• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Potensi dan Kendala yang Dihadapi Dalam Perbaikan Kinerja Jaringan Irigasi

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

JARINGAN IRIGASI DAN UPAYA PERBAIKANNYA”

2.1.3. Identifikasi Potensi dan Kendala yang Dihadapi Dalam Perbaikan Kinerja Jaringan Irigasi

Pada level tertier, potensi dan kendala yang dihadapi dalam perbaikan kinerja jaringan irigasi diidentifikasi melalui pendekatan tidak langsung dengan cara mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi petani dalam Operasi Pemeliharaan irigasi. Secara garis besar bentuk partisipasi dipilah menjadi tiga kategori: (1) berpartisipasi dalam bentuk pemenuhan kewajiban finansial saja, (2) berpartisipasi dalam bentuk tenaga kerja saja, (3) berpartisipasi dalam pemenuhan kewajiban finansial maupun tenaga kerja. Kualitas partisipasi juga dikelompokkan menjadi tiga tingkatan:

(1) tidak berpartisipasi, (2) tingkat partisipasi sedang, dan (3) berpartisipasi penuh.

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat di simpulkan sebagai berikut :

1. Dari evaluasi diperoleh kesimpulan bahwa degradasi kinerja irigasi terjadi akibat pengaruh simultan dari degradasi kondisi fisik jaringan dan rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan. Sebagian besar degradasi kondisi fisik jaringan terkait dengan kerusakan saluran irigasi, banyaknya pintu-pintu air yang rusak, dan sedimentasi saluran-saluran pembuang, terutama di level tertier. Rendahnya kinerja operasi dan pemeliharaan irigasi terkait dengan sangat terbatasanya anggaran OP irigasi dari pemerintah yang jauh dari mencukupi; sementara itu keswadayaan petani dalam memupuk dana OP irigasi sangat terbatas. 2. Tingkat kehandalan jaringan irigasi maupun tingkat pemerataan

distribusi air irigasi termasuk kategori rendah – sedang. Di Way Sekampung dan Brantas, hal itu lebih banyak disebabkan oleh debit air irigasi yang cenderung semakin menurun, sedangkan di Wawotobi terutama disebabkan oleh banyaknya jaringan irigasi yang rusak.

3. Pada level tertier penyebab degradasi kinerja jaringan irigasi yang bersifat eksternal (di luar kendali petani/P3A) terkait dengan lima aspek berikut: (1) anggaran OP irigasi dari pemerintah yang sangat terbatas sehingga hanya dapat dimanfaatkan di sebagian jaringan sekunder dan

tertier, (2) jumlah petugas dan fasilitas pendukung yang tidak mencukupi, (3) pembinaan P3A yang kurang memadai (terutama di Wawotobi), (4) koordinasi antar lembaga terkait yang lemah dan tumpang tindih, dan (5) perubahan kawasan yang mendorong terjadinya konversi lahan sawah ke penggunaan lain.

4. Faktor internal yang mempengaruhi kinerja jaringan irigasi adalah kinerja P3A. Secara umum kinerja P3A termasuk kategori rendah – sedang; bahkan cukup banyak ditemukan adanya petak-petak tertier yang irigasinya tidak dikelola secara sistematis dalam wadah P3A (P3A hanya sekedar nama). Ini dapat disimak dari keberadaan pengurus, kejelasan pembagian tugas antar pengurus, kemampuan untuk mendorong partisipasi petani dalam pemeliharaan jaringan tertier dan kuarter, kemampuan mengumpulkan dan keterbukaan dalam penggunaan iuran irigasi, dan keterampilan mencegah/memecahkan konflik internal organisasi P3A ataupun dengan pihak lain.

5. Kendala yang dihadapi dalam memperbaiki kinerja OP irigasi tampaknya justru terletak pada kebijakan pemerintah, terutama dalam kaitannya dengan antisipasi terhadap dinamika budaya dan perkembangan wilayah, serta konsistensi dalam pengembangan dan pendayagunaan irigasi.

