• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI ANAK

2.1 Identifikasi Perkara

 Nama Lengkap : Mudjiati binti Gunawan Alim

 Tempat/ Tgl Lahir : Surabaya, 02 Februari 1978

 Umur : 32 tahun

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Kwarganegaraan : Indonesia

32

Arif Gosita, op. cit, Jakarta 1989. h. 11 33

 Tempat Tinggal : Jl. Sikatan I / 51 RT. I RW. II Ds.Manukan wetan Kec.Tandes Surabaya.

 Agama : Islam

 Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

 Pendidikan : SMEA

B. Korban

 Nama Lengkap : David Arifando Pratama

 Tempat/ Tgl Lahir : Surabaya, 21 Juli 2004

 Umur : 6 tahun

 Jenis Kelamin : laki-laki

 Kwarganegaraan : Indonesia

 Tempat Tinggal : Jl. Sikatan I / 51 RT. I RW. II Ds.Manukan wetan Kec.Tandes Surabaya.

 Agama : Islam

2.1.1. Duduk Perkara

Sementara pada hari kamis tanggal 22 juli 2010 sekitar pukul 11.00 wib mudjiati menjemput david ke sekolah sampai di tunggu hingga pukul 12.00 wib, mudjiati masih belum bertemu dengan david dan akhirnya mudjiati kembali pulang kerumah sambil menunggu kepulangan david. pada sekitar pukul 13.30 wib david baru pulang kerumah, dan mudjiatipun merasa jengkel dan marah setelah mengetahui perbuatan david tersebut, dan kejadian pulang terlambat tidak hanya dilakukan david sekali tetapi sering dikarenakan sikap david pada saat berada disekolah tidak mau menulis, sehingga mudjiati melampiaskan amarahnya. maka david langsung disuruh masuk kedalam rumah dan mudjiati tanpa bicara dan langsung melakukan pemukulan terhadap david dengan

menggunakan sabuk, gantungan baju, sebatang kayu, dan chas handphone.

2.1.2. Dakwaan Jaksa

 Primer

Jaksa Penuntut Umum menyatakan bahwa mudjiati benar-benar bersalah berdasarkan alat bukti yang ada dan benar-benar melakukan tindak “kekerasan dalam rumah tangga” mendapat dua dakwaan primer dan subsidair.

Perbuatan terdakwa Mudjiati binti Gunawan Alim tersebut diatas sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 80 ayat (1) UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

 Subsidair

Perbuatan terdakwa Mudjiati binti Gunawan Alim tersebut sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 44 ayat (1) UU RI No. 23 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak.

2.1.3 Amar Putusan

Dalam amar putusan Mejelis Hakim menetapkan :

a. Menyatakan terdakwa Mudjiati binti Gunawan Alim terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana “kekerasan dalam rumah tangga”, menjatuhkan pidana kepada terdakwa Mudjiati binti Gunawan Alim oleh karena itu dengan pidana penjara selama 4 (empat) tahun 7 (tujuh) hari,

b. menetapkan masa penangkapan dan /atau penahanan yang telah di jalani terdakwa dikurangkan seuluruhnya dari pidana yang dijatuhkan, memerintahkan supaya terdakwa tetap dalam tahanan.

c. menetapkan barang bukti berupa 1 (satu) buah ikat pinggang warna hitam ukuran kurang lebih 1 (satu) meter, 1 (satu) buah gantungan baju dari plastic warna hitam yang patah, 1 (satu) buah cash HP merk huwai dan 1 (satu) buah kayu reng ukuran 2x3 cm panjangnya 5 cm milik tersangka dirampas untuk dimusnahkan.

2.1.4 Pertimbangan hukum pengadilan surabaya

Penuntut umum menjelaskan terdakwa tidak mengajukan pembelaan tetapi memohon keringanan hukuman dengan alasan terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya,

Majelis Hakim sebelum menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dan perlu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan selama persidangan berlangsung

 Hal-hal yang memberatkan: perbuatan terdakwa meresahkan masyarakat,

Namun demikian, terdapat juga pertimbangan yang meringankan bagi Majelis Hakim

 Hal-hal yang meringankan: terdakwa menyesali perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulangi lagi, terdakwa mengaku terus terang dan bersikap sopan dalam persidangan, terdakwa mengakui kesalahannya, terdakwa belum pernah dihukum.

2.2. Analisa

Pelaksanaan untuk kasus David adanya penanganan dari berbagai pihak mulai polrestabes untuk ditangani, dan David mendapatkan perlindungan di bagian PPA setelah terdakwa Mudjiati diproses sesuai prosedur yang ada di polrestabes lalu berkas dilimpahkan keJaksaan lalu kepengadilan hingga putusanpun dibacakan.

