• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

2013 2014 1 Luas hutan dan lahan kritis

B. Urusan Pilihan yang Dilaksanakan 1 Urusan Pertanian

VII. MISI 7 : Meningkatkan Ketersediaan dan Kualitas

7. Urusan Perindustrian

2.6. Identifikasi Permasalahan Daerah yang Berhubungan dengan Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

Beberapa permasalahan yang berhubungan dengan prioritas pembangunan daerah tahun 2014 diantaranya sebagai berikut:

1. Aksesibilitas dan kualitas layanan pendidikan.

Kebijakan alokasi anggaran pendidikan 20% dilaksanakan pada APBD Kabupaten Ciamis Tahun 2014, kebijakan tersebut perlu ditingkatkan proporsinya pada Tahun 2016. Aspek-aspek utama yang masih harus mendapatkan perhatian lebih adalah mengenai peningkatan mutu pelayanan dan pemerataan serta perluasan kesempatan pendidikan. Terkait dengan aspek pemerataan dan perluasan kesempatan pendidikan yaitu implementasi kebijakan pendidikan gratis khususnya untuk pendidikan dasar.

Tantangan pembangunan bidang pendidikan adalah meningkatkan RLS yang masih rendah, menuntaskan rehabilitasi ruang kelas yang rusak, menuntaskan wajar dikdas 9 tahun dan perintisan wajar 12 tahun, meningkatkan kualitas hasil pendidikan, meningkatkan pendidikan kejuruan yang berbasis potensi lokal serta meningkatkan kuantitas dan kualitas guru. Hal ini dapat diatasi dengan sinergitas program dan penggunaan dana pendidikan secara efektif dan efisien.

Permasalahan dalam kualitas dan kesempatan pendidikan sampai dengan Tahun 2014 adalah:

1. Masih rendahnya RLS dan belum optimalnya AMH, yang antara lain disebabkan oleh : a. Kurangnya kemampuan ekonomi masyarakat, yang mengakibatkan relatif tingginya

angka DO dan Angka Rawan DO.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 II - 111

c. Masih kurangnya dana Bantuan Operasional pendidikan terutama untuk tingkat pendidikan menengah.

d. Terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan, sehingga masih banyak anak yang tidak terakses pendidikan.

e. Masih banyaknya bangunan sekolah yang rusak terutama SD/MI.

f. Masih kurangnya tenaga pendidik terutama untuk guru produktif di SMK dan tenaga

g. Kependidikan (TU, Penjaga Sekolah, Pustakawan, Laboran).

h. Masih rendahnya angka melanjutkan sekolah dari SMP/MTS ke SMA/SMK/MA.

i. Masih rendahnya APK PAUD.

j. Masih kurangnya tenaga pendidik PAUD yang memenuhi kualifikasi.

k. Belum jelasnya status kepegawaian guru PAUD terutama guru PAUD non formal.

2. Aksesibilitas dan mutu pelayanan kesehatan

Pembangunan bidang kesehatan harus lebih difokuskan pada peningkatan sarana pelayanan kesehatan sebagai upaya untuk meningkatkan Angka Harapan Hidup (AHH) melalui penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI) serta Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

Permasalahan yang masih ditemui di bidang kesehatan adalah masih terbatasnya sarana dan prasarana serta tenaga kesehatan, sementara tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan cenderung semakin meningkat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga masih relatif rendah, walaupun pembinaan terhadap desa sehat siaga terus dilakukan yang telah mencakup 265 desa/kelurahan. Selain daripada itu, AKI dan AKB masih relatif tinggi walaupun selama 5 tahun terakhir mengalami penurunan yang signifikan. Begitu juga kasus penyakit menular terutama DBD, HIV/ AIDS, TBC, dan Malaria masih tinggi, serta kasus gizi buruk masih ditemui walaupun cenderung menurun. Layanan spesialistik di sarana layanan rujukan masih terbatas.

Ketersediaan dokter spesialistik belum optimal sehingga menjadi kendala untuk pemenuhan pelayanan kesehatan spesialistik dan persyaratan peningkatan tipe rumah sakit. Selain itu juga diperlukan verifikasi data kepesertaan untuk mendukung program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).

