commit to user
JANTAN (RATTUS NORVEGICUS)
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
FADITYO G.0009074
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user iv
ABSTRAK
Fadityo, G0009074, 2012. Efek Diuresis Ekstrak Propolis pada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus). Skripsi. Fakultas Kedokteran, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Tujuan Penelitian : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek diuresis ekstrak propolis pada tikus putih jantan (Rattus norvegicus).
Metode Penelitian : Penelitian ini bersifat analitik eksperimental laboratorium dengan metode randomized controlled trial, dilakukan di Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta pada bulan Juni 2012. Subjek tikus putih jantan Strain Wistar sejumlah 35 ekor. Subjek penelitian dibagi menjadi 5 kelompok, masing-masing kelompok perlakuan terdiri dari 7 ekor tikus. Teknis sampling yang digunakan adalah Simple Random Sampling. Sebelum perlakuan tikus diadaptasikan selama 7 hari kemudian dipuasakan selama 48 jam dengan tetap diberikan air minum. Pemberian ekstrak propolis diberikan secara per oral. Kelompok I sebagai kontrol negatif diberi aquadest 2,5 ml, kelompok II sebagai kontrol positif diberi hidroklorotiazid 0,3 mg/2,5 ml, kelompok III sebagai dosis I diberi ekstrak propolis 30 mg/2,5 ml, kelompok IV sebagai dosis II diberi ekstrak propolis 60 mg/2,5 ml, dan kelompok V sebagai dosis III diberi ekstrak propolis 120 mg/2,5 ml. Pengukuran volume urin dilakukan setiap 6 jam selama 24 jam.
Hasil Penelitian : Hasil perhitungan statistik uji Anova dengan p < 0.05 menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada jumlah volume urin antara kelompok I, II, III, IV, dan V.Hasil uji Post-Hoc antara kelompok I dengan kelompok yang lain menunjukkan perbedaan signifikan.
Simpulan Penelitian : Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak propolis memiliki efek diuresis pada tikus putih jantan.
commit to user v
ABSTRACT
Fadityo, G.0009074, 2012. The Diuretic Effect of Propolis in White Male Rats (Rattus norvegicus). Mini Thesis, Faculty of Medicine, Sebelas Maret University Surakarta.
Objectives : This research aims at finding out the diuretic effect of propolis extract with in the male white rats (Rattus norvegicus).
Methods : The research is a laboratory experimental analytic study using randomized controlled trial done at Laboratory of Setia Budi University Surakarta in June 2012. The research subject is a number of 35 male white rats of Wistar Strain. They were divided into five treatment groups, each group consists of seven rats. A simple random sampling is used for sampling technique. Before the treatment, rats were adapted for 7 days and fasted for 48 hours but still provided with drinking water. Propolis was given orally. Group I was given aquadest 2.5 ml as negative control, group II was given hydrochlorothiazide 0.3 mg/2.5 ml as positive control, group III was given propolis extract at dose 30 mg/2.5 ml as dose I, group IV was given propolis extract at dose 60 mg/2.5 ml as dose II, and group V was given propolis extract at dose 120 mg/2.5 ml as dose III. Rats urine volume was measured every 6 hours for 24 hours.
Result: : Result of statistic calculation using Anova test with p < 0.05 shows that there is significant difference in total rats urine volume between group I, II, III, IV, and V. The Post-Hoc test result between group I compared with the others group was significant difference.
Conclusion Through observing amount of urine volume and statistic calculation, it can be concluded that propolis extract has diuretic effect in the male white rats.
commit to user
vi PRAKATA
Segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkah dan karunia-Nya dalam menyelesaikan skripsi dengan judul “Efek Diuresis Ekstrak Propolispada Tikus Putih Jantan (Rattus norvegicus)”.
Skripsiini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan tingkat sarjana di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak lepas dari kerjasama, bantuandandukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Dr.ZainalArifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Muthmainah, dr., M.Kes, selaku Ketua Tim Skripsi Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Muchsin Doewes, dr., PFarmK, selaku pembimbing utama yang telah berkenan meluangkan waktu memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.
4. Kisrini, Dra., Apt., M.Si, selaku pembimbing pendamping atas segala bimbingan, arahan, dan waktu yang telah beliau luangkan bagi penulis.
5. Endang Sri Hardjanti, dr., P.Fark, M.Or, selaku penguji utama yang telah berkenan menguji serta memberikan saran danmasukandalam penulisan skripsi ini.
6. YulMariyah, Dra., Apt., M.Si,selakuanggotapenguji yang telahmemberikan saran
dannasihatdalamperbaikanpenulisanskripsiini.
7. AyahandaTotok P., ibunda Sofia H. A.
danFayadivasertaseluruhkeluargabesarpenulis yang telahmendukung, mendoakan, memfasilitasidanmemotivasiselamapenulisanskripsiini.
8. Annisa Marsha, AriantoAdi W, danIntanSavira yang
berjuangbersama-samadalamsukadanduka.
penyelesaian skripsi dan sebagai salah satu tempat mencari referensi.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang turut membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikan selanjutnya.Akhir kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca.
