• Tidak ada hasil yang ditemukan

V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1 Identifikasi Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran

Pemeriksaan sampel dilakukan secara langsung dengan melakukan pembedahan pada tubuh ikan untuk diambil organ dalam dan saluran pencernaannya. Apabila sampel positif terdapat cacing, sampel disimpan kemudian dilakukan pewarnaan. Pewarnaan terhadap cacing dilakukan dengan metode Semichen Acetic Carmine. Setelah pewarnaan cacing, dilakukan proses identifikasi.

Hasil identifikasi cacing pada 100 sampel ikan yang telah diperiksa pada organ dalam dan saluran pencernan ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di Tempat Pelelangan Ikan Brondong Lamongan ditemukan dua jenis spesies yaitu larva stadium tiga Anisakis simplex dan cacingdewasaCamallanus carangis. Pada pemeriksaan telur cacing dengan metode sedimentasi tidak ditemukan adanya telur cacing.

Cacing Anisakis simplex termasuk dalam ordo Ascaridida tersebut ditemukan menempel pada rongga perut, lambung, usus, dan hati sedangkan cacingCamallanus carangisdari ordo Camallanoidea ditemukan pada usus. Data identifikasi cacing pada ikan kuniran dapat dilihat pada tabel 5.1

Tabel 5.1 Jenis Larva Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran di TPI Brondong Lamongan Pengambilan Ke- (Jumlah Sampel) Panjang Tubuh Ikan (cm) Cacing yang Ditemukan Panjang Tubuh Cacing (mm) Keterangan I (25 ekor) II (25 ekor) III ( 25 ekor) IV (25 ekor) 16–22 17–24 16–21,5 17,5–21 Anisakis simplex Camallanus carangis Anisakis simplex Anisakis simplex Anisakis simplex 11-22 11 10-16 7-17 6-20

Larva Stadium Tiga Cacing Dewasa Larva Stadium Tiga Larva Stadium Tiga Larva Stadium Tiga

Cacing yang ditemukan menurut kunci identifikasi adalah larva stadium tiga Anisakis simplex, cacing tersebut merupakan Phylum dari Nemathelmintes, Kelas Nematoda, Ordo Ascaridida, Famili Anisakidae, Genus Anisakis (Grabda, 1991).Larva stadium tigaAnisakis simplexyang ditemukan memiliki warna putih susu, berukuran panjang 7-22 mm dengan diameter 0,4-0,9 mm, ditemukan dalam bentuk lurus dan melingkar (coil) yang dibungkus oleh jaringan kista halus. Larva stadium tiga Anisakis simplex yang ditemukan memiliki bentuk tubuh silindris memanjang, di bagian anterior cacing tersebut memiliki bibir yang dilengkapi dengan gigi larva (larval tooth) yang mengelilingi mulut, organ tersebut digunakan untuk mengambil makanan dari inang. Memiliki esophagus yang lurus berbentuk silindris, dan dilanjutkan dengan adanya ventrikulus berupa otot yang

menghubungkan langsung pada usus. Ventrikulus yang terletak di antara esophagus dan usus menjadi ciri khas Anisakis simplex dari jenis nematoda lainnya. Larva Anisakis simplex memiliki mukron pada bagian posteriornya. Mukron adalah suatu penjuluran kontraktil dari kutikula yang tipis.

a b

c

Gambar 5.1 Larva stadium tiga Anisakis simplex pada ikan kuniran (Upeneus sulphureus). Skala bar 0,5 mm

Keterangan : a. bagian anteriorAnisakis simplex(Perbesaran 100x) b. BagianventriculusAnisakis simplex(Perbesaran 100x) c. Bagian posteriorAnisakis simplex(Perbesaran 100x)

a b c

Gambar 5.1 Larva stadium tiga Anisakis simplex pada ikan kuniran (Mikroskop Binokuler yang dilengkapi dengan kamera Lucida).Skala bar 50 µm