Pada kasus David juga bisa dilakukan dengan perlindungan mediasi antara keluarga tetapi menurut Visum et repertum No:Ver/ 329/ VII/ 2010 terdapat berbagai luka ampir sekujur tubuh maka terdakwa Mudjiati harus melalui proses hukum yang ada di Negara Indonesia.

Pembinaan dan pengembangan serta perlindungan anak merupakan salah satu upaya pembangunan hukum nasional yang harus dilaksanakan secara menyeluruh dan terpadu, oleh karenanya anak harus diberi kesempatan, diberi hak untuk dapat mengembangkan bakat dan kemampuannya.

Upaya pencegahan dan pertolongan terhadap david anak korban kekerasan dalam rumah tangga harus dilakukan dengan sepenuh hati dan sungguh-sungguh dan harus dilakukan oleh semua pihak yang

berkepentingan yaitu negara, pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua.

Mencuatnya kasus-kasus kekerasan pada anak yang banyak diberitakan diberbagai media nasional menunjukkan bahwa tindak kekerasan dan pelanggaran terhadap hak anak ini telah menjadi perhatian publik. Kasus kekerasan pada anak tidak lagi menjadi persoalan intern atau domestik belaka, namun sudah menjadi persoalan publik yang layak untuk diekspos keluar secara terbuka termasuk kasus yang dialami oleh David.

Sangat beralasan jika negara berkewajiban untuk bertanggung jawab dalam memberikan perlindungan terhadap anak, bukan hanya sebatas mengawasi. Negara harus mengintegrasikan hak-hak anak sebagai indikator penting dalam kebijakan negara, khususnya dalam program pencegahan perlindungan, rehabilitasi, reunifikasi maupun pendampingan hukum terhadap anak korban kekerasan secara lintas sektoral.

Upaya pencegahan terhadap terjadinya kekerasan terhadap anak juga telah ditekankan oleh perserikatan bangsa-bangsa dengan mendorong negara-negara yang menjadi anggotanya untuk menghukum pelaku kekerasan pada anak dan menekan anggota-anggotanya agar lebih aktif dalam menjalankan undang-undang tentang keluarga yang berlaku ditiap negara.

Bentuk-bentuk pelaksanaan perlindungan hukum bagi anak korban kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) yang dialami oleh david dapat

dilakukan oleh keluarga, masyarakat, LSM, pemerintah dan aparat kepolisian, bentuk-bentuk pelaksanaannya adalah :

1. Perlindungan keluarga terhadap anak

34

Dalam lingkup keluarga, diharapkan setiap anggota keluarga saling menghargai, mendengarkan dan mempertimbangkan setiap pendapat anak, orang tua tidak selalu menyalahkan anak, membuat komitmen antara orang tua dan anak bahwa bila anak salah tidak akan diberi hukuman berupa tindak kekerasan, keluarga juga memperhatikan anak dengan cara tidak terlalu ikut campur dalam urusan yang sangat pribadi pada anak, melindungi anak dari media yang dapat merusak moral, membimbing anak dalam melihat tayangan media televisi maupun alat elektronik lainnya.

Pada kasus David sebenarnya bisa diselesaikan secara kekeluargaan antara si korban dengan tersangka dan pihak keluarga sebagai penengah dan dapat membimbing tersangka untuk tidak melakukan hal seperti perlakuan kasar terhadap korban sehingga permasalahan tersebut tidak sampai ke pengadilan.

2. Perlindungan masyarakat terhadap anak

Lembaga swadaya masyarakat (LSM) dapat mengadakan konsultasi-konsultasi tentang kekerasan terhadap anak, memberi bantuan hukum bagi anak korban kekerasan, menyediakan tempat penampungan masalah /atau konsultasi anak, dan mengadakan penyuluhan tentang kekerasan dan bahayanya. 35

Masyarakat diharapkan peka terhadap kekerasan pada anak dalam keluarga dengan melaporkan pada pihak berwajib, dimulai dari

34

Wawancara dengan Ibu Evi CCCM bagian pendidikan dan advokasi, hari senin, tanggal 21 pebruari 2011, pukul 13:00 wib.

35

Wawancara dengan Ibu Mariyani Ketua CCCM , hari kamis, tanggal 17 maret 2011, pukul 11:15 wib.

yang terkecil yaitu kapada RT/RW, berperan aktif dalam mensosialisasikan dan menjalankan undang-undang perlindungan anak, tokoh masyarakat memberikan contoh yang baik bagi masyarakatnya, melaksanakan sosialisasi mengenai kekerasan pada anak.

