• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Nilai-Nilai Dasar ASN

Dalam dokumen RANCANGAN AKTUALISASI (Halaman 26-34)

KONSEP DASAR APARATUR SIPIL NEGERA

A. Identifikasi Nilai-Nilai Dasar ASN

Dalam rangka menciptakan Aparatur Sipil Negara (ASN) yang sesuai dengan cita-cita bangsa sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, perlu dibangun Aparatur Sipil Negara yang profesional, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi dan nepotisme, serta mampu menyelenggarakan pelayanan public bagi masyarakat dan mampu menjalankan peran sebagai perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh karena itu, untuk mencapai terciptanya Aparatur Sipil Negara seperti yang disebutkan di atas, maka perlu adanya penerapan nilai-nilai dasar profesi ASN pada saat dilaksanakannya Latsar.

Nilai-Nilai dasar ASN meliputi: Akuntabilitas, Nasionalisme, Etika Publik, Komitmen Mutu, dan Anti Korupsi.

a. Akuntabilitas

Akuntabilitas adalah kata yang sudah tidak asing lagi kita dengar, namun seringkali kita susah untuk membedakannya dengan responsibilitas.

Namun dua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda. Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah kewajiban pertanggung-jawaban yang harus dicapai.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.

Adapun indikator dari nilai akuntabilitas menurut (Kusumasari, dkk. 2015:

18-21), adalah: Kepemimpinan, Transparansi, Integritas, Tanggungjawab, Keadilan,Kepercayaan, Keseimbangan, Kejelasan, Konsistensi.

Akuntabilitas merujuk pada kewajiban setiap individu, kelompok atau institusi untuk memenuhi tanggung jawab yang menjadi amanahnya.

Amanah seorang PNS adalah menjamin terwujudnya nilai-nilai publik. Nilai-nilai publik tersebut antara lain adalah: Mampu mengambil pilihan yang tepat dan benar ketika terjadi konflik kepentingan, antara kepentingan

publik dengan kepentingan sektor, kelompok, dan pribadi, Memiliki pemahaman dan kesadaran untuk menghindari dan mencegah keterlibatan PNS dalam politik praktis, Memperlakukan warga negara secara sama dan adil dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik, Menunjukan sikap dan perilaku yang konsisten dan dapat diandalkan sebagai penyelenggara pemerintahan.

Aspek-aspek dari akuntabilitas, meliputi: Akuntabilitas adalah sebuah hubungan (Accountability is a relationship), Akuntabilitas berorientasi pada hasil (Accountability is results oriented), Akuntabilitas membutuhkan adanya laporan (Accountability requires reporting), Akuntabilitas memerlukan konsekuensi (Accountability is meaningless without consequences), Akuntabilitas memperbaiki kinerja (Accountability improves performance).

Akuntabilitas memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu, akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama (Bovens, 2007), yaitu:

Untuk menyediakan kontrol demokratis (peran demokrasi); dengan membangun suatu sistem yang melibatkan stakeholders dan users yang lebih luas (termasuk masyarakat, pihak swasta, legislatif, yudikatif dan di lingkungan pemerintah itu sendiri baik di tingkat kementrian, lembaga maupun daerah), Untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan (peran konstitusional), Untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran belajar).

b. Nasionalisme

Menurut L.Stoddard dalam bukunya Badri Yatim, Nasionalisme adalah suatu kepercayaan yang dimiliki oleh sebagian terbesar individu dimana mereka menyatakan rasa kebangsaan sebagai perasaan memiliki secara bersama didalam suatu bangsa, yatim (2001)

Nasionalisme dalam arti sempit adalah suatu sikap yang meninggikan bangsanya sendiri, sekaligus tidak menghargai bangsa lain sebagaimana mestinya. Sikap seperti ini jelas mencerai beraikan bangsa

yang satu dengan bangsa yang lain. Sedang dalam arti luas, nasionalisme merupakan pandangan tentang rasa cinta yang wajar terhadap bangsa dan negara, dan sekaligus menghormati bangsa lain.

Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa: menempatkan persatuan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan; menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara; bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia serta tidak merasa rendah diri; mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa; menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia; mengembangkan sikap tenggang rasa (Latief, 2015:147).

Menurut Moerdiono nasionalisme merupakan suatu tekad untuk hidup suatu bangsa yang sama di bawah negara yang sama. Hal ini terlepas dari perbedaan ras, etnis, agama, ataupun golongan tertentu saja.

