• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ibadah Ghairi Makhdah

Dalam dokumen LANDASAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN Bero (Halaman 170-178)

BAB V. LANDASAN SOSIOLOGIS, ANTROPOLOGIS,

D. Landasan Religius (Agama)

2. Ibadah Ghairi Makhdah

1. Ibadah Makhdah

a. Definisi dan Bentuk Ibadah Makhdah

Ibadah Makhdah adalah hubungan manusia dengan Tuhan- Nya, yaitu hubungan yang akrab dan suci antara seorang muslim

dengan Allah SWT yang bersifat ritual (peribadatan), Ibadah mahdhah merupakan manifestasi dari rukun Islam yang lima. Atau juga sering disebut ibadah yang langsung. Selain itu juga ibadah mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah jelas secara zahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan. Jenis ibadah yang termasuk ibadah mahdhah, adalah :

1) Shalat

Secara lughawi atau arti kata shalat mengandung beberapa arti yang beragam salah satunya do a, itu dapat ditemukan contohnya dalam Al-Qur an surat al Taubahayat 103 yang artinya: Berdo alah untuk mereka, sesungguhnya do a kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi mereka.

Secara terminologis ditemukan beberapa istilah diantarnya: Serangkaian perkataan dan perbuatan tertentu yang dimulai dengan takbir dan disudahi salam (Junaedi, 2013).

2) Zakat

Zakat adalah salah satu ibadah pokok dan termasuk salah satu rukun Islam, yang berarti membersihkan, bertumbuh dan berkah. Zakat itu ada dua macam: yaitu zakat harta atau disebut juga zakat mal dan zakat diri yang dikeluarkan setiap akhir bulan ramadhan yang disebut juga zakat fitrah (Anonim, 2010).

3) Puasa

Puasa adalah ibadah pokok yang ditetapkan sebagai salah satu rukun Islam. Puasa secara bahasa bermakna, menahan dan diam dalam segala bentuknya. Secara terminologis puasa diartikan dengan menahan diri dari makan, minum dan berhubungan seksual mulai dari terbit fajar sampai terbenam matahari dengan syarat-syarat yang ditentukan (Anonim, 2010).

4) Ibadah Haji

Secara arti kata, lafaz haji yang berasal dari bahasa arab, berarti bersengaja . Dalam artian terminologis adalah Menziarahi ka bah dengan melakukan serangkaian ibadah di Masjidil Haram dan sekitarnya, baik dalam bentuk haji ataupun umroh (Anonim, 2010).

5) Umroh

Umroh adalah mengunjungi ka bah dengan serangkaian khusus disekitarnya. Perbedaannya dengan haji ialah bahwa padanya tidak ada wuquf di Arafah, berhenti di Muzdalifah, melempar jumrah dan menginap di Mina. Dengan begitu ia merupakan haji dalam bentuknya yang lebih sederhana, sehingga sering umroh itu disebut dengan haji Bersuci dari hadas kecil maupun besar (Anonim, 2010).

Menuntut ilmu adalah salah satu hal yang termasuk kedalam ibadah makhdah. Sistem pendidikan pada zaman Rasulullah telah menggunakan sistem kurikulum. Kurikulum yang digunakan pada zaman Rasulullah sama dengan kurikulum yang beliau terapkan pada saat Beliau sedang hijrah ke Mekah atau pun Madinah, penggunaan kurikulum pada zaman Rasulullah bertujuan untuk melahirkan insan yang sempurna dari segi fisik, pengetahuan, dan spiritual agar dapat bermanfaat bagi semua kaum dan lebih sempurna dalam ibadah. Kurikulum yang dibentuk oleh Rasulullah s.a.w ini kemudian diwariskan kepada para sahabat, termasuk dalam hal pengumpulan dan pembukuan al-Quran dan Hadis yang membawa kepada pengenalan ilmu tafsir, usuludin, fiqah, dan ilmu- ilmu lain.

Isi kurikulum pada zaman Rasulullah diantaranya sebagai berikut :

1. Akidah: rukun iman mengesakan Allah dan melarang mensyirikkannya dengan berhala dan sebagainya. Beriman kepada rasul-rasul teramsuk Nabi Muhammad SAW. Beriman kepada kitab-kitab termasuk Al-Quran wahyu daripada Allah SWT. Beriman kepada hari akhirat,manusia akan dihidupkan semula untuk mendapat pembalasan baik atau sebaliknya.

2. Syariah Bersolat: hanya Allah sahaja yang disembah. Konsep wajib, sunat, halal, haram, harus dalam melaksanakan tanggung jawab.

3. Akhlak: Konsep amar maaruf seperti hormat-menghormati, tolong menolong, jujur, amanah, berkata benar. Konsep nahi

mungkar iaitu larangan berzina,berdusta dan membunuh anak perempuan.

4. Pelaksanaan pendidikan di Mekah.

5. Secara senyap atau rahsia atau sirriyah: kepada kaum keluarga dan sahabat terdekat seperti isterinya Khadijah,Ali bin Abi Talib dan Abu Bakar as Siddiq yang berpusat di rumah Arqam bin Abi Arqam berlangsung selama 3 tahun.

