• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
57
0
0

Teks penuh

(1)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Identifikasi Potensi Pengunjung

Potensi Pengunjung. Sebagai kawasan ekowisata, Nuhuroa memiliki karakteristik obyek wisata yang spesifik, dimana peminatnya juga terbatas pada wisatawan yang mempunyai ketertarikan tersendiri terhadap obyek wisata berupa panorama alam yang ditawarkan di kawasan Nuhuroa. Sejauh ini, Nuhuroa telah diminati oleh wisatawan, baik yang berasal dari mancanegara maupun nusantara, walaupun jumlahnya masih relatif sedikit. Kurangnya permintaan wisatawan ke kawasan ini dapat disebabkan berbagai faktor misalnya selera atau juga masalah manajemen seperti kurangnya promosi dalam menawarkan obyek wisata yang ada di kawasan ini. Pengamatan lapangan menunjukan bahwa baik pemerintah daerah dalam hal ini dinas pariwisata maupun pihak swasta belum optimal dalam mengembangkan potensi pariwisata di daerah ini.

Berdasarkan informasi dari masyarakat dan pengelola penginapan yang ada di lokasi penelitian, biasanya jumlah wisatawan cukup banyak terjadi pada bulan Juli sampai September. Hal ini dapat disebabkan pada bulan tersebut merupakan masa libur musim panas bagi wisatawan yang berasal dari negara-negara Eropa, dan juga libur musim dingin bagi wisatawan yang berasal dari Australia dan New Zealand. Identifikasi wisman menunjukan bahwa 80% wisman yang mengunjungi Nuhuroa berasal dari Belanda dan sisanya 20% berasal dari USA. Ini disebabkan karena umumnya promosi atau informasi hanya ke negara-negara tersebut. Pada bulan-bulan lainnya, permintaan rata-rata per-hari hanya sekitar satu sampai dua orang saja bahkan tidak ada. Kondisi ini dapat terlihat pada data jumlah wisatawan mancanegara ke Maluku pada Tahun 2005-2006 dan Nuhuroa pada Tahun 2006 (Lampiran 1), yang mengalami puncaknya pada bulan Juli sampai September.

Profil Wisatawan. Persentase tingkat pendidikan wisatawan domestik terbesar 41% yaitu SMU, sedangkan wisatawan mancanegara tingkat pendidikan terbesar 60% adalah sarjana muda (bachelor). Sebagian besar wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Nuhuroa (60%) mempunyai pekerjaan lain-lain, sebagian besar

(2)

wisatawan domestik (41%) adalah pegawai negeri (PNS). Kondisi ini dapat menjadi gambaran bahwa masyarakat yang bermatapencaharian sebagai pegawai negeri, secara keuangan memiliki kesempatan yang lebih besar untuk berwisata di daerah tersebut, disamping kebutuhan untuk bersantai dari rutinitas pekerjaan yang dijalani. Jumlah pelajar dan mahasiswa juga cukup besar yaitu 24% dari wisatawan domestik. Hal ini disebabkan beberapa alasan, antara lain penelitian dilakukan pada saat masa liburan, meningkatnya wisata rombongan, jarak yang dekat dan biaya yang murah.

Berdasarkan survei yang dilakukan didapatkan bahwa sebagian besar wisatawan yang berwisata ke pesisir Nuhuroa berada pada kelompok umur dewasa (40-49 tahun), yaitu sebesar 29% wisatawan domestik dan 60% untuk wisatawan mancanegara. Dilihat dari jenis kelamin, wisatawan laki-laki mancanegara jumlahnya lebih banyak dari wanita yaitu 80:20, sedangkan wisatawan domestik wanita lebih banyak dibandingkan wisatawan laki-laki, walaupun dengan perbedaan yang tidak terlalu mencolok 52:47. Hal ini dapat menggambarkan berbagai hal, diantaranya kecenderungan sifat wanita yang kurang menyukai tantangan untuk berwisata ke tempat-tempat yang kondisinya alami, atau mungkin juga kecenderungan sifat wanita yang lebih berhemat untuk melakukan kegiatan lainnya dibandingkan untuk berwisata.

Pengalaman dan Motivasi Wisatawan. Kedatangan wisatawan ke Kawasan Pesisir Nuhuroa merupakan tujuan utama bagi wisatawan domestik daripada persinggahan (71:29), sedangkan bagi wisatawan mancanegara umumnya tujuan kedatangan ke Nuhuroa sebagai tempat persinggahan dibandingkan tujuan utama (60:40). Ini disebabkan umumnya wisatawan mancanegara ke Nuhuroa untuk mengunjungi keluarga pada saat musim libur, misalnya wisatawan Belanda. Sebanyak 40% kedatangan wisatawan mancanegara ke Nuhuroa sebagai tujuan utama untuk berlibur. Hasil wawancara terhadap wisatawan mancanegara dan pengelola penginapan, diperoleh informasi bahwa tujuan utama kedatangan wisman ke Nuhuroa adalah untuk berlibur dan menikmati panorama pantai yang masih alami. Ini menunjukan bahwa motivasi wisman tergolong pasar wisata berhari libur (Wahab dkk, 1997), yaitu motivasi seperti ingin menghindarkan diri dari suatu iklim, tekanan

(3)

pekerjaan, hal-hal rutin dan ingin mengubah situasi hidup, melihat pemandangan alam serta mungkin ingin berganti sementara pergaulan dengan orang-orang sekitarnya. Menurut wisman, Nuhuroa merupakan salah satu destinasi yang diminati pada waktu musim panas (Juni-Agustus), kedatangan mereka umumnya berulangkali. Dapat dikelompokan bahwa kelompok wisatawan ini tergolong vacationist (pelaku hiburan), meliputi semua orang yang kurang lebih suka bepergian ke negara atau kawasan yang sama setiap tahun, kelompok ini umumnya terdiri dari orang-orang yang sudah berkeluarga.

Bagi wisman yang baru pertamakali ke Nuhuroa dan merupakan tujuan utama, umumnya memperoleh informasi dari teman-teman yang sudah pernah ke Nuhuroa. Adanya kenyataan ini berarti kawasan pesisir Nuhuroa merupakan kawasan wisata yang mulai diminati oleh wisatawan mancanegara, sehingga untuk ke depan perlu adanya peningkatan dalam promosi agar dapat menjadi tujuan utama dari kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Nuhuroa. Berdasarkan sumber informasi wisata ke Kawasan Pesisir Nuhuroa, ternyata teman dan keluarga merupakan sumber yang paling dominan, baik untuk wisman (80%) maupun wisatawan domestik 94%. Hal ini membuktikan bahwa word of mouth masih sangat berperan dalam pariwisata (Pitana dan Gayatri, 2005). Untuk wisman 20% informasi wisata Nuhuroa diketahui dari internet. Tidak ada wisatawan domestik yang mendapatkan informasi tentang daerah wisata di kawasan ini dari biro perjalanan, organisasi dan internet, karena wisatawan domestik yang menjadi responden merupakan masyarakat yang berdomosili di Kabupaten Maluku Tenggara dan sekitarnya. Hanya 6% wisatawan domestik yang mengetahui informasi Wisata Nuhuroa dari media cetak.

Motivasi kunjungan wisatawan yang berkunjung ke daerah ini bagi wisatawan mancanegara terutama adalah lingkungan yang sepi dan alami (60%) serta potensi alamnya (40%). Sedangkan untuk wisatawan domestik motivasi kunjungan terutama karena potensi alamnya (47%) serta lingkungan yang sepi dan alami (41%). Faktor yang paling menarik dari kawasan wisata di pesisir Nuhuroa menurut wisatawan adalah karena alam dan terumbu karangnya, wisman (40%) dan wisatawan domestik (59%). Menurut wisman (100%) view di pesisir Nuhuroa sangat indah, sedangkan 52

(4)

18 0 0 0 0 0 0 0 41 41 60 40 0 10 20 30 40 50 60 Berp erah u Vie w Divi ng Snork elin g Surfin g Bere nang P ers en ta se Wisatawan Domestik Wisatawan Mancanegara

wisatawan domestik 47%. Dilihat dari segi aksesibilitas, 60% wisman mengatakan aksesibilitas di Nuhuroa cukup dan 20% sangat sulit. Bagi wisatawan domestik 47% mudah dan 6% mengemukakan aksesibilitas di Nuhuroa sangat sulit. Hal ini disebabkan minimnya angkutan umum ke lokasi, walaupun terdapat angkutan umum ke lokasi namun umumnya pada hari libur sulit diperoleh sehingga untuk mencapai lokasi wisatawan biasanya menyewa mobil pulang pergi sebesar Rp 100.000. Untuk faktor lain seperti keamanan dan kenyamanan, 60% wisman berpendapat baik sedangkan 35% wisatawan domestik mengatakan cukup. Sementara fasilitas wisata dirasa belum memadai bagi wisatawan, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya dengan perbandingan wisman dan wisatawan domestik (40:52). Fasilitas wisata, obyek dan atraksi merupakan unsur-unsur utama komponen produk wisata. Fasilitas wisata sangat diperlukan untuk menjadikan obyek dan atraksi wisata berdaya guna bagi wisatawan, sedangkan aksesibilitas mencakup kemudahan-kemudahan untuk mencapai destinasi.

Jenis Aktifitas Wisatawan. Aktifitas wisatawan yang terbanyak adalah berenang. Jumlah wisatawan yang melakukan aktifitas berenang lebih banyak berasal dari mancanegara (60%) dibandingkan wisatawan domestik (41%).

(5)

Aktifitas lain yang dilakukan adalah menikmati pemandangan alam dengan perbandingan wisman dan wisatawan domestik (40:41). Aktifitas yang paling sedikit dilakukan wisatawan adalah berperahu, dimana hanya dilakukan oleh wisatawan domestik. Sedikitnya wisatawan yang berperahu disebabkan karena belum adanya fasilitas perahu yang disewakan dan umumnya wisatawan yang berperahu sudah mengenal pemilik perahu. Sebab itu perlunya fasilitas perahu karena adanya keinginan wisatawan khususnya wisman yang ingin berperahu ke pulau-pulau kecil untuk berkeliling menikmati pemandangan di sekitar perairan.

Aktifitas lainnya seperti diving dan snorkeling belum ada. Hal ini disebabkan belum tersedianya fasilitas untuk melakukan aktifitas tersebut seperti peralatan selam dan snorkeling. Faktor lain yang juga berpengaruh adalah dibutuhkan ketrampilan khusus untuk melakukan kedua aktifitas wisata tersebut. Padahal dari hasil survei didapatkan bahwa lokasi diving hampir terdapat di setiap lokasi wisata sedangkan snorkeling hanya pada lokasi tertentu. Ini menunjukan bahwa unsur supply ekowisata bahari berupa daya tarik dan potensi sumberdaya alam Nuhuroa tersedia, sehingga diperlukan sumberdaya manusia yang handal untuk mengembangkan aktifitas wisata berbasis SDA pesisir dengan memperhatikan aspek ekologi sehingga keberlanjutan sumberdaya dan ekowisata terjamin.