Ada lima indikator dari nilai-nilai dasar nasionalisme yang harus kita perhatikan, yaitu:

1. Sila Pertama: Ketuhanan Yang Maha Esa

Ketuhanan Yang Maha Esa yang menjadikan Indonesia, bukan sebagai negara sekuler yang membatasi agama dalam ruang privat.

Pancasila justru mendorong nilai-nilai Ketuhanan mendasari kehidupan masyarakat dan politik.

2. Sila Kedua: Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab

Sila Kedua memiliki konsekuensi ke dalam dan ke luar. Ke dalam berarti menjadi pedoman negara dalam memuliakan nilai-nilai kemanusiaan dan hak asasi manusia. Ini berarti negara menjalankan fungsinya “Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

3. Sila Ketiga: Persatuan Indonesia

Semangat kebangsaan adalah mengakui manusia dalam keragaman dan terbagi dalam golongan-golongan. Keberadaan bangsa Indonesia

terjadi karena memiliki satu nyawa, satu asal akal yang tumbuh dalam jiwa rakyat sebelumnya, yang menjadi satu kesatuan riwayat, yang membangkitkan persatuan karakter dan kehendak untuk hidup bersama-sama dalam satu wilayah geopolitik nyata.

4. Sila Keempat: Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/ Perwakilan

Demokrasi Pemusyawaratan mempunyai dua fungsi, Meliputi: Fungsi pertama, badan permusyawaratan/perwakilan bisa menjadi ajang memperjuangkan aspirasi beragam golongan masyarakat. Fungsi kedua, semangat permusyawaratan bisa menguatkan negara persatuan, bukan negara untuk satu golongan ataupun perorangan.

5. Sila Kelima: Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat, para pendiri bangsa menyatakan bahwa negara merupakan organisasi masyarakat yang bertujuan menyelenggarakan keadilan.

c. ETIKA PUBLIK

Etika sendiri dapat dipahami sebagai sistem penilaian perilaku serta keyakinan untuk menentukan perbuatan yang pantas atau tidak pantas guna menjamin adanya perlindungan hak-hak individu, yang mencakup cara-cara pemgambilan keputusan untuk membantu membedakan antara hal-hal yang baik maupun yang buruk serta mengarahkan apa yang seharusnya dilakukan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut (Catalano, 1091).

Nilai-nilai dasar etika publik sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Dasar ASN, memiliki indikator sebagai berikut:

1. Memegang teguh nilai-nilai dalam ideologi Negara Pancasila.

2. Setia dan mempertahankan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia1945.

3. Menjalankan tugas secara profesional dan tidak berpihak.

4. Membuat keputusan berdasarkan prinsip keahlian.

5. Menciptakan lingkungan kerja yang non diskriminatif.

6. Memelihara dan menjunjung tinggi standar etika luhur.

7. Mempertanggungjawabkan tindakan dan kinerja kepada publik.

8. Memiliki kemampuan dalam melaksanakan kebijakan dan program pemerintah.

9. Memberikan layanan kepada publik secara jujur, tanggap, cepat, tepat, akurat, berdaya guna, berhasil guna, dan santun.

10. Mengutamakan kepemimpinan berkualitas tinggi.

11. Menghargai komunikasi, konsultasi, dan kerjasama.

12. Mengutamakan pencapaian hasil dan mendorong kinerja pegawai.

13. Mendorong kesetaraan dalam pekerjaan.

14. Meningkatkan efektivitas sistem pemerintahan yang demokratis sebagai perangkat sistem karir.

d. KOMITMEN MUTU

Komitmen mutu merupakan pelaksanaan pelayanan publik dengan berorientasi pada kualitas hasil. Adapun nilai-nilai komitmen mutu menurut (Tjutju dan Taufiq, 2015: 7-17) antara lain:

1. efektif, yaitu berhasil guna dapat mencapai hasil sesuai dengan target;

2. efisien, yaitu berdaya guna, dapat menjalankan tugas dan mencapai hasil tanpa menimbulkan pemborosan;

3. inovasi, yaitu penemuan sesuatu yang baru atau mengandung kebaruan;

4. berorientasi mutu, yaitu ukuran baik buruk yang di persepsi individu terhadap produk atau jasa.

