• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

B. Perumusan Strategi Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor

2. Identifikasi Faktor Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

Berdasarkan hasil analisis faktor internal dan eksternal maka dapat diidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri. Adapun faktor-faktor tersebut antara lain :

Tabel 20. Identifikasi Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri

Faktor Internal Kekuatan Kelemahan

Sumber Daya Manusia -Petani aktif mengikuti

penyuluhan

-Pengalaman petani

-Pendidikan tergolong rendah

-Pengelolaan keuangan

usahatani kurang baik -Berorientasi non profit

Organisasi -Pertemuan rutin kelompok

tani

Kondisi Keuangan -Terbatasnya modal

Produksi -Komoditas bervariasi

Pemasaran -Kualitas hasil pertanian -Tidak ada harga dasar

-Penawaran tengkulak rendah

Faktor Eksternal Peluang Ancaman

Pemasok -Penguasaan pasar

Pelanggan -Peningkatan pendapatan

masyarakat

-Konsumen masih lokal

Kondisi Alam -Iklim ekstrim

Kebijakan Pemerintah -Penyuluhan dan

pengawasan rutin penyuluh

-Program pemerintah

-Bantuan modal dari

pemerintah

-Adanya kebijakan impor

hasil pertanian

Kondisi Ekonomi -Fluktuasi harga hasil

pertanian

-Harga sarana produksi

semakin mahal

Sosial Budaya -Ketergantungan penggunaan

bahan kimia sintetis

Teknologi -Perkembangan informasi

dan teknologi usahatani Sumber : Analisis Data Primer

commit to user a. Identifikasi Faktor Kekuatan

1) Petani aktif mengikuti penyuluhan

Sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri aktif dalam mengikuti kegiatan penyuluhan. Kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh penyuluh biasanya mengenai informasi-informasi baru dalam mengelola usahatani untuk meningkatkan produksi hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri. Banyak manfaat yang dirasakan oleh petani dengan aktif mengikuti kegiatan penyuluhan, diantaranya petani bisa mengenal dan mengetahui teknologi baru dalam menjalankan usahataninya mulai dari pengolahan hingga pasca panennya. Teknologi yang sedang dikenalkan pada petani untuk usahatani berbeda-beda pada masing-masing subsektor. Pada subsektor tanaman bahan makanan sedang dikenalkan sistem tanam jajar legowo untuk meningkatkan hasil produksi padi gogo, subsektor perkebunan dikenalkan mesin pemisah kulit kakao dan untuk sortasi biji kakao, subsektor peternakan sedang digalakkan inseminasi buatan untuk ternak sapi, subsektor kehutanan menjalankan program Gerakan Hutan Rakyat yang hasilnya nanti menjadi hak milik petani yang memiliki lahan untuk penanaman hutan, sedangkan untuk komoditas perikanan sedang diusahakan pengolahan ikan nila serta pembuatan pelet atau makanan ikan secara mandiri.

2) Pengalaman petani

Petani di Kabupaten Wonogiri rata-rata sudah berpengalaman untuk usahatani selama 20 tahun lebih. Berbagai seluk beluk dalam usahatani telah mereka alami dalam kurun waktu yang cukup lama tersebut. Sebagian besar usahatani yang mereka jalankan tersebut merupakan usaha turun temurun yang diwariskan oleh orang tua mereka sehingga semakin melengkapi pengetahuan dan wawasan petani tentang usahatani tersebut. Pengalaman usahatani tersebut mampu menumbuhkan kemampuan dan kecakapan petani dalam memecahkan berbagai permasalahan dan kendala dalam usahatani

commit to user

mereka sehingga petani mampu mengambil keputusan terbaik dengan keterbatasan-keterbatasan mereka. Pengalaman petani yang paling lama adalah pada subsektor tanaman bahan makanan, sedangkan untuk subsektor lainnya pengalamannya masih tergolong dalam petani pemula karena beberapa subsektor merupakan program pemerintah untuk meningkatkan pendapatan petani.