Pendapat Wisatawan tentang Ekowisata di Nuhuroa. Sebanyak 100% wisatawan domestik menyatakan setuju dengan pengelolaan wisata berkonsep ekowisata di daerah ini. Untuk wisman 60% menyatakan setuju dengan pengelolaan wisata berkonsep ekowisata, 20% tidak setuju dan 20% lagi tidak menyatakan pendapat karena tidak melihat adanya konsep ekowisata dalam pengelolaan wisata di kawasan ini, dalam arti mereka menyetujui ekowisata bila pengelolaan wisata di kawasan ini sudah menerapkan konsep ekowisata. Berdasarkan motivasi dan aktifitas wisatawan, menunjukkan adanya perbedaan motivasi dan aktifitas antara wisman dan wisnus. Motivasi wisman ke Nuhuroa disebabkan karena potensi sumberdaya alam dan lingkungan yang dimiliki serta aktifitas yang banyak dilakukan berupa aktifitas wisata bahari seperti berenang, selam dan berperahu yang lebih berorientasi laut. Sedangkan motivasi dan aktifitas wisnus yaitu untuk menikmati pemandangan alam.

(6)

Hal ini menunjukan bahwa dalam pengembangan ekowisata, perlu disediakan ruang, aktifitas dan fasilitas yang mengakomodasi motivasi pengunjung baik wisman dan wisnus. Wisman lebih menyukai potensi pesisir dengan aktifitas bahari. Sebab itu perlu disediakan fasilitas-fasilitas seperti peralatan selam dan snorkeling, perahu, serta fasilitas penginapan berupa resort dengan ciri khas Kei. Sedangkan wisnus lebih berorientasi pada aktifitas rekreasi yang dilakukan di pantai.

5.2 Preferensi Stakeholder

Persepsi stakeholder. Keberhasilan pembangunan di suatu kawasan sangat dipengaruhi oleh bentuk respon yang timbul dari para stakeholder, sehingga dapat diketahui apa dan bagaimana suatu kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan, siapa yang menjadi pelakunya, serta pada situasi dan kondisi yang bagaimana hal tersebut dapat dilakukan. Demikian halnya dengan pengembangan ekowisata pesisir Nuhuroa, akan berhasil dengan baik apabila mendapatkan dukungan respon yang positif dari para stakeholder. Para stakeholder yang terdiri dari masyarakat, pengusaha, pemerintah, lembaga non pemerintah dan pihak akademisi merupakan pihak-pihak yang berperan dalam mendukung pengembangan Ekowisata Pesisir Nuhuroa.

Berdasarkan matriks analisa stakeholder (Tabel 14), masyarakat dan pengusaha (akomodasi) setempat merupakan stakeholder utama yang memiliki kepentingan secara langsung, yakni sebagai pelaku dan pemanfaat dari kegiatan ekowisata di Kawasan Pesisir Nuhuroa ini. Pemerintah daerah setempat, Bappeda Maluku Tenggara dan Dinas Pariwisata Kabupaten Maluku Tenggara merupakan stakeholder kunci yang memiliki kewenangan langsung dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan ekowisata di kawasan ini. Sedangkan Dinas Pariwisata Propinsi dan instansi pemerintah lainnya serta LSM dan Akademisi merupakan stakeholder sekunder, karena tidak memiliki kepedulian terhadap kegiatan ekowisata di kawasan ini.

Pemerintah daerah setempat, yaitu instansi pemerintah mulai dari tingkat desa sampai kecamatan berperan sebagai pengorganisir kegiatan yang berkaitan dengan ekowisata di kawasan ini. Bappeda Maluku Tenggara dan Dinas Pariwisata

(7)

Kabupaten Maluku Tenggara, selain berperan sebagai pengorganisir juga sebagai pengambil keputusan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan ekowisata di kawasan ini. Instansi pemerintah yang lain serta LSM dan pihak akademisi juga hanya berperan sebagai pendukung kegiatan ekowisata di kawasan ini. Hasil identifikasi masing-masing stakeholder dideskripsikan berikut.

Masyarakat. Secara umum, masyarakat setempat merupakan penduduk asli Kei, dengan lama tinggal (60%) > 30 tahun. Rata-rata tingkat pendapatan per bulan bagi yang bukan PNS adalah sekitar Rp 300.00,00-Rp 600.000,00. Adapun matapencaharian responden dari unsur masyarakat ini tertera pada Lampiran 2. Salah satu faktor yang cukup penting untuk dipertimbangkan dalam pengembangan ekowisata di kawasan pesisir Nuhuroa adalah bagaimana sikap masyarakat setempat terhadap rencana tersebut. Secara umum masyarakat mempunyai sikap yang mendukung terhadap pengembangan ekowisata di kawasan tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat di Kawasan Pesisir Nuhuroa, sebesar 100% menyatakan bahwa mereka setuju dengan adanya ekowisata di Kawasan Pesisir Nuhuroa. Dilihat dari pengetahuan masyarakat tentang istilah ekowisata hanya sekitar 35% yang mengetahui istilah ekowisata, yaitu mereka yang bermatapencaharian PNS yakni sebagai guru, pegawai kantor dan pensiunan. Sedangkan 65% lainnya, pernah mendengar dan sebagian lain memang tidak tahu tentang istilah ekowisata.

Masyarakat yang terlibat dalam aktifitas wisata masih terbatas pada mereka yang tinggal di sekitar lokasi wisata. Keterlibatan mereka hanya sebatas berjualan makanan, menyewakan tempat duduk dan menyewakan bantal renang. Sedangkan keterlibatan untuk berpartisipasi aktif dalam hal perencanaan atau menentukan program-program yang dapat mendukung pembangunan wisata berbasis ekowisata masih sangat terbatas. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat di wilayah ini untuk berpartisipasi dapat disebabkan karena kurang aktifnya aparat setempat untuk melibatkan masyarakat dalam program-program yang berkaitan dengan wisata di daerah ini.

Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian, tidak dijumpai adanya kegiatan perdagangan yang berkaitan khusus dengan kegiatan wisata, dalam arti belum

(8)

tersedianya pusat-pusat kerajinan tangan atau art shop. Pusat kerajinan tangan berupa toko souvenir hanya terdapat di Tual, yang menjual aneka kerajinan dari kulit kerang, tenunan, aneka kerajinan dari bambu dan mutiara. Hasil pengamatan hanya dijumpai satu kegiatan yang berkaitan dengan wisata yaitu seniman lukis sekaligus pengelola penginapan yang terdapat di Pantai Ngurbloat. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan seniman tersebut, usaha lukisannya tidak berkembang karena kurangnya pemodalan dan terbatasnya akses pemasaran.

Berkaitan dengan permasalahan tersebut, tentu perlu adanya keterlibatan dari instansi terkait, misalnya Dinas Pariwisata serta Dinas Industri Kecil dan Menengah untuk melakukan pembinaan, baik dalam hal dukungan fasilitasi permodalan maupun akses pemasarannya. Sehingga diharapkan pengembangan kawasan ekowisata di daerah ini juga dapat menciptakan diversifikasi lapangan kerja bagi masyarakatnya, yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Guna meningkatkan partisipasi dan kepedulian masyarakat terhadap keberlanjutan ekosistem sumberdaya laut yang merupakan asset bagi pengembangan ekowisata di Nuhuroa, maka perlu adanya sosialisasi oleh instansi terkait seperti Dinas Pariwisata, Dinas Kelautan dan Perikanan dan TNI AL di tingkat Kabupaten kepada aparat setempat melalui pertemuan-pertemuan koordinasi yang melibatkan kelompok masyarakat dan pihak swasta yang mengelola usaha wisata di lokasi ini. Masyarakat juga perlu dilibatkan untuk secara aktif dalam kegiatan-kegiatan pemeliharaan dan perlindungan sumberdaya alam. Peningkatan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya ekosistem sumberdaya laut tersebut harus diikuti dengan upaya peningkatan ketrampilan masyarakat agar dapat memiliki alternatif pekerjaan terutama yang berkaitan dengan kegiatan wisata. Selain itu peningkatan kesadaran masyarakat dalam menjaga kelestarian ekosistem laut juga sangat penting dilakukan, misalnya penangkapan ikan dan biota laut lainnya menggunakan cara-cara yang ramah lingkungan.

Keberlanjutan kawasan ekowisata di Nuhuroa, berkaitan dengan upaya pengelolaan berbasis perlindungan terhadap ekosistem pesisir dan laut secara menyeluruh, yang hanya dapat dilakukan apabila diiringi oleh upaya peningkatan

(9)

pengembangan sosial ekonomi masyarakatnya. Karena tanpa hal tersebut upaya pengelolaan yang dilakukan akan sia-sia, dimana masyarakat sekitar maupun di luar wilayah yang memiliki kondisi sosial ekonomi yang buruk akan sangat berpotensi merusak lingkungan pesisir dan laut. Apabila lingkungan pesisir dan laut di Kawasan Pesisir Nuhuroa ini hilang tentu akan berakhir pula daya tarik kawasan ini sebagai daerah ekowisata.

Pengusaha. Identifikasi peranan stakeholder pada para pemilik usaha yang berada di lokasi penelitian, didapatkan hasil bahwa berdasarkan bidang usaha yang dilakukan, terdapat dua jenis pengusaha yang terdapat di Kawasan Pesisir Nuhuroa, yaitu yang berkaitan secara langsung terhadap kegiatan wisata dan yang tidak berkaitan secara langsung. Yang berkaitan secara langsung terhadap kegiatan wisata adalah para pengusaha yang bergerak di bidang sarana akomodasi wisatawan seperti penginapan. Sedangkan pengusaha yang tidak berkaitan secara langsung terhadap kegiatan wisata adalah pengusaha yang mempunyai usaha di lokasi penelitian namun tidak berhubungan secara langsung untuk melayani kebutuhan wisatawan, misalnya pengusaha budidaya mutiara.

Usaha budidaya ini dalam skala menengah, namun untuk pengolahannya menjadi aneka aksesoris tidak dilakukan di kawasan ini. Keberadaan para pengusaha ini tentu sangat membantu masyarakat setempat karena mendapatkan peluang pekerjaan. Namun untuk saat ini peluang tersebut masih sangat terbatas karena para pengusaha yang bergerak di bidang jasa pelayanan wisatawan, yakni para pemilik sarana akomodasi masih merupakan skala kecil sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan juga relatif sedikit. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, para pegawai umumnya berasal dari masyarakat setempat dan merupakan anggota keluarga dari pemilik usaha.

