METODE PENELITIAN
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis pemberian ekstrak propolis. Skala pengukurannya adalah skala nominal.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah volume urin tikus putih (Rattus novergicus). Skala pengukurannya adalah skala rasio.
3. Variabel Pengganggu
a. Variabel pengganggu yang terkendali
1) Adanya stres terhadap adaptasi lingkungan di tempat percobaan dilakukan.
2) Umur, jenis kelamin, berat badan dan makanan. b. Variabel pengganggu yang tidak terkendali
1) Variasi kepekaan tikus putih terhadap zat dan obat yang diberikan pada percobaan.
2) Keadaan ginjal tikus putih.
G. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas: pemberian ekstrak propolis
Ekstrak propolis adalah ekstrak etanol dari propolis. Propolis didapat dari peternak lebah di Sragen yang kemudian diekstrasi di Laboratorium Universitas Setiabudi Surakarta.Ekstraksi dilakukan dengan metode perkolasi sebagai metode pencairan karena beberapa keuntungan yang
commit to user
dimilikinya, salah satunya hasil ekstraksi berupa bahan aktif yang tinggi. Ekstrak yang diperoleh diperiksa kandungan kimianyadan menunjukkan hasil positif terhadap golongan flavonoid (Suresh A, et al., 2010). Dosis yang digunakan adalah 30mg/200g BB, 60mg/200g BB dan 120mg/200g BB. Skala yang digunakan adalah skala ordinal.
2. Variabel terikat: volume urin tikus putih
Efek diuresis adalah volume urin yang dihitung dari nilai rata-rata pengeluaran urin tikus putih selama 24 jam dimana pengamatan dilakukan setiap 6 jam sampai 4 kali setelah pemberian perlakuan. Penghitungan waktu menggunakan stopwatch dan untuk mengukur volume urin diukur dengan injection spuit. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala rasio.
3. Variabel pengganggu
a. Variabel pengganggu yang dapat dikendalikan. Variabel ini
dikendalikan melalui homogenisasi dan adaptasi terhadap lingkungan. 1) Stres terhadap lingkungan
Stres terhadap lingkungan dikendalikan dengan mengadaptasi tikus putih selama satu minggu sebelum pemberian perlakuan.
2) Variasi Genetik
Jenis hewan coba yang digunakan adalah tikus putih dengan galur Strain Wistar.
commit to user
3) Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang digunakan adalah jantan.
4) Umur
Tikus putih yang digunakan memiliki umur ± 3 bulan.
5) Makanan
Makanan yang diberikan berupa pelet dan minuman dari air PAM. b. Variabel pengganggu yang tidak dapat dikendalikan
1) Variasi kepekaan tikus terhadap zat dan obat yang diberikan
Setiap tikus bisa saja mempunyai tingkat kepekaan yang berbeda terhadap zat dan obat yang diberikan selama penelitian. 2) Keadaan ginjal tikus
Pada penelitian tidak dilakukan pemeriksaan ginjal sebelum perlakuan sehingga bisa saja kondisi ginjal tikus sudah tidak baik dari awal penelitian.
commit to user
H. Rancangan Penelitian
Gambar 3.1Rancangan Penelitian
Tikus Putih Jantan(35 ekor)
Diadaptasikan selama 7 hari
Dipuasakan selama 48 jam, tetap diberikan minum air
Kelompok I (7 Ekor) Kelompok II(7 Ekor) Kelompok III(7Ekor) Kelompok IV(7 Ekor) Kelompok V(7 Ekor)
Penampungan urin selama 6 jam
Pengukuran volume urin tiap 6 jam, selama 24 jam
Analisis data dengan uji statistik Anova dan dilanjutkan dengan uji post-hoc
+ Aquadest 2,5 ml +HCT0,3 mg/200 g BB tikus putih/2,5 ml +Ekstrak Propolis 30 mg/200 g BB tikus putih/2,5 ml +Ekstrak Propolis60 mg/200 g BB tikus putih/2,5 ml +Ekstrak Propolis120 mg/200g BB tikus putih/2,5 ml
commit to user
I. Instrumen Penelitian
1. Metabolic cage complete set for rats: Tempat uji diuretik untuk tikus putih.
2. Kandang tikus: tempat untuk mengadaptasikan tikus putih pada
lingkungan tempat percobaan.
3. Timbangan hewan: timbangan duduk dan timbangan neraca untuk
menimbang berat badan tikus putih.
