• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Bahan Pabrik dan Membran Pabrik

Dalam dokumen k3ll Analisa Hira Hazid Hazop (Halaman 32-66)

II.4 Aspek Kesehatan, Keselamatan, dan Lindung Lingkungan

II.4.1 Identifikasi Bahan Pabrik dan Membran Pabrik

Bahan-bahan berbahaya yang terdapat pada proses produksi LNG ini antara lian adalah DEA, TEG, H2S, dan N2. Bahan-bahan ini harus diperhatikan pengananannya mulai dan memasuki pabrik, penyimpanan, dan penggunaannya. Berdasarkan karakteristik dan sifatnya masing-masing, perlu diadakan pencegahan terhadap pencemaran, identifikasi, bila terjadi pencemaran dan penanggulangan bahaya jika pencemaran tersebut benar-benar terjadi.

Sebagian besar komposisi gas alam merupakan bahan yang berbahaya, termasuk metana (CH4) yang terdapat dalam bahan berbahaya OSHA (Ocupational Safety and Health Administration). Secara

umum, gas alam merupakan senyawa volatile (mudah menguap) dan mudah terbakar dan memiliki temperatur nyala yang lebih besar dibandingkan dengan bensin dan solar.

a. Gas Alam

Gas alam yang sebagian besar komponen metana (CH4) serta senyawa dengan deret homolog yang sama, yaitu etana, propana, butana, pentana, heksana, pentana, oktana, serta impurities yang berupa nitrogen (inert) dan pengotor seperti H2S, CO2,dan Hg. Gas alam merupakan suatu senyawa ringan yang terdiri dari beberapa senyawa gas yang memiliki karakteristik tersendiri tergantung reservoirnya.

b. DEA

Pada umumnya, pelarut yang banyak digunakan adalah DEA. Hal ini dikarenakan proses absorbsi kimia dengan pelarut DEA sangat fleksibel dan cocok untuk menghilangkan senyawa CO2, H2S, dan sulfur hingga mencapai level yang diinginkan. Sebagai amin sekunder, sifat basa DEA lebih lemah dibandingkan dengan MEA. Oleh karena itu, sistem DEA tidak menimbulkan problem korosifitas yang sama seperti MEA. Selain itu, kehilangan DEA lebih kecil, panas yang diperlukan untuk regenrasi per mol gas asam yang diserap lebih rendah dan memerlukan reclaimer. Pelarut DEA juga lebih stabil dari degaradasi dan lebih mudah didegradasi sehingga proses pemisahan gas dari kandungan asmanya dari pabrik floating LNG ini menggunakan pelarut DEA.

Tabel II. 5 Karakteristik DEA

Karakterisitik Keterangan

Formula Berat Molekul

Tekanan uap per 38oC

Titik didih pada 760 mmHg (F) SG (C2H5)2NH 73,14 400mmHg 131 0,707 per 20oC

DEA telah terbukti tidak bersifat korosif. Keadaan komponen ini membuat DEA menjadi pelarut yang stabil secara kimia dan termal. Dengan menggunakan pelarut DEA, material tidak terdapat degradasi solven sehingga tidak membutuhkan reclaimer dan tidak terdapat masalah dalam pembuangan limbah. Selain itu, DEA juga tidak beracun maka jika terjadi kecelakaan tumpahan maka akan lebih mudah ditangani di pengolahan air pembuangan. DEA bereaksi dengan H2S dan CO2 sebagai berikut.

2R2NH + H2S ֖(R2NH2)2.S

(R2NH2)2S + H2S ֖ 2R2NH2SH

2R2NH2SH + CO2 ֖ R2NCOONH2R2

Reaksi ini bersifat reversibel (berjalan bolak balik), DEA bereaksi dengan COS dan CS2 untuk membentuk senyawa yang dapat diregenarasi di kolom stripping sehingga COS dan CS2 dihilangkan tanpa menyebabkan kehilangan DEA. Biasanya sistem DEA memiliki yang sebuah filter karbon tidak memiliki reklaimer.