6. Secara terang-terangan: Diperintah oleh Allah SWT selama 10 tahun. Ditujukan kepada kaum kerabat sepeti keluarga Abdul Mutalib dengan berceramah di rumah Ali bin AbiTalib. Ada keluarga yangmenerima dan ada yang menentang terutamanya Abu Lahab bapa saudara baginda.

7. Dakwah terbuka kepada orang ramai: Di Bukit Safa dihadiri oleh semua ketua-ketua pentadbir Mekah seperti ketua Bani Abdul Mutalib, Bani Zahrah, Bani Tamin, Bani Makhzum dan Bani Asad. Abu Lahab mengganggu dakwah Nabi Muhammad SAW. 8. Cara nabi mendidik: menunjukkan contoh teladan dan akhlak

yang baik. Nabi sendiri tidak pernah berdusta. Menyampaikan dengan hikmah berbincang lemah lembut, sabar, doa dan menanamkan keimanan.

Salah satu ciri dari ibadah makhdah, yaitu bersifatsupra rasional (diatas jangkauan akal) artinya, ibadah bentuk ini bukan ukuran logika, karena bukan wilayah akal, melainkan wilayah wahyu, akal hanya berfungsi memahami rahasia di baliknya yang disebuthikmah at-tasyrî. Seperti ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah kepada sahabat dan umatnya, ilmu-ilmu yang diajarkan oleh Rasulullah pada saat itu sangat rasional, dan sangat bermanfaat, bukan semata-mata agar pengikutnya bertambah. Namu, agar para sahabat dan umatnya pada saat itu dapat mensyiarkan agama Islam bersama-sama dan tidak menyalahi ketentuan yang telah diberikan oleh Allah (Wikipedia, 2014).

b. Ibadah Makhdah sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum

Pemahan dan praktek ibadah makhdah sebagaimana diungkapkan di atas, sebagai landasan pengembangan kurikulum.

Artinya, kurikulum selain dipandang sebagai materi (isi) pendidikan juga kurikulum sebagai pengalaman dan aktivitas belajar peserta didik baik di dalam atau di luar kelas atau baik termasuk pelajaran intra kurikuler atau ekstrakurikuler.

Pemahan dan pelaksanaan ajaran agama Islam yang terliput di dalam ibadah makhdah mampu memperkaya materi kurikulum dan pembenatukan kepribadian Muslim peserta didik. Suatu kurikulum tanpa mengikuti tuntunan kemajuan dan perkembangan kehidupan beragama yang dilakukan oleh masyarakat Muslim di berbagai lapisan masyarakat, maka isi (materi) kurikulum perkembangannya akan stagnan (mandeg). Oleh karena itu, pelaksanaan ibadah makhdah yang dilakukan oleh pihak sekolah sebagai salah satu bentuk pengembangan dan implementasi kurikulum sesuai konteks tuntuan masyakat. Dengan demikian, kurikulum pendidikan harus relevan dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat pada era tersebut, baik pada konsep, materi proses, fungsi serta tujuan lembaga-lembaga pendidikan. Singkat kata, Anonim (2013) mengungkapkan dalam menghadapi suatu perubahan, diperlukan suatu desain paradigma kurikulum baru di dalam menghadapi tuntutan-tuntutan yang baru(modern).

2. Ibadah Ghair makhdah

a. Definisi dan Bentuk Ibadah Ghair Makhdah

Ibadah ghairumahdhah adalah seluruh perilaku seorang hamba yang diorientasikan untuk meraih ridha Allah.Dalam hal ini tidak ada aturan baku dari Rasulullah SAW.

Dalam suatu Hadits Jarir ibn `Abdullah menyebutkan bahwa Rasulullah s.a.w. bersabda:

Barangsiapa merintis jalan yang baik dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan hasanah), maka ia memperoleh pahalanya dan pahala orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun pahala mereka; dan barangsiapa merintis jalan yang buruk dalam Islam (man sanna fîl Islâm sunnatan sayyi-ah), maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang melakukannya sesudahnya, tanpa berkurang sedikit pun dosa mereka. (Lihat antara lain: Shahih Muslim, II: 705, Hadits senada

diriwayatkan oleh 5 imam antara lain, Nasa i, Ahmad, Turmudi, Abu Dawud dan Darimi)(Jamiludin, 2009).

Atau dengan kata lain definisi dari Ibadah ghairu mahdhah atau ibadah umum (aam), ialah segala amalan yang diizinkan oleh Allah. Misalnya ibadah ghairu mahdhah ialah belajar, dzikir, dakwah, tolong-menolong dan lain sebagainya. Prinsip-prinsip dalam ibadah ini, ada 4, yaitu:

1) Keberadaannya didasarkan atas tidak adanya dalil yang melarang. Selama Allah dan Rasul-Nya tidak melarang maka ibadah bentuk ini boleh diselenggarakan. Selama tidak diharamkan oleh Allah, maka boleh melakukan ibadah ini. 2) Tatalaksananya tidak perlu berpola kepada contoh Rasulullah

SAW.Karenanya dalam ibadah bentuk ini tidak dikenal istilah bid ah , atau jika ada yang menyebutnya, segala hal yang tidak dikerjakan Rasulbid ah, maka bid ah-nya disebutbid ah hasanah, sedangkan dalam ibadahmahdhahdisebutbid ah dhalalah.

