• Tidak ada hasil yang ditemukan

2.3.2 Penyebab Terjadinya Tuntutan

2.3.2.10 Identifikasi Permasalahan mengenai “Klaim” Pada Proyek

Secara umum permasalahan mengenai klaim yang terjadi pada proyek sangat kompleks, kompleksitas pelaksanaan proses konstruksi, dokumen-dokumen proyek, dan kondisi kontrak menyebabkan terjadinya klaim.

Adapun permasalahan mengenai klaim yang teridentifikasi pada proyek antara lain adalah :

Perubahan spesifikasi didalam pelaksanaan proyek ini terjadi akibat adanya perubahan desain oleh pengguna jasa yang termasuk dalam kontrak dan biasa terjadi setelah pekerjaan dikerjakan lebih dari 50%.

2. Terjadinya perubahan kondisi lapangan.

Perubahan kondisi lapangan ini terjadi karena kondisi lapangan proyek yang berbeda dengan dokumen. Pada umumnya terjadi pada pekerjaan tanah dan substruktur karena keadaaan tanah suatu tempat dengan tempat lain berbeda. 3. Terjadinya kondisi cuaca yang tidak biasanya.

Di dalam pelaksaan proyek kondisi cuaca juga harus diperhatikan karena kondisi cuaca yang tidak biasanya ini bisa menghambat semua pekerjaan dalam menyelesaikan proyek akibatnya proyek tersebut mengalami keterlambatan. 4. Terjadinya percepatan waktu

Percepatan waktu ini biasanya terjadi akibat adanya penundaan didalam pelaksanaan proyek.

5. Terjadinya pembengkakan biaya akibat biaya overhead

Biaya overhead ini terjadi akibat adanya penambahan pekerjaan di luar kontrak dan pekerjaan tersebut dihitung ulang didalam RAB.

Robert D. Gilbreath dalam bukunya “MANAGING CONSTRUCTION CONTRACTS” halaman 214 – 215 memberikan 3 (tiga) contoh kasus klaim. Ringkasannya adalah sebagai berikut :

Adapun contoh kasusnya yang terjadi didalam proyek sebagai berikut : a. Proyek PT. Sanggar Kaltim Jaya (SKJ)

Dalam hal ini PT. Sanggar Kaltim Jaya (SKJ) adalah sebagai kontraktor pelaksana dan PT. Karang Laut sebagai sub-kontraktor

menandatangai kontrak dengan Total E & P Indonesie (Total) untuk mengerjakan konstruksi plat form dan of sites di Kalimanatan Timur, Permasalahan mulai muncul ketika Total mengubah hampir 80 % desain proyek ketika proyek telah berjalan. Hal ini lalu berdampak kepada perpanjangan penyelesaian pekerjaan dan membengkaknya biaya yang timbul akibat perubahan tersebut.

PT. Sanggar Kaltim Jaya Sebagai kontraktor beserta PT. Karang Laut lalu mengajukan tagihan kepada Total, tagihan tersebut berjumlah USD 18,092 juta yang dikarenakan pembengkakan biaya akibat perubahan tersebut. Total kemudian menolak pengajuan tagihan tersebut dikarenakan tidak pernah ada technical. Setelah gagal mendapatkan tagihan dari Total, kedua perusahaan tersebut lalu mengadakan suatu usaha untuk mencari jalan tengah dengan menyampaikan kepada BP Migas. Selanjutnya mereka menyetujui BP Migas sebagai mediator untuk menyelesaikan masalah tagihan tersebut. BP Migas kemudian mengusulkan agar klaim tersebut diaudit oleh BPKP sebagai auditor independent dan Total mengisyaratkan bahwa total juga setuju untuk mentaati hasil dari BPKP. Namun Total ternyata tidak melaksanakan hasil audit yang telah di keluarkan dari BPKP untuk membayar tagihan klaim tersebut. Karena merasa Total tidak mempunyai itikad baik untuk menyelesaikan masalah tersebut, maka dua perusahaan kontraktor itu memilih untuk menyelesaikan masalahnya ke pengadilan Niaga.

Hal-hal yang menjadi “klaim” pada proyek ini adalah

Klaim Perubahan Pekerjaan.

Klaim akibat perubahan pekerjaan terjadi pada masalah teknis yaitu pengguna jasa merubah hampir 80% desain ketika proyek berjalan. sehingga penyedia jasa perlu waktu tambahan untuk melakukan pekerjaan tambahan untuk memperbaiki kesalahan atau kelalaian tersebut pada tahap pelaksanaan proyek.

Klaim Penambahan Waktu dan Biaya.

Klaim penambahan waktu dan biaya yang terjadi pada proyek ini adalah perubahan desain dari pengguna jasa yang membuat Kontraktor meminta perpanjangan waktu dari kompensasi perubahan desain tersebut.