c. TEG

TEG merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai larutan penyerap air dari gas alam yang digunakan pada proses permunian gas. TEG memiliki sifat higroskopis dan reaktif terhadap campuran organik yang tinggi teruatama rantai karbon linier dan alifatik. TEG adalah cairan tidak berwarna, tidak berbau, berviskositas rendah, mudah menguap, dan titik didih tinggi. TEG tidak dapat memasuki dan menimbulkan efek bagi kesehatan lewat mata, kulit, dan sistem pernapasan. Korban yang terkena TEG dalam konsentrasi yang rendah dalam waktu yang cukup lama dapat mengalami kerusakan hati, ginjal, saluran pernapasan, dan dermatitis pada kulit dan untuk kondisi yang lebih parah bisa mengakibatkan kerusakan hati dan ginjal. Berikut tabel tentang karakterisitik TEG secara umum.

Tabel II. 6 Karakteristik TEG

Karakterisitik Keterangan

Formula Berat Molekul

Wujud pada suhu kamar Titik didih pada 760 mmHg (F) SG Temperatur nyala (F) HO-CH2-CH2-O-CH2-CH2-O-CH2-CH2-OH 150, 17 Cairan bening 532 1,124 – 1, 126 per 20oC 1292

Bila terjadi kebocoran TEG, harus dilakukan langkah-langkah berikut.

1. Mamatikan dan menghindarkan segala sumber api atau yang dapat memicu kebakaran 2. Memfasilitasi aliran udara yang baik di sekitar lokasi pencemaran

3. Jika TEG dalam bentuk cair dan jumlah terbatas (sedikit), cairan TEG dapat diserap oleh handuk atau kain kemudian dibakar untuk memenuhi standar keamanan

4. TEG yang telah habis terpakai dari proses pemurnian gas harus dicampurkan ke dalam pasir sebelum dibuang ke dalam suatu tempat pembuangan khusus (sanitary landfill) atau dibakar dalam saluran.

d. H2S

Gas H2S atau Hidrogen disulfida adalah gas yang sifatnya sangat beracun, tidak terlihat, mudah meledak, dan lebih berat dari udara. Gas ini memiliki bau menyengat seoerti telur bususuk dan pada konsentrasi tinggi akan dengan cepat membunuh saraf penciumahm sehingga kita tidak dapat bergantung pada indera penciuman untuk mendeteksi adanya gas ini.

Karakterisitik gas H2S dapat diperhatikan sebagai berikut. 1. Sangat beracun dan mematikan

2. Tidak berwarna

3. Lebih rendah dari udara sehingga cenderung untuk berkumpul dan berdiam pada daerah yang rendah 4. Mudah tertiup dan dihamburkan oleh udara dan angin

5. Sangat mudah terbakar dan membentuk gas yang dapat meledak apabila bercampur dengan udara atau oksigen

6. Bila terbakar akan menyala dengan warna biru, maka hasil pembakarannya akan berupa gasi sulfur dioksida yang juga merupakan gas beracun

7. Pada konsentrasi rendah, gas ini berbau seperti telur busuk dan sering melumpuhkan indera penciuman manusia

8. Sangat korosif sehingga mengakibatkan karat pada logam

9. Gas H2S lebih mematikan daripada gas CO dan sama beracunnya dengan gas hidrogen sianida (HCN) Tabel II. 7 Properti H2S

Karakterisitik Keterangan Formula

Berat Molekul Tekanan kritis Temperatur kritis

Titik didih pada 760 mmHg (F) Titik lebur Densitas uap Tekanan uap Viskositas gas H2S 34 89,05 atm 100,4oC -6000C -83oC 1,2 16 atm 0,0116 centipoise