Surakarta,November 2012
commit to user
vii DAFTAR ISI
PRAKATA ... ...vi
DAFTAR ISI ... ...vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... ... 3
D. Manfaat Penelitian ... 3
BAB II. LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka ... ... 4
1. Propolis ... 4
a. Deskripsi ... 4
b. Kandungan Senyawa Kimia ... 5
2. Ginjal ... 7
a. Anatomi Ginjal ... 7
b. Fisiologi Ginjal ... 9
c. Nefron ...11
d. Pembentukan Urin ...14
commit to user
viii
5. Hidroklorotiazid ... 17
a. Farmakokinetika ... 18
b. Farmakodinamika ... 18
c. Indikasi ... 19
B. Kerangka Pemikiran ... ... 20
C. Hipotesis ... ... 20
BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 21
B. Lokasi Penelitian ... 21
C. Subjek Penelitian ... ……... 21
D. Teknik Sampling ... ... ……. 22
E. Besar Sampel ………. 22
F. Identifikasi Variabel Penelitian ... 23
G. Definisi Operasional Variabel Penelitian... 23
H. Rancangan Penelitian ... ... 26
I. Intrumen Penelitan ... ... 27
J. Bahan Penelitian ... 27
K. Cara Kerja ...………..… 27
L. Teknik Analisis Data ………. 31
BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Data Hasil Penelitian ... ... 32
B. Analisis Data ... ... 34
commit to user
ix BAB VI. PENUTUP
A. Simpulan ... ... 41
B. Saran ... ... 41
DAFTAR PUSTAKA... 42
commit to user
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakangnMasalah
Diuretikadalahobat yang
dapatmeningkatkankecepatanpembentukanurin.Biasanyadiuretikdiindikasikan
padapasiendengan edema danhipertensi (Gunawan, et al, 2007).Salah
satudiuretik yang seringdigunakanadalahhidroklorotiazid yang
biasanyadiberikanpadapasiendenganhipertensisedangsampaidenganringan
(Joint National Comitte, 2003).Padaumumnya,
terapipadapasiendenganhipertensiadalahmodifikasigayahidupdanpemberianob
atdiuretikterutamagolongantiazid (Joint National Comitte, 2003).
Hidroklorotiaziddigunakansebagaifarmakoterapipertamadarihipertensikarenas
elainmemilikiefek diuresis, hidroklorotiazidjugamemilikiefek vasodilator
padaarteriolsehinggaterjadipenurunantekanandarah (Gunawan, et al,
2007).Menurut data dariRisetKesehatanDasar (Riskesdas) Balitbangkestahun
2007, prevalensihipertensi di Indonesia secaranasionalmencapai 31,7%.
Hipertensijugamerupakanpenyebabkematiantertinggiketiga di Indonesia
setelah stroke dantuberkolosis (Depkes, 2010).Dari data
tersebutdapatdisimpulkanbahwaobatdiuretikcukupbanyakdigunakan di
Indonesia.
commit to user
Indonesia adalahsalahsatunegara yang banyakmenggunakanbahan-bahan
yang terdapat di
alamsebagaisalahsatucarauntukmenjagakesehatanmaupununtukmenyembuhka
npenyakit. Cara inidigunakansecaraturun-temurun,
danbeberapasudahterbuktikhasiatnyadalammenjagakesehatanmaupunmenyem
buhkanpenyakit.Salah
satukeunggulandaripengobataniniadalahmemilikiefeksamping yang
cenderungkecildibandingkandenganpengobatankonvensional.Namun, di
samping kelebihannya, tanaman obat memiliki beberapa kelemahan, antara
lain sebagian besar efek farmakologisnya yang lemah, bahan baku belum
terstandar, belum dilakukan uji klinik, dan mudah tercemar berbagai jenis
mikroorganisme (Katno, 2004).
Salah satubahanalami yang
banyakdigunakansebagaipengobatanadalahpropolis.Propolistelahdigunakanol
ehmanusiasejakratusantahun yang lalu (Alex,
2011).Propolismemilikibanyakkandunganbiologisdanfarmakologi yang
mekanismekerjanyabanyakditelitibelakanganini.Salah satukandungan yang
banyakterdapatdalampropolisadalah flavonoid.Flavonoid adalah salah satu zat
dari sekian banyak zat kimia lainnya yang terdapat dipropolis yang telah
terbukti secara eksperimental dapat berfungsi sebagai diuretik alami (Xiao et
commit to user
Padaumumnyapropolisdigunakandalambentukekstrak,
baikituekstrakcairmaupunekstrakdalambentukbubuk yang
dimasukankedalamkapsul.Masyarakat Indonesia
menggunakanpropolissebagaisuplemenuntukmenjagakesehatanmaupununtuk
memnyembuhkanpenyakit.
B. RumusanMasalah
Apakahekstrakpropolismemilikiefek diuresis padatikusputihjantan?
C. TujuanPenelitian
Penelitianinibertujuanuntukmengetahuiefek diuresis
dariekstrakpropolispadatikusputihjantan (RattusNorvegicus)
D. ManfaatPenelitian
1. ManfaatTeoritis
Penelitianinidapatmemberikaninformasiilmiahmengenaiefek diuresis
ekstrakpropolis.
2. ManfaatAplikatif
Penelitianinidapatdilanjutkanpadahewan yang
tingkatnyalebihtinggilagidengandosis yang lebihbesar,
commit to user
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Propolis
a. Deskripsi
Propolis merupakan zat yang diproduksi oleh lebah yang berguna
untuk melindungi sarangnya dari berbagai macam ancaman, baik
berupa ancaman lingkungan maupun serangan dari organisme lainnya
(Siregar et al., 2011). Kata propolisberasal dari bahasa Yunani, yakni
pro bermakna sebelum dan polis berartikota.Secara umum propolis
dapat diartikan sebelum sampai kota. Kota dalam kehidupan lebah
madu adalah sarang (Hoesada et al., 2007).
Gambar 2.1 Lebah mengunakan propolis
sebagaiPertahanan (Krell, 1996)
commit to user
Propolis digunakan untuk menambal celah kecil dalam sarang
lebah, sedangkan untuk ruang yang lebih besar lebah akan
menggunakan lilin. Propolis dibentuk dari resin berbagai tanaman
yang dikumpulkan oleh lebah, terutama bunga dan pucuk tanaman.
(Siregar et al., 2011).
