• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Miskonsepsi dengan tes diagnostik

BAB II : KAJIAN TEORITIK

B. Miskonsepsi

5. Identifikasi Miskonsepsi dengan tes diagnostik

Banyak instrumen diagnostik yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi miskonsepsi pada siswa. Salah satunya adalah melakukan wawancara, dengan melakukan wawancara guru dapat mengetahui informasi kemampuan kognitif dan alasan bebas yang diberikan siswa. Menurut Derya Kaltakci dan Ali Eryilmaz terdapat beberapa teknik wawancara yang telah dilakukan adalah Piagetian

Clinical Interview (PCI), Interview-About-Instances (IAI), Interview-About-Event

(IAE), Prediction-Observation-Explanation (POE), Individual Demostration

Interview (IDI) dan Teaching Experiment (TE). 31 Menurut Ayla Cetin Dindar dan

Omer Geban wawancara dapat memberikan informasi lebih detail mengenai gambaran atau pemikiran lain yang dimiliki oleh siswa mengenai suatu konsep, tetapi banyak waktu dibutuhkan untuk mengetahui miskonsepsi dari banyak siswa32

Tes diagnostik pilihan ganda memang dapat diberikan oleh sejumlah besar individu, tetapi tidak dapat menyelidiki respon siswa. Jika hanya tes pilihan ganda yang bersifat one-tier dapat diartikan secara berlebihan, karena siswa dianggap tidak memiliki kemampuan dengan melihat jawaban salah yang dikerjakan siswa. Jawaban salah siswa dari soal pilihan ganda belum tentu menunjukan bahwa siswa mengalami tidak tahu konsep (lack knowledge).33 Kekurangan yang dimiliki tes diagnostik pilihan ganda (one-tier test) dilengkapi oleh tes diagnostik two-tier

test yang dikembangkan oleh Treagust dan Chen.

31

Derya Kaltakci & Ali Eryilmaz, Identifying Pre-Service Physics Teacher Misconseption with Three-Tier Tests, Journal of Secondary Science/Math, tt, p. 2.

32

Ayla C. Dindar & Omar Geban, Development of a Three-tier test to Assess High School Students Understanding of Acid and Bases, Journal of Procedia Social and Science, 2011, p. 600.

33

Two-Tier Test yang dikembangkan terdiri dari dua tahapan, tahap pertama berupa pilihan ganda dan tahap kedua berupa pertanyaan alasan dari tahapan pertama. Griffard dan Wandersee dalam Yasin Kutluay menyebutkan bahwa

Two-Tier Test tidak dikembangkan dengan mempertimbangkan ingatan ataupun

pemikiran siswa, oleh karena itu mereka menyatakan seharusnya soal yang dibuat didasarkan pada proposisi ilmiah yang benar dari peta konsep yang telah digunakan dalam desain tes, soal benar-benar dapat mendiagnosis kesalahan dalam kerangka konseptual dibandingkan hafalan teori. Mereka juga menegaskan bahwa hasil tes menunjukan presentasi miskonsepsi yang terlalu tinggi karena ketidaktahuan tidak dapat dibedakan dari miskonsepsi.34

Setelah Two-Tier Test dikembangkanlah Three-Tier Test sebagai instrumen diagnostik oleh Eryilmaz dan Surmeli di samping dua tingkatan pertama mereka membuat keyakinan siswa tentang jawaban mereka pada tier ketiga. Presentasi miskonsepsi tinggi yang dimaksud oleh Griffard dan Wandersee dijelaskan oleh Eryilmaz dan Sumerli dalam jurnal Yasin Kutluay hasil penelitian menunjukan bahwa 46% siswa mengalami miskonsepsi pada tingkat pertama, 27% miskonsepsi pada tingkat pertama dan kedua, dan 18% miskonsepsi pada tingkat pertama, kedua dan ketiga. Tingginya persentase yang diperoleh menunjukan tingginya miskonsepsi pada Two-Tier Test tanpa dapat dibedakan antara miskonsepsi dan tidak tahu (lack of knowledge).35 Setelah itu tes dengan tiga tingkatan (Three-Tier Test) digunakan oleh banyak peneliti lain.