LSM. Identifikasi lembaga swadaya masyarakat diperoleh bahwa terdapat salah satu LSM yaitu LSM siran yang bergerak dibidang lingkungan hidup dan sosial. Kegiatan yang dilakukan LSM ini diantaranya perlindungan penyu belimbing di Perairan Kei sejak tahun 2003. Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) merupakan satu-satunya jenis penyu yang berasal dari famili Dermochelidae.

(10)

Tabel 14 Matriks analisis stakeholder pengembangan ekowisata pesisir di Kabupaten Maluku Tenggara.

Pengaruh stakeholder terhadap keberhasilan ekowisata

Kelompok stakeholder Peran dalam ekowisata

Pengaruh ekowisata terhadap kepentingan

stakeholder Tahap penyiapan Tahap pelaksanaan

Bappeda Pengorganisir dan

pembuat keputusan 5 5 5

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Malra

Pengorganisir, pelaksana

dan pembuat keputusan 5 5 5

Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Malra

Pendukung 2 2 2

DPRD Kab. Malra Pembuat keputusan 5 5 5

Dinas Pariwisata dan

Kebudayaan Propinsi Maluku

Pendukung dan

pengontrol 3 3 3

Dinas Kelautan dan Perikanan Prop. Maluku

Pendukung 2 2 2

Masyarakat setempat Pelaksana dan pemanfaat 4 4 4

Pengusaha setempat Pelaksana dan pemanfaat 4 4 4

Pemerintah tingkat Desa/Kecamatan

Pengorganisir 5 5 5

Akademisi Pendukung 2 2 2

LSM Pendukung 2 2 2 Keterangan : 1 = sedikit/tidak penting

2 = agak penting 3 = sedang

4 = sangat penting 5 = pemain kunci

(11)

0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5

0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9 1 0 .1 .2 .3 .4 .5

55.7% Kelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan 24.2% Peningkatan Ekonomi

20.1% Penurunan Konflik

44.5% Ekowisata 37.8% Budidaya 17.7% Penangkapan

Hasil penelitian tentang keberadaan tabob (penyu belimbing) di Perairan Kei yang dilakukan Suarez & Starbird (1995) dalam WWF (2004), menunjukan bahwa pada bulan September-Februari setiap tahun, ubur-ubur yang merupakan makanan tabob melimpah di Perairan Kei khususnya di perairan Kecamatan Kei Kecil Barat (Nu fit). Perairan sebelah barat Kepulauan Kei ini mendapat pengaruh upwelling dari Laut Banda, yang sangat sesuai untuk perkembangan ubur-ubur. Program yang dilakukan oleh LSM ini untuk menyelamatkan tabob di Perairan Kei diantaranya mengurangi tingkat kematian tabob dan meningkatkan kemampuan masyarakat Nu-fit agar mandiri dalam mengelola sumberdaya alamnya secara arif. Upaya perlindungan tabob ini dilakukan berbasis masyarakat (community based) di Nu fit.

Kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan. Uji sensitivitas dinamik analisis hirarki proses stakeholder (Gambar 9) menunjukan bahwa 55.7% tujuan pembangunan untuk kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan dengan alternatif kegiatan ekowisata pesisir 44.5%.

Gambar 9 Dynamic sensitivity

Ini menunjukan bahwa ekowisata merupakan salah satu program pembangunan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal dan perekonomian daerah, juga menjamin kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan. Uji performance sensitivity (Gambar 10), menunjukan bahwa ekowisata dapat menjaga kelestarian SDAL 90%, peningkatan ekonomi 75% dan penurunan konflik dalam pemanfaatan sumberdaya 98%. Sensitivity performance, terlihat bahwa alternatif ekowisata merupakan salah satu pilihan program pembangunan yang dapat menjamin kelestarian SDAL,

(12)

.00 .10 .20 .30 .40 .50 .60 .70 .80 .90 .00 .10 .20 .30 .40 .50 Crit% Alt% Penangkapan Budidaya Ekowisata

Kelestarian Peningkatan Penurunan Ko OVERALL

meningkatkan kesejahteraan dan dapat mencegah atau mengurangi konflik khususnya konflik ruang dengan multi pemanfaatan.

Sedangkan two dimensional sensitivity (Gambar 11), menunjukan bahwa ketiga alternatif kegiatan dapat mempengaruhi kelestarian sumberdaya alam dan lingkungan serta peningkatan ekonomi yaitu ekowisata pesisir (45:42), budidaya (38:43) dan penangkapan (17:20). Hasil ini terlihat bahwa kegiatan ekowisata merupakan salah satu program pembangurnan yang dapat menjaga kelestarian SDAL serta meningkatkan perekonomian.

Gambar 10 Performance sensitivity

Hasil analisis dan preferensi stakeholder menunjukkan bahwa setiap stakeholder memiliki peran dan tanggungjawab demi tercapainya keberhasilan pengembangan ekowisata pesisir di Nuhuroa. Peran pemerintah daerah dalam pengembangan ekowisata antara lain menyediakan infrastruktur, koordinasi antar aparatur pemerintah dengan pihak swasta, regulasi mencakup lesensi, perencana, klasifikasi sistem dan pengupahan dan promosi.

(13)

Penangkapan Ekowisata Budidaya .00 .10 .20 .30 .40 .50 Peningkatan Ekonomi .00 .10 .20 .30 .40 .50

Kelestarian Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Gambar 11 Two dimensional sensitivity

Intansi terkait yakni Dinas Pariwisata dan Kebudayaan serta pihak swasta merupakan pelaksana dalam pengembangan ekowisata, sedangkan lembaga swadaya masyarakat dan Akademisi berperan sebagai pengawas dan pengendali. Dengannya adanya kolaborasi stakeholder ini maka diharapkan pengembangan ekowisata pesisir Nuhuroa dapat berkembang dengan baik.

5.3 Identifikasi Potensi Ekologis Obyek dan atraksi.

Suatu daerah memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai daerah ekowisata apabila daerah tersebut mempunyai kekhasan yang menjadi daya tarik bagi wisatawan. Daya tarik Kawasan Pesisir Nuhuroa berupa pemandangan alam, pantai berpasir putih, ekosistem mangrove, lamun, terumbu karang dengan aneka ikan hias di perairan sekelilingnya serta gugusan pulau-pulau kecil yang masih alami (Lampiran 4). Daya tarik sumberdaya alam tersebut merupakan unsur supply bagi ekowisata di Kawasan Pesisir Nuhuroa.

(14)

Pantai berpasir. Hampir di sepanjang kawasan pesisir Kecamatan PP. Kei Kecil, Kei Kecil Barat dan Dullah Utara baik yang di wilayah daratan maupun di pulau-pulau kecilnya, merupakan tipe pantai yang landai dan berpasir putih. Hasil pengamatan terhadap kondisi pantai tertera pada Tabel 15.

(1) Pantai Ngurbloat

Pantai Ngurbloat terletak di Desa Ngilngof Kecamatan PP. Kei Kecil pada posisi 5°23’40.27”LS dan 132°22’80.50”BT. Pantai Ngurbloat merupakan pantai berpasir putih yang sangat halus dan berbatasan langsung dengan Pantai Ngursarnadan di sebelah utara, di sebelah selatan merupakan pantai berbatu dengan formasi barringtonia. Pantai ini merupakan salah satu tempat rekreasi yang ramai dikunjungi saat hari minggu atau hari libur.

(2) Pantai Ngursarnadan

Pantai Ngursarnadan terletak di Desa Ohoililir Kecamatan PP. Kei Kecil pada posisi 05°23’40.15”LS dan 132°22’80.91”BT. Pantai Ngursarnadan merupakan pantai berpasir putih yang sangat halus yang berbatasan dengan Pantai Ngurbloat di sebelah selatan, di sebelah utara merupakan pantai berbatu dengan formasi barringtonia. Pantai ini merupakan salah satu tempat rekreasi yang ramai dikunjungi saat hari minggu atau hari libur, di pantai ini telah terdapat sebuah cottages.

(3) Pantai Nadiun Ohoidertawun

Pantai Nadiun Ohoidertawun terdapat di Desa Ohoidertawun Kecamatan PP. Kei Kecil pada posisi 05°22’20.26”LS dan 132°23’40.28”BT. Selain merupakan pantai berpasir putih yang luas pada saat surut, di sebelah utara pantai ini juga memiliki pantai berbatu terjal dengan ketinggian sekitar 10 - 12 meter. Di sepanjang dinding tebing terdapat gambar dan lukisan purbakala yang belum diketahui siapa penulis dan kapan lukisan tersebut dibuat. Pantai ini juga memiliki benteng pertahanan Jepang dengan ketinggian 1 meter di bawah tanah. Pantai Nadiun merupakan salah satu lokasi wisata di Nuhuroa yang ramai dikunjungi setiap hari minggu atau libur, di pantai ini telah terdapat cottage yaitu savana cottages.

(15)

Tabel 15 Kondisi pantai berpasir

Kondisi Pantai Berpasir

Lokasi Kedalaman perairan (m) Tipe pantai Lebar pantai (m) Material dasar perairan Kecepatan arus (m/dt) Kemiringan

pantai (0) Kecerahan perairan (%) Penutupan lahan pantai Biota berbahaya Ketersediaan air tawar (jarak/km) 1. Pantai Ngurbloat 1.03 – 2.53 Pasir putih 51 Pasir 0.047 50 100 Kelapa, cemara, bintagor, lahan terbuka

Tidak ada Tidak tersedia (ada air payau), air tawar pada jarak 3 km 2. Pantai Ngursarnadan 0.38 – 3.0 Pasir putih 47 Pasir 0.019 50 100 Kelapa, lahan terbuka

Tidak ada Tidak tersedia (ada air payau) 3. Pantai Nadiun Ohoidertawun 0.20 – 2.0 Pasir putih 600 - 700 Pasir 0.019 – 0.079 50 100 Kelapa, lahan terbuka

Tidak ada Tidak tersedia (ada air payau)

4. Pantai Difur 2.0 – 3.0 Pasir putih sedikit karang 23.50 Karang berpasir 0.06 50 100 Kelapa, lahan terbuka

Tidak ada Tidak tersedia (ada air payau) 5. Pantai Nam Indah 1.6 – 3.5 Pasir putih sedikit karang 23 Karang berpasir 0.03 90 100 Bintagor, lahan terbuka

Tidak ada Tidak ada

6. Pantai Elomel

1.6 – 3.5 Pantai berbatu

1 batu 0.03 90 100 Hutan Tidak ada Tidak ada

(16)

.

