• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sumberdaya Masyarakat Lokal

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 44-51)

Sumberdaya masyarakat lokal. Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan kawasan selain faktor lainnya seperti sumberdaya alam. Tinggi rendahnya kualitas SDM suatu wilayah ditunjukan oleh tinggi rendahnya intelektual dan pendapatan. Berikut adalah deskripsi singkat kondisi sosial Masyarakat Nuhuroa. Perkembangan penduduk Nuhuroa tahun 2004-2006 tersaji pada Gambar 29.

Kelima kecamatan di Nuhuroa, Kecamatan PP Kei Kecil memiliki jumlah penduduk terbanyak 37.330 jiwa atau 40.6% dari total Penduduk Nuhuroa yaitu 91.876 jiwa pada tahun 2006. Ini dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya aspek demografi dan geografi dimana kecamatan ini termasuk wilayah pengembangan Kota Tual seperti Langgur dan Kolser, merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar di Nuhuroa dan meliputi desa-desa pinggiran kota yang dominan memiliki penduduk yang padat. Selain itu kecamatan ini juga merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan daerah yang meliputi Desa Langgur dan Ohoijang. Kepadatan penduduk berikutnya adalah Kecamatan Dullah selatan sebesar 25.566 (27.8%), kecamatan ini terdiri dari Kota Tual (desa/kelurahan Lodar el, Tual, Masrum, Ketsoblak) dan Desa Taar, yang juga merupakan salah satu pusat perekonomian dan pemerintah daerah. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk sedikit adalah Kei Kecil Barat yaitu sebanyak 5.823 jiwa (6.3%).

Pendidikan merupakan salah satu aspek pengembangan sumberdaya manusia secara kualitas dan kuantitas, terutama untuk memberdayakan dan mencerdaskan masyarakat dalam usaha keberlangsungan hidup masyarakat. Penduduk putus sekolah merupakan salah satu masalah dalam pembangunan apabila tidak diimbangi dengan pelatihan atau ketrampilan khusus untuk memberikan mereka wawasan. Gambar 30 menyajikan jumlah penduduk tidak tamat sekolah di Nuhuroa.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembangunan suatu wilayah selain dipengaruhi oleh sumberdaya alam juga dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya manusia daerah itu. Untuk pengembangan ekowisata di Nuhuroa maka perlu diidentifikasi SDM dan akseptibilitas masyarakat setempat terhadap ekowisata yang akan dikembangkan. Secara deskriptif identifikasi sumberdaya manusia pada lokasi wisata dan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan ekowisata dilakukan di tujuh desa yaitu Ngilngof, Ohoililir, Ohoidertawun, Evu, Sathean, Rumadian dan Labetawi. Parameter yang dianalisis yaitu jumlah penduduk, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan yang terdiri atas 16 parameter (Tabel 27).

39 42 69 100 97 372 19 61 20 66 102 58 33 17 0 0 53 12 14 8 13 118 91 93 32 32 30 31 120 28 0 50 100 150 200 250 300 350 400 SD SMP SMU SD SMP SMU 2006 2007 Ju m la h

PP Kei kecil Kei kecil timur Kei kecil barat Dullah utara Dullah selatan

Gambar 30 Distribusi penduduk putus sekolah berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 27 Deskripsi identifikasi sumberdaya masyarakat

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Jumlah Penduduk 7 342 1598 1009.29 459.530 SD 7 59 431 234.43 115.357 SMP 7 21 251 112.43 71.307 SMU 7 19 383 105.71 125.201 PT 7 2 64 16.14 23.104 Tidak sekolah 7 12 310 65.43 108.383 PNS 7 8 72 31.57 25.890 Nelayan 7 5 344 185.71 123.513 Petani 7 50 687 374.00 243.080 Wiraswata 7 4 76 26.00 26.045 Lainnya 7 9 217 56.29 75.833 < Rp300.000 7 4 353 177.14 144.392 Rp300.000-600.000 7 100 424 243.86 119.639 Rp600.000-900.000 7 4 233 77.71 87.948 Rp900.000-1.200.000 7 4 86 30.00 26.262 > Rp1.200.000 7 3 78 21.71 25.382 Valid N (listwise) 7

Dari hasil analisis komponen utama terhadap 16 parameter, diperoleh 4 komponen utama yang menjelaskan 16 parameter, dicirikan dengan nilai akar ciri yang mempunyai nilai >1 yaitu 7.768 untuk komponen pertama, komponen kedua 3.593, 2.200 untuk komponen ketiga dan 1.943 untuk komponen keempat serta prosentase keragaman yang dijelaskan 4 komponen sebesar 96.904% (Tabel 28). Tabel 28 Komponen utama dan prosentase keragaman

Component Initial Eigenvalues(a) Extraction Sums of Squared Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Raw 1 7.768 48.553 48.553 7.768 48.553 48.553 2 3.593 22.455 71.008 3.593 22.455 71.008 3 2.200 13.750 84.758 2.200 13.750 84.758 4 1.943 12.146 96.904 1.943 12.146 96.904 5 .404 2.528 99.432 .404 2.528 99.432 6 .091 .568 100.000 .091 .568 100.000