Dari pihak anak sendiri dapat membentuk kelompok anak dan membuat kegiatan kampanye media anti kekerasan terhadap anak di rumah, mendukung secara materiil atau psikis bagi teman yang mempunyai keluhan.

Kekerasan dalam rumah tangga yang menimpa anak-anak dilihat dari tahun 2010 adanya, data-data penulis terima dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1 Kekerasan terhadap Anak sepanjang Tahun 2010

Bulan Keterangan Kasus

N o Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Sudah Terselesai kan Belum Terselesai kan 1 2010 10 5 5 2 9 4 5 8 2 4 3 8 65 60 5

Sumber : data pengaduan yang masuk di LSM Cahaya Mentari

60 kasus sudah terselesaikan dengan cara mediasi dan anak dikembalikan keorang tuanya dari pihak LSM Cahaya Mentari dan 5 kasus belum seleai karena masih proses serta pendampingan kepada anak tersebut.

3. Perlindungan Pemerintah Terhadap Anak

Pemerintah pusat dan daerah dapat mengupayakan pencegahan dan penanganan masalah ini dengan cara : kepolisian harus menindak tegas pelaku kekerasan pada anak, kementerian pemberdayaan

perempuan mengadakan sosialisasi secara rutin mengenai kekerasan pada anak, kementerian pemberdayaan perempuan dan departemen sosial bekerjasama membuat pusat rehabilitasi anak korban kekerasan, memberikan penyuluhan tentang buruknya kekerasan dalam keluarga.

Peran aktif media diharapkan melalui cara menerima dan menyampaikan kampanye mensensor tayangan yang bersifat pornografi, dan kekerasan, seharsnya lebih banyak menayangkan hal-hal yang mendidik.

Perlindungan anak diusahakan oleh setiap orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah maupun negara.

Menurut pasal 20 UU Nomor 23 Tahun 2002 sebagai berikut : “Negara, pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab terhadap penyelenggaraan perlindungan anak”.

Jadi yang mengusahakan perlindungan anak adalah setiap anggota masyarakat sesuai dengan kemampuannya dengan berbagai macam usaha dalam situasi dan kondisi tertentu. Setiap warga Negara ikut bertanggung jawab terhadap dilaksanakannya perlindungan anak demi kesejahteraan anak. Kebahagiaan anak merupakan kebahagiaan bersama, kebahagiaan yang dilindungi adalah kebahagiaan yang melindungi. Tidak ada keresahan pada anak, karena perlindungan anak dilaksanakan dengan baik, anak menjadi sejahtera, Kesejahteraan anak mempunyai pengaruh positif terhadap orang tua, keluarga, masyarakat,

pemerintah, dan Negara. Perlindungan anak bermanfaat bagi anak dan orang tua, keluarga, masyarakat, pemerintah, dan Negara, Koordinasi kerjasama kegiatan perlindungan anak perlu dilakukan dalam rangka mencegah ketidakseimbangan kegiatan perlindungan anak secara keseluruhan. 36

Tabel 3.1 Kekerasan terhadap Anak sepanjang Tahun 2010

Bulan Keterangan Kasus

No Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Sudah

Terselesai kan Belum Terselesai kan 1 2010 2 1 1 4 4 3 1 1 17 10 7

Sumber : data pengaduan yang masuk di LPA jatim 2010

4. Perlindungan Aparat Kepolisian Terhadap Anak

37

Perlindungan yang dapat diberikan dari pihak aparat kepolisian surabaya dengan cara ditindak lanjuti sesuai prosedur yang ada dimulai dari adanya berita acara pemeriksaan (selanjuntnya disingkat BAP), penahan terhadap tersangka hingga kasus tersebut diproses sampai mendapatkan putusan dari pengadilan.

Tabel 4.1 Kekerasan terhadap Anak sepanjang Tahun 2010

Bulan Keterangan Kasus

No Tahun 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Total Sudah

Terselesai kan Belum Terselesai kan 1 2010 1 1 1

Sumber : data pengaduan yang masuk di Polrestabes Surabaya

36

Maidin Gultom, op.cit, h.38 37

2.2.2 Hambatan Pelaksanaan Perlindungan Anak

Dalam rangka melaksanakan perlindungan anak sesepurna mungkin perlu kita memahami habatan pelaksanaan perlindungan anak untuk diatasi seefektif mungkin. Beberapa hambatan penting yang sifatnya relatif dan berkaitan dengan situai dan kondisi tertentu antara lain : 38

1. Masalah Pengertian

Dalam kenyataan kita banyak dihadapkan pada perbedaan pandangan dan keyakinan yang kuat yang berkaitan dengan masalah perlindungan anak baik dari pihak individu, masyarakat atau pemerintah. Hal ini berkaitan dengan latar belakang pendidikan, kepentingan, nilai-nilai sosial kepribadian yang bersangkutan. Jadi perlu adanya usaha mengatasi hambatan dalam masalah pemilikan pengertian yang tepat mengenai perlindungan anak, misalnya malalui pendidikan, penyuluhan yang meluas dan merata kepada para partisipan dengan berbagai cara. Pengembangan pengertian yang tepat merupakan dasar seseorang mau ikut berpartisipasi dalam kegiatan perlindungan anak.