Klaim Pengguna Jasa.

Klaim ini terjadi akibat adanya penolakan Change Order Request oleh total selaku pengguna jasa yang membuat penyedia jasa keberatan. Mereka mempersoalkan penolakan atas penambahan biaya akibat perubahan desaian tersebut dan mereka meminta bantuan BP Migas sebagai mediator dan menunjuk BPKP sebagai auditor independent. Walaupun BPKP telah menghasilkan hasil audit dan memerintahkan Total membayar konpensasi kepada penyedia jasa. Total menolak hal tersebut dan malah meminta kedua penyedia jasa untuk membayar penalty yang diakibatkan dari keterlambatan penyedia jasa menyelesaikan proyek tepat waktu. Hal ini dianggap wajar bahwa permintaan klaim Total penyedia jasa untuk membayar penalty. Dengan kata lain permintaan Total agar PT. Sanggar Kaltim Jaya dan PT. Istana Karang Laut membayar penalty dapat diterima karena Total tidak pernah menyetujui permintaan Change Order dari kedua penyedia jasa tersebut. Penyelesaian Sengketa

Dalam kasus ini penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh kedua belah pihak adalah dengan cara abritrasi yaitu melalui juri atau hakim di bidang perdagangan dan industri.

Adapun prosedur penyelesaian tuntutan dengan cara arbitrase adalah

 Membuat list item yang akan di klaim.

 Membuat surat permohonan.

 Menunjuk arbiter.

 Mendaftar ke Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI).

 Penyelesaian.

b. Proyek Pengelasan Pipa Uap

Proyek ini dimulai ketika perusahaan A sebagai pengguna Jasa dari suatu komplek industri yang sedang dibangun, menandatangani suatu kontrak dengan perusahaan B sebagai penyedia jasa untuk mengerjakan suatu pekerjaan pengelasan pipa uap, permasalahan mulai muncul ketika Pengguna jasa mengirimkan seorang insinyur mesin mengikuti seminar 3 hari mengenai teknik pemeriksaan pengelasan secara visual dengan menggunakan X-Ray dan insinyur tersebut merubah spesifikasi untuk proses penanaman pipa uap tepat setelah Penyedia Jasa melaksanakan pekerjaan tersebut. Hal ini berdampak pada perpanjangan penyelesaian pekerjaan dan pembengkakan biaya akibat inefesiensi dalam pengelasan. Karena pemeriksaan dilakukan oleh perusahaan lain yang disewa Pengguna Jasa tidak ada perubahan pekerjaan. Setelah beberapa bulan bekerja, Penyedia Jasa yang memasang pipa mengajukan klaim sebesar Rp.2.000.000.000,- sebagai tambahan kompensasi karena inefisiensi dan campur tangan disebabkan kenaikan proses pengawasan. Karena penyedia jasa ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan cara kekeluargaan maka dua perusahaan itu memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara musyawarah/mediasi.

Hal-hal yang menjadi “klaim” pada proyek ini adalah

Klaim Perubahan Spesifikasi.

Klaim ini terjadi pada proses penanaman pipa uap yang dengan sengaja pengguna jasa menyewa perusahaan lain untuk memeriksa pekerjaan tersebut dan merubah spesifikasinya yang telah tertulis dikontrak

.

Penambahan Waktu dan Biaya.

Pada proyek ini klaim penambahan waktu dan biaya terjadi akibat adanya perubahan spesifikasi yang berdampak pada perpanjangan penyelesaian pekerjaan dan pembengkakan biaya akibat inefesiensi dalam pengelasan. Penyelesaian Sengketa.

Pada proyek ini kasus yang terjadi baik akibat penambahan waktu dan perubahan spesifikasi diselesaikan dengan cara melalui musyawarah/mediasi dengan prosedurnya sebagai berikut :

 Membuat list item yang akan diklaim.

 Melengkapi data-data sebagai bukti klaim.

 Mengajukan surat resmi ke owner.

 Klarifikasi bersama owner.

 Negoisasi ke owner.

 Penyelesaian.

c. Proyek Pembangunan Pusat Listrik

Dalam proyek ini perusahaan A sebagai owner dan perusahaan B sebagai kontraktor menandatangani kontrak yang berjenis kontrak unit price. Permasalahan ini dimulai ketika gambar desain berubah yang mengenai saluran kabel bawah tanah dan rute/jalannya kabel tersebut yang ditetapkan secara tiba-tiba rusak ketika tarikan kabel dimulai dari dalam pabrik. Perubahan berdampak pada penambahan panjang kabel yang ditanam hanya sebanyak 10% dari perkiraan asli dan Penyedia Jasa dibayar berdasarkan unit price untuk penambahan ini. Karena penyedia jasa ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan cara kekeluargaan maka dua perusahaan itu memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara musyawarah/mediasi.

