• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.5 Risiko Pada Construction Supply Chain

1.5.5 Identifikasi Risiko

Frequent (5) Unacceptable (25) Unacceptable (20) Unacceptable (15) Undesirable (10) Acceptable (5) Probable (4) Unacceptable (20) Unacceptable (16) Undesirable (12) Undesirable (8) Acceptable (4) Occasional (3) Unacceptable (15) Undesirable (12) Undesirable (9) Acceptable (6) Acceptable (3) Remote (2) Undesirable (10) Undesirable (8) Acceptable (6) Acceptable (4) Negligible (2) Improbable (1) Acceptable (5) Acceptable (4) Acceptable (3) Negligible (2) Negligible (1)

Key Description Guidance

Unacceptable Tidak dapat diterima, harus dihilangkan atau ditransfer

Undesirable Tidak diharapkan, harus dihindari

Acceptable Dapat diterima

Negligible Dapat diabaikan

Sumber: Godfrey (1996)

1.5.5 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko merupakan tahap awal dalam manajemen risiko yang bertujuan untuk dapat menguraikan dan merinci jenis risiko yang mungkin terjadi dari aktifitas atau kegiatan yang akan kita lakukan. Tahap identifikasi risiko merupakan tahap yang paling sulit dari manajemen risiko, karena adanya ketidakmampuan untuk mengindetifikasi semua risiko yang ada mengingat

Concequense

adanya ketidakpastian dari apa yang akan dihadapi. Menurut Thompson dan Perry (1991) ada beberapa cara untuk mengatasi kesulitan dalam mengidentifikasi risiko, diantaranya : menyusun daftar (chek list), wawancara dengan personil kunci yang terlibat, brain storming dan use of record (pengalaman sebelumnya).

Dalam penelitian terdahulu terdapat beberapa identifikasi risiko dalam supply chain konstruksi diantaranya menurut Vrijhoef et al (2001) yang terlihat pada gambar berikut:

Gambar 1.12 Gambaran Umum Permasalahan Dalam Supply Chain Construction Sumber : Vrijhoef et al. (2001)

Sedangkan menurut Benton dan McHenry (2010) beberapa permasalahan dalam supply chain konstruksi melibatkan seluruh pelaku dalam supply chain yaitu pemilik proyek, konsultan, kontraktor, sub-kontraktor, dan supplier. Potensi risiko terletak pada hubungan timbal balik antara pelaku supply chain tersebut. Beberapa sumber risiko tersebut diantaranya:

owner

- Keinginan Clien yang berubah -ubah

-Prosedur yang panjang dalam mendiskusikan perubahan

-Dokumen yang salah -Desain berubah-ubah - Waktu yang panjang dalam mendapatkan ijin perubahan

-Data yang tidak sesuai -Gambar kerja tidak bisa diaplikasikan

-Data yang tidak akurat -Susah mendapatkan informasi yang dibutuhkan

-Penawaran harga yang tinggi -Perubahan-perubahan lain

- Data tidak akurat

-Tidak mendapatkan informasi yang diperlukan

-perencanaan yang tidak realistis

Permasalahan kualiats hasil pekerjaan akhir Masalah kualitas yang tidak

selesai

Waktu penyelesaian yang terlambat

-Pengiriman tidak sesuai dengan plan

-Pengiriman yang salah dan cacat -Lamanya penyimpanan -Pengemasan material yang buruk

-Pengiriman jumblah besar - Hasil pekerjaan

subkontraktor tidak sesuai desain , rencana dan kontrak

 Masalah keuangan internal perusahaan  Permasalahan dalam modal usaha  Keterlambatan pembayaran oleh owner

 Hasil pekerjaan yang tidak sesuai dengan rencana dan spesifikasi  Pengetahuan teknis yang kurang memadai

 Tidak cukupnya informasi teknologi

 Kurangnya komunikasi antara pelaku supply chain  Produksi yang tidak efektif

 Masalah kualitas pekerjaan  Masalah pengiriman material  Masalah dalam kualitas material

Menurut gambaran model yang disampaikan Xue et al (2007) di dalam hubungan para pelaku supply chain terjadi tiga aspek aliran, yaitu aliran material, aliran informasi dan aliran dana. Identifikasi risiko dalam model supply chain dalam penelitian ini akan ditinjau dari ketiga aspek tersebut.Dalam penelitiannya Musa (2012) juga menguraikan mengenai ketiga aliran yang menghubungkan sistem supply chain seperti pada gambar berikut:

Gambar 1.13 Risk Issues In Supply Chain Sumber: Musa (2012)

a) Material Flow Risk (Risiko aliran material)

Risiko aliran material terkait dengan pergerakan barang atau produk secara fisik di dalam dan diantara elemen supply chain. Aliran material ini untuk memastikan jenis barang yang tepat dalam kualitas dan kuantitas yang tepat. Risiko di dalam aliran material ini adalah segala risiko yang mempengaruhi hasil dari material yang akan dialirkan dari pemasok ke konsumen. Dalam penelitiannya Musa (2012) membagi aliran material ini kedalam tiga kategori yaitu Source, Make dan Deliver.

Source

Source terkait dengan bagaimana memperoleh sumber bahan baku atau supplier dan subkontraktor. Didalam SCOR (Supply Chain Operation Reference) source di dalam aliran material didefinisikan sebagai proses pengadaan barang maupun jasa untuk memenuhi permintaan. Proses yang dicakup termasuk penjadwalan pengiriman dari supplier, menerima, mengecek, mengevaluasi kinerja supplier dan sebagainya. Musa (2012) menjelaskan risiko dalam kategori source sebagai berikut:

 Single sourcing risk, yaitu risiko yang terkait dengan minimnya sumber supplier atau subkontraktor sehingga mempengaruhi finansial, performance, hasil kerja, sosial, psikologi, keterlambatan dan sebagainya.

 flexible sourcing risk, kecenderungan saat ini kontraktor/konsumen lebih memilih supplier/subkon yang mampu memberikan keuntungan maksimum tanpa memperhatikan sisi fleksibilitas supplier/subkon tersebut ketika terjadi permasalahan, yang ketika permasalahan itu terjadi justru akan mengurangi keuntungan kontraktor. Kontraktor lebih memilih supplier/subkon dengan harga yang lebih mruah dibandingkan supplier atau subkon yang harganya sedikit lebih mahal namun bisa .

 Supplier selection/outsourcing, agar bisa fokus pada core-competency menggunakan subkontraktor sudah menjadi tren dalam dunia bisnis. Akan tetapi permasalahannya adalah tidak mudah mendapatkan rekanan yang tepat. Banyak parameter yang harus diperhatikan dalam memilih rekan kerja atau

supplier, seperti skill, teknologi, kemampuan transportasi, keuangan, bahkan hingga kemampuan dari supplier-nya supplier.

 Supply product monitoring/quality, ketidakmampuan kontraktor dalam mengontrol pekerjaan atau material dari subkontraktor atau supplier akan menjadi suatu risiko yang harus diwaspadai. Terlebih lagi dalam jumlah partai atau dalam jaringan yang sangat besar. Kegagalan dalam mengontrol dapat membahayakan kualiatas hasil pekerjaan, sehingga supplier tidak dapat memberikan hasil pekerjaan yang sesuai dengan standar permintaan.

 Supply capacity, hal ini berkaitan kapasitas produksi supplier yang terbatas. Sehingga informasi dari awal mengenai kemampuan jumblah produksi supplier harus sudah jelas.

Make

Di dalam SCOR Make didefinisikan sebagai proses untuk mentransformasi bahan baku/ komponen menjadi produk yang diinginkan pelanggan. Proses yang terlibat di sini antara lain adalah penjadwalan produksi, melakukan kegiatan produksi dan melakukan pengetesan kualitas, mengelolan barang setengah jadi (work-in- process), memelihara fasilitas produksi dan lain-lain. Musa (2012) menjelaskan risiko dalam kategori make sebagai berikut:

 Product and process design risk, yaitu risiko didalam ketidakmampuan untuk mengadopsi perubahan-perubahan yang terjadi dalam produksi dan proses, sehingga memaksa perusahaan melibatkan para pemasok dari awal.

 Production capacity risk, di industri manufaktur mengidentifikasi kemampuan atau kapasitas sumber daya menjadi hal yang sangat penting, seperti kemampuan teknologi dan skill.

 Operational disruption, di dalamnya segala kemungkinan buruk saat pelaksanaan seperti terjadi kecelakaan kerja, bencana alam, politik yang tidak stabil ( BBM naik, pajak, fluktuasi mata uang).

Deliver

Di dalam SCOR deliver dikaitkan dengan proses untuk memenuhi permintaan terhadap barang maupun jasa. Proses yang terlibat diantaranya adalah menangani pesanan dari pelanggan, memilih perusahaan jasa pengiriman, menangani kegiatan pergudangan produk jadi dan mengirim tagihan ke pelanggan. Musa (2012) menguraikan risiko dalam proses ini sebagai berikut seperti permintaan yang tidak konsisten (demand volatility), tidak sanggupnya memenuhi harapan klien (unmet demand), persediaan barang yang berlebihan (excess inventory). Sehingga hal ini menyebabkan supply dan permintaan menjadi tidak sesuai (missmatch).

b) Funds Flow Risk (Risiko aliran dana)

Funds flow risk dikenal juga dengan istilah cash flow, yang berkaitan dengan menerima dan mengeluarkan dana. Musa (2012) menguraikan permasalahan utama dalam aliaran keuangan ini diantaranya mengenai risiko di dalam ketidakmampuan untuk melakukan pembayaran. Hal ini dipengaruhi oleh ketidakpastiaan dalam nilai tukar uang sehingga mempengaruhi cash flow

keuangan, risiko perubahan harga dan biaya produksi, kemampuan finansial pelaku supply chain dan kemampuan dalam mengelola keuangan.

c) Information Flow Risk (Risiko aliran informasi)

Menurut Musa (2012) nilai jumblah aktivitas di dalam supply chain di didasari oleh aliran informasi seperti informasi permintaan, status persediaan, pemenuhan order. Selain itu contoh lain dari aliran ini adalah informasi perubahan desain dan jumblah atau kapasitas produksi. Aliran ini juga merupakan penghubung yang mengikat antara aliran material dan aliran dana. Contohnya saat sebagian pekerjaan diselesaikan atau dikirim, maka penerima atau pengawas akan menginformasikan jumlah barang atau pekerjaan yang sudah diterima yang nantinya akan berpengaruh terhadap jumblah tagihan yang akan dikeluarkan. Oleh karena itu diperlukan kemampuan, ketepan dan efisiensi dalam melakukan pertukaran informasi. Beberapa kemungkinan risiko yang ada dalam aliran ini adalah:

 Information accuracy, kemampuan, ketepatan dan efisiensi dalam mengakses informasi adalah hal yang penting diperhatikan dalam aliran informasi. Oleh karena itu seringnya berbagi informasi dan keterbukaan dalam memberikan informasi yang berhubungan dengan proyek sangat diperlukan agar diperoleh informasi yang tepat.

 Information system security and disruption, yaitu sistem keamanan informasi perusahaan dan back up terhadap data yang penting.

 Intellectual property, risiko dalam hal ini adalah ketidakmampuan perusahaan untuk memberikan informasi yang jelas.

 Information outsourcing, risiko dalam hal ini adalah rendahnya teknologi perusahaan dalam melakukan pertukaran informasi.

Berikut adalah identifikasi risiko supply chain pada proyek konstruksi gedung yang menyebabkan penurunan keuntungan kontraktor berdasarkan ketiga aliran diatas:

Table 1.7 Identifikasi Risiko Aliran Dalam Supply Chain No Variabel Risiko (X) Sumber Vrijhoef , 2001 Sutowijoyo, 2011 Praboyo, 1999 Nugraheni, 2012 Sudarsono 2014 Tambahan

Aliran Informasi (Flow of Informations)

1 Ketidakjelasan atau kesalahan mendapatkan informasi lingkup pekerjaan dari owner

dan designer

2 Kurangnya informasi dalam gambar

3 Kurang lengkapnya informasi spesifikasi material

4 Ketidakjelasan mengenai informasi pekerjaan tambah dari owner

5 Terjadinya kesalahan dalam pertukaran informasi mengenai spesifikasi bahan atau pekerjaan antara kontraktor dengan subkontraktor/supplier

6 Kesalahan informasi harga dari subkontraktor atau supplier dengan yang ada di kontrak

7 Manipulasi informasi oleh subkontraktor atau supplier

8 Minimnya sumber daya alat dan manusia yang dimiliki perusahaan dalam melakukan pertukaran informasi

9 Keinginan owner yang suka berubah sehingga informasi mengenai proyek menjadi tidak pasti

Aliran Material (Flow of Materials) 1 Susahnya mendapatkan approval material,ijin kerja dan gambar kerja dari Owner

2 Lambatnya owner dalam mensuplai material

3 Owner mengirim material yang tidak sesuai dengan rencana awal

4 Owner menuntut kualitas hasil pekerjaan diatas kontrak

No Variabel Risiko (X) Sumber Vrijhoef , 2001 Sutowijoyo, 2011 Praboyo, 1999 Nugraheni, 2012 Sudarsono 2014 Tambahan

6 Adanya penundaan pekerjaan dari owner

7 Hasil pekerjaan subkontraktor yang tidak memenuhi standar

8 Kualitas material dari supplier kontraktor yang tidak memenuhi standar

9 Subkontraktor terlambat dalam menyelesaikan pekerjaan

10 Kualitas dan kuantitas tenaga kerja yang rendah

11 Mobilisasi sumberdaya (bahan, alat, tenaga kerja) yang lambat dari supplier atau subkontraktor

12 Susahnya mendapatkan jenis bahan baku yang diinginkan owner

13 Lokasi proyek yang sulit sehingga susah dalam mensuplai material atau membawa peralatan berat

14 Menurunnya produktivitas tenaga kerja

15 Manajemen tenaga kerja yang buruk oleh subkontraktor

16 Moral dan motivasi tenaga kerja yang buruk

17 Kurangnya pengawasan kontraktor terhadap subkontraktor

18 Kurangnya tenaga yang handal dalam pengawasan atau kontrol

19 Terjadinya kecelakaan kerja

Aliran Dana (Flow of Funds) 1 Owner lambat dalam melakukan pembayaran

2 Owner tidak mau membayar progres pekerjaan

3 Buruknya manajemen keuangan owner hingga kehabisan modal

No Variabel Risiko (X) Sumber Vrijhoef , 2001 Sutowijoyo, 2011 Praboyo, 1999 Nugraheni, 2012 Sudarsono 2014 Tambahan

5 Manajemen keuangan subkontraktor yang buruk sehingga subkontaktor mengalami

kebangkrutan

6 Kesalahan kebijakan dalam sistem pembayaran

Dokumen terkait