Kegunaan Reagen pada kimia analitik dan industri

metalurgi

Paparan 30ppm dapat menimbulkan kematian

Standar OSHA: batas maks. 20 ppm NIOSH: 10 menit kadar 10 ppm

Kelarutan oleh air Pada 20oC, 1 gram H2S terlarut dalam 242 ml air

Penampilan dan bau Tidak berwarna dan bau telur busuk

Temperatur nyala 260oC

H2S merupakan pemicu kanker (karinogen). Konsentrasi yang tinggi (500-1000 ppm) dari H2S dapat menyebabkan keracunan yang didahului gejala kelumpuhan, pernapasan, tidak sadar, dan diikuti kematian. Paparan pada konsentrasi 50-500 ppm mengakibatkan iritasi pernapasan (batuk-batuk dan kesulitan bernapas). Iritasi pada mata dan sistem pernapasan atas dimulai pada konsentrasi 20 ppm, tingkat keparahannya akan bertambah sering durasi dan intesitas paparan H2S. Indera penciuman akan

lumpuh dengan segera pada konsentrasi H2S 200 ppm. Hilangnya kesadaran dan koma yang menuju pada kematian segera terjadi jika gas H2S pada konsentrasi lebih besar daripada 1000ppm terhirup dalam jumlah yang kecil. Gas H2S dapat memasuki tubuh melalui kulit dan pernapasan.

e. N2

Berikut paparan sifat fisik dari nitrogen. 1. Gas inert

2. Tidak dapat terbakar 3. Oksidator

4. Mendukung pembakaran 5. Tidak berwarna

6. Tidak berbau 7. Tidak berasa

Berikut paparan sifat kimia dari nitrogen.

1. Massa molekul : 28,0314 gram /molekul 2. Formula : N2 3. Titik didih : -321oF (-1960C) 4. Titik beku : -346oC (-210OC) 5. Tekanan uap : 760 mmHg 6. Kerapatan udara : 0,967 7. Densitas : 1,309 gram/L (25OC) 8. Kelarutan dalam air : 1,6 % (20OC)

9. Volatilitas : 100% 10. Pelarut : Alkohol

Dalam bentuk nitrogen cair, nitrogen dapat berfungsi untuk:

1. Makanan, untuk pengemas, sterilisasi dan pengolah bahan makanan, pengawetan, dan pembekuan 2. Medis, pengobatan masalah kulit, pembekuan, dan pengawetan darah

3. Kimia, pembuatan pupuk nitrogen (urea, ZA, NPK) 4. Kaca, membantu proses annealing

Dalam bentuk nitrogen gas, nitrogen dapat berfungsi untuk:

1. Metalurgi, menghilangkan gas di dalam logam agar tidak berpori 2. Minyak dan gas, menunjang pengeboran minyak lepas pantai 3. Kimia, bahan baku pembuatan ammonia, asam nitrat

Bahaya yang ditimbulkan oleh nitrogen sebagai berikut. 1. Rasa tercekik

2. Jika dalam bentuk cair terkena kulit, akan menyebabkan kerusakan jaringan tubuh

3. Dalam botol baja bertekanan tinggi dapat meledak. Oleh karena itu, untuk menjaga keselamatan kita perlu menjauhkan kemasan botol baja dari sumber atau bunga api.

f. Karbon Dioksida (CO2)

Karbon dioksida adalah gas tidak berwarna. Bila berada dalam konsentrasi yang rendah, gas ini tidak akan menimbulkan bau. Pada konsentrasi tinggi, gas ini memiliki bau yang sangat tajam seperti bau asam. Gas ini dapat menimbulkan asfiksi dan iritasi.

Gas CO2 adalah gas yang dapat menyebabkan kerusakan otak yang sangat kuat. Pada konsemtrasi di antara 2 -10%, gas ini dapat menimbulkan nausea, pusing, sakit kepala, halusinasi, peningkatan tekanan darah dan laju pernapasan. Di atas 8%, gas ini dapat menyebabkan nausea dan muntah-muntah. Di atas 10%, gas ini dapat mneimbulkan lemas dan kematian seketika. Kontak langsung dengan gas dingin dapat menimbulkan cold burn. Jika kandungan CO2 di dalam udara sangat tinggi, asam karbonat dapat terbentuk sehingga dapat menimbulkan iritasi mata. Semua bentuk CO2 bersifat mudah terbakar.