7 8.124E-16 5.077E-15 100.000 8.124E-16 5.077E-15 100.000

Analisis komponen utama diperlukan untuk menyusutkan dimensi sekumpulan parameter yang tidak tertata untuk keperluan analisis dan interpretasi, sehingga parameter yang jumlahnya cukup banyak akan diganti dengan parameter atau fungsi parameter yang jumlahnya lebih sedikit tanpa diiringi hilangnya obyektifitas analisis (Andi & Wahana komputer, 2004). Komponen pertama menjelaskan 11 paramater yaitu paramater jenis pekerjaan untuk wiraswata, PNS, tingkat pendapatan Rp600.000-Rp900.000, jenis pekerjaan lainnya, tingkat pendidikan untuk perguruan tinggi, tingkat pendapatan Rp900.000-Rp1.200.000, tingkat pendidikan SD, jumlah penduduk, tingkat pendapatan >Rp1.200.000, tingkat pendapatan Rp300.000-Rp600.000 dan tingkat pendidikan SMP. Parameter yang dijelaskan komponen kedua terdiri dari tingkat pendidikan SMU dan tingkat pendapatan <Rp300.000. Komponen ketiga menjelaskan parameter jenis pekerjaan nelayan dan penduduk yang tidak bersekolah, serta komponen keempat menjelaskan parameter jenis pekerjaan petani (Lampiran 3).

Hasil analisis cluster diperoleh karakteristik masyarakat berdasarkan unit desa yang terbagi menjadi 3 kelompok (Tabel 29). Karakteristik masyarakat tersebut adalah kelompok satu yaitu Desa Ngilngof, memiliki karakteristik berupa tingkat pendidikan tinggi untuk semua jenis tingkat pendidikan yaitu SD, SMP, SMU dan PT, jumlah petani terbanyak dan pendapatan tertinggi untuk kategori pendapatan Rp300.000-Rp600.000 dan Rp600.000-Rp900.000.

Tabel 29 Cluster membership

Case 3 Clusters 1. Ngilngof 1 2. Ohoililir 2 3. Ohoidertawun 2 4. Evu 2 5. Sathean 3 6. Rumadian 2 7. Labetawi 2

Desa Sathean tergolong kelompok tiga dengan karakteristik yaitu memiliki penduduk terbanyak, jenis pekerjaan terbanyak untuk kategori PNS, nelayan, wiraswata dan lainnya dan pendapatan tertinggi untuk kategori <Rp300.000, Rp900.000-Rp1.200.000 dan pendapatan >Rp900.000-Rp1.200.000. Sedangkan kelompok dua merupakan desa-desa yang karakteristiknya terletak antara kelompok 1 dan 3. Desa-desa yang tergolong kelompok dua adalah Ohoililir, Ohoidertawun, Evu, Rumadian dan Labetawi yang dicirikan dengan jumlah penduduk putus sekolah terbanyak. Hasil ini menunjukkan bahwa ekowisata dapat menjadi jaminan bagi masyarakat lokal dalam kaitannya dengan peluang kerja maupun peluang usaha untuk peningkatan kesejahteraan.

Kesadaran dan partisipasi masyarakat. Hasil penilaian sumberdaya masyarakat pada lokasi penelitian bila dihubungkan dengan kondisi sumberdaya alam, belum terlihat adanya hubungan yang signifikan. Seperti Desa Ohoililir, Evu dan Rumadian sebagai cluster dua yang dicirikan dengan jumlah penduduk putus sekolah terbanyak, memiliki kondisi sumberdaya alam yang masih baik.

Gambar 31 Peta identifikasi sumberdaya masyarakat lokal

Kesadaran dan pemahaman tentang fungsi dan manfaat pentingnya sumberdaya pesisir sangat perlu diberikan sejak dini terhadap masyarakat. Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik, masyarakat akan memiliki kesadaran dalam melindungi dan memanfaatkan secara optimal potensi dan sumberdaya yang dimilikinya.

Partisipasi masyarakat juga merupakan modal utama keberhasilan pengembangan ekowisata. Hasil penilaian menunjukkan bahwa 100% masyarakat pada setiap lokasi mendukung pengembangan ekowisata, sedangkan ketersediaan berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata terlihat bahwa enam desa

100 100 100 100 100 100 0 0 0 0 0 0 75 25 0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Ngilngof Ohoililir Ohoidertawun Evu Sathean Rumadian Labetawi

P

ersen

ta

se

Bersedia Tidak bersedia

yaitu Desa Ngilngof, Ohoililir, Ohoidertawun, Sathean, Rumadian dan Evu, 100% masyarakat bersedia ikut dalam kegiatan ekowisata, kecuali Desa Labetawi dimana 75% masyarakat bersedia dan 25% tidak bersedia dalam kegiatan ekowisata.

Gambar 32 Partisipasi masyarakat dalam pengembangan ekowisata

Dengan adanya partisipasi maka secara langsung maupun tidak langsung masyarakat akan berperan serta, berkontribusi dan bertanggungjawab dalam pengembangan ekowisata. Selain itu masyarakat dapat mengakses simpul-simpul ekonomi wisata. Sehingga dengan keterlibatan masyarakat ini akan menumbuhkan rasa memiliki (sense of belonging) masyarakat yang merupakan modal awal berkembangnya budaya masyarakat yang sadar wisata (hospitality) yakni budaya melayani dalam masyarakat.

Dalam dokumen V. HASIL DAN PEMBAHASAN (Halaman 44-51)

Dokumen terkait