Keterangan : a. bagian anteriorAnisakis simplex b. BagianventriculusAnisakis simplex c. Bagian posteriorAnisakis simplex

Selain itu juga ditemukan cacing dewasa Camallanus carangis, cacing tersebut merupakan Filum dari Nemathelminthes, Kelas Nematoda, Ordo Camallanoidea, Famili Camallaninae, Genus Camallanusdan SpesiesCamallanus carangis (Rigby, 1998). Cacing dewasa Camallanus carangis ditemukan di usus memiliki warna merah dan bentuk tubuh yang lurus yang berukuran 11 mm. Tubuhnya ditutupi oleh lapisan kutikula halus yang melintang mulai dari ujung anterior sampai ujung ekor. Bagian ujung kepalanya membulat sedangkan bagian akhir ekor meruncing. Pada bagian kepala terdapat buccal capsule yang dilengkapi 9 lekukan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan Larva stadium tiga dari jenis Anisakis simplex, cacing dewasaCamallanus carangis dan tidak ditemukannya telur cacing pada ikan kuniran dari hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI Brondong, Lamongan.

a b

c

Gambar 5.3 Cacing Camallanus carangis pada ikan kuniran (Upeneus sulphureus). Skala bar 0,5 mm

Keterangan : a. Bagian anteriorCamallanus carangis(Perbesaran 100x) b. Bagian ventriculusCamallanus carangis(Perbesaran 100x) c. Bagian posteriorCamallanus carangis(Perbesaran 100x)

a b c

Gambar 5.4 Cacing Camallanus carangis pada ikan kuniran (Mikroskop yang dilengkapi dengan kamera Lucida).Skala bar 50 µm.

Keterangan : a. bagian anteriorCamallanus carangis b.bagian ventriculusCamallanus carangis c.bagian posteriorCamallanus carangis 5.1.2 Prevalensi Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat prevalensi setiap pengambilan sampel bervariasi. Data hasil perhitungan prevalensi endoparasit ikan kuniran dapat dilihat pada Tabel 5.2

Tabel 5.2 Hasil Perhitungan Prevalensi Cacing Endoparasit pada Ikan Kuniran

Pengambilan Ke

-Jumlah Sampel yang Diperiksa

Jumlah Ikan yang Terinfeksi (ekor) Prevalensi (%) 1 2 3 4 Total 25 25 25 25 100 7 10 9 10 36 28 40 36 40 36

Hasil perhitungan prevalensi dari setiap pengambilan di TPI Brondong Lamongan diperoleh data dari setiap pengambilan adalah pada pengambilan pertama sampai dengan pengambilan keempat berturut-turut sebesar 28%, 40%,36% dan 40%. Larva cacing Anisakis simplex memiliki bentuk melingkar

capsule di bagian anteriornya dan memiliki tridents. Prevalensi rata-rata ikan kuniran hasil tangkapan nelayan di TPI Brondong yang terinfeksi cacing Anisakis simplexdanCamallanussebesar 36%.

5.2 Pembahasan

Cacing endoparasit yang ditemukan pada penelitian ini termasuk dalam Phylum Nemathelmintes, Kelas Nematoda, Ordo Ascaridida, Famili Anisakidae, Genus Anisakis dan Species Anisakis simplex. (Grabda, 1991).Hasil penelitian menunjukkan bahwa ditemukan larva stadium tiga Anisakis simplex yang berwarna putih susu dan memiliki larval tooth dan mukron. Larva stadium tiga Anisakis simplex yang ditemukan memiliki saluran ekskresi di bagian posterior dan memiliki esophagus, ventrikulus dan usus.

