• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Identifikasi Masalah

Banyaknya Lembaga atau Badan Amil Zakat baik yang didirikan oleh pemerintah maupun oleh swasta tidak dapat menutup persoalan kemiskinan dan kesenjangan sosial. Diperlukan strategi pendistribusian yang tepat untuk mengelola harta muzakki kepada mustahiq demi terwujudnya kesejahteraan umat. Oleh sebab itu, akan dipaparkan alternatif-alternatif persoalan yang pada gilirannya akan diteliti sesuai dengan batasan penulis.

Masalah yang akan diidentifikasi adalah sebagai berikut,

1. Apa mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam mengelola ZIS?

2. Bagaimana pengaplikasian BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam mendistribusikan ZIS?

C. Pembatasan dan Perumusan Masalah 1. Pembatasan Masalah

Dalam penulisan ini, agar tidak meluas dan fokus pada permasalahan yang akan dibahas dan mencapai hasil yang diharapkan, maka penulis membatasi masalah yang akan dibahas pada “Strategi Pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan Aplikasinya”. Studi penelitian yang akan diambil adalah BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis, yaitu:

a. Bagaimana mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan ZIS?

b. Bagaimana aplikasi distribusi ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Secara garis besar tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh jawaban dari pokok permasalahan di atas, akan tetapi secara spesifik (khusus) akan dijelaskan sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme dan strategi BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam upaya mendistribusikan dana ZIS.

b. Bagaimana aplikasi distribusi ZIS di BAZNAS Kota Tangerang selatan.

2. Manfaat Penelitian

Dengan adanya penelitian ini diharapkan mampu memberikan pencerahan dan dayaguna bagi pihak-pihak terkait, yakni sebagai berikut:

a. Manfaat Akademisi

Memberikan acuan referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi untuk menunjang perkembangan penulisan selanjutnya.

b. Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari penelitian ini adalah,

1. Bagi Lembaga, diharapkan dapat memberikan masukan dan menambah sumbangan wacana pemikiran kepada BAZNAS Kota Tangerang Selatan dalam pengelolaan ZIS.

2. Bagi Penulis, diharapkan dapat menambah wawasan, informasi, dan pengetahuan tentang strategi pendistribusian dana ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan

3. Bagi Masyarakat, diharapkan dapat memberikan nilai tambah bagi mustahik dan meningkatkan kesadaran untuk berzakat.

E. Review Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan acuan untuk penulis, berikut ini akan dijabarkan beberapa penelitian yang sama dengan penelitian yang ditulis penulis.

Penelitian tersebut diantaranya adalah:

Tabel 1.1. Review Studi Terdahulu

No. Nama Peneliti /

Skripsi ini membahas tentang strategi

Astra dalam Rangka Pemberdayaan Eko-nomi Masyarakat / Perbankan Syari’ah, Fakultas Syari’ah &

Hukum, UIN Jakarta /

Skripsi ini membahas tentang

3 Nirma Bhakti Pertiwi, SE.I / Optimalisasi

& pengaruh hubungan optimalisasi

4 Bintang Mikail Subuh, zakat produktif dalam memberdayakan

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sosiologis atau empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, berikut beberapa prosedur pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini, diantaranya :

a. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya:

1. Data primer yaitu data yang diperoleh dari pihak BAZNAS Kota Tangerang Selatan dan pihak mustahik melalui instrument wawancara yang secara terstruktur.

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari berbagai literature dan referensi lain seperti buku, majalah, serta annual BAZNAS Kota Tangerang Selatan tahun 2015 – 2016 dan setiap artikel yang mengandung informasi berkaitan dengan masalah yang dibahas, dihimpun dari berbagai tempat mulai dari perpustakaan hingga situs internet.

b. Teknik Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam rangka mengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Observasi (pengamatan) adalah kegiatan keseharian seseorang dengan menggunakan panca indera mata sebagai alat bantu utamanya. Dilakukan guna mendapatkan data dengan melakukan pengamatan langsung ketempat penelitian yaitu BAZNAS Kota Tangerang Selatan untuk mendapatkan data yang relevan, mencari tahu kegiatan-kegiatan yang ada dilembaga tersebut khususnya.

2. Wawancara / Interview

Wawancara adalah tekhnik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian. Adapun interview terpimpin yang penulis gunakan adalah interview bebas terpimpin.

Interview bebas terpimpin artinya dalam penyampaian interview dengan maksud meminta jawaban dengan bebas dan terbuka.