Propolis telah digunakan sejak jaman sebelum masehi.Dimasa lalu,
Bangsa Inca telah menggunakannya sebagai obat anti piretik (Sforcin
dan Bankoa, 2010).Propolis juga diketahui memiliki efek anti bakteri,
antiviral, dan anti inflamasi (Chang et al., 2002). Pada penelitian yang
dilakukan pada tahun 2009, didapatkan bahwa propolis dapat
mencegah terjadinya nefropati diabetik pada tikus putih model
diabetes (Abo-Salem et al., 2009)
b. Kandungan Senyawa Kimia
Kandungan komposisi dari propolis berbeda-beda pada setiap
daerahnya,bergantung dari resin tumbuhan yang dihisap oleh
lebah.Hal ini menyebabkan keanekaragaman kandungan kimia dari
propolis (Bankova, 2005).Terdapat lebih dari 150 zat yang terkandung
dalam propolis yang berhubungan dengan aktivitas biologis dari
propolis (Fu et al., 2005).Secara garis besar kandungan utama dari
commit to user
Tabel 2.1 di bawah ini menjelaskan mengenai kandungan kimia
yang terdapat di dalam propolis.
Tabel 2.1 Kandungan Kimia Propolis
Kelas Komponen Jumlah Grup Komponen
Resin 45-55% Flavonoid, asam fenolat
Minyak essensial 10% Senyawa volatil
Protein 5% Protein kemungkinan
berasal dari pollen dan asam amino bebas
Senyawa organik lain dan mineral
5% Terdapat 14 macam mineral yang terdeteksi,yang paling banyak adalah Fe dan Zn, sisanya Au, Ag, Cs, Hg, La dan Sb. Senyawa organik lain seperti: keton, laktan, kuinon, asam benzoat dan esternya, vitamin, dan gula
(Krell, 1996)
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa propolis memiliki
kandungan flavonoid yang cukup besar.Flavonoid adalah senyawa
metabolit sekunder yang terdapat pada tanaman hijau, kecuali
alga.Propolis juga mengandung berbagai macam jenis flavonoid,
seperti chrysin, apigenin, luteolin, rutin, quercetin, myricetin,
kaempferol, quercitrin, galangin, naringin, hesperetin, daidzein, dan
genistein (Chang et al., 2002). Pada percobaan efek diuresis dari
commit to user
bahwa flavonoid memiliki peran pada peningkatan volume urin tikus
putih (Suresh A et al., 2010). Selain flavonoid, senyawa lain yang
dapat berperan dalam meningkatkan volume urin adalah gula. Pada
tabel 2.1 dapat dilihat bahwa propolis memiliki kandungan gula
walaupun hanya sedikit.Gula dapat berperan meningkatkan volume
urin dengan perbedaan osmolaritas pada tubulus yang mengakibatkan
air berdifusi ke tubulus.Walaupun memiliki efek diuresis, diperlukan
gula dalam jumlah besar untuk menimbulkan efek diuresis.
2. Ginjal
Ginjal adalah organ vital didalam tubuh yang memiliki fungsi
mempertahankan kestabilan lingkungan di dalam tubuh.Fungsi vital ini
dijalankan dengan mengatur volume dan komposisi kimia darah dengan
mengekskresikan zat terlarut dan air secara selektif. Ginjal akan
memfiltrasi plasma darah melalui glomerulus diikuti dengan reabsorpsi
sejumlah zat terlarut dan air di sepanjang tubulus ginjal sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Kelebihan zat terlarut dan air tersebut akan
diekskresikan oleh ginjal melalui sistem pengumpul urin (Price dan
Wilson, 2006).
a. Anatomi Ginjal
Ginjal adalah organ yang berbentuk seperti kacang yang letaknya
berada di kedua sisi kolumna vertebralis (Price dan Wilson,
commit to user
rongga peritenium (Guyton dan Hall, 2006).Ginjal kanan terletak lebih
rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena adanya lobus hepatis
dexter (Snell. 2006).Pada orang dewasa, ginjal memiliki berat
kira-kira 150 gram.Sisi medial dari setiap ginjal adalah daerah lekukan
yang disebut hilum yang dilewati oleh arteri dan vena renalis, cairan
limfatik, suplai saraf dan ureter (Guyton dan Hall, 2006).
Jika ginjal dibagi dua dari atas ke bawah, dua daerah utama yang
dapat terlihat adalah korteks di bagian luar dan medula di bagian
dalam (Guyton dan Hall, 2006).Setiap ginjal memiliki korteks renalis
yang berwarna coklat gelap di bagian luar dan medulla renalis yang
berwarna coklat terang dibagian dalam.Medula renalis terdiri dari
sekitar dua belas piramida renalis. Setiap piramida renalis memiliki
basis yang menghadap ke korteks renalis dan apex yang disebut
papilla renalis. Bagian korteks yang menonjol ke medulla di antara
piramida renalis yang saling berdekatan disebut kolumna renalis
bagian bergaris-garis yang membentang dari basis piramida renalis
hingga ke korteks disebut radii medularis (Snell, 2006).Dasar dari
setiap piramida yang berasal pada perbatasan antara korteks dan
medula dan berakhir di papila, yang menonjol ke dalam ruang pelvis
ginjal, yaitu sambungan dari ujung ureter bagian atas yang berbentuk
corong. Batas luar pelvis terbagi menjadi kantong-kantong dengan
commit to user
dan terbagi menjadi kalises minor, yang mengumpulkan urin dari
tubulus setiap papila. Dinding kalises, pelvis, dan ureter terdiri dari
elemen- elemen kontraktil yang mendorong urin menuju kandung
kemih, tempat urin disimpan sampai dikeluarkan melalui mikturisi
(Guyton dan Hall, 2006).
b. Fisiologi Ginjal
Fungsi utama ginjal adalah mempertahankan volume dan
komposisi cairan ekstrasel dalam batas-batas normal.Komposisi
dan volume dari cairan ekstrasel ini dikontrol oleh filtrasi
glomerulus, reabsorpsi dan sekresi tubulus (Price dan
Wilson,2006).Ginjal mampu menyesuaikan jumlah air dan
berbagai konstituen plasma yang dipertahankan di tubuh atau
dikeluarkan di urin. Ginjal dapat mempertahankan kesimbangan air
dan elektrolit di dalam tubuh dalam kisaran yang sangat sempit
walaupun pengeluaran air dan elektrolit melalui saluran lain sangat
bervariasi (Sherwood, 2009).
Disamping itu ginjal memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Pengaturan keseimbangan air dan elektrolit
Untuk menjaga keseimbangan homeostasis, eksresi dari air dan
elektrolit haruslah seimbang dengan jumlah air dan elektrolit
commit to user
kebiasaan makan seseorang, sehingga ginjal harus bisa
menyesuaikan tingkat ekskresi dengan asupan yang didapat
tubuh.
2) Pengaturan keseimbangan asam dan basa
Ginjal mengatur keseimbangan asam dan basa bersama-sama
dengan paru-paru dan cairan tubuh dengan ekskresi asam dan
mengatur penyimpanan cairan tubuh.
3) Mengatur pembentukan eritrosit
Ginjal mengsekresikan enzim eritropoietin yang menstimulasi
produksi sel darah merah.Pada kondisi normal ginjal
mengsekresi hampir seluruh eritropoietin yang bersikulasi di
seluruh tubuh.
4) Pengaturan produksi 1,25-Dihidroksi Vitamin D3
Ginjal menghasilkan bentuk aktif dari Vitamin D,
1,25-Dihidroksi Vitamin D3.
5) Sintesis glukosa
Ginjal mensintesis glukosa dari asam amino dan perkursor
lainnya dalam proses yang disebut glukoneogenesis yang
commit to user
6) Pengaturan tekanan arteri
Ginjal mengatur tekanan arteri dengan ekskresi sodium dan
air.Ginjal juga berperan dalam pengaturan tekanan arteri dalam
jangka pendek dengan mengsekresikan faktor vasoaktif.
7) Ekskresi hasil buangan metabolik, zat kimia asing, obat dan
hormon metabolisme
Ginjal adalah organ utama dalam mengeliminasi sisa produk
metabolisme yang tidak dibutuhkan lagi oleh tubuh.Sisa
produk tersebut harus dielimanasi secepat produk itu
diproduksi dari tubuh.
(Guyton dan Hall, 2006)
c. Nefron
Ginjal memiliki sekitar satu juta unit fungsional mikroskopik yang
disatukan oleh jaringan ikat dan disebut nefron.Nefron adalah unit
terkecil yang mampu membentuk urin sebagai bagian dari fungsi
utama ginjal dalam menghasilkan urin dalam mempertahankan
stabilitas komposisi cairan ekstra seluler (Sherwood, 2009). Ginjal
tidak dapat meregenerasi nefron baru, oleh karena itu pada kerusakan
pada ginjal dan penuaan akan terjadi penurunan jumlah nefron
(Guyton dan Hall, 2006). Nefron terdiri dari dua komponen, yaitu
commit to user
1) Komponen Vaskular
Bagian dominan dari komponen vaskular nefron adalah
glomerulus.Glomerulus adalah suatu kuntum kapiler berbentuk
bola tempat filtrasi sebagian air dan zat terlarut dari darah yang
melewatinya. Cairan yang telah disaring ini dan komposisinya
hampir sama dengan plasma, kemudian mengalir melewati
komponen tubular nefron, tempat berbagai proses transport
mengubahnya menjadi urin.
Ketika masuk ke ginjal arteri renalis bercabang-cabang
hingga akhirnya membentuk banyak pembuluh halus yang
disebut arteriol aferen. Setiap nefron akan mendapatkan satu
arteriol aferen. Arteriol aferen mengalirkan darah ke
glomerulus. Kapiler-kapiler glomerulus akan kembali menyatu
untuk membentuk arteriol eferen yang dilalui oleh darah yang
tidak terfiltrasi. Arteriol eferen akan bercabang menjadi kapiler
kedua, kapiler peritubulus, yang memasok darah ke jaringan
ginjal dan penting dalam pertukaran antara sistem tubulus dan
darah sewaktu perubahan cairan filtrasi menjadi urin.
Kapiler-kapiler ini menyatu membentuk venula yang akhirnya
mengalirkan isinya ke vena renalis, yaitu saluran bagi darah
commit to user
2) Komponen Tubular
Komponen tubular nefron adalah suatu tabung berongga
berisi cairan yang dibentuk oleh satu lapisan sel
epitel.Komponen ini terbagi dalam beberapa segmen
berdasarkan perbedaan struktur dan fungsinya.
Komponen tubulus berasal dari kapsul Bowman, suatu
invaginasi berdinding rangkap yang melingkupi glomerulus
untuk mengumpulkan cairan dari kapiler glomerulus.Dari
kapsula Bowman, cairan yang difiltrasi mengalir ke tubulus
proksimal yang terletak di dalam korteks dan membentuk
gulungan- gulungan rapat.Bagian selanjutnya adalah ansa
henle, membentuk lengkung dengan bentuk U tajam atau hair
pin yang masuk ke dalam medulla ginjal.Pars desendens dari
ansa henle masuk dari korteks ke medula. Pars asendens
berjalan kembali ke korteks.Pars asendens kembali ke region
glomerulus nefronnya sendiri, tempat saluran ini berjalan
melewati garpu yang dibentuk oleh arteriol aferen dan eferen.
Di sini akan terjadi spesialisasi membentuk apparatus
jukstaglomelurus yang berperan dalam mengatur fungsi ginjal.
Setelah apparatus jukstaglomerulus, tubulus kembali
membentuk kumparan erat dan menjadi tubulus distal yang
commit to user
dalam duktus atau tubulus koligentes, dengan masing-masing
duktus menerima cairan dari delapan nefron berbeda. Duktus
koligentes berjalan ke dalam medulla untuk mengosongkan
cauran isinya (yang berubah menjadi urin) ke dalam pelvis
ginjal (Sherwood, 2009)
d. Pembentukan urin
Terdapat tiga proses dasar dalam pembentukan urin, yaitu filtrasi
glomerulus, reabsorpsi tubulus, dan sekresi tubulus (Sherwood, 2009)
1) Filtrasi Glomerulus
Pembentukan urin dimulai ketika sejumlah besar cairan yang
bebas dari protein disaring dari pembuluh kapiler glomerulus
menuju ke kapsula Bowman. Semua kandungan yang terkandung
didalam plasma, kecuali protein, tidak tersaring sehingga
kandungannya di dalam plasma dan di dalam filtrat glomerulus
hampir sama(Guyton dan Hall, 2006). Cairan yang difiltrasi dari
glomerulus ke dalam kapsula Bowman harus melewati dinding
kapiler glomerulus, membran basal dan lapisan dalam kapsul
Bowman yang membentuk membran glomerulus.Lapisan-lapisan
tersebut berfungsi sebagai saringan halus yang menahan sel darah
dan protein plasma tetapi meloloskan H2O dan zat terlarut dengan
commit to user
2) Reabsorpsi Tubulus dan Sekresi tubulus
Sebelum dikeluarkan sebagai urin, filtrate glomerulus mengalir
ke dalam tubulus ginjal, dimulai dari tubulus proksimal, lengkung
henle, kemudian tubulus distal, tubulus kolektivus dan akhirnya
menuju ke kantung kemih (Guyton dan Hall, 2006).Sebagian besar
zat yang difiltrasi direabsorpsi kembali di dalam tubulus sehingga
zat tersebut kembali ke dalam kapiler peritubulus yang
mengelilingi tubulus. Di sisi lain, beberapa zat disekresikan dari
pembuluh darah peritubulus ke dalam tubulus.
Glukosa dan asam amino direabsorpsi di sepanjang tubulus
proksimal melalui transpor aktif.Sedangkan kalium dan asam urat
sebagian besar direabsorpsi dan disekresikan di tubulus
proksimal.Natrium direabsorpsi secara aktif di tubulus proksimal
sejumlah dua pertiga dari natrium yang difiltrasi. Reabsorpsi
natrium akan berlanjut di lengkung henle, tubulus distal dan
tubulus kolektivus. Sebagian besar Ca2+ dan HPO42- direabsorpsi
dengan cara transpor aktif di tubulus proksimal. Sedangkan air,
klorida dan uurea direbasorpsi secara transpor pasif di tubulus
proksimal (Price dan Wilson, 2006).
3. Diuretik
Diuretik ialah obat yang dapat meningkatkan kecepatan pembentukan
commit to user
penghambat mekanisme transpor elektrolit di dalam tubuli ginjal dan
diuretik osmotik (Gunawan et al., 2007). Secara klinis, diuretik juga
digunakan untuk meningkatkan ekresi dari Na+ dan anion yang
mendampinginya, biasanya Cl-, atau disebut juga natriuresis. Selain Na+,
diuretik juga mempengaruhi penanganan asam urea, anion dan kation
lainnya oleh ginjal.(Brunton et al., 2006)
Sebagian besar diuretik menimbulkan efeknya pada membran transpor
protein spesifik di permukaan sel epitel luminal tubulus ginjal.Sedangkan
diuretik lainnya menimbulkan efek osmotik yang mencegah reabsorpsi air
di nefron, menghambat enzim-enzim atau mempengaruhi reseptor hormon
di sel epitel ginjal (Katzung, 1995). Tabel .22 akan menjelaskan
commit to user
Tabel 2.2Klasifikasi Diuretik dan Tempat Bekerjanya
Obat Tempat kerja utama Cara kerja
Diuretik osmotik
(1) Tubuli Proksimal
(2) Ansa Henle
(3) Duktus Koligentes
Penghambatan reabsorbsi natrium dan air melalui daya osmotiknya.
Penghambatan reabsorbsi natrium dan air oleh karena hipertonis daerah medula menurun.
Penghambatan reabsorbsi natrium dan air akibat adanya papillary wash out,
kecepatan aliran filtrate yang tinggi, atau adanya faktor lain.
Penghambat enzimkarbonik anhidrase
Tubuli proksimal Penghambatan terhadap reabsorbsi
bikarbonat
Tiazid Hulu Tubuli Distal Penghambatan terhadap reabsorbsi
natrium klorida
Diuretik Hemat Kalium
Hilir Tubuli Distal dan Duktus Koligentes daerah korteks
Penghambatan reabsorbsi natrium dan sekresi kalium dengan jalan
antagonisme kompetitif
(spironolakton) atau secara langsung (triamteren dan amilorid)
Diuretik Kuat Ansa henle bagian asenden pada bagian dengan epitel tebal
Penghambatan terhadap transport elektrolit natrium, Kalium dan Klorida.
(Gunawan et al., 2007)
4. Hidroklorotiazid
HCT adalah derivat thiazid yang telah terbukti lebih populer
dibandingkan obat induk (klorotiazid). Hal ini karena kemampuannya
untuk menghambat karbonik anhidrase kurang dibandingkan klorotiazid.
Obat ini juga lebih kuat, sehingga dosis yang diperlukan kurang dibanding
commit to user
et al., 2001). Selain memiliki efek diuresis, hidroklorotiazid juga memiliki
efek vasodilator sehingga dapat menurunkan tekanan darah.Pada pasien
diabetes insipidus, tiazid justru mengurangi diuresis. Hal ini
didugaberdasarkan pengurangan volume plasma yang diikuti penurunan
laju filtrasi glomrulus sehingga meningkatkan reabsorpsi Na dan air
(Gunawan, et al., 2007)
a. Farnakokinetika
HCT diabsorpsi pada pemberian oral dan disekresi oleh sistem
sekretorik asam organik. Diuretik golongan tiazid ini bersaing pada
beberapa hal dengan sekresi asam urat oleh sistem tersebut. Sebagai
hasilnya, kecepatansekresi asam urat dapat menurun, dengan diikuti
penigkatan kadar asam urat dalam serum.
b. Farmakodinamika
Diuretik golongan tiazid menghambat reabsorpsi NaCl dari sisi
luminal sel epitel dalam tubulus distalis. Diduga terdapat suatu efek
ringan pada reabsorpsi NaCl pada bagian akhir tubulus proksimal,
tetapi hal tersebut tidak diamati pada tatanan klinik yang umum.