3) Pertemuan rutin kelompok tani

Kelompok tani merupakan suatu bentuk organisasi di bidang usahatani. Sebagian besar petani pasti merupakan anggota dari salah satu kelompok tani yang ada di daerah mereka. Kelompok tani di Kabupaten Wonogiri berjumlah 2.356 kelompok tani yang biasanya mengadakan pertemuan tiap 35 hari sekali. Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok tani adalah arisan dan musyawarah bersama. Kelompok tani memberikan banyak manfaat bagi petani karena dengan adanya kelompok tani, petani bisa memecahkan masalah dalam usahatani yang sedang dihadapi dengan membicarakannya dalam forum pertemuan rutin tersebut. Masalah yang terjadi dalam usahatani dapat diselesaikan secara bersama-sama dengan petani yang lain. Selain dari forum pertemuan rutin, terkadang penyuluh juga mengunjungi petani perorangan sewaktu-waktu.

4) Komoditas bervariasi

Komoditas hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani di Kabupaten Wonogiri sangat bervariasi jenisnya. Dari subsektor tanaman bahan makanan yang menjadi komoditas unggul adalah padi gogo, ubi kayu, jagung dan kedelai. Subsektor perkebunan yang paling unggul dan sedang ditingkatkan adalah kakao. Subsektor peternakan yang sedang dikembangkan adalah sapi potong. Subsektor perikanan yang sedang naik daun adalah nila merah yang sebagian besar berada disekitar Waduk Gajah Mungkur. Sedangkan untuk subsektor kehutanan adalah kayu jati yang mulai dikembangkan untuk pembuatan hutan rakyat di Kabupaten Wonogiri. Komoditas hasil

commit to user

pertanian yang sangat bervariasi ini diharapkan mampu menambah penghasilan dari petani di Kabupaten Wonogiri dalam memenuhi kebutuhannya.

5) Kualitas hasil pertanian

Hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri memiliki kualitas yang baik. Karena dalam pengelolaan usahataninya, petani sangat memperhatikan keadaan dari komoditas hasil pertanian dan menjaga lingkungan tempat budidaya. Pada subsektor tanaman bahan makanan, petani sudah menerapkan go organic atau kembali menggunakan pupuk organik untuk mengembalikan kondisi tanah yang sudah mulai jenuh akibat bahan-bahan kimia. Subsektor perkebunan terutama tanaman kakao sudah menerapkan teknologi pada pembudidayaannya untuk menjaga kualitas kakao, seperti pembuatan rorak yang berfungsi untuk mengumpulkan daun-daun dari tanaman yang bisa digunakan untuk pupuk organik secara tidak langsung. Subsektor perikanan, petani juga mengaplikasikan takaran pakan untuk menjaga kualitas. Subsektor peternakan, petani memberikan pakan pada ternak sesuai takaran dan juga menjaga kesehatan ternak dengan membersihkan kandang secara teratur dan memberikan konsentrat pada ternak. Sedangkan pada subsektor kehutanan, petani tidak begitu rutin dalam pemeliharaannya karena tanaman kayu dapat bertahan hidup tanpa pemeliharaan setelah berumur 1 tahun ke atas namun terkadang petani juga memberi pestisida apabila tanaman terserang hama untuk menjaga kualitas dari kayu.

b. Identifikasi Faktor Kelemahan 1) Pendidikan tergolong rendah

Berdasarkan pada komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan, sebagian besar petani di Kabupaten Wonogiri masih tergolong berpendidikan rendah karena sebagian besar penduduk hanya tamatan SD yaitu 41,75% dari penduduk di Kabupaten Wonogiri. Tingkat pendidikan petani sangat berpengaruh pada tingkat

commit to user

adopsi teknologi oleh petani untuk menjalankan usahataninya. Pendidikan yang rendah akan berakibat petani sukar dalam mengadopsi inovasi teknologi yang baru pada usahataninya.