2. Masalah Kepentingan dan Kewajiban

Keberhasilan usaha perlindungan anak sedikit banyak tergantung pada kesediaan dan kemampuan untuk

38

memperjuangkan kepentingan diri sendiri dan kepentingan orang lain. Jadi ini berkaitan dengan sikap dan tindakan seseorang yang berhubungan erat dengan kerelaan seseorang untuk mengutamakan kepentingan anak di atas kepentingan pribadi, berdasarkan keyakinan, bahwa akhirnya pelayanan kepentingan anak, kepentingan nasional akan juga membawa akibat positif pada pemenuhan kepentingan pribadi.

3. Masalah Kerjasama Dan Koordinasi

Perlindungan anak adalah suatu hasil interaksi karena adanya, inter relasi antara fenomena yang ada dan saling mempengaruhi. Oleh karenanya dalam pelaksanaan perlindungan anak diperlukan kerjasama dan koordinasi antara instansi, badan, organisasi pemerintah maupun swasta. Melalui kerjasama ini diharapkan supaya tidak terjadi penghalangan melakukan kegiatan perlindungan anak oleh individu, golongan, instansi yang kuat, berkuasa terhadap kegiatan perlindungan anak oleh golongan lemah, ketidakrelaan orang, golongan lain melakukan kegiatan di bidang perlindungan anak karena alasan nama baik dan kepentingan golongan sendiri merupakan penghambat perlindungan anak dan pembangunan nasional. Kordinasi kerjasama ini sebaiknya membantu mengatur bidang minat pelayanan dalam pelaksaan perlindungan anak yang mempunyai berbagai macam bidang

pelayanan. Hambatan yang berupa kosentrasi perhatian pelayanan pada beberapa bidang pelayanan saja yang konvensional harus diperluas sesuai dengan situasi dan kondisi setempat yang disempurnakan. Hal ini jelas berkaitan dengan pembinaan perubahan mental yang berhubungan erat dengan masalah pendidikan dan penyuluhan mengenai pengertian-pengertian yang dapat mencegah penghambatan perlindungan anak. Dari segi teknis pelaksanaanya baik kiranya dipikirkan adanya suatu organisasi kerjasama antara mereka yang bersangkutan dan yang berkepentingan baik pada tingkat nasional, maupun regional. Syarat-syaratnya adalah antara lain sebagai berikut:

a. Tidak menghambat pelaksanaan hak dan kewajiban asasi para partner;

b. Menjamin tidak ikut campur tangan dalam membuat dan melaksanakan kebijakan para partner, yang tidak bertentangan dengan Pancasila, Undang-Undang 1945 dan Garis Besar Haluan Negara;

c. Mampu memonitori kegiatan perlindungan anak yang ada serta membantu membina dan mempolakan kegiatan-kegiatan yang baru dan bermanfaat dalam rangka pelaksanaan perlindungan anak dalam berbagai bidang kehidupan bernegara dan bermasyarakat.

4. Masalah Jaminan Hukum

Pelaksanaan perlindungan anak belum dijamin dengan peraturan perundang-undangan yang mantap, sehingga menghambat pelaksanaan perlindungan hukum anak secara memuaskan. Undang-undang yang belum menyangkut kepentingan anak belum secara tegas menyatakan bagaimana perlindungan anak itu dilaksanakan secara konkrit dan apa akibatnya jika seseorang tidak melakukan perlindungan anak. Oeh sebab itu untuk tidak untuk tidak menghambat pelaksanaan perlindungan anak, sebaiknya secepat mungkin dibuat peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan pelaksanaan perlindungan anak, sebagai jaminan pelaksanaan. selanjutnya supaya diikuti dengan penyuluhan yang meratakan memberikan kejelasan mengenai hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam pelaksanaan perlindungan anak.

Demikian beberapa hambatan utama yang perlu mendapat perhatian dan ditanggulangi bersama demi penyempurnaan pelaksanaan perlindungan anak, tanpa mengabaikan hambatan-hambatan yang lain.

Dokumen terkait