Komitmen Mutu merupakan janji pada diri kita sendiri ataupun pada orang lain yang tercermin dalam tindakan kita untuk menjaga mutu kinerja pegawai. Bidang apapun nanti yang menjadi tanggung jawab pegawai negeri sipil semua nya mesti dilaksanakan dengan sebaik mungkin dan optimal agar dapat memberi kepuasan kepada stakeholder. Komitmen Mutu juga merupakan tindakan untuk menghargai efektivitas, efisiensi, inovasi, maupun kinerja yang berorientasikan pada mutu dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan publik.

e. ANTI KORUPSI

Anti Korupsi adalah tindakan atau gerakan yang dilakukan untuk memberantas segala tingkah laku atau tindakan yang melawan norma–

norma dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi, merugikan negara atau masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung. Tindak pidana korupsi yang terdiri dari kerugian keuangan negara, suap-menyuap, pemerasan, perbuatan curang, penggelapan dalam jabatan, benturan kepentingan dalam pengadaan dan gratifikasi. Indikator yang ada pada nilai dasar anti korupsi (Tim Komisi Pemberantasan Korupsi, 2015: 50), meliputi:

1. Mandiri yang dapat membentuk karakter yang kuat pada diri seseorang sehingga menjadi tidak bergantung terlalu banyak pada orang lain. Pribadi yang mandiri tidak akan menjalin hubungan dengan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab demi mencapai keuntungan sesaat;

2. Kerja keras merupakan hal yang penting dalam rangka tercapainya target dari suatu pekerjaan. Jika target dapat tercapai, peluang untuk korupsi secara materiil maupun non materiil (waktu) menjadi lebih kecil;

3. Berani untuk mengatakan atau melaporkan pada atasan atau pihak yang berwenang jika mengetahui ada pegawai yang melakukan kesalahan;

4. Disiplin berkegiatan dalam aturan bekerja sesuai dengan undang-undung yang mengatur;

5. Peduli yang berarti ikut merasakan dan menolong apa yang dirasakan orang lain;

6. Jujur yaitu berkata dan bertindak sesuai dengan kebenaran (dharma);

7. Tanggung jawab yaitu berani dalam menanggung resiko atas apa yang kita kerjakan dalam bentuk apapun;

8. Sederhana yang dapat diartikan menerima dengan tulus dan iklas terhadap apa yang telah ada dan diberikan oleh Tuhan kepada kita;

9. Adil yaitu memandang kebenaran sebagai tindakan dalam perkataan maupun perbuatan saat memutuskan peristiwa yang terjadi.

B. Kedudukan dan Peran ASN 1. Manajemen ASN

Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme. Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai sehingga diharapkan agar selalu tersedia sumber daya aparatur sipil Negara yang unggul selaras dengan perkembangan jaman. Adapun peran ASN dalam kedudukannya adalah sebagai Pelaksana kebijakan publik, pelayan publik, dan perekat dan pemersatu bangsa. ASN berfungsi, bertugas, dan berperan untuk melaksanakan kebijakan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Manajemen ASN adalah pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari intervensi politik, bersih dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Manajemen ASN meliputi Manajemen PNS dan Manajemen PPPK. PNS diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian untuk menduduki suatu jabatan pemerintahan dan memilili nomor induk pegawai nasional. Sementara itu, PPPK diangkat oleh pejabat pembina kepegawaian berdasarkan perjanjian kerja sesuai dengan kebutuhan instansi pemerintah untuk jangka waktu tertentu (Fatimah &

Irawati, 2017).

Manajemen ASN diselenggarakan berdasarkan Sistem Merit.

Manajemen ASN meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan;

pengadaan; pangkat dan jabatan; pengembangan karier; pola karier;

promosi; mutasi; penilaian kinerja; penggajian dan tunjangan; penghargaan;

disiplin; pemberhentian; jaminan pensiun dan jaminan hari tua; dan perlindungan.

2. Whole Of Government (WOG)

WOG merupakan sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintah yang meyatukan upaya-upaya kolaboratif pemerintah dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen

program dan dan pelayanan publik. Oleh karena itu WOG juga dikenal sebagai pendekatan interagency, yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan yang relevan.

Praktek WoG dalam pelayanan publik dlakukan dengan menyatukan seluruh sektor yang terkait dengan pelayanan publik. Jenis pelayanan publik yang dikenal yang dapat didekati oleh pendekatan WoG adalah:

Pelayanan yang bersifat adminisitratif, Pelayanan jasa, Pelayanan barang, Pelayanan regulatif.

3. PELAYANAN PUBLIK

Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Pelayanan publik adalah “Sebagai segala bentuk kegiatan pelayanan umum yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintahan di Pusat dan Daerah, dan di lingkungan BUMN/BUMD dalam bentuk barang dan /atau jasa, baik dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat. (Lembaga Administrasi Negara:

1998). Sedangkan definisi yang saat ini menjadi rujukan utama dalam penyelenggaraan pelayanan publik sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, dijelaskan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

27 BAB IV

Dalam dokumen RANCANGAN AKTUALISASI (Halaman 26-34)

Dokumen terkait