2) Pengelolaan keuangan usahatani kurang baik

Terbatasnya modal membuat para petani di Kabupaten Wonogiri belum bisa mengelola keuangan dengan baik. Petani sebenarnya sangat membutuhkan hal tersebut, karena dengan adanya pengelolaan keuangan usahatani maka petani dapat mengetahui besarnya keuntungan maupun kerugian dari usahatani yang dilakukan. Bahkan dalam mengendalikan keuangan mereka untuk budidaya juga sering tercampur untuk kebutuhan rumah tangga sehingga saat untuk memenuhi kebutuhan untuk usahatani terkadang menjadi kesulitan sendiri.

3) Berorientasi non profit

Kegiatan usahatani di Kabupaten Wonogiri biasanya tujuan utamanya untuk memenuhi kebutuhan keluarganya terlebih dahulu. Sehingga hasil pertanian tidak seluruhnya dijual namun sebagian dijual dan sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Sehingga apabila dilihat dari segi keuntungan yang didapatkan oleh petani kelihatan sedikit karena tidak seluruh hasil pertanian dijual untuk mendapatkan keuntungan.

4) Terbatasnya modal

Modal merupakan hal utama yang diperlukan petani untuk menjalankan usahatani. Modal yang kurang dalam menjalankan usahatani dapat membuat usahatani terganggu bahkan dapat menghentikan usahatani. Namun petani sekarang sudah cukup mudah untuk mendapatkan bantuan modal usahatani dengan melakukan pinjaman dengan bunga ringan dari lembaga keuangan seperti BPD Eromoko.

commit to user 5) Tidak ada harga dasar

Harga dari hasil pertanian merupakan hal yang paling penting untuk petani karena harga itulah yang dapat menentukan besar kecilnya keuntungan yang didapatkan oleh petani. Namun sayangnya, petani tidak pernah mengetahui informasi pasar mengenai harga hasil pertanian sehingga petani hanya mengikuti harga yang diberikan oleh tengkulak yang dapat merugikan petani. Apabila ada harga dasar tiap masing-masing harga hasil pertanian maka petani mampu untuk menjual hasil pertanian tanpa mengandalkan tengkulak karena tengkulak dapat merugikan petani dari segi harga yang diberikan pada petani berbeda dengan harga sebenarnya sehingga tengkulak mendapatkan keuntungan yang lebih besar dibandingkan dengan petani.

6) Penawaran tengkulak rendah

Harga penawaran pembelian yang ditawarkan oleh tengkulak untuk hasil pertanian dari petani rendah. Hal ini membuat petani dirugikan karena petani hanya sebagai penerima harga dan tidak mengetahui mengenai informasi harga hasil pertanian di pasaran sedangkan tengkulak mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Namun, dikarenakan keterbatasan transportasi untuk pemasaran sehingga petani tetap mengandalkan tengkulak untuk memasarkan hasil pertaniannya.

c. Identifikasi Faktor Peluang

1) Peningkatan pendapatan masyarakat

Sektor pertanian masih memegang peranan penting sebagai penyumbang kontribusi terbesar di Kabupaten Wonogiri. Sektor pertanian merupakan sebagai salah satu kebutuhan pokok dari masyarakat. Pendapatan masyarakat yang meningkat akan sangat mempengaruhi daya beli masyarakat terhadap hasil pertanian. Peningkatan daya beli masyarakat pun akan berpengaruh terhadap meningkatnya pendapatan petani di Kabupaten Wonogiri.

commit to user

2) Penyuluhan dan pengawasan rutin dari penyuluh

Kegiatan penyuluhan di Kabupaten Wonogiri sebenarnya rutin namun masih ada beberapa subsektor pertanian yang belum rutin melakukan kegiatan penyuluhan. Dari kelima subsektor pertanian yang paling rutin mengadakan penyuluhan adalah subsektor tanaman bahan makanan karena penyuluh dari subsektor tanaman bahan makanan ada di masing-masing desa di Kabupaten Wonogiri. Sedangkan untuk subsektor lainnya hanya apabila ada program atau masalah di sektor tersebut. Sebenarnya dengan adanya penyuluhan dan pengawasan, penyuluh dapat melihat secara nyata perkembangan dari usahatani di Kabupaten Wonogiri sehingga penyuluh dan pemerintah mampu membantu petani dalam menjalankan usahataninya.