Tabel II. 8 Properti CO2

Properti Keterangan Berat molekul

Wujud pada suhu kamar Titik didih (F)

44 Gas -109,3

SG

Titik beku (F)

1,52 pada 70oF -69,8

II.4.2 Proses Berbahaya

Proses berbahaya yang terlibat dalam pabrik ini adalah proses yang melibatkan temperatur dan tekanan yang tinggi. Kedua hal ini merupakan faktor yang mempunyai risiko untuk menyebabkan ledakan dan kebakaran. Selain itu, pabrik ini juga merupakan industri gas yang mempunya fungsi sebagai bahan bakar. Risiko atau keadaan berbahaya yang dapat terjadi dalam suatu pabrik terutama yang mengolah bahan mudah terbakar seperti bahan bakar gas ialah kebakaran, ledakan, pelepasan gas beracun, dan penumpukan gas yang mudah terbakar (flammable vapour).

a. Kebakaran

Api penyebab kebakaran dapat muncul dalam beberapa kondisi, antara lain: 1. Pembakaran material secara langsung

2. Konveksi (aliran) 3. Radiasi (pancaran) 4. Konduksi (sentuhan)

Peristiwa meluasnya kebakaran dari sumber api ke bagian lainnya sebagai akibat pembakaran yang dilakukan oleh suatu pabrik, dari lokasi tersebut dapat dihalangi secara vertikal dan horizontal menggunakan tembok dan lantai tahan api. Perhatian lebih harus diberikan pada penyebaran ap melalui saluran pembuangan air, udara, dan ventilasi. Perlindungan terhadap efek lanjutannya yang berupa koveksi, radiasi, dan konduksi dapat dicapai dengan beberapa prinsip pengamanan di antaranya, yaitu.

a. Memastikan jarak yang aman antara bangunan atau alat proses dalam pabrik untuk mencegah panas yang berlebih

b. Membangun tembok tahan api dan perlindungan api secara aktif dan pasir pada bangunan atau alat yang menimbulkan kebakaran.

Bila terjadi kebakaran, gas menimbulkan kebocoran, api yang berasal dari sumber gas harus segera dimatikan atau menutup saluran yang bocor untuk mencegah penyebaran api terus belanjut. Evakuasi

pekerja yang berada di daerah sekitarnya, kecuali meraka yang bertanggung jawab dalam usaha pemadaman api.

Bila kebakaran terjadi di ruangan tertutup, saluran udara harus segera dibuka agar gas terbebas ke udara bebas. Selain itu, para petugas pemadam kebakaran diwajibkan memakai alat bantu pernapasan untuk mencegah terjadinya dampak asap kebakaran yang terhirup oleh petugas.

Untuk pemadaman api berskala kecil, alat pemadam ringan perlu digunakan. Alat pemadam ringan meliputi semprotan air dalam jumlah besar selain untuk memadamkan api juga menjaga agar lingkungan di sekitar lokasi kebakaran tetap dingin sehingga tidak merambat menuju alat proses.

Alat pemadam ringan berbentuk tabung atau tabung dengan roda dipersiapkan dengan baik dari segi jumlah dan volume tabung dan harus ditempatkan pada tempat-tempat yang strategis dan mudah dijangkau para pekerja. Perlu dipertimbangkan, sistem keamanan dari api menggungakan peralatan penyemprot otomatis yang diaktifkan melalui alarm berdasarkan tekanan, suhu, dan komposisi udara di sekitar alat proses tempat sensor dipasang.

Pelatihan kepada para karyawan baik operator ataupun pegawai yang bertempat di kantor mengenai kebakaran (fire drill) baru dilakukan secara berkala termasuk inspeksi dari kesiapan alat-alat evakuasi manusia dan pemadaman api. Para personel yang bekerja di lapangan seperti operator, bengkel, dan penjaga keamanan diberikan pengetahuan dan latihan mengenai cara pengoperasian alat pemadaman yang tersedia di pabrik.

b. Ledakan

Ledakan terjadi akibat gelombang tekanan dalam alat proses ataupun perangkat, atau material yang terbakar sehingga melesat menuju alat atau material berbahaya. Hampir sama dengan pengendalian terhadap kebakaran, jarak yang amat antara akat dan bangunan dapat mengendalaikan dan mengurangi risiko terjadinya ledakan.