Larva stadium tiga Anisakis simplex umumnya ditemukan di saluran pencernaan, rongga perut dan hati. Hal ini disebabkan ikan terinfeksi karena memakan crustacea yang di dalam tubuhnya mengandung larva stadium dua dari Anisakis simplex. Crustacea berperan sebagai inang perantara pertama, hal ini sesuai dengan pernyataan Nuchjangreed et al.,(2006). Terdapatnya Anisakis simplex pada rongga tubuh dansaluran pencernaan karena banyaknya sumber bahan organik yang sebagaisumber makanan dari parasit nematoda.

Selain itu juga ditemukan cacing dalam Phylum Nemathelmintes, Kelas Nematoda, Ordo Camallanoidea, Famili Camallaninae, Genus Camallanus dan Spesies Camallanus carangis. Camallanus carangis memiliki ciri khas yaitu terdapat buccal capsule pada bagian anterior. Setiap katup pada buccal capsule

dilengkapi dengan sembilan lekukan. Bagian ujung posterior meruncing dan terdapat lubang anus dibagian posterior.

Infeksi larva Anisakis simplex dan cacing dewasa Camallanus carangis pada umumnya tidak menunjukkan adanya gejala klinis yang jelas pada ikan. Hal ini menyebabkan sulit mendeteksi adanya parasit pada tubuh ikan, akan tetapi jika dilakukan pembedahan dan dilakukan pengamatan pada bagian organ dalamnya, keberadaan endoparasit tersebutdapat diketahui. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Sarjito dan Desrina (2005) yang menyatakan bahwa infeksi endoparasit tidak menunjukkan gejala klinis eksternal dan sulit untuk terdeteksi dengan cepat, sehingga perlu dilakukan pembedahan dan pengamatan organ dalamnya.

Tingkat prevalensi larva stadium tigaAnisakis simplex dan cacing dewasa Camallanus carangispada ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di TPI Brondong Lamongan sebesar 36%. Menurut kategori infeksi berdasarkan Williams and Williams (1996), prevalensi ikan kuniran yang telah diteliti termasuk dalam kategori commonly (49-30%). Bervariasinya prevalensi pada setiap pengambilan sampel dapat dipengaruhi oleh perbedaan ukuran ikan. Semakin besar ukuran ikan menyebabkan kesempatan ikan tersebut terinfeksi parasit juga semakin besar, hal tersebut dipengaruhi kebiasaan makan ikan, semakin besar ukuran ikan maka semakin banyak jumlah pakan yang dikonsumsi oleh ikan. Beberapa jenis pakan yang dikonsumsi oleh ikan memicu masuknya beberapa organisme patogen yang mengganggu kesehatan ikan.

Selain faktor-faktor diatas, ditemukannya endoparasit pada saluran pencernaan ikan kuniran (Upeneus sulphureus) di perairan laut dan diambil di TPIBrondong, Lamongan, kemungkinan juga karena adanya limbah industri, yang menyebabkan menurunnya kualitas air di sekitar daerah pengambilan sampel, sehingga menurunnya kualitas air dapat menyebabkan daya tahan tubuh dari ikan menurun dan ikan tersebut mudah terinfeksi oleh parasit (Yuliarti, 2011).

Anisakis simplex dapat menginfeksi manusia melalui mekanisme memakan ikan kuniran (Upeneus sulphureus) yang kurang matang. Dalam tubuh manusia larva akan menembus jaringan mukosa usus, kasus infeksi umumnya tidak menunjukkan gejala tetapi larvanya terkadang bisa ditemukan ketika larva hidup keluar melalui muntah atau feses (Sugane et al., 1992). Anisakis simplex pada manusia dapat menyebabkan beberapa gejala antara lain rasa sakit pada perut bagian bawah, mual, muntah, demam, diare, dan adanya darah dalam feses. Untuk mencegahnya agar tidak mengkonsumsi ikan yang kurang matang, sebaiknya memakan ikan yang matang. LarvaAnisakis simplex mati apabila disimpan dalam suhu -20º C selama 168 jam dan dimasak pada suhu diatas 200º C (Bucciet al., 2013).

VI SIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait