• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Sumatera Selatan

PRIORITAS PEMBANGUNAN WILAYAH PESISIR SUMATERA SELATAN

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Sektor-Sektor Unggulan di Provinsi Sumatera Selatan

Struktur ekonomi suatu daerah sangat ditentukan oleh besarnya peranan sektor-sektor perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Struktur yang terbentuk dari nilai tambah yang diciptakan oleh masing-masing sektor yang menggambarkan ketergantungan suatu daerah terhadap kemampuan berproduksi dari masing-masing sektor. Secara umum, sektor-sektor perekonomian tersebut dibagi menjadi 9 (sembilan) sektor, yaitu : (1) Pertanian; (2) Pertambangan dan Penggalian; (3) Industri Pengolahan; (4) Listrik, Gas dan Air Bersih; (5) Bangunan; (6) Perdagangan, Hotel dan Restoran; (7) Pengangkutan dan Telekomunikasi; (8) Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dan (9) Jasa lainnya.

Hasil perhitungan LQ berdasarkan aktivitas sektor perekonomian tahun 2007 masing-masing kabupaten/kota, memperlihatkan bahwa sebagian besar sektor-sektor perekonomian di Provinsi Sumatera Selatan dengan nilai LQ>1, antara lain sektor perdagangan (10 kabupaten), pertanian (9 kabupaten), bangunan (9 kabupaten) dan jasa (9 kabupaten). Secara umum, sektor pertanian; bangunan; perdagangan, hotel dan restoran; keuangan, persewaan dan jasa perusahaan; serta jasa lainnya mampu berkembang secara komparatif di Provinsi Sumatera Selatan sebagai sektor unggulan wilayah (Tabel 9).

Sektor pertanian dengan besaran nilai LQ>1 ternyata tidak diikuti oleh besaran nilai LQ di sektor industri pengolahan, kecuali pada Kabupaten Banyuasin dan Kota Palembang. Pada sektor pertambangan dan penggalian, nilai LQ>1 hanya dimiliki oleh Kabupaten Muara Enim, Musi Rawas, Musi Banyuasin dan Prabumulih. Nilai LQ>1 untuk sektor listrik dan air minum dari seluruh kabupaten/kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan hanya terdapat di Kota Palembang sedangkan Nilai LQ>1 pada sektor bangunan terdapat di beberapa kabupaten/kota, kecuali Kabupaten Ogan Komering Ulu, Muara Enim, Musi Rawas, Musi Banyuasin dan OKU Timur. Pada sektor perdagangan, nilai LQ>1 terdapat hampir di setiap kabupaten/kota, kecuali Kabupaten Muara Enim, Lahat, Musi Rawas dan Musi Banyuasin. Kota Palembang, Pagaralam dan Lubuk Linggau mempunyai nilai LQ>1 di sektor transportasi dan komunikasi sedangkan di sektor keuangan, nilai LQ>1 terdapat di beberapa kabupaten/kota,

seperti Kabupaten Lahat, OKU Selatan, Ogan Ilir dan Kota Palembang, Pagaralam serta Lubuk Linggau. Pada sektor jasa dengan nilai LQ>1 juga hampir terdapat di tiap kabupaten/kota, kecuali Kabupaten Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Muara Enim, Musi Rawas dan Musi Banyuasin.

Tabel 9. Nilai LQ Aktivitas Perekonomian Per Sektor Tiap Kabupaten/kota, di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2007.

SEKTOR KABUPATEN/KOTA

Tani Tbg Ind Ligas Bang Prdg Tran Keu Jasa

OKI 2,42 0,06 0,50 0,11 1,84 1,23 0,28 0,67 0,98 Banyuasin 1,74 0,61 1,15 0,08 1,19 1,16 0,12 0,25 0,51 Palembang 0,04 - 2,26 2,92 1,09 1,50 2,97 1,82 1,55 OKU 1,58 0,88 0,57 0,40 0,93 1,11 0,40 0,99 1,10 Muara Enim 0,96 2,16 0,47 0,80 0,54 0,39 0,32 0,33 0,57 Lahat 1,75 0,86 0,48 0,26 1,12 0,79 0,47 1,15 1,22 Musi Rawas 1,91 1,44 0,47 0,16 0,52 0,31 0,09 0,43 0,79 Musi Banyuasin 0,70 2,44 0,45 0,05 0,53 0,48 0,06 0,32 0,37 OKU Selatan 1,73 0,07 0,59 0,23 1,85 1,73 0,24 1,21 1,47 OKU Timur 2,54 0,11 0,45 0,21 0,99 1,22 0,29 0,97 1,31 Ogan Ilir 1,64 0,22 0,65 0,29 1,92 1,54 0,36 1,11 1,28 Prabumulih 0,47 1,19 0,38 0,46 1,52 1,56 0,73 2,68 1,02 Pagaralam 1,98 0,06 0,07 0,35 1,63 1,57 1,02 1,67 1,80 Lubuk Linggau 0,34 0,05 0,44 0,94 3,10 1,78 1,64 3,58 2,28 Maks 2,54 2,44 2,26 2,92 3,10 1,78 2,97 3,58 2,28 Min 0,04 0,05 0,07 0,05 0,52 0,31 0,06 0,25 0,37 Rataan 1,42 0,83 0,69 0,62 1,39 1,16 0,73 1,30 1,18

Sumber : BPS Sumatera Selatan 2007 (diolah) Ket :

Kab. Empat Lawang masih tergabung dengan Kab. Lahat (Kab. Induk)

Tn Tbg Ind Ligas Bang : : : : : Pertanian

Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan

Listrik dan Gas Bangunan Prdg Tran Keu Jasa : : : :

Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi

Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa.

Kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki sektor-sektor unggulan (nilai LQ>1) lebih dari 1 (satu) sektor dan berpeluang menjadi potensi daerah, secara umum dimiliki oleh tiap kabupaten/kota, kecuali Kabupaten Muara Enim dan Musi Banyuasin yang hanya memiliki 1 (satu) sektor unggulan, yakni sektor pertambangan dan penggalian. Semakin banyak jenis sektor unggulan (LQ>1), mengindikasikan suatu wilayah memiliki keberagaman aktivitas dan relatif mengindikasikan perkembangan wilayahnya tinggi, seperti Kota Palembang yakni 7 (tujuh) dari 9 (sembilan) sektor-sektor perekonomian (77,78%) dan Kota Pagaralam memiliki 6 (enam) dari 9 (sembilan) perekonomian (66,67%) sedangkan sisanya dimiliki oleh kabupaten/kota lainnya.

Lebih lanjut, aktivitas perekonomian yang mendekati nilai LQ=1; diharapkan berpeluang untuk menjadi potensi sektor unggulan pada wilayah masing-masing kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan, sehingga peranan aktivitas sektor potensial tersebut nantinya dapat dikembangkan dan mampu meningkatkan keberagaman perekonomian yang relatif mengindikasikan majunya tingkat perkembangan suatu wilayah.

Secara rinci, dapat dijelaskan mengenai indikasi sektor unggulan atau beberapa sektor perekonomian yang berpotensi berpeluang sebagai sektor unggulan di tiap kabupaten/kota, yakni :

1. Sektor Pertanian; dapat dikembangkan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Muara Enim, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU), Lahat, Musi Rawas, OKU Selatan, OKU Timur, Ogan Ilir dan Kota Pagaralam.

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian; dapat dikembangkan di Kabupaten Muara Enim, Musi Rawas, Musi Banyuasin, Ogan Komering Ulu, Lahat dan Kota Prabumulih.

3. Sektor Industri Pengolahan; dapat dikembangkan di Kabupaten Banyuasin, Ogan Ilir dan Kota Palembang.

4. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih; dapat dikembangkan di Kabupaten Muara Enim dan Kota Palembang , Lubuk Linggau.

5. Sektor Bangunan; dapat dikembangkan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU), Lahat, OKU Selatan, OKU Timur, Ogan Ilir dan Kota Prabumulih, Pagaralam serta Lubuk Linggau. 6. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran; dapat dikembangkan di

Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Banyuasin, Ogan Komering Ulu (OKU), Lahat, OKU Selatan, OKU Timur, Ogan Ilir dan Kota Palembang, Prabumulih, Pagaralam serta Lubuk Linggau.

7. Sektor Transportasi dan Telekomunikasi; dapat dikembangkan di Kota Palembang, Pagaralam, Prabumulih dan Lubuk Linggau.

8. Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan; dapat dikembangkan di Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Lahat, OKU Selatan, OKU Timur, Ogan Ilir dan Kota Palembang, Prabumulih, Pagaralam serta Lubuk Linggau.

9. Sektor Jasa Lainnya; dapat dikembangkan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Komering Ulu (OKU), Lahat, Musi Rawas, OKU Selatan, OKU Timur, Ogan Ilir, dan Kota Palembang, Prabumulih, Pagaralam serta Lubuk Linggau.

Berdasarkan hasil analisis LQ masing-masing kabupaten/kota tersebut, dapat disimpulkan bahwa sektor pertanian, sektor bangunan yang merupakan

sektor sekunder serta sektor tersier lainnya (keuangan dan jasa) dapat diandalkan sebagai sektor perekonomian unggulan yang mampu bersaing secara komparatif di Provinsi Sumatera Selatan. Selain itu, laju pertumbuhan sektor-sektor tersebut selama kurun waktu 2003-2007, cenderung terus mengalami peningkatan dan berbanding terbalik dengan sektor pertambangan dan penggalian yang cenderung menurun (Tabel 7). Oleh karena itu, semenjak diberlakukannya otonomi daerah, pemerintah daerah perlu menetapkan prioritas pembangunan sektor perekonomian yang berdasarkan sektor-sektor unggulan di tiap kabupaten/kota akibat terbatasnya anggaran pembangunan. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Suripto (2003) mengenai perlunya penetapan prioritas pengembangan di suatu wilayah, yakni sektor unggulan.

Sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan dan menjadi aktivitas perekonomian primer di Provinsi Sumatera Selatan, tidak diimbangi oleh aktivitas sektor perekonomian lainnya, terutama industri pengolahan. Hal ini relatif mengindikasikan bahwa sebagian besar hasil-hasil pertanian di suatu wilayah cenderung langsung dijual ke wilayah lain tanpa diolah terlebih dahulu sehingga tidak menghasilkan nilai tambah. Hal ini diakibatkan sektor pertanian cenderung menjadi aktivitas perekonomian yang kurang memiliki nilai tambah terhadap pendapatan wilayah sehingga kurang mendapat perhatian oleh pemerintah daerah yang lebih mengutamakan sektor yang dianggap lebih mampu meningkatkan pendapatan per kapita, terutama migas. Selain itu, semakin banyak jumlah aktivitas sektor perekonomian yang berkembang, relatif mengindikasikan meningkatnya aktivitas perekonomian yang potensial sehingga dapat dikembangkan menjadi sektor unggulan di tiap kabupaten/kota.

Oleh karena itu, sektor pertanian hendaknya dapat dijadikan salah satu aspek daya saing suatu daerah yang diharapkan mampu meningkatkan tingkat kesejahteraan masyarakatnya. Hal tersebut tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, pasal 45 ayat (1).