4. Spuit pencekok: alat untuk memasukkan ekstrak bahan penguji pada tikus putih secara peroral.
5. Bekker Glass: alat untuk membuat ekstrak propolis
6. Stopwatch: alat untuk mengetahui waktu pada saat pengukuran volume urin
7. Injection spuit: alat untuk mengukur volume urin hasil uji diuretik.
J. Bahan Penelitian
1. Pelet sebagai bahan makanan tikus putih. 2. Ekstrak Propolis sebagai bahan uji. 3. Aquadest sebagai kontrol negatif. 4. Hidroklorotiazid sebagai kontrol positif.
K. Cara Kerja
1. Membuat Ekstrak Propolis
Ekstrak pada percobaan ini dibuat di Laboratorium Universitas Setiabudi Surakarta. Ekstrak dibuat dengan metode perkolasi dengan
commit to user
pelarut etanol 70%. Ekstrakkemudian diencerkan dan diberikan per oral pada tikus.
2. Penentuan Dosis
a. Dosis Ekstrak Propolis
Volume cairan maksimal yang dapat diberikan secara per oral pada tikus adalah 5 ml/100 g (Ngatidjan, 1991). Disarankan takaran dosis tidak sampai melebihi setengah kali volume maksimalnya (Imono dan Nurlila, 1986). Pada percobaan pemberian ekstrak etanol propolis pada tikus putih model diabetes didapatkan bahwa ekstrak etanol propolis pada dosis 300mg/kg BB dapat memberikan efek nephroprotektor (Abo-Salem, 2009). Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai spesies dan manusia, nilai konversi dosis dari manusia dengan berat badan 70 kg dengan tikus putih 200 gram adalah 0,018(Ngatidjan, 1991). Maka dosis ekstrak propolis yang digunakan adalah:
= (300mg x 200/1000 g )/200 g BB tikus putih = 60 mg/200 g BB tikus putih
Dalam percobaan digunakan dosis ekstrak propolis bertingkat: Kelompok uji I: Dosis rendah/dosis 1 = 0,5 x 60
mg/200g BB = 30 mg/200g BB
Kelompok uji II: Dosis sedang/ dosis 2 = 1 x 60 mg/200g BB = 60 mg/200g BB
commit to user
Kelompok uji III: Dosis tinggi/dosis 3= 2 x 60 mg/200g BB = 120 mg/200g BB
b. Dosis Hidroklorotiazid
Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai spesies dan manusia, konversi dosis manusia dengan berat badan 70 kg pada tikus dengan berat 200 g adalah 0,018. Volume cairan maksimal yang dapat diberikan per oral pada tikus adalah 5 ml/100 g BB (Ngatidjan, 1991). Disarankan takaran dosis tidak sampai melebihi setengah kali volume maksimalnya (Imono dan Nurlaila, 1986). Dosis HCT yang digunakan sebagai diuretik adalah 25 mg/ hari (Gunawan, 2007). Di Indonesia, berat rata-rata manusia adalah 50 kg, maka dosis hidroklorotiazid untuk tikus putih yaitu:
= (25 mg x 0,018 x 50/70)/200 g BB tikus putih = 0,32 mg/200 g BB tikus putih
0,3 mg/200 g BB tikus putih
3. Langkah Penelitian
a. Sebelum Perlakuan
Sebelum diberikan perlakuan, hewan diadaptasi kurang lebih selama 1 minggu di tempat percobaan dan dipuasakan selama 48 jam sebelum diberi perlakuan. Hewan uji kemudian dibagi secara acak ke
commit to user
dalam 5 kelompok yang terdiri dari 7 ekor tikus putih. Kemudian tikus putih ditimbang dengan timbangan hewan dan kemudian diberi perlakuan.
b. Pemberian Perlakuan
1) Kelompok 1: tikus putih diberi aquadest 2,5 ml sebagai kontrol negatif
2) Kelompok 2: tikus putih diberi hidroklorotiazid dosis 0,3mg/200 g BB tikus putih/2,5 ml
3) Kelompok 3: tikus putih diberi ekstrak propolis 30 mg/200g BB tikus putih/2,5 ml
4) Kelompok 4: tikus putih diberi ekstrak propolis 60 mg/200g BB tikus putih/2,5 ml
5) Kelompok 5: tikus putih diberi ekstrak propolis 120 mg/200 g BB tikus putih/2,5 ml
c. Sesudah Perlakuan
Tiap tikus putih langsung dimasukkan ke dalam metabolic cage complete set for rats untuk uji diuretik. Pengukuran dilakukan setiap 6 jam selama 24 jam setelah pemberian perlakuan.
commit to user
L. Teknik Analisis Data
Data yang didapat dianalisis secara statistik menggunakan uji one-way ANOVA untuk membandingkan perbedaan rerata lebih dari dua kelompok dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Kemudian, data dianalisis dengan uji post-hoc untuk mengetahuidi antara kelompok perlakuan yang mempunyai nilai signifikan paling berbeda.
commit to user