3) Program pemerintah

Beberapa tahun ini di Kabupaten Wonogiri mulai membuat dan menjalankan program-program yang bertujuan untuk memajukan sektor pertanian. Petani masih banyak yang memiliki lahan pertanian yang dapat diusahakan untuk komoditas pertanian yang beragam. Program pemerintah yang sudah berjalan di Kabupaten Wonogiri di masing-masing subsektor pertanian adalah Gerakan Hutan Rakyat untuk subsektor kehutanan yang sudah dimulai sejak 2003 hingga saat ini yang bertujuan untuk mensejahterakan petani dan mencegah erosi secara tidak langsung, adanya bantuan bibit kakao untuk subsektor perkebunan yang bertujuan untuk mengembangkan Kabupaten Wonogiri sebagai sentra kakao, pengolahan hasil perikanan seperti pembuatan keripik ikan untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas perikanan, bantuan inseminasi untuk subsektor peternakan untuk meningkatkan produksi ternak khususnya ternak sapi. Pemerintah Kabupaten Wonogiri sedang menggalakkan program- program untuk memajukan sektor pertanian dan meningkatkan pendapatan petani.

commit to user 4) Bantuan modal dari pemerintah

Sebagian besar petani banyak yang memiliki kelemahan pada segi modal untuk menjalankan usahataninya. Hal ini menyebabkan terkadang petani harus meminjam modal dari sanak saudara maupun lembaga keuangan. Petani membutuhkan perhatian dari pemerintah untuk mendukung dalam berjalannya usahatani di Kabupaten Wonogiri. Setidaknya pemerintah dapat memberikan modal maupun pinjaman kepada petani dengan bunga sangat ringan dan dapat meringankan beban dari petani. Bantuan modal yang diberikan pemerintah pada petani tidak hanya dalam bentuk materi. Bantuan untuk subsektor perkebunan berupa bibit tanaman kakao, subsektor kehutanan berupa bibit tanaman jati, subsektor perikanan berupa benih ikan nila merah, subsektor peternakan berupa bantuan ternak dari pemerintah atau dinas peternakan Kabupaten Wonogiri sedangkan untuk subsektor tanaman bahan makanan terkadang juga mendapat bantuan bibit/benih tanaman bahan makanan dari pemerintah seperti tanaman jagung.

5) Perkembangan informasi dan teknologi usahatani

Teknologi yang diterapkan dalam usahatani di Kabupaten Wonogiri masih secara manual atau masih tradisional. Petani masih mengelola usahataninya dengan peralatan yang sederhana dan masih memerlukan tenaga manusia seluruhnya. Penerapan teknologi untuk usahatani harus memperhatikan kecepatan transfer dan adopsi teknologi dari para petani. Namun kebanyakan para petani cenderung menunggu ada petani lain yang mampu membuktikan manfaat suatu teknologi. Mereka cenderung tidak mau mengambil resiko kerugian. Selain itu, jenis teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani dan kondisi lingkungan hendaknya diprioritaskan. Perkembangan teknologi usahatani dapat memberikan pengaruh positif terhadap perkembangan hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri. Adanya perkembangan teknologi akan berpengaruh pada hasil pertanian yang

commit to user

meningkat dan dapat dilakukan oleh petani dengan lebih mudah dibandingkan usahatani secara manual/tradisional.