Pada kondisi terburuk dimana diperkirakan ledakan akan terjadi, tembok penghalang untuk memperbaiki struktur bangunan sehingga lebih kuat harus dibangun. Tujuan lain dari pembangunan tembok penghalang, yaitu untuk menambah tebal kolom proses dan membuat saluran udara yang dapat mengarahkan ledakan ke daerah yang tidak berbahaya.

Gas alam dan produk elpiji sangat berbahaya bila terpapat bahan-bahan pengoksidasi kuat. Oleh karena itu, tempat penyimpanan bahan-bahan pengoksidasi kuat seperti klor, flourin, perlu diperhatikan. c. Jaringan Perpipaan

Jaringan pipa proses pabrik LNG, pencairan gas, dan pemurinan gas juga merupakan potensi bahaya yang disebabkan karena pipa-pipa tersebut mengalirkan gas-gas yang mudah terbakar dan beracun sehingga harus dilakukan langkah-langkah sebagai berikut.

1. Sumber api seperti rokok, las pemantik api, dan pekerjaan yang dapat membangkitkan panas atau bunga apu harus dilalarang di sekeliling jaringan perpipaan

2. Secara berkala, pemeriksanaan jaringan dan sambungan dengan sabun, deterjen harus dilakukan sehingga letak kebocoran sejak dini dapat dilakukan dan dapat dilakukan upaya perbaikan

3. Jika perbaikan harus dilakukan, isolasi jaringan pipa yang bersangkutan harus ditutup. Hal ini diupayakan agar proses produksi tetap berjalan dengan baik

4. Identifikasi jaringan pipa mutlak dibutuhkan dengan menggunakan kode huruf dan warna sehingga dapat diketahui jenis aliran dan kondisinya. Sedangkan, tanda pandah dapat digunakan untuk menunjukkan arah aliran.

5. Perusahaan harus menyediakan jadwal inspeksi secara berkala mingguan atau bulanan sesuai dengan jadwal yang ditentukan oleh pihak konstruktor atau manufaktur peralatan.

d. Kebisingan

Kebisingan dapat muncul dari suara beroperasinya peralatan pabrik pemurnian gas, pencairan gas, dan kegiatan lainnya. Kebisingan ialah suara yang tidak diinginkan dengan intensitas tinggi dan berulang kali. Efek yang mungkin didapatkan dari tingkat kebisingan yang tinggi ialah berkurangnya atau hilangnya kemampuan pendengaran, menghambat komunikasi verbal antar pekerjam menutupi suara peringatan atau alarm, dan efek psikologius seperti jengkel, tegang, dan gelisah. Apabila intensitas suara meningkat dan terpapar dalam waktu yang cukup lama, organ telinga manusia dapat menimbulkan kerusakan. Akibat lanjut yang ditimbulkan adalah kehilangan pendengaran permanen.

Tingkat suara yang diperkenankan dibagi 3, yaitu tindakan (action), batas kelayakan (PEL), dan pemakaian alat perlindungan ganda (DHPL). Standar kebisingan yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan adalah 60 sampai 70 desibel. Sedangkan, Menteri Tenaga Kerja (Kepmenaker No. 51 Tahun 1991) adalah sebesar 85 desibel dengan waktu durasi pendengaran maksimal selama 8 jam. Suara yang tingkat

pencemarannya melebihi batas tersebut perlu dilakukan pengujian terhadap sumber dan diperbaiki sedemikian rupa untuk diuji tes kelayakannya. Setiap pekerja yang mendapatkan polusi suara akibat pekerjaan maka diwajibkan untuk memakai pelindung pendengaran berupa penyumbat telinga (ear plug) atau penutup telinga (ear muffs).

Bial tingkat suara mencapai DHPL (Dual Hearing Protection Level), yaitu 105 dBa selama 8 jam yang setara dengan suara delapan kali lebih kuat dari tingkat PEL maka kedua alat perlindungan, yaitu penyumbat dan penutup telinga harus dipakai bersamaan untuk melindungi pekerja. Intensitas suara yang timbul dapat dikurangi dengan memasang insulasi pada peralatan dengan baik, penghalang suara, pengubahan desain struktur, dan pemasangan alat peredam suara.