Sedangkan alasan menggunakan jenis interview ini sangat mudah dipahami oleh individu secara langsung, sehingga dapat menghasilkan data yang memuaskan.

Wawancara digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan penelitian ini. Melalui tekhnik penulis berkomunikasi langsung (wawancara) dengan pimpinan / ketua, karyawan BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri atas penjelasan dari pemikiran terhadap peristiwa. Dan oleh penulis dengan sengaja untuk disimpan atau meneruskan keterangan mengenai peristiwa tersebut. Dalam hal ini penulis mengumpulkan data-data yang sudah tersimpan BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

c. Analisis Data

Adapun teknik pengolahan data pada penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, analisis data yang dilakukan secara bersamaan dengan pengumpulan data. Proses analisis bersifat induktif, yaitu mengumpulkan informasi-informasi khusus menjadi satu kesatuan dengan jalan mengumpulkan data, menyusun dan mengklasifikasinya dan menganalisa berhasilnya pengelolaan khususnya strategi pendistribusian zakat, infak, dan shodaqoh pada BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

d. Teknik Penulisan Skripsi

Teknik penulisan skripsi ini berpedoman kepada buku “Pedoman Penulisan Skripsi Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2012”, yang merupakan sandaran dari penulisan karya ilmiah mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada umumnya, khususnya mahasiswa Fakultas Syariah dan Hukum.

G. Kerangka Teori

Strategi pada hakekatnya adalah perencanaan (Planning) dan manajemen untuk mencapai tujuan tersebut. Strategi tidak berfungsi sebagai peta jalan yang hanya member arah saja, melaikan harus mampu menunjukan bagaimana taktik operasionalnya.8

8 Onong Uchyana, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, (Bandun: PT. Remaja Rosdakarya, 1992), Cet. Ke-4, h. 32.

Zakat, Infak dan Sedekah (ZIS) pada dasarnya merupakan konsep Islam dalam meningkatkan kesejahteraan sosial yang merata melalui pendistribusian harta dari muzakki kepada mustahiq. Pendistribusian ZIS tersebut bisa dilakukan secara langsung maupun melalui perantara.

Lembaga zakat merupakan perantara yang mempertemukan muzakki serta mustahik dalam mendistribusikan harta sesuai dengan syariat agama.

Fungsi dan tugas organisasi zakat adalah mengelola zakat.

Mengingat itu kebanyakan organisasi zakat langsung terjun ke masyarakat untuk bersosialisasi. Cara seperti ini mengabaikan satu hal penting, yaitu tersisihnya perencanaan di tubuh internal organisasi zakat yaitu rancang bangun organisasi. Mereka tak sadar bahwa rancang bangun sosok organisasi zakat merupakan induk kegiatan pengelolaan zakat.9

Adapun kerangka teori dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1.1. Kerangka Teori

H. Sistematika Penulisan

Agar pembaca dapat memahami uraian selanjutnya maka penulis membuat sistematika penulisan yang akan dituangkan pada:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi uraian mengenai latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pusta, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan diuraikan mengenai dasar-dasar teori yang merupakan dasar pembahasan meliputi pengertian strategi, pengertian pendistribusian, pembahasan mengenai konsep zakat, yang meliputi definisi zakat, hukum zakat, fungsi dan tujuan penyaluran zakat, serta syarat-syarat wajib zakat.

BAB III GAMBARAN BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN Dalam bab ini akan membahas mengenai gambaran umum dari BAZNAS Kota Tangerang Selatan yang meliputi sejarah berdirinya, landasan hukum, visi dan misi, fungsi dan tanggung jawab, struktur organisasi, dan program kerja BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

BAB IV STRATEGI PENDISTRIBUSIAN ZIS DI BAZNAS KOTA TANGERANG SELATAN

Pada bab ini diuraikan mengenai jawaban dari rumusan masalah yang sudah dipaparkan pada bab sebelumnya, yaitu aplikasi, mekanisme, dan strategi dalam pendistribusian ZIS di BAZNAS Kota Tangerang Selatan.

BAB V PENUTUP

Bab terakhir dari laporan penelitian ini berisi kesimpulan dari hasil penelitian secara keseluruhan, dan saran-saran.