d. Identifikasi Faktor Ancaman 1) Penguasaan pasar

Bibit/benih dari beberapa komoditas pertanian ada yang berasal dari luar daerah Kabupaten Wonogiri. Hal ini dapat menyebabkan penguasaan pasar dari segi pemasok karena Kabupaten Wonogiri belum bisa menyediakan bibit/benih yang memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dari pemasok daerah lain sehingga pemasok memegang kendali dalam persediaan bibit/benih komoditas pertanian di Kabupaten Wonogiri. Misalnya pada subsektor perikanan, petani perikanan di Kabupaten Wonogiri lebih memilih untuk membeli benih ikan di Janti, Kabupaten Klaten dibandingkan dengan membeli benih di Balai Benih Kabupaten Wonogiri. Hal ini dikarenakan benih di Janti memiliki kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan benih di Balai Benih Kabupaten Wonogiri. Oleh karena itu, pasar untuk benih perikanan dikuasai oleh Janti, Kabupaten Klaten

2) Konsumen masih lokal

Konsumen hasil pertanian masih tergolong lokal di Kabupaten Wonogiri karena biasanya hasilnya disalurkan dari tengkulak ke pasar daerah dan belum bisa dijual ke luar daerah Wonogiri. Namun untuk hasil dari subsektor kehutanan, hasilnya sudah ada yang dipasarkan ke luar daerah Wonogiri seperti ke daerah Kudus untuk meubel.

3) Iklim ekstrim

Iklim ekstrim yang terjadi akhir-akhir ini sangat mempengaruhi kualitas hasil pertanian. Semakin ekstrim iklim maka kualitas hasil pertanian akan semakin menurun. Hal ini dapat menyebabkan kerugian bagi petani karena secara tidak langsung pendapatan petani akan berkurang. Subsektor pertanian yang paling dipengaruhi oleh iklim ekstrim adalah subsektor perikanan karena

commit to user

perubahan iklim yang tidak menentu dapat menyebabkan kandungan pH air berubah-ubah yang dapat menyebabkan kematian pada ikan, sehingga dibutuhkan penanganan yang khusus untuk komoditas perikanan khususnya pada saat peralihan iklim dari kemarau ke penghujan. Sedangkan untuk subsektor tanaman bahan makanan, perkebunan dan kehutanan tidak begitu berpengaruh karena lahan pertanian di Kabupaten Wonogiri sebagian besar merupakan lahan kering sehingga membutuhkan air untuk usahataninya.

4) Adanya kebijakan impor hasil pertanian

Pemerintah menetapkan kebijakan impor hasil pertanian dari luar negeri. Hal ini dapat menyebabkan terancamnya hasil produk pertanian lokal karena biasanya produk impor memiliki tampilan yang lebih menarik dibandingkan dengan produk pertanian lokal. Selain itu, harga produk impor juga hampir setara dibandingkan dengan produk lokal sehingga konsumen akan lebih tertarik pada produk impor dibanding produk lokal. Kebijakan impor ini merupakan ancaman bagi keberlangsungan usahatani di Kabupaten Wonogiri. Kebijakan impor hasil pertanian yang mengancam untuk komoditas lokal di Kabupaten Wonogiri adalah impor kedelai karena kualitas kedelai impor lebih baik dibandingkan dengan produk lokal. Komoditas ternak khususnya sapi, kualitas impor juga lebih baik dan memiliki harga yang lebih rendah dibandingkan dengan sapi lokal.

5) Fluktuasi harga hasil pertanian

Adanya pengaruh perubahan ekonomi global yang sedang terjadi sekarang ini sangat mempengaruhi naik turunnya harga hasil pertanian. Fluktuasi harga hasil pertanian sangat mempengaruhi pendapatan dari petani karena dengan berubah-ubahnya harga hasil pertanian maka petani juga akan dirugikan apabila harga hasil pertanian turun sedangkan harga saprodi tetap. Hal ini menjadi ancaman bagi petani sehingga dibutuhkan adanya harga dasar hasil pertanian agar harga hasil tidak mengalami fluktuasi terus menerus.

commit to user 6) Harga sarana produksi semakin mahal

Semakin modern teknologi maka semakin tinggi pula harga sarana produksi tersebut. Sebagian besar petani sudah mulai mengenal teknologi modern dan mulai menggunakannya dalam usahatani. Harga sarana produksi yang semakin tinggi maka pengeluaran yang dikeluarkan petani akan semakin tinggi dan dapat menurunkan pendapatan petani dari usahataninya. Sehingga petani harus pandai dalam menentukan pengeluaran yang akan digunakan pada usahataninya.