Berdasarkan penelitian Derya Kaltakci & Ali Eryilmaz Three-Tier Test diberikan kepada calon guru fisika yang akan mengajar di SMA, tahapan pengembangan Three-Tier Test yang dikembangkan adalah sebagai berikut:36

a. Melakukan wawancara, wawancara dilakukan dan disesuaikan dengan peserta

yang akan diteliti. Pada tahap ini miskonsepsi secara umum pada suatu topik dapat ditemukan karena dengan wawancara peserta diberikan waktu untuk berpikir, untuk menguraikan jawaban dan alasan mereka, dan juga

34

Kutluay, op, cit., p.2. 35

Ibid., p.19. 36

memberikan kesempatan kepada peneliti untuk mendapatkan informasi secara mendalam.

b. Tes open-ended atau tes terbuka, digunakan untuk mengetahui kemampuan

peserta secara umum dan untuk membuat pengecoh pada tahap kedua pada soal Three-Tier Test.

c. Instrumen Three-Tier Test lalu diukur validitas dan reabilitasnya oleh peneliti, dan tes diberikan kira-kira selama 30-35 pada hari yang berbeda. Berdasarkan penelitian Hasan Sahin dan Bilal pengembangan istrumen

Three-Tier Test diterapkan pada konsep gerak melingkar beraturan. Tahapan

pengembangan instrumennya adalah sebagai berikut:37

a. Tahap pertama adalah membuat pertanyaan pertama atau tingkat pertama berupa tes pilihan ganda yang berisi pertanyaan konseptual. Pada fase ini item tes memiliki lima pilihan jawaban.

b. Tahap kedua adalah melakukan wawancara kepada 10 siswa, hasil dari wawancara digunakan untuk membuat pertanyaan kedua atau tingkat kedua. Tahap kedua terdiri dari pilihan ganda dan memiliki jawaban yang bersifat terbuka untuk menjawab alasan jawaban atas pertanyaan pertama, siswa menulis apapun yang mereka suka. Pada fase ini ada delapan pilihan Termasuk pertanyaan yang bersifat terbuka.

c. Tahap ketiga adalah berupa pertanyaan keyakinan jawaban siswa yang terdiri dari dua pernyataan yaitu yakin atau tidak.

Sri Budiningsih menggunakan instrumen Three-Tier Test untuk

mengidentifikasi miskonsepsi siswa kelas X SMA pada konsep listrik dinamis. Pengembangan instrumen Three-Tier Test yang digunakan oleh Sri Budiningsih merupakan penyederhanaan penelitian dan pengembangan yang yang dikemukakan oleh Borg dan Gall dalam Sukmadinata, tahapannya adalah sebagai berikut:38

a. Studi pendahuluan, pada tahap studi pendahuluan terdiri dari studi kepustakaan dan survei lapangan.

37

Sahin, op. cit., h. 278. 38

Sri Budiningsih, “Pengembangan Instrumen Diagnostik Three-Tier Untuk Mengidentifikasi Miskonsepsi Listrik Dinamis Siswa Kelas X SMA”, Jurnal Edukasi, tt, h. 2.

b. Pengembangan produk, pada tahap pengembangan produk terdiri dari lima kegiatan yaitu identifikasi tujuan tes dan ruang lingkup materi, penyusunan kisi-kisi tes, penulisan butir soal, validasi oleh ahli dan revisi I.

c. Uji coba produk, pada tahap uji coba produk terdiri dari tiga kegiatan utama yaitu uji coba butir soal, analisis butir soal dan revisi II. Butir soal yang memenuhi kriteria valid dan reliabel diterapkan kepada siswa untuk mengetahui miskonsepsi.

Berdasarkan jurnal yang berjudul Development of a Three-tier test to Assess

High School Students Understanding of Acid and Bases yang dikembangkan oleh

Ayla C. Dindar dan Omer Geban menjelaskan pengembangan instrumennya dengan menggunakan tiga tahapan yaitu:39

a. Melakukan wawancara terhadap 12 murid SMA yang terdiri dari enam wanita

dan enam laki-laki dengan tingkat pengetahuan tinggi, sedang dan rendah. Wawancara dalam penelitan deskriptif kualitatif adalah hal yang penting karena keharusan keterlibatan peneliti dan penghayatan terhadap permasalahan dan subjek penelitian sehingga, dapat dikatakan bahwa peneliti adalah subjek penelitian.

b. Menggunakan open-ended question berupa 10 pertanyaan bedasarkan hasil wawancara tentang konsep yang mewakili konsep asam dan basa, dengan menggunakan 111 siswa SMA yang terdiri dari 65 wanita dan 46 laki-laki. c. Langkah terakhir adalah menggunakan hasil pertanyaan open-ended question

untuk membuat instrumen berupa tes diagnostik Three-Tier Test, yang terdiri dari tiga tahapan tahap pertama berupa tes pilihan ganda, tahap kedua adalah alasan jawaban atas langkah pertama dan ketiga adalah confidence tier atau keyakinan atas jawaban langkah pertama dan kedua untuk mengetes validitas soal diteliti oleh empat ahli pendidikan kimia dan dua guru kimia.

