (Pulau Balang) sebesar 0,32 Ha dengan

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2012 II. 72 prosentase area kerusakan paling tinggi yang berkisar antara 12 – 32,5%.Dalam bulan Juni 2002, dilaporkan adanya 2 (dua) kelompok ekosistem lamun yang bisa ditemukan pada waktu terjadi air surut (intertidal type) dan yang tetap tergenang di waktu air surut (subtidal type) di sekitar daerah Kariangau. Spesies yang dilaporkan adalah Halodule uninervis, Halophila ovata dan Halophila ovalis, disamping Enhalus acoroides. Pada waktu yang sama dapat diketahui adanya 3 specimen Dugong dugon (Komunikasi pribadi dengan Pauline de Bruyn, yang sedang melakukan penelitian menemukan dugon di Teluk Balikpapan). Sejumlah feeding track (jalur makan) di daerah lamun itu juga telah ditemukan. Oleh karena itu maka upaya mencegah kerusakan daerah lamun seperti oleh genangan air tawar, erosi/sedimentasi serta tumpahan minyak sangat diperlukan. Pada saat ini keberadan duyung sudah sangat jarang dijumpai di perairan teluk. Hal ini karena semakin berkurangnya padang lamun sebagai tempat makan.

Gambar 2.42. Spesies Padang Lamun

Sumber : Badan Lingkungan Hidup Kota Balikpapan, 2012

E. IKLIM

Berdasarkan data Curah Hujan dari Stasiun Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Balikpapan bahwa curah hujan di tahun 2012 dari bulan Januari hingga Desember tercatat jumlah curah hujan bulanan yang tertinggi adalah pada bulan Mei yang mencapai 483 mm, dengan jumlah hari hujan 18 hari, rata- rata curah hujan tiap harinya 16 milimeter. Curah hujan cukup ekstrem terjadi pada tanggal 24 Mei 2012 dengan durasi waktu selama hampir 12 jam yang menyebabkan bencana banjir.

Suhu udara rata-rata bulanan pada tahun 2012 terendah 26,4 ºC yaitu pada bulan Januari dan Februari dan tertinggi mencapai 27,8 ºC yaitu pada bulan November, curah hujan rata-rata yang terendah adalah pada bulan September sebanyak 77 mm dan tertinggi bulan Mei 438 mm.

Bila dibandingkan dengan tahun lalu 2011, suhu udara terendah terjadi pada bulan Maret yaitu pada suhu 26,4 ºC sedang tertinggi pada bulan Februari 27,7 ºC, terjadi pergeseran iklim yang mencolok antara keduanya, sedang curah hujan rata-rata pada tahun 2011 yang terendah terjadi pada bulan Juli sebanyak 123 mm dan tertinggi pada bulan Juni 424 mm, untuk curah hujan juga tidak terjadi pada bulan yang sama, sepertinya musim sudah berubah secara drastis sehingga tidak bisa diprediksikan seperti dahulu bahwa musim penghujan terjadi pada tiap bulan September sampai dengan Januari sedang musim panas terjadi pada bulan Pebruari sampai dengan Agustus.

LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BALIKPAPAN TAHUN 2012 II. 73

F. BENCANA ALAM

Kota Balikpapan dengan topografi 85% berbukit sangat rentan terhadap bahaya gerakan tanah baik itu longsoran, amblesan maupun nendatan. Gerakan tanah ini biasanya berasosiasi dengan patahan atau sesar. Sesar di Kota Balikpapan dijumpai di sekitar Jln. Mayjen Sutoyo dan di Kampung Damai. Kondisi ini menyebabkan beberapa wilayah Kota Balikpapan rentan terhadap bahaya longsor dan amblesan. Selain mitigasi dan penanganan bencana yang disebabkan oleh alam (natural disaster) harus dilakukan, bencana yang disebabkan non alam (man-made disaster) juga harus diantisipasi melalui langkah- langkah strategis untuk melindungi setiap warga dengan melakukan manajemen bencana. Bencana non alam terutama kebakaran masih sering terjadi di Kota Balikpapan akibat kelalaian manusia.

Data dan Informasi kejadian bencana di Kota Balikpapan pada tahun 2012 meliputi kejadian banjir, tanah longsor dan kebakaran hutan dan lahan serta kebakaran permukiman.

Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana dan Kebakaran, selama periode Januair – September 2012 terjadi bencana banjir sebanyak 75 kali kejadian dengan luas total area terendam 84,9 Ha. Banjir terjadi pada kawasan yang memang saat curah hujan tinggi selalu terjadi banjir. Kerugian dihitung sebesar Rp. 65.000.000,- dengan dengan kerugian terbesar dihitung terjadi pada tanggal 24 Mei 2012. Selama periode tersebut luas kawasan banjir mencapai 32,1 Ha dan menggenangi 180 RT yaitu di Kelurahan Damai, Kelurahan Gunung Bahagia, Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Manggar, Kelurahan Gunung Sari Ilir, Kelurahan Karang Rejo dan Kelurahan Mekar Sari dengan ketinggian rata-rata 0,5 – 2 m dan memakan 1 (satu) korban jiwa meninggal dunia. Prosentase kejadian banjir meningkat sebanyak 78,67% dengan luas area terendam meningkat 62,48%,.

Berdasarkan Tabel Data BA – 3 Buku Kumpulan Data, diketahui terjadi peningkatan jumlah kejadian longsor tahun 2012, dari 9 kali kejadian longsor tahun 2011 menjadi 22 kali kejadian longsor atau sebesar 59,1%. Kejadian longsor terbanyak pada tanggal 24 Mei 2012, yang menimbulkan korban jiwa sebanyak 4 orang dan kerugian material diatas Rp 1.185.000.000,-.

Berdasarkan Tabel Data BA-4 Buku Kumpulan Data, terjadi penurunan jumlah kejadian kebakaran hutan/lahan sebesar 45%, dari 40 kali kejadian pada tahun 2011 menjadi 22 kali kejadian, dengan luasan penurunan sebesar 11,36%.

Kebakaran di permukiman mengalami peningkatan dari 53 kali kasus kebakaran menjadi 62 kebakaran dengan peningkatan jumlah rumah yang terbakar sebesar 50,41% dengan estimasi kerugian sebesar Rp. 16.895.000.000,-.

Pada tahun 2012 ini, Kota Balikpapan tidak mengalami kejadian kekeringan dan bencana alam gempa bumi.

BAB III

TEKANAN TERHADAP

Dalam dokumen BUKU LAPORAN SLHD 2012 (Halaman 102-106)

Dokumen terkait