Gambar 12 Peta sebaran pantai berpasir dan berbatu di Nuhuroa

(4) Pantai Difur

Pantai Difur terletak di sebelah timur Desa Labetawi Kecamatan Dullah Utara pada posisi 05°19’20.25”LS dan 132°28’80.43”BT. Pantai Difur merupakan pantai berpasir putih dengan butiran pasir agak kasar bila di bandingkan dengan Pantai Ngurbloat, Ngursarnadan dan Nadiun ohoidertawun. Sebelah timur Pantai Difur berhadapan dengan Pantai Nam indah, kedua pantai ini terletak bersebelahan pada teluk. Sebelah selatan pantai Difur merupakan pantai berbatu dengan formasi barringtonia.

(17)

Kondisi pantai di sebelah utara pantai ini telah mengalami kerusakan yang cukup parah disebabkan aktifitas pengalian pasir, sehingga terdapat kolam-kolam air, hal ini mempercepat terjadinya abrasi dan instrusi air laut di lokasi ini.

(5) Pantai Nam indah

Pantai Nam indah terletak di sebelah utara Desa Ohoitahit Kecamatan Dullah Utara pada posisi 05°19’20.30”LS dan 132°28’80.13”BT. Pantai Nam indah merupakan pantai berpasir putih yang terletak pada teluk terbuka. Pantai ini juga merupakan salah satu lokasi wisata yang terdapat di Nuhuroa.

(6) Pantai Elomel

Pantai Elomel terletak di Desa Sathean Kecamatan Kei Kecil, merupakan pantai berbatu dan terletak pada teluk semi tertutup dan terdapat beberapa pulau kecil diantaranya pulau kapal. Pantai ini merupakan salah satu lokasi wisata yang menawarkan view berupa perairan, pulau kecil, aktifitas nelayan tradisional dan budidaya ikan.

Mangrove. Keberadaan mangrove di Pesisir Nuhuroa menyebar pada beberapa lokasi di antaranya di Teluk Sorbai dan Teluk Tamngil. Kondisi ekosistem mangrove tertera pada Tabel 16. Ekosistem mangrove Teluk Sorbai terletak di Desa Evu Kecamatan PP. Kei Kecil pada posisi 05°28’20.16”LS dan 132°25’20.44”BT. Ekosistem mangrove di Teluk Sorbai secara administrasi terbagi atas dua kecamatan yaitu Kecamatan PP. Kei Kecil dan Kei Kecil Barat. Kesadaran masyarakat pada desa-desa sekitar dalam menjaga ekosistem ini baik, misalnya tidak menebang pohon untuk pemanfaatan kayu bakar, cara penangkapan ikan yang ramah lingkungan yakni memasang bubu di lorong aliran air, serta peletakan alat pancing yang dipasang pada pagi atau malam hari kemudian dicek sore atau pagi hari berikutnya. Teluk Sorbai merupakan sebaran mangrove terbesar di Maluku Tenggara, di lokasi ini dapat dijumpai aneka burung. Sedangkan ekosistem mangrove Teluk Tamngil terletak di Desa Rumadian Kecamatan PP. Kei Kecil pada posisi 05°25’80.33”LS dan 132°24’60.23”BT.

(18)

Tabel 16 Kondisi mangrove

Kondisi mangrove

No Lokasi Ketebalan

mangrove (m)

Kerapatan mangrove

(100m2) Jenis mangrove Pasang surut (m) Obyek biota

1. Teluk Sorbai 500 – 1500 15 - 25 Avicenia alba,

Bruguiera gymnorhiza, Ceriops tagal, Rhyzophora mucronata, Rhyzophora stylosa, Soneratia alba Xylocarpus granatum

1 – 1.5 Ikan, udang, kepiting, moluska, reptil biawak (Varamus salvator) burung (bangau).

2. Teluk Tamngil 600 15 - 25 Bruguiera gymnorhiza,

Rhyzophora mucronata, Rhyzophora stylosa, Soneratia alba, Xylocarpus granatum Ceriops tagal

1.5 – 2.5 Ikan, kepiting, teripang, reptil, burung.

(19)

Gambar 13 Peta sebaran mangrove di Nuhuroa

(20)

Lamun. Hamparan lamun di Pesisir Nuhuroa tersebar tidak merata, kondisi ekosistem lamun tertera pada Tabel 17.

(21)

Tabel 17 Kondisi lamun

Kondisi ekosistem lamun

Lokasi Tutupan

lamun (%)

Kecerahan perairan (%)

Jenis ikan Jenis lamun Jenis

substrat

Kecepatan arus (cm/dt)

Kedalaman lamun (m)

1. Ngurbloat 61.3 100 53 Cymodocea serrulata,

Halodule uninervis, Halophila ovalis, Thalassia hemprichii, Halodule pinifolia Enhalus acoroides Pasir berkarang 3.5 – 9.9 1.7

2. Ngursarnadan 56.8 100 93 Cymodocea serrulata,

Halodule uninervis, Halophila ovalis Syringodium isoetifolium, Thalassia hemprichii, Enhalus acoroides Pasir berkarang 1.9 – 7.9 1.8

(22)

Lamun yang terdapat di Pantai Ngurbloat Desa Ngilngof Kecamatan PP. Kei Kecil teramati pada titik awal tumbuhnya lamun yaitu posisi 05°23’40.20”LS dan 132°22’80.71”BT sampai 05°23’40.35”LS dan 132°22’80.24”BT dan jarak 100 meter tegak lurus garis pantai pada posisi 05°23’40.19”LS dan 132°22’80.51”BT dan 05°23’40.34”LS dan 132°22’20.35”BT. Spesies ikan yang teramati sebanyak 34 spesies yang termasuk dalam 17 famili. Sedangkan ekosistem lamun yang terdapat di Pantai Ngursarnadan Desa Ohoililir Kecamatan PP. Kei Kecil teramati pada titik awal tumbuhnya lamun yaitu posisi 05°22’80.29”LS dan 132°22’80.91”BT sampai 05°23’40.79”LS dan 132°22’80.88”BT dan jarak 150 meter tegak lurus garis pantai pada posisi 05°22’80.29”LS dan 132°22’80.70”BT sampai 05°23’40.80”LS dan 132°22’80.65”BT. Spesies lamun yang teramati diantaranya merupakan spesies-spesies yang memiliki daya tarik wisata yaitu Cymodocea serrulata, Halodule uninervis, Halophila ovalis, Syringodium dan Thalassodendron. Sedangkan spesies ikan yang dijumpai sebanyak 34 spesies termasuk 17 famili, ini merupakan salah satu potensi dalam pengembangan wisata yakni aktifitas memancing.

Karang. Hamparan terumbu karang di Nuhuroa tersebar hampir merata di seluruh kawasan pesisir pulau-pulaunya. Kondisi terumbu karang diantaranya tertera pada Tabel 18.

(1) Pulau Haeh reef slope zone

Pengamatan karang di perairan Pulau Haeh Kecamatan PP. Kei Kecil dengan posisi transek 05°24’60.46”LS dan 132°22’20.18”BT. Spesies ikan yang dijumpai sebanyak 160 spesies terdiri dari ikan hias 84 spesies dan ikan konsumsi 76 spesies yang termasuk 75 genera dan 27 famili. Dari keenam lokasi karang, reef slope zone pulau Haeh merupakan lokasi dengan jumlah spesies ikan karang terbanyak. Menurut Yulianda (2007), persentase tutupan komunitas karang >75% dan jumlah spesies ikan >100 termasuk kategori sangat sesuai untuk pengembangan ekowisata bahari kategori wisata selam.

(23)

Tabel 18 Kondisi terumbu karang

Kondisi terumbu karang

Lokasi Kecerahan perairan (%) Tutupan komunitas karang (%) Jenis life form Jenis ikan karang Kecepatan arus (cm/dt) Kedalaman terumbu karang (m) Lebar hamparan datar karang (m) 1. P. Haeh RSZ > 80 82.84 14 160 8.59 14 229 2. Ohoililir RFZ 100 79.94 9 73 7.2 3.0 200 3. Ohoililir RSZ > 80 58.34 13 76 8.0 12 255 4. Ohoidertawun RSZ > 80 75.92 15 151 12.85 11 372 5. P. Adranan RSZ > 80 64.84 14 151 4.90 13 317 6. P. Bair RFZ 100 80.90 7 76 1 2.5 50

(24)
(25)

(2) Ohoililir reef flat zone

Karang yang teramati pada reef flat zone Desa Ohoililir Kecamatan PP. Kei Kecil terletak pada posisi 05°22’80.32”LS dan 132°22’80.87”BT, berada sekitar 7 meter dari garis pantai. Spesies ikan yang teramati sebanyak 73 spesies terdiri dari ikan hias 42 spesies dan ikan konsumsi 31 spesies, termasuk 45 genera dan 19 famili. Menurut Yulianda (2007), penutupan komunitas karang > 75% dan jumlah spesies ikan karang >50 termasuk kategori sangat sesuai untuk pengembangan ekowisata kategori wisata snorkeling.

(3) Ohoililir reef slope zone

Karang yang teramati pada reef slope zone Desa Ohoililir Kecamatan PP. Kei Kecil terletak pada posisi 05°23’40.17”LS dan 132°22’80.10”BT. Spesies ikan karang yang dijumpai sebanyak 76 spesies terdiri dari ikan hias 35 spesies dan ikan konsumsi 41 spesies yang termasuk dalam 47 genera dan 21 famili.

(4) Ohoidertawun reef slope zone

Pengamatan karang di perairan Ohoidertawun Kecamatan PP. Kei Kecil dilakukan pada posisi 05°21’60.69”LS dan 132°23’40.18”BT. Pengamatan ikan karang dilakukan di lokasi yang sama terhadap pengukuran persentase penutupan karang. Berdasarkan pengamatan dijumpai 151 spesies ikan yang tergolong dalam 78 genera dan 29 famili berupa ikan hias 74 spesies dan ikan konsumsi 77. Kondisi ini menurut Yulianda (2007), sangat sesuai untuk pengembangan ekowisata bahari kategori wisata selam.

(5) Pulau Adranan reef slope zone

Pulau Adranan merupakan pulau kecil yang dikelilingi pantai pasir putih berjarak kurang lebih 15 menit dari Desa Namser menggunakan speedboat. Pada waktu sore pulau ini biasanya banyak disinggahi burung. Pengamatan karang dilakukan kurang lebih berjarak 20 meter dari garis pantai. Posisi lintang dan bujur transek ini adalah 05°18’60.11”LS dan 132°27’00.15”BT terletak di Kecamatan Dullah Utara. Dijumpai 151 spesies ikan karang di pulau ini, terdiri dari 78 spesies ikan hias dan dan 73 spesies ikan konsumsi yang tergolong dalam 74 genera dan 27 famili.