3) Bersifat rasional

Ibadah bentuk ini baik-buruknya, atau untung-ruginya,manfaat ataumadharatnya, dapat ditentukan oleh akal atau logika. Sehingga jika menurut logika sehat, buruk, merugikan, danmadharat, maka tidak boleh dilaksanakan.

4) Azasnya Manfaat

Selama itu bermanfaat, maka selama itu boleh dilakukan.Maka segala bentuk kegiatan baik yang ditujukan untuk meraih ridha Allah masuk ke dalam ranah ibadahghairu Mahdhah (Junaedi, 2013).

b. Ibadah Ghairi Makhdah sebagai Landasan Pengembangan Kurikulum

Ibadah ghairi makhdah membahas mengenai perilaku hubungan masyarakat dengan masyarakat lain dalam mengharapkan ridha Allah SWT. Pendidikan dan religius sangat berhubungan keduanya, karena ibadah adalah salah satu mencermikan masyarakat yang memiliki pendidikan.

Seperti yang dikemukakan oleh Anonim (2013), yang dimaksud ibadah ghairu mahdhah berarti mencakup semua perilaku

manusia yang hubungannya dengan sesama manusia, yaitu dalam semua aspek kehidupan yang sesuai dengan ketentuan Allah swt, yang dilakukan dengan ikhlas untuk mendapat ridho Allah swt. Atau sering disebut sebagai ibadah umum atau muamalah, yaitu segala sesuatu yang dicintai dan diridhoi oleh Allah baik berupa perkataan atau perbuatan, lahir maupun batin yang mencakup seluruh aspek kehidupan seperti aspek ekonomi, sosial, politik, budaya, seni, pendidikan dan kurikulum.

Ibahdah ghairi makhdah terkait dengan hubungan sesama manusia diatas, dalam surah an-Nas dikemukakan bahwa masyarakat adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dengan mengabaikan keterlibatannya dengan kepentingan pergaulan antara sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan masyarakat terjadi interaksi aktif. Manusia dapat mengintervensi dengan masyarakat lingkungannya dan sebaliknya masyarakat pun dapat memberi pada manusia sebagai warganya. Oleh karena itu, dalam pandangan Islam, masyarakat memiliki karakteristik tertentu. Prinsip-prinsip ini harus dijadikan dasar pertimbangan dalam penyusunan kurikulum dan sistem pendidikan yang akan digunakan (Anonim, 2013).

E. Rangkuman

1. Sosiologi memberikan sumbangan besar tehadap pengembangan kurikulum. Materi (content) kurikulum akan semakin luas dan menyeluruh (comprehensiveness) manakala memadukan atau mengintegrasikan kurikulum dengan kehidupan sosial masyarakat. Berbagai kemajuan yang terjadi pada lapisan masyarakat baik masyarakat pedesaan yang mencerminkan kehidupan kaya akan nilai-nilai kebersamaan, hidup suka bergotongroyong, rukun dan damai, sementara kehidupan perkotaan yang mencerminkan hidup terbuka terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, berpikir kritis, inovatif dan kreatif. Kesemuanya ini sebagai landasan untuk mengembangkan kurikulum sebagai bahan ajar di sekolah. Dengan demikian, kurikulum yang dikembangkan sudah

seharusnya mempertimbangkan, merespons dan berlandaskan pada perkembangan sosial-budaya dalam suatu masyarakat, baik dalam konteks lokal, nasional maupun global.

2. Antropologimemberikan landasan yang kuat untuk pengembangan kurikulum. Antropologi menyajikan banyak informasi mengenai adat, tradisi, budaya, nilai-nilai (values), norma-norma, kesenian, cara bercocok tanam, berternak, dan sebagainya. Berbagai nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat mampu memperkaya kurikulum sebagai bahan ajar di sekolah.

3. Perkembangan ilmu pengetahaun dan teknologi (Iptek)sepertiteknologi komunikasi (internet) dan tansfortasi (kendaraan). Memberikan adil bersar terhadap isi pendidikan atau kurikulum sebagai bahan ajar modern di berbagai jenjang pendidikan mulai pendidikan dasar hingga universitas/perguruan tinggi.

4. Agama (Islam) meliputi ajaran ibadah makhdah (ritual) dan ibadah ghairi makhdah (hubungan dengan sesama manusia, dan hubungan manusia dengan alam). Kedua bentuk ibadah tersebut di atas, sebagai isi kurikulum (bahan ajar) yang esensial untuk membentuk peserta didik selain taat beribadah kepada Tuhan- Nya juga mampu berbuat baik dengan sesama manusia dan lingkungannya.

Dalam dokumen LANDASAN KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN Bero (Halaman 170-178)