3. Rendahnya daya beli masyarakat dan stabilitas ketahanan pangan

Daya beli masyarakat merupakan salah satu komponen dari Indeks Pembangunan Manusia, sehingga perlu diperhatikan dalam rangka mendongkrak IPM Kabupaten Ciamis. Permasalahan yang berkaitan dengan peningkatan daya beli adalah :

a. Masih rendahnya kualitas sumber daya manusia pengelola Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

b. Masih lemahnya tingkat kemampuan permodalan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 II - 112

c. Kondisi perekonomian nasional yang belum stabil berpengaruh terhadap lemahnya investasi di Kabupaten Ciamis, di lain pihak pengembangan komoditas unggulan memerlukan padat modal sehingga tidak sebanding dengan harga produknya.

Kaitan dengan hal tersebut hanya beberapa komoditas saja yang masih dipandang layak untuk dikembangkan.

d. Dengan diberlakukannya perdagangan global, belum diimbangi dengan kesiapan para pelaku usaha lokal, sehingga tingkat daya saing dengan produk impor semakin melemah.

e. Masih lemahnya posisi tawar produk pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan. f. Masih belum tertatanya tataniaga produk pertanian, peternakan, perkebunan,

kehutanan.

g. Masih minimnya sarana prasarana infratruktur penunjang kegiatan perekonomian masyarakat.

Tantangan yang besar dalam pembangunan ketahanan pangan adalah adanya tingkat permintaan pangan dan diperlukannya ketersediaan pangan yang besar dan harus terus ditingkatkan sebagai implikasi dari jumlah penduduk Kabupaten Ciamis yang relatif besar dan terus mengalami pertumbuhan. Dengan demikian pembangunan ketahanan pangan dari sisi aspek ketersediaan dituntut untuk mampu meningkatkan kapasitas produksi dari waktu ke waktu, sementara di lain pihak ketersediaan lahan baik secara kuantitas maupun kualitas semakin terbatas. Peningkatan permintaan tidak hanya didorong oleh adanya pertumbuhan penduduk, tetapi juga peningkatan pendapatan perkapita, serta oleh adanya kesadaran akan kesehatan serta pergeseran pola makan.

Pencapaian AKG (Angka Kekurangan Gizi) yang belum terjadi secara merata baik antar golongan masyarakat maupun antar wilayah pedesaan dan perkotaan. Sistem distribusi pangan yang belum optimal menjadi salah satu pemicu timbulnya masalah pada subsistem ketersediaan pangan dan konsumsi.

Permasalahan yang dihadapi dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan masyarakat adalah:

a. Kondisi cuaca ekstrim mengakibatkan musim hujan sepanjang tahun, sehingga menyebabkan tanaman buah-buahan tertentu produksinya berkurang.

b. Semakin berkurangnya tenaga kerja penggarap lahan akibat generasi muda kurang berminat lagi pada bidang budidaya pertanian.

c. Munculnya beberapa penyakit hewan menular di beberapa desa yang berpotensi menyebar ke wilayah lainnya.

d. Masih rendahnya pengawasan lalu lintas ternak sehingga masih banyak ternak yang lolos masuk ke Kabupaten Ciamis tanpa dilengkapi dengan Surat Keterangan Kesehatan Hewan (SKKH) yang ditandatangan oleh Dokter Hewan berwenang setempat.

e. Untuk merangsang pembuahan dimusim berikutnya dilakukan pemeliharaan tanaman secara intensif.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 II - 113

f. Mengusulkan penetapan status pengelolaan lahan eks HGU kepada pemerintah pusat.

g. Rendahnya pengendalian mutu dan keamanan pangan. h. Sistem distribusi pangan yang belum efisien.

i. Perkembangan harga yang masih sangat fluktuatif dan cenderung meningkat. j. Masih lemahnya dukungan infrastruktur produksi pangan.

k. Rendahnya kondisi Nilai Tukar Petani.

l. Sumberdaya dan kelembagaan petani masih tradisional. m. Belum optimalnya peningkatan nilai tambah produk pertanian. n. Keterbatasan dalam mengkases pembiayaan alternatif.