16 A. Konsep Zakat, Infak, dan Sedekah

1. Zakat

Secara etimologi (bahasa) zakat berasal dari kata “zaka” yang berarti suci, baik, berkah, tumbuh, dan berkembang. Dipahami demikian sebab zakat merupakan upaya mensucikan diri dari kotoran kikir dan dosa, serta menyuburkan pahala melalui pengeluaran sedikit dari nilai harta pribadi untuk kaum yang memerlukan.10 Makna suci, berkah, tumbuh dan berkembang pada zakat merupakan esensi terpenting dalam distribusi kekayaan antara muzakki selaku penerima zakat.

Dalam terminologi syariat (istilah) zakat adalah nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu yang diwajibkan oleh Allah SWT untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak menerimanya dengan persyaratan tertentu pula.11 Jumlah harta tersebut, dikeluarkan untuk menambah banyak, membuat lebih berarti, dan melindungi kekayaan itu dari kebinasaan.12

Hubungan antara pengertian zakat menurut bahasa dengan pengertian menurut istilah sangat nyata dan erat sekali. Bahwa harta yang

10 Amiruddin Inoed, dkk. Anatomi Fiqh Zakat : Potret & Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatera Selatan. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2005), hlm. 8.

11 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis tentang Zakat, Infaq, dan Shadaqah, (Jakarta : Gema Insani, 1998), hlm. 13.

12 Yusuf Qaradhawi, Hukum Zakat, alih bahasa: Didin Hafidhuddin dan Hasanuddin, (Jakarta : Pustaka Litera Antar Nusa, 1993), hlm. 19.

dikeluarkan zakatnya akan menjadi berkah, tumbuh, berkembang dan bertambah serta bersih (baik).

Zakat adalah rukun Islam ketiga dan merupakan perintah wajib.

Zakat pertama kali diwahyukan di Madinah pada tahun kedua setelah hijrah sesudah kewajiban puasa dan menunaikan zakat fitrah,13 ia merupakan kewajiban bagi orang beriman (muzakki) yang mempunyai harta yang telah mencapai ukuran tertentu (nisab) dan waktu tertentu (haul) untuk diberikan pada orang yang berhak (mustahiq).14

Zakat juga sangat ditekankan dalam QS. At-Taubah ayat 103 yaitu:15

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.

Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.

Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”(QS. At-Taubah 10:103)

a. Macam-Macam Zakat (1) Zakat Fitrah

Zakat fitrah adalah zakat untuk pembersih diri yang diwajibkan untuk dikeluarkan setiap akhir bulan Ramadhan atau disebut juga dengan zakat pribadi yang wajib dikeluarkan oleh setiap muslim pada hari raya idul fitri. Ketentuan waktu pengeluaran zakat

13 Inoed, dkk, Anatomi Fiqih Zakat Potret dan Pemahaman Badan Amil Zakat Sumatra Selatan, h. 10.

14 Didin Hafidudin, Formalisasi Syari’at Islam Dalam Pespektif Tata Hukum Indonesia (Bogor : Ghalia Indonesia, 2006), h. 119.

15 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT.

Grasindo, 2007), h. 13.

dapat dilakukan mulai dari awal ramadhan sampai yang paling utama pada malam idul fitrih dan paling lambat pagi hari idul fitrih.

Sedangkan hukumnya wajib atas setiap orang muslim kecil atau dewasa, laki-laki atau perempuan, budak atau merdeka.

Adapun fungsi zakat fitrah adalah mengembalikan manusia kepada fitrahnya dengan mensucikan jiwa mereka dari kotoran-kotoran (dosa-dosa) yang disebabkan oleh pengaruh pergaulan dan sebagainya sehingga manusia itu menyimpang dari fitrahnya.16

Sedangkan besarnya zakat fitrah menurut ukuran sekarang adalah 2,5 kg. Sedangkan makanan yang wajib dikeluarkan zakatnya yang disebut oleh nash hadits yaitu: jewawut, kurma, gandum, zahir (anggur), danagit (semacam keju). Untuk daerah atau negara yang makananya selain makanan di atas, madhab Maliki dan Syafi’i membolehkan membayar zakat dengan makanan pokok yang lain.17

Menurut mazdhab Hambali pembayaran zakat fitrah dapat dilakukan dengan membayarkan harganya dari makanan pokok yang dimakan. Adapun waktu pembayaran zakat fitrah menurut jumhur (mayoritas) ulama adalah:

(a) Waktu wajib membayar zakat fitrah ditandai dengan terbenamnya matahari diakhir bulan Ramadhan.