(26)

0 10 20 30 40 50 60 70 80 P. H aeh (14 m) Ohoili lir FS Z (3 m) Ohoil ilir R SZ (1 2m) Ohoid ertaw un R SZ (1 1m) P. A dran an RS Z (13 m) P. B air (2 .5m) Hard Corals Algae Other Faunas Algae Abiotik

(6) Pulau Bair reef flat zone

Pengamatan dilakukan diantara pulau-pulau kecil yang terdapat di dalam Pulau Bair pada posisi 05°15’60.93”LS dan 132°25’20.42”BT. Spesies ikan yang teramati sebanyak 76 spesies terdiri dari 36 spesies ikan hias dan 40 spesies ikan konsumsi, tergolong dalam 44 genera dan 19 famili. Pulau Bair merupakan lokasi yang tenang dengan banyak pulau-pulau kecilnya dikelilingi oleh dinding batu serta anggrek. Cocok dikembangkan sebagai lokasi kayaking dan snorkeling dengan jumlah pengunjung yang terbatas. Secara ringkas, hasil pengamatan insitu terhadap kondisi tutupan komunitas karang di 6 lokasi disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16 Persentase tutupan komunitas karang

Secara keseluruhan hasil identifikasi ekologis dari lokasi-lokasi tersebut berpotensi dikembangkan sebagai kawasan ekowisata bahari (Tabel 19). Setiap lokasi memiliki potensi ekologis berupa sumberdaya pesisir yang dapat merupakan aset utama dalam pengembangan ekowisata bahari, dengan demikian lokasi-lokasi tersebut berpotensi sebagai lokasi wisata.

(27)

Tabel 19 Rekapitulasi potensi ekologis

Potensi Ekologis Total

No Lokasi Pantai Berpasir* /Berbatu**

Mangrove Lamun Karang

1. Pantai Ngurbloat 1* 0 1 0 2

2. Pantai Ngursarnadan 1* 0 1 1 3

3. Pantai Nadiun 1* 0 0 1 2

4. Pantai Difur 1* 0 0 0 1

5. Pantai Nam indah 1* 0 0 0 1

6. Pantai Elomel 1** 0 0 0 1 7. Pulau Haeh 0 0 0 1 1 8. Pulau Adranan 1 0 0 1 2 9. Pulau Bair 0 0 0 1 1 10. Teluk Sorbai 0 1 0 0 1 11. Teluk Tamngil 0 1 0 0 1

Ket : 1* = Pantai berpasir 0 = Tidak ada

1** = Pantai berbatu 1 = Ada

Kesesuaian ekowisata. Penentuan kategori kesesuaian Pesisir Nuhuroa untuk kegiatan wisata pantai dan bahari, sangat dipengaruhi oleh kondisi biofisik kawasan. Hal ini berkaitan dengan kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan kondisi biofisik kawasan. Atau dengan kata lain, apabila wisatawan berminat melakukan kegiatan tertentu seperti berenang, menyelam atau memancing, mereka dapat memilih lokasi-lokasi tertentu yang sesuai untuk aktifitas wisata tersebut. Penentuan kesesuaian kawasan untuk kegiatan wisata pantai dan wisata bahari di pesisir Nuhuroa menggunakan data primer dan data sekunder sebagai atribut pada peta-peta tematik berdasarkan paramater kesesuaian lahan ekowisata bahari untuk setiap kategori wisata menurut Yulianda (2007). Adapun kisaran atau interval nilai kelas kesesuaian wisata pantai dan wisata bahari yang digunakan yaitu sangat sesuai (S1); 80-100%, dan cukup sesuai (S2); 60-<80% dengan luas kelas kesesuaian wisata untuk setiap kategori wisata tertera pada Tabel 20 dan uraiannya.

(28)

Tabel 20 Luas kesesuaian obyek dan atraksi ekowisata

Wisata Pantai Wisata Bahari

Rekreasi Mangrove Lamun Snorkeling Selam

Lokasi S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 1. Pantai Ngurbloat 1.508m - - - 31326m2 14165m2 - - - - 2. Pantai Ngursarnadan 1.690m - - - 74018m2 28202m2 35675m2 20226m2 40356m2 59041m2 3. Pantai Nadiun 2.421m - - - 107237m2 226246m2 4. Pantai Difur 700m 400m - - - -

5. Pantai Nam indah 800m 300m - - - -

6. Pantai Elomel - 250 - - - - 7. Pulau Haeh - - - 37540m2 62306m2 8. Pulau Adranan 467m - - - 52232m2 33756m2 9. Pulau Bair - - - 9173m2 14860m2 - - 10. Teluk Sorbai - - 13.442m 1.852m - - - - 11. Teluk Tamngil - - 1.882m 300m - - - - Ket: S1 = Sangat sesuai S2 = Cukup sesuai

(29)

Analisis kesesuaian diperoleh hasil bahwa untuk kategori wisata mangrove, lamun, snorkeling dan selam pada setiap lokasi memiliki 2 (dua) kelas kesesuaian yaitu S1 (sangat sesuai) dan S2 (cukup sesuai) dengan luas daerah S1 dan S2 yang berbeda. Ini menunjukkan bahwa setiap obyek dan atraksi pada lokasi ini dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata dengan kelas sangat sesuai dan cukup sesuai. Pada kategori wisata rekreasi dari ketujuh lokasi terdapat dua (2) lokasi yang memiliki dua kelas kesesuaian wisata S1 dan S2 yaitu Pantai Difur dan Nam indah dengan luas daerah kesesuaian yang berbeda. Keempat lokasi lainnya yakni Pantai Ngurbloat, Ngursarnadan, Nadiun dan Pulau Adranan memiliki satu (1) kelas kesesuaian wisata yaitu S1 (sangat sesuai), artinya pantai berpasir yang terdapat di setiap lokasi ini sangat sesuai dikembangkan sebagai kawasan rekreasi. Sedangkan Pantai Elomel memiliki satu (1) kelas kesesuaian yaitu S2 (cukup sesuai) untuk aktifitas wisata renang dan olahraga air. Sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap lokasi berpotensi dikembangkan sebagai kawasan ekowisata. Rekapitulasi peta kesesuaian wisata yang terdapat di Pesisir Nuhuroa tertera pada Gambar 17.

Wisata pantai. Wisata pantai merupakan aktifitas wisata yang dilakukan di sisi bentang darat dan perairan tepi pantai, yaitu kegiatan wisata berupa olahraga susur pantai, bola volly pantai, bersepeda pantai, panjat tebing pada dinding terjal pantai (cliff), menelusuri gua pantai, bermain layang-layang, berkemah, berjemur, berjalan-jalan melihat pemandangan, berenang dan sebagainya. Wisata pantai disini dikategorikan menjadi dua yaitu rekreasi dan wisata mangrove.

Analisa kesesuaian wisata pantai kategori rekreasi menunjukan bahwa enam lokasi berpotensi dikembangkan sebagai kawasan wisata pantai. Kelima lokasi ini umumnya memiliki beberapa kesamaan dalam aktifitas wisata yang dilakukan seperti berenang dan menikmati pemandangan alam, namun juga terdapat perbedaan aktifitas yang dilakukan karena keunikan dan karekteristik ekologi setiap lokasi. Adapun aktifitas wisata pantai yang dapat dilakukan di setiap kawasan wisata pantai tertera pada Tabel 21. Sedangkan kesesuaian wisata mangrove pada dua lokasi dapat dikembangkan sebagai kawasan wisata mangrove. Aktifitas wisata yang dapat dilakukan di lokasi wisata mangrove tertera pada Tabel 22.

(30)
(31)

Tabel 21 Aktifitas wisata pada wisata pantai

Lokasi Aktifitas wisata Keterangan

1. Pantai Ngurbloat Olahraga susur pantai, volly

pantai, bersepeda pantai, bermain layang-layang, berkemah, berjemur, berjalan-jalan melihat pemandangan, berenang, menikmati sunset dll.

Sangat cocok untuk berjemur karena butiran pasir di pantai ini sangat halus

2. Pantai Ngursarnadan Olahraga susur pantai, volly

pantai, bersepeda pantai, bermain layang-layang, berkemah, berjemur, berjalan-jalan melihat pemandangan, berenang, menikmati sunset dll.

Sangat cocok untuk berjemur karena butiran pasir di pantai ini sangat halus

3. Pantai Nadiun Olahraga susur pantai,

bersepeda pantai, bermain layang-layang, berkemah, berjemur, berjalan-jalan melihat pemandangan, berenang, panjat tebing dll.

Terdapat area yang cocok untuk berjemur juga untuk aktifitas panjat tebing

4. Pantai Difur Bermain layang-layang,

berjalan-jalan melihat pemandangan, berenang, dll.

Kurang cocok untuk berjemur karena butiran pasir di pantai ini agak kasar serta luas pantai berpasir yang sempit.

5. Pantai Nam indah Olahraga susur pantai, bermain

layang-layang, berkemah, berjemur, berjalan-jalan melihat pemandangan, berenang, dll.

Kurang cocok untuk berjemur karena butiran pasir di pantai ini agak kasar serta luas pantai berpasir yang sempit.

6. Pantai Elomel Melihat pemandangan pulau

kecil dan aktifitas nelayan, berenang, berperahu dan memancing.

Tidak cocok untuk berjemur karena merupakan pantai berbatu.

Tabel 22 Aktifitas wisata pada wisata mangrove

Lokasi Aktifitas wisata Keterangan

1. Teluk Sorbai Pengamatan burung, memancing,

berperahu, wisata edukasi, melihat aktifitas nelayan tradisional, dll.

Aktifitas wisata dapat dilakukan setiap saat, tanpa dibatasi pasut.

2. Teluk Tamngil Pengamatan burung, memancing, berperahu, wisata edukasi dll.

Aktifitas wisata tidak dapat dilakukan setiap saat, karena dibatasi pasut.