Ketahanan pangan lebih di fokuskan pada komoditas beras, jagung, kedelai dan ketersediaan protein hewani. Sasaran yang ingin dicapai antara lain meningkatnya produksi beras, jagung, kedelai, ternak dan ikan, terpenuhinya stok beras, tertatanya distribusi dan perdagangan beras, jagung, kedelai, ternak dan ikan dan menurunnya tingkat kehilangan pasca panen.

4. Iklim usaha, pelaku UMKM dan pengembangan destinasi wisata

Kondisi UMKM di Kabupaten Ciamis saat ini ditengarai banyaknya koperasi /KUD yang kondisinya sudah tidak sehat dan memprihatinkan, sehingga banyak yang sudah tidak beraktifitas lagi. Selain itu kurang dikuasainya manajemen umum oleh pengurus maupun anggota, dan kelembagaan Koperasi tersebut yang belum baik. Permodalan masih terbatas, dan aktiva serta likuiditas belum termasuk dalam standar koperasi yang sehat. Keterbatasan akses pembiayaan terhadap lembaga pembiayaan. Kemampuan berwirausaha kurang yang berdampak terhadap produktifitas dan nilai tambah.

Permasalahan yang dihadapi adalah :

1) Kondisi pelayanan perijinan kepada investor belum baik 2) Kualitas SDM pengelola Koperasi dan UMKM masih rendah. 3) Ketersediaan bahan baku industri kecil masih terbatas.

4) Kelancaran distribusi bahan pokok dan bahan strategis belum optimal. 5) Kondisi sarana prasarana pasar tradisional kurang memadai.

6) Daya saing produk paket wisata belum optimal.

5. Kemiskinan, pengangguran, dan ketenagakerjaan

Permasalahan ketenagakerjaan di Kabupaten Ciamis adalah : 1. Jumlah pembina masih terbatas;

2. Kurangnya sarana dan prasarana penunjang untuk pembinaan keterampilan;

3.Kabupaten Ciamis bukan merupakan Daerah Kawasan Industri, sehingga penyerapan tenaga kerja di sektor swasta relatif rendah;

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 II - 114

Jumlah Penduduk Kabupaten Ciamis pada Tahun 2014 berjumlah 1.180.211 orang, namun dari sisi kualitas pendidikan yang masih belum baik, akses kepada kesehatan yang masih kurang, pendapatan yang rendah, kebutuhan kalori belum mencukupi mengakibatkan masih tingginya angka kemiskinan. Dampak dari kemiskinan tersebut adalah ketidakcukupan pengeluaran/belanja, kesehatan yang rendah, pendidikan rendah atau buta huruf, terisolir secara sosial, rasa tidak aman, kurangnya kebebasan dan beraspirasi, serta ketidakberdayaan. Penurunan penduduk miskin harus dilakukan secara komprehensif yang melibatkan berbagai komponen/stakeholder.

Masalah kemiskinan dan pengangguran masih merupakan persoalan yang belum terselesaikan dari tahun-tahun sebelumnya, pada Tahun 2014 penduduk miskin Kabupaten Ciamis mencapai 99.610 orang. Munculnya permasalahan baru yang menyebabkan kecenderungan meningkatnya kemiskinan dan pengangguran yang disebabkan oleh faktor eksternal yaitu krisis ekonomi global yang menimbulkan pemutusan hubungan kerja, serta masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat khususnya kalangan petani akibat dari masih rendahnya nilai tukar produk pertanian dan fluktuasi harga produk pertanian.

Kondisi ketenagakerjaan di Kabupaten Ciamis menunjukkan perkembangan yang cukup berarti akan tetapi pertumbuhannya masih rendah. Hal ini menjadi tantangan di masa mendatang untuk lebih menciptakan lapangan kerja baru untuk menurunkan angka pengangguran yang masih tinggi.

Secara umum tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mengalami penurunan hal ini disebabkan adanya Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil, dan Pengangkatan Tenaga Guru Kontrak. Sedangkan meningkatnya tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tahun 2014 didorong adanya program kegiatan pemberian kerja sementara Sistem Padat Karya.