Tabel II. 9 Tingkat Kebisingan Alat

Peralatan Tingkat Kebisingan dalam Jarak 15 meter

Pompa 69 – 72 dBa

Generator 72 – 82 dBa

Kompresor 74– 88 dBa

II.4.3 Aspek Kesehatan

Faktor kesehatan merupakan salah satu faktor pendukung utama kegiatan pabrik. Dengan kesehatan yang baik dalam pabrik, seluruh faktor pendukung kinerja pabrik, terutama para karyawan akan menjadi lebih produktif dalam bekerja. Untuk mencegah terganggunya aspek kesehatan dalam lingkungan pabrik maka perlu diperhatikan faktor-faktor yang dapat berpotensi membahayakan aspek kesehatan di lingkungan pabrik. Bahaya terhadap aspek kesehatan tersebut dapt dihindari dengan melakukan analisis bahaya potensial yang dapat memengaruhi aspek kesehatan pada lingkungan pabrik.

a. Sistem Keamanan dan Peralatan Pelindung Pelindung Api dan Ledakan

Gambar II. 9 Fire Fighting Suits

Sumber: http://cn1.kaboodle.com/hi/img/2/0/0/15a/5/AAAAAqnBd_gAAAAAAVpc6w.jpg

(diakses tanggal 13 Juli 2009)

Berikut adalah salah satu dari perlengkapan pemadam kebakaran yang berfungsi untuk memadamka api yang kecil agar tidak membesar.

Gambar II. 10 Fire Extinguisher

Sumber:http://static.howstuffworks.com/gif/productImages/8/1/00000117781FirstAlertFE3A40Fi reExtinguisher-large.jpeg (diakses tanggal 13 Juli 2009)

b. Emergency Power, Communication, and Lighting

Untuk area luar living quarter area pada umumnya diterangi dengan lampu sodium bertekanan tinggi. Sedangkan, untuk tangga dan jalur evakuasi menggunakan lampu halogen 2 x 8 watt. Lampu ini digunakan untuk penerangan saat terjadi kecelakaan. Flood lighting digunakan untuk area terbuka.

Sedangkan untuk area indoor, digunakan lampu standar industrial fluorescent luminaries untuk penerangan secara umum dan lighting fixtures untuk keperluaan saat ada kecelakaan. Lighting panel, LP-1, pada umumnya digunakan untuk menerangi bagian outdoor dan LP-2 yang digunakan untuk menerangi bagian indoor. Lighting fixtures digunakan setiap saat untuk mecegah kondensasi/deposisi garam d dalam fixture glass dome.

Gambar II. 11 Emergency Lighting

Sumber: http://www.birns.com/lights/4701-sml.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)

c. Detection System

Diperlukannya sistem deteksi ini adalah sebagai salah satu bagian dari sistem keselamatan yang bertindak sebagai sensor yang akan memberikan umpan balik jika terjadi sesuai dikarenakan lingkup kerja kita pada offshore ini adalah berhubungan dengan minyak dan ataupun gas yang rawan akan terjadinya ledakan dan kebakaran. Sistem deteksi ini terdiri dari beberapa macam, yaitu.

1) Gas Detector/ Detektor Gas

Cara kerja dari detektor gas ini adalah dengan mengaktifkan alarm jika terdeteksi pada konsentrasi kecil sekalipun tindakan selanjutnya adalah mematikan atau menutup sumber gas. Detektor gas ini dipasang pada living quarter area, warehouse (gudang), dan ruang kendali.

2) Heat Detector/ Detektor Panas

Prinsip kerja dari detektor panas ini hampir sama dengan detektor gas hanya saja detektor ini merespon panas yang melebihi set point-nya. Detektor ini dibutuhkan saat terjadi kebakaran agar ketika suhu ruangan meningkat maka detektor panas akan akif dan respon yang diberikan adalah dengan mengeluarkan bunyi alarm dan semburan air di sekitar detektor.