7) Ketergantungan penggunaan bahan kimia sintetis

Ketergantungan petani pada bahan kimia dalam menjalankan usahataninya cukup sulit untuk dihilangkan walaupun mulai digerakkan back to nature untuk pertanian. Hal ini dapat menjadi suatu ancaman karena produksi yang dihasilkan apabila menggunakan bahan kimia dapat lebih meningkat sedangkan apabila menggunakan bahan organik terkadang hasilnya belum bisa setara dengan menggunakan bahan kimia. Selain itu, untuk pemberantasan hama maupun penyakit pada sektor pertanian juga masih bergantung pada bahan kimia sintetis karena hasilnya lebih akurat. Misalnya saja pada subsektor tanaman bahan makanan, untuk pemupukan sudah mulai menggunakan bahan organik namun untuk pemberantasan hama, petani masih mengandalkan pestisida bahan kimia karena hasilnya lebih baik dalam memberantas hama dibandingkan dengan menggunakan yang organik.

3. Alternatif Strategi

Untuk merumuskan alternatif strategi yang diperlukan dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri digunakan analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal dapat dipadukan dengan kekuatan dan kelemahan internal sehingga dihasilkan rumusan strategi peningkatan produktivitas tenaga kerja. Matriks

commit to user

ini menghasilkan empat sel kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi S- O, strategi W-O, strategi W-T, dan strategi S-T. Berikut matriks SWOT yang dihasilkan :

Tabel 21. Alternatif Strategi Matriks SWOT Peningkatan Produktivitas Tenaga Kerja Sektor Pertanian di Kabupaten Wonogiri

Kekuatan-S

1. Petani aktif mengikuti

penyuluhan

2. Pengalaman petani

3. Pertemuan rutin kelompok tani

4. Komoditas bervariasi

5. Kualitas hasil pertanian

Kelemahan-W

1. Pendidikan tergolong rendah

2. Pengelolaan keuangan

usahatani kurang baik

3. Berorientasi non profit

4. Terbatasnya modal

5. Tidak ada harga dasar

6. Penawaran tengkulak rendah

Peluang-O 1. Peningkatan pendapatan masyarakat 2. Penyuluhan dan pengawasan rutin penyuluh 3. Program pemerintah

4. Bantuan modal dari

pemerintah 5. Perkembangan teknologi usahatani Strategi S-O 1. Peningkatan permodalan usahatani (S1,S3,O3,O4,O5) 2. Pengembangan pemasaran

produk hasil pertanian (S4,S5,O5)

Strategi W-O

1. Memanfaatkan penyuluhan dan

pelatihan PPL (W2,W4,O2,O5)

2. Efisiensi sarana produksi

(W4,O1,O5)

3. Pemotivasian petani

(W1,W3,W4,O2,O3,O4)

Ancaman-T

1. Monopoli pasar

2. Konsumen masih lokal

3. Iklim ekstrim

4. Adanya kebijakan impor

hasil pertanian

5. Fluktuasi harga hasil

pertanian

6. Harga sarana produksi

semakin mahal

7. Ketergantungan

penggunaan bahan kimia sintetis

Strategi S-T

1. Membuka usaha baru di luar

sektor pertanian (S2,T4,T5,T6)

2. Penganekaragaman produk

olahan hasil pertanian (S4,S5,T1,T2,T3,T7)