(sumber : Sumaryanto, Masdjidin Siregar, Deri Hidayat, M. Suryadi Pusat Analisis Sosial Ekonomi Dan Kebijakan Pertanian Badan Penelitian Dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian (2006))

2.2. “EVALUASI OPERASI DAN PEMELIHARAAN BENDUNG CANGKUANG KECAMATAN BABAKAN KABUPATEN CIREBON”

Kondisi air yang berlimpah pada saat musim penghujan dimanfaatkan oleh petani untuk mengairi sawahnya yang ditanami padi, akan tetapi sebaiknya pada saat kemarau oleh petani ditanami tebu dan palawija, sesuai dengan Rencana Tata Tanam yang diatur oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon (Peraturan Bupati Cirebon No. 32 Tentang Rencana Tata Tanam, Rencana Pengaturan Air Tahun 2010 / 2011)

Permasalahan yang terjadi diakibatkan terjadinya genangan air pada area lahan pertanian Daerah Irigasi Cangkuang, sistem pengoperasian pada pintu – pintu air irigasi Bendung Cangkuang yang kurang optimal sehingga banyak sampah yang mengendap pada daerah genangan air di bendung dan di saluran irigasi.

Dari permasalahan ini, sangat mempengaruhi sekali terhadap rencana pola tanam dan hasil produksi pertanian Daerah Irigasi Cangkuang.

Maksud dalam penelitian tersebut adalah sebagai salah satu tindakan untuk memecahkan suatu permasalahan yang terjadi terhadap pengoperasian dan pemeliharaan pada bendung dan Saluran Irigasi Daerah Bendung Cangkuang sehingga dalam tata cara Operasi dan Pemeliharaan dapat terarah sesuai ketentuan yang diharapkan.

Tujuan penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai tata cara pengoperasian dan pemeliharaan Bendung dan Saluran Irigasi pada Bendung Cangkuang sehingga pemanfaatan prasarana Sumber Daya Air tersebut dapat dioptimalkan agar dapat meningkatkan produksi tanaman

pertanian sesuai rencana pola tanam yang tanamnya bisa diatur oleh pemerintah.

Metodologi adalah prosedur yang sistematis dan standar yang diperlukan untuk memperoleh data dan menganalisis data. Pengumpulan data tidak lepas dari suatu proses pengadaan data primer, sebagai langkah awal yang amat penting, karena pada umumnya data yang dikumpulkan digunakan sebagai referensi dalam suatu analisis.

Menurut pada ahli W.C Schluter (1925) “How to do Research”, E.R Downig (1928) “The element and safeguard of scientific Thinking” dan H. H Abelson (1993) “The Art of Educational Research”, bahwa langkah – langkah dalam metode penelitian sekurang kurangnya dilakukan langkah – langkah berikut :

1) Merumuskan serta mendefinisikan masalah 2) Mengadakan studi kepustakaan

3) Mengumpulkan Data

4) Menyusun, Menganalisis dan Memberikan Interpretasi. 5) Membuat Kesimpulan.

Kesimpulan dari hasil analisis dan kajian tersebut adalah :

1) Kegiatan pengoperasian yang dilakukan untuk pengaturan pada pintu – pintu air di hulu bendung dan saluran kurang optimal, karena kurangnya tenaga kerja ( penjaga pintu air ) di lapangan tersebut.

2) Pemeliharaan kurang optimal, karena masih adanya kerusakan pada pintu – pintu air di bendung dan saluran, terjadinya pengendapan sedimentasi di hulu bendung. Selama belum ada upaya untuk perbaikan pintu – pintu air dan pengerukan / galian sedimen karena minimnya anggaran.

3) Adanya surplus air sehingga bisa dimanfaatkan untuk perluasan Daerah Irigasi .

4) Agar surplus irigasi benar – benar dimanfaatkan untuk perluasan daerah irigasi, agar air tersebut tidak hilang karena terbatasnya pemeliharaan sistem bendung dan sistem saluran, sesuai dengan panduan teknis yang ada serta penyediaan dana merupakan persiapan utama.

5) Pola tanam yang dipakai adalah Padi, Tebu, Palawija. Sesuai dengan Peraturan Bupati Cirebon No. 32 tentang Rencana Tata Tanam.

(sumber dari skripsi Ade Joni Alfian, Evaluasi Operasi dan Pemeliharaan Bendung Cangkuang Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon)

2.3. KAJIAN SISTEM JARINGAN IRIGASI RENTANG PADA SALURAN

Dokumen terkait