BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Identifikasi Bahaya K3 di Perusahaan
Kegiatan identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendalian risiko merupakan bagian dari manajemen risiko pada tahap perencanaan sehingga sangat penting sebagai alat untuk melindungi perusahaan terhadap kemungkinan yang merugikan dan upaya preventif untuk melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja. Dalam penerapannya tidak hanya melibatkan pihak manajemen tetapi juga komitmen manajemen dan seluruh pihak yang terkait.
Identifikasi Bahaya dilaksanakan guna menentukan rencana penerapan K3 di lingkungan Perusahaan. Identifikasi bahaya termasuk di dalamnya ialah identifikasi aspek dampak lingkungan operasional Perusahaan terhadap alam dan penduduk sekitar di wilayah Perusahaan menyangkut beberapa elemen seperti tanah, air, udara, sumber daya energi serta sumber daya alam lainnya termasuk aspek flora dan fauna di lingkungan Perusahaan. Berikut adalah Lingkaran Identifikasi Bahaya.
6
.
Gambar 2.1 Lingkaran Identifikasi Bahaya
Identifikasi Bahaya dilakukan terhadap seluruh aktivitas operasional Perusahaan di tempat kerja meliputi :
a) Aktivitas kerja rutin maupun non rutin di tempat kerja.
b) Aktivitas semua pihak yang memasuki termpat kerja termasuk kontraktor, pemasok, pengunjung dan tamu.
c) Budaya manusia, kemampuan manusia dan faktor manusia lainnya.
d) Bahaya dari luar lingkungan tempat kerja yang dapat mengganggu keselamatan dan kesehatan kerja tenaga kerja yang berada di tempat kerja.
e) Infrastruktur, perlengkapan dan bahan (material) di tempat kerja baik yang disediakan Perusahaan maupun pihak lain yang berhubungan dengan Perusahaan.
f) Perubahan atau usulan perubahan yang berkaitan dengan aktivitas maupun bahan/material yang digunakan.
g) Perubahan Sistem Manajemen K3 termasuk perubahan yang bersifat sementara dan dampaknya terhadap operasi, proses dan aktivitas kerja.
7 h) Penerapan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lain
yang berlaku.
i) Desain tempat kerja, proses, instalasi mesin/peralatan, prosedur operasional, struktur organisasi termasuk penerapannya terhadap kemampuan manusia
2. Faktor-Faktor Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya yang dilaksanakan memperhatikan faktor-faktor bahaya sebagai berikut :
a) Biologi (jamur, virus, bakteri, mikroorganisme, tanaman, binatang).
b) Kimia (bahan / material / gas / uap / debu /cairan beracun, berbahaya, mudah meledak / menyala / terbakar, korosif, iritan, bertekanan, reaktif, radioaktif, oksidator, penyebab kanker, bahaya pernafasan, membahayakan lingkungan, dsb).
c) Fisik / Mekanik (insfraktruktur, mesin / alat / perlengkapan / kendaraan / alat berat, ketinggian tekanan, suhu, ruang terbatas/terkurung, cahaya, listrik, radiasi, kebisingan, getaran dan ventilasi).
d) Biomekanik (postur/posisi kerja, pengangkutan manual, gerakan berulang serta ergonomi tempat kerja/alat/mesin).
e) Psikis/Sosial (berlebihnya beban kerja, komunikasi, pengendalian manajemen, lingkungan sosial tempat kerja, kekerasan dan intimidasi).
f) Dampak Lingkungan (air, tanah, udara, ambien, sumber daya energi, sumber daya alam, flora dan fauna).
Penilaian resiko menggunakan pendekatan metode matriks resiko yang relatif sederhana serta mudah digunakan, diterapkan dan menyajikan representasi visual di dalamnya. Pengendalian resiko didasarkan padahierarkisebagai berikut :
8 a) Eliminasi (menghilangkan sumber / aktivitas berbahaya).
b) Substitusi (mengganti sumber / alat /mesin / bahan / material / aktivitas / area yang lebih aman).
c) Perancangan (modifikasi/instalasi sumber / alat /mesin / bahan / material / aktivitas / area supaya menjadi aman).
d) Administrasi (penerapan prosedur / aturan kerja, pelatihan dan pengendalian visual di tempat kerja).
e) Alat Pelindung Diri (penyediaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja dengan paparan bahaya / resiko tinggi)
Berikut adalah matriks penilaian resiko K3 :
Tabel 2.1 Matriks Penilaian Resiko K3
9 Tabel 2.2 Matriks Penilaian Resiko K3
Keterangan :
T : Tinggi, memerlukan perencanaan khusus di tingkat manajemen puncak, dan penanganan dengan segera / kondisi darurat.
S : Signifikan, memerlukan perhatian dari pihak manajemen dan melakukan tindakan perbaikan secepat mungkin.
M : Moderat, tidak melibatkan manajemen puncak, namun sebaiknya segera diambil tindakan penanganan / kondisi bukan darurat.
R : Rendah, risiko cukup ditangani dengan prosedur rutin yang berlaku.