Relatif hanya sedikit sistem transpor NaCl yang diketahui dapat
dihambat oleh thiazid ini. Cara transpor merupakan suatu
kotransporter NaCl netral secara elektris yag berbeda dari transporter
pada ansa henle. Terdapat pula proses reabsorpsi aktif untuk Ca2+ pada
commit to user
Sedangkan di ansa henle biasanya diuretik kuat menghambat
reabsorbsi Ca2+, tiazid meningkatkan reabsorpsi Ca2+ pada tubulus
kontortus distal.Mekanisme terjadinya peningkatan tersebut tidak
diketahui, tetapi diduga terjadi akibat penurunan Na+ karena
penghambatan reabsorbsi Na+ oleh tiazid. Hal tersebut kemungkinan
akan meningkatkan pertukaran Na+/Ca2+ pada membran basolateral
sehingga meningkatkan reabsorbsi Ca2+. Walaupun terjadi peningkatan
reabsorbsi Ca2+, tiazid jarang menyebabkan hiperkalsemia. Tetapi
dapat juga terjadi hiperkalsemia yang disebabkan oleh hal lain seperti
hiperparatiroidisme, karsinoma, dan sarkoidosis. Tiazid juga
bermanfaat untuk pengobatan batu ginjal yang disebabkan
hiperkalsiuria.
Efek tiazid bergantung pada produksi prostaglandin ginjal dan
dapat dihambat oleh obat antiinflamasi nonsteroid pada kondisi
tertentu.
c. Indikasi
Indikasi utamanya adalah hipertensi, gagal jantung kongestif,
nefrolitiasis yang disebabkan hiperkalsiuria idiopatik, dan diabetes
commit to user
B. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.2Kerangka Pemikiran
C. Hipotesis
Ekstrak Propolis memiliki efek diuresis pada tikus putih jantan (Rattus
commit to user
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium
dengan rancangan penelitian the post test only with control group design.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Universitas Setia Budi Surakarta.
C. Subjek Penelitian
1. Populasi :Tikus putih (Rattus novergicus)
2. Sampel :Tikus putih (Rattus novergicus) di Laboratorium Universitas
Setia Budi yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Adapun kriteria inklusi dan ekslusi adalah sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1) Galur Strain Wistar
2) Umur ± 3 bulan
3) Berat badan ± 200 gram
4) Jenis kelamin jantan
b. Kriteria Ekslusi
1) Tidak cacat fisik
2) Tidak stres
commit to user
D. Teknik Sampling
Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling
sehingga probabilitas setiap sampel diketahui dan memiliki kesempatan yang
sama untuk diambil menjadi sampel (Budiarto, 2002)
E. Besar Sampel
Penentuan besar sampel dilakukan dengan menggunakan rumus
Federer(Maryanto dan Fatimah, 2004).
Rumus Federer :
Keterangan:
n = besar sampel tiap kelompok
t = banyaknya kelompok
(n-1) x (5-1) > 15
(n-1) x 4 > 15
n – 1 > 3,75
n > 4,75
Dengan demikian, setiap kelompok minimal diperlukan 5 ekor tikus putih.
Penelitianinimenggunakan 7 ekor tikus putih pada tiap kelompok dengan
jumlah kelompok sebanyak 5 kelompok sehingga jumlah seluruh subjek
penelitian sebanyak 35 ekor tikus putih.
commit to user
F. Identifikasi Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Variabel bebas pada penelitian ini adalah dosis pemberian ekstrak
propolis. Skala pengukurannya adalah skala nominal.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat pada penelitian ini adalah volume urin tikus putih
(Rattus novergicus). Skala pengukurannya adalah skala rasio.
3. Variabel Pengganggu
a. Variabel pengganggu yang terkendali
1) Adanya stres terhadap adaptasi lingkungan di tempat percobaan
dilakukan.
2) Umur, jenis kelamin, berat badan dan makanan.
b. Variabel pengganggu yang tidak terkendali
1) Variasi kepekaan tikus putih terhadap zat dan obat yang diberikan
pada percobaan.
2) Keadaan ginjal tikus putih.
G. Definisi Operasional Variabel
1. Variabel bebas: pemberian ekstrak propolis
Ekstrak propolis adalah ekstrak etanol dari propolis. Propolis didapat
dari peternak lebah di Sragen yang kemudian diekstrasi di Laboratorium
Universitas Setiabudi Surakarta.Ekstraksi dilakukan dengan metode
commit to user
dimilikinya, salah satunya hasil ekstraksi berupa bahan aktif yang tinggi.
Ekstrak yang diperoleh diperiksa kandungan kimianyadan menunjukkan
hasil positif terhadap golongan flavonoid (Suresh A, et al., 2010). Dosis
yang digunakan adalah 30mg/200g BB, 60mg/200g BB dan 120mg/200g
BB. Skala yang digunakan adalah skala ordinal.
2. Variabel terikat: volume urin tikus putih
Efek diuresis adalah volume urin yang dihitung dari nilai rata-rata
pengeluaran urin tikus putih selama 24 jam dimana pengamatan dilakukan
setiap 6 jam sampai 4 kali setelah pemberian perlakuan. Penghitungan
waktu menggunakan stopwatch dan untuk mengukur volume urin diukur
dengan injection spuit. Skala pengukuran yang digunakan adalah skala
rasio.
3. Variabel pengganggu
a. Variabel pengganggu yang dapat dikendalikan. Variabel ini
dikendalikan melalui homogenisasi dan adaptasi terhadap lingkungan.