Hal-hal yang menjadi “klaim” pada proyek ini adalah

Perbedaan Pada Gambar Rencana dan spesifikasi

Klaim ini terjadi karena adanya in-efisiensi dalam operasi pekerjaan mengacu pada revisi gambar yang menyebabkan perubahan ukuran kabel dan rute, sebagai akibat penyedia Jasa tidak dapat merencanakan penggunaan kabel sampai kepada panjang potongan kabel maksimum dari standar gulungan kabel jika kabel diukur, dipotong, ditarik dan kemudian dikeluarkan lagi dan dibuang.

Perbedaan Kondisi Lapangan

Pada proyek ini perbedaan kondisi lapangan terjadi karena adanya demobilisasi, waktu tunggu, dan remobilisasi dan angkatan kerja dari satu tempat ketempat lain dari pabrik karena perubahan gambar kenyataan. Penyelesaian Sengketa.

Pada proyek ini kasus yang terjadi diselesaiakan dengan cara melalui musyawarah /mediasi dengan prosedurnya sebagai berikut :

 Membuat list item yang akan diklaim.

 Melengkapi data-data sebagai bukti klaim.

 Mengajukan surat resmi ke owner.

 Klarifikasi bersama owner.

 Negoisasi ke owner.

 Penyelesaian.

d. Proyek Pusat Listrik Nuklir

Pada proyek ini jenis kontrak yang diberikan kepada penyedia jasa A - mekanikal adalah lump sum untuk memasang genarator turbin untuk pusat listrik nuklir. Dalam proyek ini generator turbin yang digunakan untuk membangun pusat listrik nuklir ini dikirim melalui jalan laut dengan

menggunakan kapal tongkang. Pada waktu generator turbin akhirnya tiba, Penyedia Jasa-A tidak dapat memindahkan komponen-komponen berat dari tongkang ke dermaga yang tujuannya untuk menempatkan turbin. karena lubang galian pipa sedalam 7 meter terisi dan sebagian pipa air sirkulasi yang menghalangi jalan masuk maka untuk penempatan tersebut dibangunan gudang turbin sementara. Karena penyedia jasa ingin menyelesaikan masalah tersebut dengan cara kekeluargaan maka dua perusahaan itu memilih untuk menyelesaikan masalahnya dengan cara musyawarah/mediasi.

Hal-hal yang menjadi “klaim” pada proyek ini adalah

Penambahan Waktu dan Biaya.

Pada proyek ini penambahan waktu dan biaya terjadi akibat adanya Tenaga kerja dan peralatan menunggu 2 bulan karena es serta tambahan 2 bulan untuk kelambatan pembuatan lubang pipa yang berdampak pada perpanjangan penyelesaian pekerjaan dan kehilangan keuntungan karena tidak dapat menggunakan tenaga kerja dan peralatan untuk pekerjaan lain.

Perbedaan Kondisi Lapangan

Pada proyek ini perbedaan kondisi lapangan terjadi karena adanya pembangunan gudang sementara untuk generator turbin di lapangan yang gunanya untuk menunggu demobilisasi dan remobilisasi generator turbin dari satu tempat ketempat lain.

Percepatan Kerja

Pada proyek ini percepatan kerja terjadi akibat lubang galian pipa tertutup es dan untuk mengatasi kehilangan waktu, pekerjaan untuk pipa tersebut dipercepat penyelesaiannya.

Penyelesaian Sengketa.

Pada proyek ini kasus ini penyelesaian sengketa yang dilakukan oleh kedua perusahaan dengan cara melalui musyawarah /mediasi yang prosedurnya sebagai berikut :

 Membuat list item yang akan diklaim.

 Melengkapi data-data sebagai bukti klaim.

 Mengajukan surat resmi ke owner.

 Klarifikasi bersama owner.

 Negoisasi ke owner.

 Penyelesaian.

Berdasarkan contoh kasus klaim diatas adapun kesimpulan yang dapat diambil yaitu

Tuntutan yang diajukan oleh kontraktor disebabkan oleh faktor-faktor seperti perbedaan kondisi lapangan, kondisi cuaca yang tidak biasa, percepatan kerja, penundaan dan penghentian waktu kerja oleh owner, perubahan design dan spesifikasi.

Bahwa hasil yang didapatkan tentang terjadinya tuntutan pada masing-masing proyek yang paling berpengaruh adalah faktor perubahan oleh pengguna jasa baik masalah design atau spesifikasinya.

Adapun cara penyelesaian konflik yang paling disukai oleh masing-masing perusahaan adalah musyawarah/mediasi dikarenakan cara ini murah, cepat dan kedua perusahaan ingin tetap menjaga hubungan baiknya.