3. Istilah Bahaya Dalam Lingkungan Kerja
a) Hazard adalah suatu keadaan yang memungkinkan/dapat menimbulkan kecelakaan, penyakit, kerusakan atau menghambat kemampuan pekerja yang ada.
b) Danger adalah tingkat bahaya akan suatu kondisi yang sudah menunjukkan peluang bahaya sehingga mengakibatkan suatu tindakan pencegahan.
c) Risk adalah prediksi tingkat keparahan bila terjadi bahaya dalam siklus tertentu.
d) Incident adalah munculnya kejadian bahaya yang dapat atau telah mengadakan kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas normal.
e) Accident adalah kejadian bahaya yang disertai adanya korban dan/atau kerugian baik manusian maupun benda.
10 4. Metode Identifikasi Bahaya K3
a) Metode Perbandingan
Metode yang membandingkan suatu rancangan terhadap suatu standar atau desain, dalam bentuk seperti daftar periksa (checklist). Fungsinya sebagai acuan untuk menentukan potensi bahaya dalam suatu sistem. Daftar ini dikembangkan dari pengalaman atau standar analisis tertentu, seperti apa yang boleh dan apa yang tidak. Daftar periksa berguna saat proses perancangan untuk membantu ingatan dalam mengungkapkan bahaya yang terlupakan.
b) Metode Fundamental
Metode yang tersusun untuk memotivasi orang yang menerapkan pengetahuan dan pengalaman mereka dengan tujuan mengidentifikasi bahaya. Berikut yang termasuk dalam metode kelompok ini adalah:
c) Preliminary Hazard Analysis (PHA) atau analisis bahaya awal Suatu sistem atau metode yang biasanya digunakan untuk menjelaskan dengan teknik kualitatif untuk mengidentifikasi bahaya pada tahap awal dalam proses desain. Prinsip dari PHA, untuk mengidentifikasi bahaya yang mungkin akan berkembang menjadi kecelakaan. Ini dilakukan dengan menimbulkan situasi atau proses yang tidak direncanakan. Ini penting untuk melakukan identifikasi bahaya dari awal yang bertujuan untuk mengimplementasikan corrective action pada proses desain.
d) Hazard Operability Study (HAZOPS)
Metode yang digunakan industri untuk mengidentifikasi bahaya pada tahap desain rekayasa. Tujuannya untuk menganalisis bagian sistem satu per satu dan menjelaskan bagaimana kondisi ideal untuk suatu sistem bisa Langkah awal dilakukan dengan mendapatkan tinjauan dari sistem berupa gambar teknis atau informasi lain dari sistem tersebut.
11 e) Risk Based Inspection (RBI)
Penilaian risiko dan manajemen proses yang terfokus pada kegagalan peralatan karena kerusakan material. Fokus RBI adalah penilaian risiko yang berkaitan dengan pengoperasian peralatan.
RBI dapat memberikan masukan kepada manajemen untuk merencanakan jadwal inspeksi dan pemeliharaan pada peralatan termasuk penganggaran biayanya.
f) What-If
Metode identifikasi bahaya awal untuk meninjau desain dengan menanyakan serangkaian pertanyaan awal yaitu bagaimana-jika atau what-if. Analisis ini merupakan bagian dari cara checklist, yang kemungkinan merupakan metode identifikasi bahaya tertua.
g) Failure Modes and Effect Analysis (FMEA) atau analisis pola kegagalan dan akibat
Metode untuk mengidentifikasi bahaya yang melibatkan analisis modus kegagalan. Seperti apa penyebabnya dan bagaimana dampaknya, serta kritikalitas dari kegagalan. Tujuan dari FMEA adalah untuk mengidentifikasi kegagalan yang mempunyai dampak yang tidak diinginkan pada sistem operasi.
h) Fault Tree Analysis (FTA) dan Event Tree Analysis (ETA)
Diagram logika yang digunakan untuk mewakili masing-masing dampak dari suatu peristiwa dan penyebab dari suatu peristiwa. Diagram ini juga menyatakan ilustrasi bebas dari rangkaian potensi kegagalan peralatan atau kesalahan manusia yang dapat menimbulkan kerugian. FTA bersifat deduktif yang dilakukan dengan memunculkan akibat untuk mencari sebab.
Sedangkan ETA bersifat induktif yang dilakukan dengan dengan menampilkan sebab (kejadian awal) untuk mencari akibat (kejadian akhir).
12 i) Qualitative Risk Assessment
Pendekatan nilai risiko terhadap suatu sistem dengan pemberian skor kualitatif, seperti iya atau tidak, lalu baik atau buruk terhadap faktor kemungkinan dan akibat kegagalan dari suatu kejadian (Wachyudi, 2010).
j) Semi-quantitave Risk Assessment
Pengembangan penilain risiko dengan menggunakan suatu pemodelan untuk kejadian tertentu. Tujuannya untuk mendapatkan rate event. Dengan pemodelan ini, akan menghasilkan akurasi data berdasarkan informasi awal yang diolah dengan mempertimbangkan parameter-parameter yang ada.
k) Quantitative Risk Assessment
Penilaian penuh dengan melakukan pemodelan pada semua kejadian, sehingga kemungkinan dampak dari suatu kegagalan dapat diketahui secara numerik. Dari sinilah akan didapati tingkat risiko yang cukup akurat.
B. Penyusunan Program Pemecahan Masalah di Perusahaan