Strategi W-T

1. Pertahankan kerjasama antara

kelompok tani dengan pihak terkait

(W4,W5,W6,T1,T4,T5,T6)

2. Penundaan investasi usahatani

(W4,W5,T1,T4)

Sumber : Analisis hasil penelitian

Setelah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman dalam meningkatkan produktivitas tenaga kerja sektor pertanian di Kabupaten Wonogiri, maka diperoleh beberapa alternatif strategi yang nampak pada matriks SWOT yang dapat dipertimbangkan, diantaranya sebagai berikut :

commit to user a. Strategi S-O

Strategi S-O (Strength-Opportunity) atau strategi kekuatan-peluang adalah strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi S-O yang dapat dirumuskan adalah :

1) Peningkatan permodalan usahatani (S1,S3,O3,O4,O5)

Peningkatan permodalan bertujuan agar petani dapat menjalankan usahataninya secara keberlanjutan. Sampai saat ini, petani masih memiliki modal yang terbatas untuk menjalankan usahataninya. Sehingga dengan adanya bantuan permodalan dari pihak-pihak terkait mampu membantu petani untuk menjalankan usahataninya.

2) Pengembangan pemasaran produk hasil pertanian (S4,S5,O5)

Pengembangan pemasaran produk hasil pertanian bertujuan untuk membuka peluang pasar yang ada di luar Kabupaten Wonogiri. Meluasnya pemasaran akan meningkatkan pendapatan petani. Selain itu, produk hasil pertanian Kabupaten Wonogiri akan dikenal oleh masyarakat secara luas.

b. Strategi W-O

Strategi W-O (Weakness-Opportunity) atau strategi kelemahan-peluang adalah strategi untuk meminimalkan kelemahan yang ada untuk memanfaatkan peluang eksternal. Alternatif strategi W-O yang dirumuskan adalah :

1) Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL (W2,W4,O2,O5)

Memanfaatkan penyuluhan dan pelatihan PPL bertujuan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan teknologi, pengaksesan pasar dan pengelolaan keuangan yang baik. Meningkatnya kemampuan petani diharapkan mampu untuk meningkatkan produksi hasil pertanian di Kabupaten Wonogiri.

2) Efisiensi sarana produksi (W4,O1,O5)

Efisiensi sarana produksi bertujuan agar penggunaan sarana produksi untuk usahatani dapat diminimalkan penggunaan. Hal ini dikarenakan

commit to user

harga sarana produksi yang semakin mahal. Petani diharapkan dapat menggunakan sarana produksi sesuai anjuran sehingga hasilnya dapat efektif dan pengeluaran seefisien mungkin.

3) Pemotivasian petani (W1,W3,W4,O2,O3,O4)

Pemotivasian petani bertujuan untuk mendorong petani agar mampu melakukan inovasi teknologi dalam menjalankan usahataninya. Petani memerlukan motivasi yang kuat untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi hasil pertanian.

c. Strategi S-T

Strategi S-T (Strength-Threat) atau strategi kekuatan-ancaman adalah strategi untuk mengoptimalkan kekuatan internal yang dimiliki dalam menghindari ancaman. Alternatif strategi S-T yang dapat dirumuskan adalah :

1) Membuka usaha baru di luar sektor pertanian (S2,T4,T5,T6)

Membuka usaha baru di luar sektor pertanian ini bertujuan agar petani tidak hanya bergantung pada usahataninya saja. Hal ini mengharapkan agar petani dapat berkembang untuk dapat meningkatkan pendapatannya karena pendapatan dari usahatani tergolong sedikit sehingga terbatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

2) Penganekaragaman produk olahan hasil pertanian (S4,S5,T1,T2,T3,T7)

Penganekaragaman olahan hasil pertanian bertujuan untuk mengembangkan produk yang dapat menambah nilai jual produk hasil pertanian. Selain itu, pengolahan dapat memperpanjang daya tahan dari hasil pertanian yang memiliki kelemahan tidak tahan lama.

Dokumen terkait