Pada penelitian ini digunakan instrumen Three-Tier Test yang dikembangkan oleh Haki Pesman dan Ali Eryilmaz yang berjudul , Development of a Three-tier

39

test to Assess Misconseption About Simple Electric Circuit menjelaskan cara pengembangan Three-Tier Test sebagai berikut:40

a. Wawancara, jenis wawancara yang yang digunakan adalah wawancara

klinikal. Ketika wawancara ditampilkan contoh, kartu bergambar dan beberapa diagram, setelah itu barulah pewawancara memberikan pertanyaan. Terdiri dari 15 pertanyaan, lima pertanyaan dengan skala likert 1-4 ( 1 sangat menarik dan 4 sangat tidak menarik) dan 10 pertanyaan dengan skala 1-3 (1 tidak pernah dan 3 sering)

b. Open ended question atau pertanyaan terbuka, dibangun berdasarkan hasil

dari wawancara. Beberapa pertanyaan yang diajukan pada pertanyaan terbuka ini diambil dari beberapa pertanyaan yang diajukan dalam wawancara. Pada tahap ini digunakan 99 siswa SMA.

c. Pembuatan instrumen Three-Tier Test, dengan menggunakan hasil dari wawancara dan pertanyaan terbuka. Three Tier Test yang dihasilkan sebanyak 12 soal mengenai SECDT. Soal tahap pertama adalah pilihan ganda, tahap kedua berisi beberapa alasan jawaban soal pertama dengan satu pilihan kosong dan ketiga adalah keyakinan atas jawaban kedua soal sebelumnya. Setelah soal Three-Tier Test selesai dibuat dan diujikan kepada 124 siswa siswa.

Three-Tier Test yang dikembangkan Haki Pesman dan Ali Eryilmaz dapat

membedakan antara miskonsepsi dan tidak tahu konsep (lack of knowledge). Jenis miskonsepsi juga dibedakan menjadi false positive dan false negative. Menurut Hestenes dan Halloun false posiitve adalah jawaban benar yang diberikan oleh siswa dengan konsep ilmiah yang salah, sedangkan false negative adalah jawaban yang salah yang diberikan oleh siswa dengan konsep yang benar.41

Semua miskonsepsi dapat dikatakan kesalahan (error) tetapi suatu kesalahan

(errror) belum tentu dikatakan miakonsepsi, karena beberapa kesalahan (error)

adalah tidak paham konsep (lack of knowledge). Miskonsepsi terjadi apabila siswa menjawab salah pada tingkat pertama, benar pada tingkat kedua dan yakin dengan

40

Haki Pesman & Ali Eryilmaz, op. cit., pp. 209-211. 41

jawaban yang diberikan. Tingkat keyakinan yang terdapat pada tingkat ketigalah yang membedakan antara two-tier dan pilihan ganda. Miskonsepsi terjadi apabila siswa menjawab yakin pada respon yang diberikan pada tingkat ketiga (confident

level).42 Siswa dengan miskonsepsi dan tidak paham konsep (lack of knowledge)

diidentifikasi sebagai berikut:

Tabel 2.4 Identifikasi Three-Tier Test Miskonsepsi dan Tidak Paham Konsep

(lack of knowledge)

No. Tier 1 Tier 2 Tier 3 Kategori

1. Benar Benar Yakin Paham (mengerti konsep)

2. Benar Benar Tidak yakin Tidak paham konsep (lack of knowledge)

3. Benar Salah Yakin Miskonsepsi (False positive)

4. Benar Salah Tidak yakin Tidak paham konsep (lack knowledge)

5. Salah Benar Yakin Miskonsepsi (False negative)

6. Salah Benar Tidak yakin Tidak paham konsep (lack of knowledge)

7. Salah Salah Yakin Miskonsepsi (False negative)

8. Salah Salah Tidak yakin Tidak paham konsep (lack of knowledge)

Dokumen terkait