16 Muhammad Ja’far, Tuntutan Zakat, Puasa dan Haji (Jakarta: Kalam Mulia, 1990) Cet Ke- 2, h. 63.

17 Abdullah Bin Abdurahman Bin Jibrin, Panduan Praktis Rukun Islam (Jakarta:

Darul Haq, 2001), h. 159.

(b) Boleh mendahulukan pembayaran zakat fitrah diawal bulan Ramadhan.

(2) Zakat Mal

Zakat mal atau zakat harta benda telah difardhukan oleh Allah SWT sejak permulaan Islam sebelum Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah. Pada awalnya zakat mal itu difardukan tidak ditentukan kadar serta tidak pula diterangkan dengan jelas harta-harta yang dikenakan zakatnya. Syara’ hanya memerintahkan mengeluarkan zakat banyak sedikitnya terserah kemauan dan kebaikan para penzakat itu sendiri, hal itu berjalan hingga tahun kedua.18

Pada tahun kedua hijrah bersamaan dengan tahun 623 masehi barulah syara’ menentukan harta-harta yang wajib dizakati serta kadar masing-masing.19

Menurut istilah bahasa mal adalah segala sesuatu yang diinginkan oleh setiap manusia untuk dimiliki, diambil kemanfaatannya, dan menyimpanya. Adapun menurut istilah Syari’at mal adalah sesuatu yang dimiliki (dikuasai) dan dapat digunakan (dimanfaatkan) menurut kebiasaan. Sedangkan sesuatu itu dapat dikatakan mal bilamana memenuhi dua syarat yaitu:

18 Tengku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat (Semarang:

Pustaka Rizki Putra, 1999) Cet Ke- 3, h. 10. (Jakarta : Gema Insani, 2002), h. 93.

19 Ash Shiddieqy, Pedoman Zakat (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 1999) Cet Ke- 3, h. 10.

(a) Dapat dimiliki, dikuasai, dihimpun, dan disimpan.

(b) Dapat diambil manfaatnya sesuai dengan kebiasaan.

Adapun harta yang wajib dikeluarkan zakatnya terbagi menjadi beberapa klasifikasi berdasarkan jenis harta yang dimiliki. Antara lain sebagai berikut:20

(a) Binatang Ternak

Hewan ternak meliputi hewan besar (unta, sapi, kerbau), hewan kecil (kambing, domba) dan unggas (ayam, itik, burung). Sedangkan syarat pada binatang ternak diharuskan sudah mencapai nishab, telah dimiliki satu tahun, digembalakan, maksudnya adalah segaja diurus sepanjang tahun dengan dimaksudkan untuk memperoleh susu, daging, dan hasil perkembanganya, tidak untuk dipekerjakan demi kepentingan pemiliknya, seperti untuk membajak dan sebagainya.

(b) Emas dan Perak

Segala bentuk penyimpanan uang seperti tabungan, deposito, cek, atau surat berharga lainya, masuk ke dalam kategori emas dan perak, sehingga penentuan nisab dan besar zakatnya disetarakan dengan emas dan perak.

Demikian pula dengan harta kekayaan yang lainnya, seperti: vila, rumah, kendaraan, tanah, dan

20 Gustian Djuanda dkk, Pelaporan Zakat Pengurangan Pajak Penghasilan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2006), h. 18-20.

lain yang melebihi keperluan menurut syara’ atau dibeli/dibangun dengan tujuan menyimpan uang dan sewaktu-waktu dapat diuangkan (dicairkan).

(c) Harta Peniagaan

Harta perniagaan adalah semua yang diperuntukkan untuk diperjual belikan dalam berbagai jenisnya, baik berupa barang seperti alat-alat, pakaian, makanan, perhiasan, dan lain-lain. Perniagaan tersebut diusahakan perorangan atau perserikatan seperti: PT, CV, Koperasi dan sebagainya.

(d) Hasil Pertanian.

Hasil pertanian adalah hasil tumbuh-tumbuhan atau tanaman yang bernilai ekonomis seperti biji-bijian, sayur-mayur, buah-buahan, tanaman hias, rumput-rumputan, dedaunan, dan lain-lain.

(e) Hasil Tambang.

Hasil tambang adalah benda-benda yang terdapat dalam perut bumi dan memiliki nilai ekonomis seperi emas, perak, timah, tembaga, marmer, giok, minyak bumi, batu bara dan sebagainya. Adapun kekayaan yang berasal dari lautan seperti mutiara, marjan, dan sebagainya.