Angka beban tanggungan kembali berkurang selama kurun waktu 2013-2014 hal ini disebabkan dibentuknya kelompok-kelompok usaha Pemberdayaan Kelompok Masyarakat yang sudah ada melalui pemberian bantuan modal.

Upaya-upaya pemberian kerja sementara Sistem Padat Karya dan pembentukan kelompok-kelompok usaha serta pemberdayaan kelompok usaha yang sudah ada sangat membantu dalam mengurangi Angka Pengangguran Terbuka.

Urusan ketenagakerjaan di Kabupaten Ciamis diarahkan pada meningkatkan kesempatan kerja melalui persiapan tenaga kerja berkualitas serta mendorong tenaga kerja mandiri untuk berpartisipasi di berbagai sektor. Peningkatan kemampuan tenaga kerja salah satunya melalui pendidikan dan pelatihan melalui lembaga-lembaga pelatihan baik pemerintah maupun swasta. Lembaga pelatihan milik pemerintah di Kabupaten Ciamis sampai dengan Tahun 2014 berjumlah satu lembaga. Lembaga pelatihan swasta yang menyelenggarakan kursus komputer, kursus Bahasa Inggris dan lainnya sedangkan lembaga pelatihan pemerintah yaitu UPTD Kursus Latihan Kerja (UPTD-KLK) dengan instruktur dari Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Tasikmalaya, Lembaga Latihan Swasta (LLS), instansi terkait dan alumni pelatihan yang memenuhi kualifikasi.

Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Kabupaten Ciamis Tahun 2016 II - 115

Jenis pelatihan keterampilan yang dilaksanakan UPTD-KLK kurun waktu Tahun 2013 sampai Tahun 2014 adalah border, las listrik, bubut kayu, komputer, bengkel sepeda motor, perikanan, elektronik, processing hasil pertanian, menjahit, anyaman, pelatihan bagi narapidana dan fasilitasi/sarana usaha bagi kelompok dan perorangan dengan sumber dana dari APBD Kabupaten, APBD Provinsi dan APBN.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, untuk mencapai terwujudnya kesejahteraan pekerja agar merasa aman dalam melaksanakan tugas, maka perusahaan memberikan fasilitasi standar kesejahteraan bagi pekerja dengan adanya peraturan perusahaan, terbentuknya unit kerja SPSI, terbentuknya lembaga kerjasama Bipartit, terbentuknya keselamatan dan kesehatan kerja, terbentuknya koperasi pekerja dan sistem pengupahan.

Tantangan di bidang ketenagakerjaan kedepan adalah ketersediaan tenaga kerja yang skillfull sesuai dengan tuntutan pasar kerja. Oleh karena itu lembaga-lembaga pelatihan harus mampu menyediakan berbagai macam diklat yang responsif pasar dan kompetitif.

6. Pemberdayaan masyarakat pengarustamaan gender serta pemuda dan olahraga

Dalam rangka pembangunan sumber daya manusia guna terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas, pemberdayaan masyarakat merupakan hal yang penting dan strategis. Pembangunan SDM di Kabupaten Ciamis diarahkan untuk mewujudkan SDM yang mempunyai motivasi, berpengetahuan, berkemampuan, berkemauan untuk mengembangkan dirinya, serta mampu untuk hidup layak. Selama tahun 2009-2014 keberdayaan masyarakat Kabupaten Ciamis menunjukkan kecenderungan yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain keberdayaan perempuan, keberdayaan pemuda, tingkat partisipasi masyarakat dalam pembangunan, peningkatan taraf kesejahteraan masyarakat.

Tantangan pembangunan bidang pemberdayaan masyarakat kedepan adalah masih tingginya ketergantungan masyarakat terhadap bantuan pemerintah sehingga kurang dapat mengoptimalkan swadaya masyarakat. Disatu sisi, masih adanya persepsi konservatif terhadap peran perempuan dalam pembangunan namun disisi lain tuntutan kesetaraan gender semakin mengemuka sehingga perlu ruang aktualisasi bagi perempuan kedepan.