(32)

Aneka satwa seperti kepiting, ketam kenari, udang, biawak, serta beberapa jenis burung dan anggrek dapat dijumpai di lokasi ini. Pengamatan burung cocok dilakukan saat sore, saat burung kembali ke sarangnya. Burung yang teramati di Teluk Sorbai diantaranya terdapat beberapa jenis yang dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah RI No. 7 Tahun 1999 yaitu bangau putih (Bubulcus ibis), bangau hitam (Ciconia episcopus), kakatua putih (Cacatua alba), kakatua hijau, nuri (Eos histrio), elang (Hinecopernis longicauda), kelelawar (Rousettus sp), tekukur (Streptopelia cinensis), pelikan (Pelecanus cospicillatus) dan sesap madu (Meliphagidae). Burung yang teramati di teluk Tamngil antara lain bangau putih (Bubulcus ibis), bangau hitam (Ciconia episcopus), pelikan (Pelecanus cospicillatus), tekukur (Streptopelia cinensis), kakatua putih (Cacatua alba), sesak madu (Meliphagidae), Aplonea metalica, burung srijantung (Dicrurus sp), tetengket sawah (Halcyon chloris) dan beberapa jenis burung lainnya. Khusus burung pelikan pengamatan sebaiknya dilakukan bulan September-Oktober atau awal Januari-Februari saat burung ini bermigrasi. Informasi yang diperoleh bahwa tahun 2005 jumlah burung sekitar 5-0 ekor, namun tahun 2006 meningkat yaitu sekitar 100 ekor, yang dapat dijumpai pada setiap jalan air. Untuk bangau jumlahnya sudah berkurang, disebabkan habitatnya yang rusak.

Wisata bahari. Wisata bahari merupakan wisata yang obyek dan daya tariknya bersumber dari potensi bentang laut (seascape), antara lain memancing (fishing), bersampan yang meliputi mendayung (boating) dan berlayar (sailing), menyelam meliputi selam dan snorkeling, berselancar angin (wind surfing), serta berparasut (parasailing). Wisata bahari disini terbagi menjadi tiga kategori yaitu wisata lamun, selam dan snokeling (Yulianda, 2007).

Kesesuaian ekosistem lamun di Pantai Ngurbloat dan Nugursarnadan berpotensi dikembangkan sebagai kawasan wisata lamun. Spesies ikan yang teramati di Pantai Ngursarnadan sebanyak 93 spesies, lebih banyak dari jumlah spesies yang dijumpai di Ngurbloat (53 spesies). Ini dapat dipengaruhi oleh kondisi karang yang rusak berdasarkan hasil pengamatan karang di Ngurbloat. Umumnya kondisi karang yang terdapat di Ngursarnadan lebih baik daripada di Ngurbloat. Ini menyebabkan jumlah

(33)

ikan lebih banyak dijumpai di Ngursarnadan, karena diketahui bahwa ekosistem karang dan lamun merupakan ekosistem penting bagi biota laut yaitu sebagai tempat mencari makan (feeding ground), bertelur (spawning ground) dan pembesaran (nursery ground). Dari potensi yang terdapat di kawasan ini dapat dikembangkan aktifitas wisata lamun sebagai berikut:

Tabel 23 Aktifitas wisata pada wisata lamun

Lokasi Aktifitas wisata

1. Pantai Ngurbloat Memancing, wisata edukasi dan berperahu

2. Pantai Ngursarnadan Memancing, wisata edukasi dan berperahu

Kesesuaian wisata selam pada empat lokasi pengamatan karang (Ohoililir reef slope zone, Pulau Haeh reef slope zone, Ohodertawun reef slope zone, dan Pulau Adranan reef slope zone menunjukan bahwa setiap lokasi berpotensi dikembangkan sebagai kawasan wisata selam. Daya tarik yang dimiliki berupa panorama bawah laut yang dihiasi aneka jenis life form, jenis ikan karang dan tutupan komunitas karang.

Untuk kesesuaian wisata snorkeling pada dua lokasi pengamatan (Ohoililir reef flat zone dan Pulau Bair reef flat zone), berpotensi dikembangkan sebagai lokasi wisata snorkeling. Daya tarik yang dimiliki berupa pemandangan bawah air seperti aneka jenis life form dan jenis ikan karang. Tutupan komunitas karang terbanyak di Ohoililir RFZ adalah hard coral sebesar 66.84% bila dibandingkan dengan komunitas karang lainnya dengan spesies ikan yang teramati sebanyak 73 spesies. Kesadaran masyarakat dalam menjaga ekosistem pesisir di desa Ohoililir tergolong cukup baik, ini dibuktikan dengan kondisi karang yang masih baik bila dibandingkan dengan ekosistem karang di Pantai Ngurbloat yang mengalami kerusakan akibat penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan. Potensi yang dimiliki Oholilir RFZ, maka aktifitas wisata yang dapat dilakukan berupa snorkeling, memancing dan berperahu.

Pulau Bair memiliki keunikan tersendiri dibanding dengan pulau-pulau lain yang terdapat di Nuhuroa. Keunikannya adalah bila diperhatikan dari luar, yang teramati hanyalah satu pulau saja, namun bila dilihat lebih dekat terdapat jalur masuk

(34)

kedalam pulau baik di sisi utara maupun selatan. Pada sisi utara, pasut sangat diperhatikan saat melewati jalur ini, sebab jalur ini hanya memiliki lebar sekitar 2 meter dengan kedalaman 1-2 meter saat pasang tertinggi. Sisi selatan memiliki jalan masuk yang agak lebar sekitar 5-6 meter serta kedalaman 2-3 meter. Kedalaman rata-rata perairan di pulau-pulau kecil yang terdapat di dalam Pulau Bair adalah 2-3 meter pada pasang tertinggi. Di dalam pulau ini terdapat sekitar 10 pulau kecil, sehingga membentuk lorong-lorong air dimana pada dinding pulau yang berbatu banyak ditumbuhi anggrek. Waktu yang cocok untuk menikmati anggrek di pulau ini adalah bulan Mei, sebab bulan ini merupakan musim berbunga anggrek. Berdasarkan potensi dan daya tarik yang terdapat di Pulau Bair, aktifitas wisata yang dapat dilakukan seperti snorkeling, memancing, berperahu dan menikmati view pulau-pulau kecil. Peta kesesuaian wisata setiap lokasi tertera pada Gambar 18-25 berikut.

(35)

Gambar 20 Peta kesesuaian Pantai Difur dan Nam indah

Gambar 21 Peta kesesuaian Pantai Nadiun ohoidertawun

Gambar 22 Peta kesesuaian Pantai Ngurbloat dan Ngursarnadan

Gambar 23 Peta kesesuaian Pulau Haeh 84

(36)

Gambar 24 Peta kesesuaian Teluk Sorbai

Daya dukung. Penentuan daya dukung disini menggunakan analisis daya dukung kawasan (DDK) untuk mengetahui jumlah maksimun pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di setiap lokasi pengembangan ekowisata. Perhitungan DDK mencakup dua kategori kesesuaian yaitu sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2) yang sudah diperoleh pada setiap kategori wisata. Hasil perhitungan daya dukung diperoleh jumlah pengunjung yang dapat ditampung disetiap kawasan berdasarkan kategori wisata, tertera pada Tabel 24.

Hasil ini terlihat bahwa jumlah pengunjung yang sedikit atau terbatas dikarenakan kondisi sumberdaya yang rentan bila pemanfaatan yang berlebihan. Sebab itu dalam pengembangan kawasan khususnya zona wisata bahari (wisata lamun, snorkeling dan selam), pengunjung yang akan melakukan aktifitas wisata pada zona ini harus diberi pemahaman, misalnya pengunjung diharuskan menggunakan alat selam dan snorkeling, tidak boleh menginjak karang dll.

(37)

Tabel 24 Daya dukung kawasan

Wisata pantai Wisata bahari

Rekreasi,

wisata olahraga Mangrove Lamun Snorkeling Selam

Lokasi S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 S1 S2 1. Pantai Ngurbloat 60 - - - 250 113 - - - - 2. Pantai Ngursarnadan 68 - - - 592 225 285 161 320 472 3. Pantai Nadiun 97 - - - - - 856 1808 4. Pantai Difur 28 16 - - - -

5. Pantai Nam indah 32 12 - - - -

6. Pantai Elomel - 10 - - - - 7. Pulau Haeh - - - - - - 296 496 8. Pulau Adranan 19 - - - - - 416 264 9. Pulau Bair - - - - - - 73 118 - - 10. Teluk Sorbai - - 1075 148 - - - - 11. Teluk Tamngil - - 150 24 - - - - Ket: S1 = Sangat sesuai S2 = Cukup sesuai

Kepekaan lingkungan. Pemetaan kepekaan lingkungan ini dimaksud sebagai pedoman bagi kegiatan pemanfaatan sumberdaya pesisir serta digunakan dalam mengevaluasi bahaya potensial yang dapat ditimbulkan dari berbagai kegiatan baik di terestrial maupun yang terjadi di lingkungan pesisir. Diperoleh peta kepekaaan lingkungan pada setiap kawasan (Gambar 26). Hasil ini terlihat bahwa sebagian besar kawasan tergolong kategori kepekaan sedang. Ini menunjukkan bahwa kegiatan ekowisata tidak berpotensi menimbulkan kerusakan sumberdaya alam serta lingkungan pesisir.

(38)
(39)

5.4 Identifikasi Sarana Pendukung Pengembangan Kawasan Ekowisata Infrastruktur.

Fasilitas akomodasi menunjang kegiatan pariwisata, sebagai sarana untuk meningkatkan length of stay wisatawan. Jika tidak tersedia fasilitas akomodasi di kawasan tersebut wisatawan yang ingin tinggal lebih dari satu hari akan kesulitan mencari tempat untuk tinggal. Fasilitas akomodasi di Nuhuroa terpusat di Pulau Kei Kecil dan Pulau Dullah, tertera pada Tabel 25 berikut:

Tabel 25 Data Hotel dan Penginapan di Nuhuroa

No Nama Hotel Klasifikasi

kamar Jumlah kamar Jumlah tempat

tidur

Alamat

1 Hotel Suita AC, Telp, TV 53 100 Jl. Jend. Soedirman

2 Hotel Dragon AC, Telp, TV 28 56 Jl. Jend. Soedirman No. 154

Langgur, Telp. 0916-21012

3 Hotel Villia AC, Telp, TV 39 78 Jl. Talaver No. 1 Rumah Tiga

Langgur, Telp. 0916-21878

4 Hotel Asnolia AC, Telp, TV 22 42 Jl. Mayor Abdullah Tual

Telp 0916-22106

5 Hotel Langgur AC, Telp, TV 24 48 Jl. Pasar Baru Tual

Telp 0916-21889

6 Hotel Cahaya AC, TV 21 42 Jl. Pattimura Tual

Telp 0916-21089

7 Hotel Linda Mas AC, TV 20 27 Jl. Karel Sadsuitubun Tual

Telp 0916-21271

8 Hotel Rosemgen AC, TV,

Intercom 11 20 Jl. Merdeka Tual Telp 0916-21775

9 Penginapan Fajar - 10 10 Ohoijang

10 Losmen Nini Gerhana - 13 23 Tual

11 Losmen Mirah Inn - 6 22 Tual

12 Penginapan Mega Mulia - 9 9 Tual

13 Penginapan Amelia - 11 14 Tual

14 Penginapan Bahtera - 12 12 Tual

15 Cottage savana - 6 12 Ohoidertawun

16 Penginapan bahari - 4 4 Ohililir

Sumber: RIPDDA Malra & Hasil Survei.

Air bersih sebagai kebutuhan dasar merupakan faktor penting untuk keberlangsungan pariwisata di Nuhuroa. Fasilitas pariwisata membutuhkan prasarana ini dalam jumlah yang banyak untuk mencapai target pelayanan efektif. Sumber-sumber air utama untuk memenuhi kebutuhan air bersih terutama air minum disediakan oleh PDAM yang bersumber dari Sungai Evu di Desa Evu. Umumnya

(40)

pemanfaatan air bersih di Nuhuroa lebih banyak dikonsumsi oleh hotel dan restoran. Berdasarkan pengamatan di setiap lokasi wisata dan lokasi yang berpotensi dikembangkan sebagai lokasi wisata, umumnya belum memiliki prasarana ini secara memadai. Sumber air bersih secara umum letaknya agak jauh dari lokasi, dimana ketersediaan air yang terdapat di lokasi berupa air payau.

Kebutuhan listrik sebagian besar di Nuhuroa sudah dipenuhi oleh PT PLN (Persero) wilayah IX cabang Tual. Beberapa lokasi wisata telah tersedia prasarana ini diantaranya Pantai Ngurbloat dan Nadiun ohoidertawun, sedangkan pada lokasi lainnya kebutuhan listrik diperoleh melalui genset. Guna mendukung keberhasilan sektor pariwisata, ketersediaan sarana dan prasarana komunikasi sangat diperlukan, termasuk kantor telepon, telepon umum dan warung telekomunikasi. Bagi wisatawan sarana komunikasi akan sangat diperlukan karena dapat menghubungi kerabat atau teman dimanapun berada. Sementara sambungan telepon seluler di Nuhuroa cukup memadai. Saat ini terdapat dua provider yang menjangkau kawasan ini yaitu Telkom dan Indosat. Jangkauan telepon seluler belum sepenuhnya diterima di semua lokasi wisata, hanya terdapat di beberapa lokasi diantaranya Pantai Nadiun, Ngursarnadan dan Teluk Tamngil namun hanya pada titik tertentu.

Kesehatan termasuk salah satu aspek penting yang berpengaruh terhadap kelangsungan hidup manusia. Tercapainya kondisi masyarakat sehat diperlukan beberapa faktor seperti pola hidup sehat, lingkungan yang bersih serta fasilitas dan tenaga kesehatan yang memadai. Fasilitas kesehatan yang teridentifikasi di Nuhuroa yaitu rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu dan posyandu (Gambar 27).

Pendukung. Agar wisatawan dapat membelanjakan uangnya di daerah wisata, maka diperlukan adanya sarana penunjang wisata diantaranya adalah keberadaan toko-toko penjual hasil kerajinan khas daerah. Keberadaan toko souvenir ini sangat diperlukan sebagai sarana pendukung kepariwisataan karena wisatawan biasanya akan membeli barang-barang yang merupakan ciri khas daerah tersebut sebagai oleh-oleh atau cinderamata. Keberadaan prasarana ini belum ada di setiap lokasi wisata, toko souvenir ini masih terdapat di kota Tual.

(41)

0 20 40 60 80 100 120 140 PP Kei kecil Kei kecil barat Kei kecil timur Dullah utara Dullah selatan Ju m la h RS Puskesmas P pembantu Posyandu

Gambar 27 Ketersediaan rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu dan posyandu

Saat ini terdapat beberapa toko souvenir yaitu Toko Mutia, Jl. Fidnang Armau Tual, toko Sumber Tunas, Jl. Pasar Tual dan Omega Collection, Jl. Pasar Tual.

Travel dan biro perjalanan merupakan salah satu faktor pendukung pengembangan wisata. Fasilitas ini terdapat di Tual dan Ohoijang diantaranya Suita travel, Jl. Jend Soedirman, Sira travel, Jl. Pattimura, Sinar sejahtera, Jl. Pattimura, Tiara travel, Jl. AG. Renoat, Pratama travel, Jl. Jend Soedirman dan Mutia travel, Jl. Mayor abdullah. Fasilitas lain yang harus tersedia adalah rumah makan dan restoran. Fasilitas ini belum terdapat pada setiap lokasi wisata, biasanya aneka makanan hanya terdapat pada hari minggu dan hari libur, sedangkan pada hari kerja tidak tersedia aneka makan. Umumnya rumah makan dan restoran di Nuhuroa masih terdapat di di Tual dan Langgur, data rumah makan tertera pada Tabel 26.

Aksesibilitas. Sistem transportasi yang terdapat di Nuhuroa dan Kabupaten Maluku Tenggara secara umum memiliki tiga sistem yaitu sistem transportasi laut, udara dan sistem transportasi darat. Sistem transportasi laut dan udara digunakan untuk berinteraksi dengan daerah luar dan pulau-pulau lain di sekitar Kabupaten Maluku Tenggara, sementara sistem transportasi darat untuk transportasi lokal di dalam pulau.

(42)

Tabel 26 Data Rumah Makan di Nuhuroa

No Rumah Makan Alamat

1 Restoran Pelangi Jl. Raya Dullah

2 Restoran Rasa Sayang Jl. Pattimura Tual

3 Rumah Makan Fajar Jl. Jend. Soedirman Ohoijang-Watdek

4 Rumah Makan Senandung Hati Perumda Ohoijang

5 Rumah Makan Padang Saiyo Jl. Jend. Soedirman Ohoijang-Watdek

6 Rumah Makan Minang Jaya Jl. Jend. Soedirman Ohoijang-Watdek

7 Rumah Makan Ramayana Jl. Pelabuhan Namngilwowo

8 Rumah Makan Mbak Inn Jl. Pelabuhan Namngilwowo

9 Caffe Ji-Zaiky Jl. Pattimura Tual

10 Caffe Realis Langgur

11 Caffe Tiffa Jl. Dihir Un Tual

Untuk mencapai Maluku Tenggara dengan pusat pemerintahan dan pusat pertumbuhan di Kota Tual dan Langgur, dapat dicapai melalui jalur udara dan laut (Gambar 28).

Hingga saat ini Kabupaten Maluku Tenggara belum memiliki bandara udara yang dioperasikan secara penuh untuk penerbangan sipil, bandara yang ada yaitu bandara Dumatubun milik TNI Angkatan Udara di Langgur dipakai secara bersama untuk keperluan sipil dan militer dan dioperasikan oleh Departemen Perhubungan RI. Bandara ini khusus melayani penerbangan domestik dan regional Maluku serta Papua. Jalur transportasi udara dapat dicapai melalui penerbangan langsung dari Ambon dengan menggunakan Pesawat Wings Air dan Trigana Air. Jadwal penerbangan Wings Air Ambon-Tual pp setiap hari senin, rabu, jumat dan minggu, sedangkan penerbangan Trigana air terjadi setiap hari. Selain itu terdapat pula penerbangan dari Tual ke Dobo, Saumlaki dan Papua. Berdasarkan prinsip spasial keruangan, bandara udara Dumatubun sangat tergantung pada transportasi udara Ambon yang merupakan main gate akses dari luar Maluku termasuk dari Australia.

(43)

Gambar 28 Peta transportasi Nuhuroa

Selain jalur udara, Kabupaten Maluku Tenggara bisa juga dicapai melalui jalur laut. Maluku Tenggara memiliki pelabuhan laut nusantara di Tual yang berfungsi rangkap sebagai pelabuhan penyeberangan dan pelabuhan pelayaran nusantara serta juga melayani pelayaran rakyat. Daerah ini disinggahi oleh 4 (empat) jenis kapal pelayaran nusantara yang dioperasikan oleh Pelni. Kapal pelayaran ini berangkat dari wilayah barat Indonesia menuju wilayah timur, seperti dari Tanjung Priok, Surabaya, Makassar sampai tujuan Papua. Kapal-kapal yang dikelola oleh Pelni seperti KM Ciremai, KM Ngapulu dan KM Tatamaliau. Semua kapal tersebut menghubungkan Tual dengan kota-kota lain di wilayah Indonesia. Selain kapal Pelni, juga terdapat feri penyeberangan di wilayah Nuhuroa serta beberapa wilayah Dobo dengan siklus perputaran sekali dan kapal perintis yang menghubungkan beberapa kota kecil di

Pelayaran nusantara Pelayaran rakyat Jalur penerbangan

(44)

5.848 5.823 25.732 25.05 5.6 25.566 36.649 37.33 35.721 10.169 12.536 10.37212.785 12.747 4.625 0.000 5.000 10.000 15.000 20.000 25.000 30.000 35.000 40.000 2004 2005 2006 Jum la h

PP Kei kecil Kei kecil barat Kei kecil timur Dullah utara Dullah selatan

kepulauan wilayah Indonesia timur lainnya. Kondisi ini menyebabkan keberadaan Pelabuhan Tual sangat penting bagi mobilitas wisatawan.

Sedangkan sistem transportasi darat di Nuhuroa yang merupakan transportasi utama dalam pulau, khususnya Pulau Kei Kecil dan Dullah telah tersedia hampir ke semua desa. Khusus setiap lokasi wisata dan lokasi yang berpotensi untuk dikembangkan yang terdapat di kedua pulau ini telah tersedia akses. Hasil ini menunjukkan bahwa sarana dan prasarana pendukung baik infrastruktur, pendukung dan aksesibilitas menunjang untuk pengembangan ekowisata meskipun masih dibawah standar internsaional. Sebab itu kedepan perlunya peningkatan kualitas sarana dan prasarana pendukung ini untuk meningkatkan lama tinggal (length of stay) wisatawan di Nuhuroa.

5.5 Identifikasi Sumberdaya Masyarakat Lokal

Sumberdaya masyarakat lokal. Sumberdaya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam pengembangan kawasan selain faktor lainnya seperti sumberdaya alam. Tinggi rendahnya kualitas SDM suatu wilayah ditunjukan oleh tinggi rendahnya intelektual dan pendapatan. Berikut adalah deskripsi singkat kondisi sosial Masyarakat Nuhuroa. Perkembangan penduduk Nuhuroa tahun 2004-2006 tersaji pada Gambar 29.