1) Stres terhadap lingkungan
Stres terhadap lingkungan dikendalikan dengan mengadaptasi tikus
putih selama satu minggu sebelum pemberian perlakuan.
2) Variasi Genetik
Jenis hewan coba yang digunakan adalah tikus putih dengan galur
commit to user
3) Jenis Kelamin
Jenis kelamin yang digunakan adalah jantan.
4) Umur
Tikus putih yang digunakan memiliki umur ± 3 bulan.
5) Makanan
Makanan yang diberikan berupa pelet dan minuman dari air PAM.
b. Variabel pengganggu yang tidak dapat dikendalikan
1) Variasi kepekaan tikus terhadap zat dan obat yang diberikan
Setiap tikus bisa saja mempunyai tingkat kepekaan yang
berbeda terhadap zat dan obat yang diberikan selama penelitian.
2) Keadaan ginjal tikus
Pada penelitian tidak dilakukan pemeriksaan ginjal sebelum
perlakuan sehingga bisa saja kondisi ginjal tikus sudah tidak baik
commit to user
Dipuasakan selama 48 jam, tetap diberikan minum air
Kelompok I
Penampungan urin selama 6 jam
Pengukuran volume urin tiap 6 jam, selama 24 jam
Analisis data dengan uji statistik Anova dan dilanjutkan dengan uji post-hoc
commit to user
I. Instrumen Penelitian
1. Metabolic cage complete set for rats: Tempat uji diuretik untuk tikus
putih.
2. Kandang tikus: tempat untuk mengadaptasikan tikus putih pada
lingkungan tempat percobaan.
3. Timbangan hewan: timbangan duduk dan timbangan neraca untuk
menimbang berat badan tikus putih.
4. Spuit pencekok: alat untuk memasukkan ekstrak bahan penguji pada tikus
putih secara peroral.
5. Bekker Glass: alat untuk membuat ekstrak propolis
6. Stopwatch: alat untuk mengetahui waktu pada saat pengukuran volume
urin
7. Injection spuit: alat untuk mengukur volume urin hasil uji diuretik.
J. Bahan Penelitian
1. Pelet sebagai bahan makanan tikus putih.
2. Ekstrak Propolis sebagai bahan uji.
3. Aquadest sebagai kontrol negatif.
4. Hidroklorotiazid sebagai kontrol positif.
K. Cara Kerja
1. Membuat Ekstrak Propolis
Ekstrak pada percobaan ini dibuat di Laboratorium Universitas
commit to user
pelarut etanol 70%. Ekstrakkemudian diencerkan dan diberikan per oral
pada tikus.
2. Penentuan Dosis
a. Dosis Ekstrak Propolis
Volume cairan maksimal yang dapat diberikan secara per oral pada
tikus adalah 5 ml/100 g (Ngatidjan, 1991). Disarankan takaran dosis
tidak sampai melebihi setengah kali volume maksimalnya (Imono dan
Nurlila, 1986). Pada percobaan pemberian ekstrak etanol propolis pada
tikus putih model diabetes didapatkan bahwa ekstrak etanol propolis
pada dosis 300mg/kg BB dapat memberikan efek nephroprotektor
(Abo-Salem, 2009). Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis
untuk berbagai spesies dan manusia, nilai konversi dosis dari manusia
dengan berat badan 70 kg dengan tikus putih 200 gram adalah
0,018(Ngatidjan, 1991). Maka dosis ekstrak propolis yang digunakan
adalah:
= (300mg x 200/1000 g )/200 g BB tikus putih
= 60 mg/200 g BB tikus putih
Dalam percobaan digunakan dosis ekstrak propolis bertingkat:
Kelompok uji I: Dosis rendah/dosis 1 = 0,5 x 60
mg/200g BB = 30 mg/200g BB
Kelompok uji II: Dosis sedang/ dosis 2 = 1 x 60
commit to user
Kelompok uji III: Dosis tinggi/dosis 3= 2 x 60
mg/200g BB = 120 mg/200g BB
b. Dosis Hidroklorotiazid
Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai
spesies dan manusia, konversi dosis manusia dengan berat badan 70 kg
pada tikus dengan berat 200 g adalah 0,018. Volume cairan maksimal
yang dapat diberikan per oral pada tikus adalah 5 ml/100 g BB
(Ngatidjan, 1991). Disarankan takaran dosis tidak sampai melebihi
setengah kali volume maksimalnya (Imono dan Nurlaila, 1986). Dosis
HCT yang digunakan sebagai diuretik adalah 25 mg/ hari (Gunawan,
2007). Di Indonesia, berat rata-rata manusia adalah 50 kg, maka dosis
hidroklorotiazid untuk tikus putih yaitu:
= (25 mg x 0,018 x 50/70)/200 g BB tikus putih
= 0,32 mg/200 g BB tikus putih
0,3 mg/200 g BB tikus putih
3. Langkah Penelitian
a. Sebelum Perlakuan
Sebelum diberikan perlakuan, hewan diadaptasi kurang lebih
selama 1 minggu di tempat percobaan dan dipuasakan selama 48 jam
commit to user
dalam 5 kelompok yang terdiri dari 7 ekor tikus putih. Kemudian tikus
putih ditimbang dengan timbangan hewan dan kemudian diberi
perlakuan.