(f) Rikaz

Harta rikaz adalah harta yang terpendam pada zaman dahulu atau yang lebih dikenal dengan nama harta karun. Termasuk pula didalam harta rikaz yaitu harta yang tidak ditemukan dan tidak ada yang mengakui sebagai pemiliknya.

(3) Zakat Profesi

Pendapatan profesi adalah buah dari hasil kerja menguras otak dan keringat yang dilakukan oleh setiap orang.

Contoh dari pendapatan profesi adalah : gaji, upah insentif, atau nama lain yang disesuaikan dengan profesi yang dikerjakan baik itu pekerjaan yang mengandalkan kemampuan otak atau kemampuan fisik lainnya dan bahkan kedua-duanya.21

Sedangkan dasar hukum kewajiban zakat ini berdasarkan kandungan Al-Qur’an dalam Surat Adz-Dzaariyat ayat 19 yaitu,

“Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian.” (QS. Adz-Dzaariyat 51:19)

21 M. Arif Mufraini, Akutansi dan Manajemen Zakat, (Jakarta: Kencana, 2006) Cet. 1 h. 73.

Berdasarkan ayat tersebut, dijelaskan bahwa di dalam harta yang kita miliki terdapat hak orang-orang miskin. Untuk itu kita berkewajiban untuk mengeluarkan zakat atau mendistribusikannya. Distribusi zakat sesuai ayat tersebut diperuntukkan untuk orang-orang yang tergolong miskin. Baik yang meminta ke kita maupun yang tidak meminta.

Di samping itu, juga berdasarkan pada tujuan disyari’atkannya zakat, seperti untuk membersihkan harta dan mengembangkan harta serta menolong para mustahik. Jadi, zakat profesi juga mencerminkan rasa keadilan yang merupakan ciri utama ajaran Islam, yaitu kewajiban zakat pada semua penghasilan dan pendapatan.22 Adapun kadar zakat profesi yang dikeluarkan diqiyaskan berdasarkan zakat emas dan perak, yaitu 2,5 % dari seluruh penghasilan kotor.23

b. Tujuan dan Manfaat Zakat

Dalam Kitab Fiqih Zakat, bahwa tujuan dan dampak zakat bagi penerima (mustahik) antara lain24:

22 Didin Hafiduddin, Panduan Praktis Tentang Zakat, Infak, Sedekah, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) Cet Ke-3, h. 103-104.

23 Jusmailani dkk, Kebijakan Ekonomi Dalam Islam (Yogyakarta : Kreasi Wacana, 2005) Cet Ke- 1, h. 128.

24 Yusuf Qaradhawi, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan terj, (Jakarta:

Gema Insani Press, 1995), dalam Yoghi Citra Pratama, Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta, The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1, 2015), h. 94.

(1) Zakat akan membebaskan si penerima dari kebutuhan, sehingga dapat merasa hidup tentram dan dapat meningkatkan khusyu ibadat kepada Tuhannya.

(2) Zakat menghilangkan sifat dengki dan benci. Karena sifat ini akan melemahkan produktifitas. Islam tidak memerangi penyakit ini dengan semata-mata nasihat dan petunjuk, akan tetapi mencoba mencabut akarnya dari masyarakat melalui mekanisme zakat, dan menggantikannya dengan persaudaraan yang saling memperhatikan satu sama lain.

Hafidhuddin menjelaskan bahwa para ulama seperti Imam Syafi’i, an-Nasa’i, dan lainnya menyatakan bahwa jika mustahik zakat memiliki kemampuan untuk berdagang, selayaknya dia diberi modal usaha yang memungkinkannya memperoleh keuntungan yang dapaat memenuhi kebutuhan pokoknya. Demikian juga jika yang bersangkutan memiliki ketrampilan tertentu, kepadanya bisa diberikan peralatan produksi yang sesuai dengan pekerjaannya.25 Jika mustahik tidak bekerja dan tidak memiliki keterampilan tertentu, diberikan jaminan hidup dari zakat, misalnya dengan cara ikut menanamkan modal (dari uang zakat tersebut) pada usaha tertentu sehingga mustahik tersebut memiliki penghasilan dari perputaran zakat itu.

25 Didin Hafidhuddin, Zakat dalam Perekonomian Modern, (Jakarta: Gema Insani, 2015), dalam Yoghi Citra Pratama, Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta, The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1, 2015), h. 95.