Sumber: http://www.3sfireprotection.com/heat%20detector.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009) 3) Smoke Detector / Detektor Asap

Detektor asap dibutuhkan untuk mencegah terjadinya bahaya kebakaran pada proses pabrik, penempatan detektor ini terdapat di seluruh ruangan terutama tempat terjadinya seluruh proses pada pabrik. Untuk detektor asap ini buasanya dihubungkan secara elektrikal untuk memberikan

tanda jika adanya asap yang berlebihan. Berikut contoh gambar detektor asap. Gambar II. 13 Detektor Asap

Sumber: http://www.habitek.co.uk/catalog/usrimage/smoke%20detector.jpg (diakses tanggal 13 Juli 2009)

4) Manual Fire Alarm Station

Detektor ini merpakan detektor level kedua setelah detektor digital di atas. Jika terjadi kebakaran maka harus ada petugas untuk menyalakan tombol alarm ini. Fungsi dari kegiatan ini adalah untuk memberikan tanda terjadinya kebakaran. Alarm ini dibutuhkan jika suatu saat semua detektor digital/elektrikal tidak berfungsi maka hal ini masih bisa memberikan tanda untuk yang lain.

Penempatan Ruang Radio

Setelah detektor mendeteksi terjadinya suatu bahaya maka ada satu langkah yang dilakukan untuk melakukan shut down pada sistem yang disebut dengan Instalation Shutdown System. Sistem ini berfungsi sebagai berikut.

1. Memonitoring sistem proses dan utilitas

3. Sebagai tindakan akhir untuk mencegah terjadinya catasthrope dengan melakukan:

i. Penutupan Sub Surface Safety Calve (SCSSV) ii. Penutupan pipeline shutdown valves

iii. Menutup semua Surface Safety Valve (SSV) iv. Shutdown semua perlatan dan utilitas

v. Shutdown generator diesel dan gas

5) Well Control Equipment and Well Shut in System Sistem ini terdiri dari:

a. Sub Surface Safety Calve (SCSSV) b. Pneumatic Surface Safety Valve (SSV) c. Manual Master Valve

d. Manual Choke Valve

d. Personal Protective Equipment

Di dalam proses pabrik, banyak sekali jenis bahan kimia yang dipergunakan. Bahan-bahan kimia yang dipergunakan dapat menimbulkan efek terhadap manusia seperti gangguan pernapasan, iritasi kulit, kebakaran, bahkan hingga kematian. Dengan adanya potensi bahaya dari bahan-bahan kimia tersebut, alat perlindungan diri (Personal Protective Equipment/PPE atau Alat Perlindungan Diri/APD) diperlukan untuk melindungi para pekerja yang beraktivitas di daerah pabrik ini agar terhindar dari bahaya.

PPE atau APD adalah peralatan keselamatan yang digunakan untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja atau penyakit yang ditimbulkan karena proses kerja. PPE atan APD merupakan salah satu faktor yang penting untuk ditambahkan dalam investasi sistem keselamatan dan kesehatan kerja. APD atau PPE ini tidak hanya melindungai pekerja dari bahaya yang ditimbulkan oleh bahan kimia tetapi juga digunakan untuk alat pelindung pekerja dari bahaya yang timbul akibat pekerjaan.

Berdasarkan kebutuhan utama di lapangan, APD yang digunakan dapt dibagi menjadi dua katagori sebagai berikut.

1. Alat Perlindungan Diri (APD) Standard

Alat perlindungan standar merupakan alat pelindung bagi pekerja sebagai syarat minimal untuk masuk ke dalam lingkungan kerja offshore. Yang termasuk dalam APD standar, yaitu safety helmet, safety shoes, dan coverall.

2. Alat Perlindungan Diri Berdasarkan Kebutuhan Pekerjaan

Alat perlindungan ini digunakan pada saat pekerja berada di dalam suatu unit tertentu yang menggunakan alat perlindungan khusus. Contoh dari APD ini adalah safety glasses, respirator,

Dalam dokumen k3ll Analisa Hira Hazid Hazop (Halaman 32-66)

Dokumen terkait