(45)

Kelima kecamatan di Nuhuroa, Kecamatan PP Kei Kecil memiliki jumlah penduduk terbanyak 37.330 jiwa atau 40.6% dari total Penduduk Nuhuroa yaitu 91.876 jiwa pada tahun 2006. Ini dipengaruhi oleh beberapa aspek diantaranya aspek demografi dan geografi dimana kecamatan ini termasuk wilayah pengembangan Kota Tual seperti Langgur dan Kolser, merupakan kecamatan dengan luas wilayah terbesar di Nuhuroa dan meliputi desa-desa pinggiran kota yang dominan memiliki penduduk yang padat. Selain itu kecamatan ini juga merupakan pusat perekonomian dan pemerintahan daerah yang meliputi Desa Langgur dan Ohoijang. Kepadatan penduduk berikutnya adalah Kecamatan Dullah selatan sebesar 25.566 (27.8%), kecamatan ini terdiri dari Kota Tual (desa/kelurahan Lodar el, Tual, Masrum, Ketsoblak) dan Desa Taar, yang juga merupakan salah satu pusat perekonomian dan pemerintah daerah. Kecamatan yang memiliki jumlah penduduk sedikit adalah Kei Kecil Barat yaitu sebanyak 5.823 jiwa (6.3%).

Pendidikan merupakan salah satu aspek pengembangan sumberdaya manusia secara kualitas dan kuantitas, terutama untuk memberdayakan dan mencerdaskan masyarakat dalam usaha keberlangsungan hidup masyarakat. Penduduk putus sekolah merupakan salah satu masalah dalam pembangunan apabila tidak diimbangi dengan pelatihan atau ketrampilan khusus untuk memberikan mereka wawasan. Gambar 30 menyajikan jumlah penduduk tidak tamat sekolah di Nuhuroa.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa pembangunan suatu wilayah selain dipengaruhi oleh sumberdaya alam juga dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya manusia daerah itu. Untuk pengembangan ekowisata di Nuhuroa maka perlu diidentifikasi SDM dan akseptibilitas masyarakat setempat terhadap ekowisata yang akan dikembangkan. Secara deskriptif identifikasi sumberdaya manusia pada lokasi wisata dan lokasi yang berpotensi untuk pengembangan ekowisata dilakukan di tujuh desa yaitu Ngilngof, Ohoililir, Ohoidertawun, Evu, Sathean, Rumadian dan Labetawi. Parameter yang dianalisis yaitu jumlah penduduk, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan yang terdiri atas 16 parameter (Tabel 27).

(46)

39 42 69 100 97 372 19 61 20 66 102 58 33 17 0 0 53 12 14 8 13 118 91 93 32 32 30 31 120 28 0 50 100 150 200 250 300 350 400 SD SMP SMU SD SMP SMU 2006 2007 Ju m la h

PP Kei kecil Kei kecil timur Kei kecil barat Dullah utara Dullah selatan

Gambar 30 Distribusi penduduk putus sekolah berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 27 Deskripsi identifikasi sumberdaya masyarakat

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Jumlah Penduduk 7 342 1598 1009.29 459.530 SD 7 59 431 234.43 115.357 SMP 7 21 251 112.43 71.307 SMU 7 19 383 105.71 125.201 PT 7 2 64 16.14 23.104 Tidak sekolah 7 12 310 65.43 108.383 PNS 7 8 72 31.57 25.890 Nelayan 7 5 344 185.71 123.513 Petani 7 50 687 374.00 243.080 Wiraswata 7 4 76 26.00 26.045 Lainnya 7 9 217 56.29 75.833 < Rp300.000 7 4 353 177.14 144.392 Rp300.000-600.000 7 100 424 243.86 119.639 Rp600.000-900.000 7 4 233 77.71 87.948 Rp900.000-1.200.000 7 4 86 30.00 26.262 > Rp1.200.000 7 3 78 21.71 25.382 Valid N (listwise) 7

(47)

Dari hasil analisis komponen utama terhadap 16 parameter, diperoleh 4 komponen utama yang menjelaskan 16 parameter, dicirikan dengan nilai akar ciri yang mempunyai nilai >1 yaitu 7.768 untuk komponen pertama, komponen kedua 3.593, 2.200 untuk komponen ketiga dan 1.943 untuk komponen keempat serta prosentase keragaman yang dijelaskan 4 komponen sebesar 96.904% (Tabel 28). Tabel 28 Komponen utama dan prosentase keragaman

Component Initial Eigenvalues(a) Extraction Sums of Squared Loadings

Total % of Variance Cumulative % Total % of Variance Cumulative % Raw 1 7.768 48.553 48.553 7.768 48.553 48.553 2 3.593 22.455 71.008 3.593 22.455 71.008 3 2.200 13.750 84.758 2.200 13.750 84.758 4 1.943 12.146 96.904 1.943 12.146 96.904 5 .404 2.528 99.432 .404 2.528 99.432 6 .091 .568 100.000 .091 .568 100.000

7 8.124E-16 5.077E-15 100.000 8.124E-16 5.077E-15 100.000

Analisis komponen utama diperlukan untuk menyusutkan dimensi sekumpulan parameter yang tidak tertata untuk keperluan analisis dan interpretasi, sehingga parameter yang jumlahnya cukup banyak akan diganti dengan parameter atau fungsi parameter yang jumlahnya lebih sedikit tanpa diiringi hilangnya obyektifitas analisis (Andi & Wahana komputer, 2004). Komponen pertama menjelaskan 11 paramater yaitu paramater jenis pekerjaan untuk wiraswata, PNS, tingkat pendapatan Rp600.000-Rp900.000, jenis pekerjaan lainnya, tingkat pendidikan untuk perguruan tinggi, tingkat pendapatan Rp900.000-Rp1.200.000, tingkat pendidikan SD, jumlah penduduk, tingkat pendapatan >Rp1.200.000, tingkat pendapatan Rp300.000-Rp600.000 dan tingkat pendidikan SMP. Parameter yang dijelaskan komponen kedua terdiri dari tingkat pendidikan SMU dan tingkat pendapatan <Rp300.000. Komponen ketiga menjelaskan parameter jenis pekerjaan nelayan dan penduduk yang tidak bersekolah, serta komponen keempat menjelaskan parameter jenis pekerjaan petani (Lampiran 3).

(48)

Hasil analisis cluster diperoleh karakteristik masyarakat berdasarkan unit desa yang terbagi menjadi 3 kelompok (Tabel 29). Karakteristik masyarakat tersebut adalah kelompok satu yaitu Desa Ngilngof, memiliki karakteristik berupa tingkat pendidikan tinggi untuk semua jenis tingkat pendidikan yaitu SD, SMP, SMU dan PT, jumlah petani terbanyak dan pendapatan tertinggi untuk kategori pendapatan Rp300.000-Rp600.000 dan Rp600.000-Rp900.000.

Tabel 29 Cluster membership

Case 3 Clusters 1. Ngilngof 1 2. Ohoililir 2 3. Ohoidertawun 2 4. Evu 2 5. Sathean 3 6. Rumadian 2 7. Labetawi 2

Desa Sathean tergolong kelompok tiga dengan karakteristik yaitu memiliki penduduk terbanyak, jenis pekerjaan terbanyak untuk kategori PNS, nelayan, wiraswata dan lainnya dan pendapatan tertinggi untuk kategori <Rp300.000, Rp900.000-Rp1.200.000 dan pendapatan >Rp900.000-Rp1.200.000. Sedangkan kelompok dua merupakan desa-desa yang karakteristiknya terletak antara kelompok 1 dan 3. Desa-desa yang tergolong kelompok dua adalah Ohoililir, Ohoidertawun, Evu, Rumadian dan Labetawi yang dicirikan dengan jumlah penduduk putus sekolah terbanyak. Hasil ini menunjukkan bahwa ekowisata dapat menjadi jaminan bagi masyarakat lokal dalam kaitannya dengan peluang kerja maupun peluang usaha untuk peningkatan kesejahteraan.

Kesadaran dan partisipasi masyarakat. Hasil penilaian sumberdaya masyarakat pada lokasi penelitian bila dihubungkan dengan kondisi sumberdaya alam, belum terlihat adanya hubungan yang signifikan. Seperti Desa Ohoililir, Evu dan Rumadian sebagai cluster dua yang dicirikan dengan jumlah penduduk putus sekolah terbanyak, memiliki kondisi sumberdaya alam yang masih baik.

(49)

Gambar 31 Peta identifikasi sumberdaya masyarakat lokal

Kesadaran dan pemahaman tentang fungsi dan manfaat pentingnya sumberdaya pesisir sangat perlu diberikan sejak dini terhadap masyarakat. Dengan adanya pengetahuan dan pemahaman yang baik, masyarakat akan memiliki kesadaran dalam melindungi dan memanfaatkan secara optimal potensi dan sumberdaya yang dimilikinya.

Partisipasi masyarakat juga merupakan modal utama keberhasilan pengembangan ekowisata. Hasil penilaian menunjukkan bahwa 100% masyarakat pada setiap lokasi mendukung pengembangan ekowisata, sedangkan ketersediaan berpartisipasi dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata terlihat bahwa enam desa

Gambar

Tabel 14  Matriks analisis stakeholder pengembangan ekowisata pesisir di Kabupaten Maluku Tenggara
Gambar 10  Performance sensitivity
Tabel 15  Kondisi pantai berpasir
Gambar 12  Peta sebaran pantai berpasir dan berbatu di Nuhuroa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam konteks Indonesia, memang tidak pembatasan penggunaan media asing, tetapi ada fenomena yang di luar nalar karena pilkada yang sangat terbatasi oleh

Untuk menempatkan kembali peran dan fungsinya itu, terlebih dahulu perlu memberikan kategorisasi corak kecenderungan paham dan gerakan keagamaan yang ada di masyarakat, dari

Hasil wawancara dan pengamatan yang telah dilakukan di desa Teratak Air Hitam Kecamatan Sentajo Raya Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau diperoleh informasi

Perumusan masalah yang akan dibahas adalah apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan keluhan Musculoskeletal Disorders (MSDs) pada nelayan di Kecamatan

Selanjutnya jika membandingkan nilai kesalahan dan nilai fungsi dari iterasi terakhir pada MC, MH dan MSH yang sama-sama memiliki kekonvergenan orde tiga, dapat dilihat pada Tabel

antibodi stimulasi hormon tiroid (TSH-Ab) atau thyroid stimulating immunoglobulin (TSI) yang berinteraksi dengan reseptor TSH di membran epitel folikel tiroid, yang

Bersihkan IQOS Anda secara berkala untuk menikmati cita rasa tembakau asli setelah penggunaan 20 batang HEETS.. Gunakan