Zakat akan dapat memberikan dampak yang lebih luas (multiplier effect), dan menyentuh semua aspek kehidupan, apabila pendistribusian zakat lebih diarahkan pada yang kegiatan bersifat produktif. Sebagaimana Jamal mengemukakan, bahwa pemanfaatan zakat juga perlu dilakukan ke arah investasi jangka panjang. Hal ini bisa dalam bentuk, pertama, zakat dibagikan untuk mempertahankan insentif bekerja atau mencari penghasilan sendiri di kalangan fakir miskin. Kedua, sebagian dari zakat yang terkumpul, setidaknya 50%

digunakan untuk membiayai kegiatan yang produktif kepada kelompok masyarakat fakir miskin, misalnya penggunaan zakat untuk membiayai berbagai kegiatan dan latihan keterampilan produktif, pemberian modal kerja, atau bantuan modal awal.26 Apabila pendistribusian zakat semacam ini bisa dilaksanakan, maka akan sangat membantu program pemerintah dalam mengentaskan kemiskinan, memeratakan pendapatan, dan mempersempit kesenjangan antara kelompok kaya dan miskin.

2. Infak

Infak berasal dari kata “anfaqa” yang berarti mengeluarkan sesuatu (harta) untuk kepentingan sesuatu. Sedangkan menurut terminologi syariat, infak berarti mengeluarkan sebagian harta atau pendapatan/penghasilan untuk suatu kepentingan yang diperintahkan

26 Mustafa Jamal. Pengelolaan Zakat oleh Negara Untuk Memerangi Kemiskinan.

(Jakarta: KOPRUS, 2004), dalam Yoghi Citra Pratama, Peran Zakat dalam Penanggulangan Kemiskinan (Studi Kasus : Program Zakat Produktif Pada Badan Amil Zakat Nasional), (Jakarta, The Journal of Tauhidinomics Vol. 1 No. 1, 2015), h. 95.

ajaran Islam. Jika zakat ada nishabnya, infak tidak mengenal nishab.

Infak dikeluarkan oleh setiap orang yang beriman, baik yang berpenghasilan tinggi maupun rendah.27

3. Sedekah

Shodaqoh atau sedekah berasal dari kata “shadaqa” yang berarti benar. Orang yang suka bersedekah adalah orang yang benar pengakuan imannya. Jika infak berkaitan dengan materi, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat non materiil.28

Hukum sedekah ialah sunnah. Pengertian sedekah sama dengan pengertian infak, termasuk juga hukum dan ketentuannya. Hanya saja, sedekah memiliki arti lebih luas, menyangkut hal yang bersifat materi dan non-materi. Di dalam Al-Qur’an ayat yang menganjurkan agar kita bersedekah di antaranya terdapat dalam firman-Nya antara lain dalam Surah Al-Baqarah ayat 280 yang berbunyi:29

“Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.”

(QS. Al-Baqarah 2:280)

27 Didin Hafidhuddin, Panduan Praktis tentang Zakat, Infaq, dan Shadaqah, (Jakarta : Gema Insani, 1998), h.14.

28 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf (Jakarta: PT.

Grasindo, 2007), h. 5.

29 Departemen Agama Republik Indonesia (Jakarta : Magfirah Pustaka,2006), h.44.

B. Mekanisme Pendistribusian ZIS 1. Pengertian Pendistribusian

Pendistribusian dapat diartikan sebagai kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan mempermudah penyampaian barang dan jasa produsen kepada konsumen, sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan.30 Kebijakan distribusi yang diajarkan Islam sangat berkaitan dengan harta agar tidak menumpuk pada golongan tertentu dimasyarakat.

Serta mendorong terciptanya keadilan distribusi.31 Sehingga pada konsep distribusi landasan penting yang dijadikan pegangan yakni agar kekayaan tidak terkumpul hanya pada satu kelompok saja.32

Berdasarkan pengertian tersebut maka yang dimaksud pendistribusian zakat adalah kegiatan mempermudah dan memperlancar penyaluran (pembagian dan pengiriman) dana zakat, termasuk infak dan sedekah dari muzzaki kepada mustahik, sehingga dana zakat dapat tersalurkan tepat sasaran dan sesuai dengan yang diperlukan mustahik.

Dan dengan pendistribusian yang tepat maka kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan

Dan dengan pendistribusian yang tepat maka kekayaan yang ada dapat melimpah dengan merata dan tidak hanya beredar di antara golongan

Dokumen terkait