b. Pemberian Perlakuan
1) Kelompok 1: tikus putih diberi aquadest 2,5 ml sebagai kontrol
negatif
2) Kelompok 2: tikus putih diberi hidroklorotiazid dosis 0,3mg/200 g
BB tikus putih/2,5 ml
3) Kelompok 3: tikus putih diberi ekstrak propolis 30 mg/200g BB
tikus putih/2,5 ml
4) Kelompok 4: tikus putih diberi ekstrak propolis 60 mg/200g BB
tikus putih/2,5 ml
5) Kelompok 5: tikus putih diberi ekstrak propolis 120 mg/200 g BB
tikus putih/2,5 ml
c. Sesudah Perlakuan
Tiap tikus putih langsung dimasukkan ke dalam metabolic cage
complete set for rats untuk uji diuretik. Pengukuran dilakukan setiap 6
commit to user
L. Teknik Analisis Data
Data yang didapat dianalisis secara statistik menggunakan uji one-way
ANOVA untuk membandingkan perbedaan rerata lebih dari dua kelompok
dengan derajat kemaknaan α = 0,05. Kemudian, data dianalisis dengan uji
post-hoc untuk mengetahuidi antara kelompok perlakuan yang mempunyai
commit to user
HASIL PENELITIAN
A. Data HasilPenelitian
Penelitiantentangefek diuresis ekstrakpropolisterhadaptikusputihjantan
(RattusNorvegicus)dilakukanpada 5
kelompokperlakuan.Kelompokdenganpemberianaquadestdigunakansebaga
ikontrolnegatifsedangkankelompokdenganpemberianhidroklorotiazidsebag
aikontrolpositif. Padapenelitianinipengukuran volume
urindilakukanselama 24 jam yang dilakukansebanyak 4 kali setiap 6 jam
sekali.
Hasilpengamatanefek diuresis ekstrakpropolisadalahsebagaiberikut :
Tabel 4.1.PengukuranRerata volume urin
Kelompok Mean ± SD (ml)
T1 T2 T3 T4
Aquades 0,50± 0,29 0,47±0,19 0,41±0,18 0,30±0,21
Hidroklorotiazid 2,74±1,03 1,82±0,31 1,51±0,28 1,29±0,12
Propolis Dosis I 2,09±1,02 1,45±0,45 1,40±0,49 1,14±0,61
Propolis Dosis II 1,98±0.74 1,27±0,84 1.12±0,15 0,97±0,39
Propolis Dosis III 1,53±0,25 1,06±0.53 0,92±0,28 0,84±0,34
commit to user
T1 : Observasi 6 jam pertama
T2 : Observasi 6 jam kedua
T3 : Observasi 6 jam ketiga
T4 : Observasi 6 jam keempat
Gambar 4.1 Grafik Volume Urin
Berdasarkankurva di atasdidapatkankelompokpropolisdosis 1
mengalamipuncakpadawaktupengamatan 6 jam I.
Puncakkurvatersebutberada di ataskurvakelompokaquadest,
kelompokpropolisdosis 2 dankelompokpropolisdosis 3.
Biladibandingkandengankurvakelompokhidroklorotiazid,
kurvatersebutberada di bawahnya.
Kurvakelompokpropolisdosis 2
mengalamipuncakpadawaktupengamatan 6 jam I.
commit to user
ataskurvakelompokaquadestdankelompokpropolisdosis 3, tetapiberada di
bawahkurvakelompokpropolisdosis 1 dankelompokhidroklorotiazid.
Kurvakelompokpropolisdosis 3
mengalamipuncakpadawaktupengamatan 6 jam I.
Puncakkurvatersebutberada di ataskelompokaquadesttetapiberada di
bawahkurvakelompokpropolisdosis 1, kelompokpropolisdosis 2
dankelompokhidroklorotiazid.
B. Analisis Data
Padapenelitianiniterdapatlebihdari 2 kelompokperlakuan yang
dibandingkan, sehinggaanalisis statistic yang digunakanadalahujiOne-Way
Analysis of Variance (Anova)dengan p ≤ 0.05.Pengujianinimenggunakan
program SPSS 17for windows. Sebelummelakukanuji ANOVA,
dilakukanujinormalitasmenggunakanSaphiro-WilkdanujihomogenitasLeveneterlebihdahulu.Setelahdilakukanuji
ANOVA kemudiandilakukanujiPost-Hoc menggunakanLSD.
1. UjiNormalitas
Dari hasilujinormalitasdidapatkanhasilpengukuran volume
urinpada 6 jam I, II, III dan IV memiliki p > 0,05.
IntepretasidariujinormalitasSaphiro-Wilkadalahjika
p>0,05berartidistribusi data normal. Untuk data
lengkapdariujinormalitasdapatdilihatpadalampiran 7.
commit to user
IntepretasidariujihomogenitasvariansLeveneadalahjika p >
0,05berartivarians data homogen. Untuk data
lengkapujihomogenitasVariansdapatdilihatpadalampiran 6.
3. UjiAnova
Setelahpadaujihomogenitasdannormalitasdidapatkan data
homogendanmemilikidistribusi yang
normal,makaujiAnovadapatdilakukan. Dari ujiAnovadidapatkannilai p
padapengukuran volume urin 6 jam I, II, III dan IV < 0,05 yang
berartiterdapatperbedaan yang bermaknapadajumlah volume
urinpadakeempatwaktupengukurantersebut.Untuk data
lengkaphasilujiAnovadapatdilihatpadalampiran 8, 9, 10 dan 11.
Untukmengetahuipadakelompokmanakah yang terdapatperbedaan
yang bermaknamakaselanjutnyadilakukanujiPost-Hoc LSD.
4. UjiPost-Hoc
BerikutiniadalahringkasandarihasilujiPost-Hoc yang
dilakukan.Untuk data lengkapnyadapatdilihatpadabagianlampiran 8, 9
10 dan 11.
BerikutadalahringkasanhasilujiPost-Hoc:
commit to user
urinpadakelompokpropolisdosis I dan II
tidakmemilikiperbedaan yang
bermaknadenganhidroklorotiazid.
Sedangkankelompokpropolisdosis III
memilikiperbedaanbermaknadenganhidroklorotiazid.
Ketigadosispropolismemilikiperbedaan yang
bermaknaterhadapkelompokaquadest.
b. Waktupengamatan 6 jam II
Padapengamatan 6 jam II, volume urinpadakelompokdosis
I dan II tidakmemilikiperbedaan yang
bermaknadenganhidroklorotiazid. Sedangkankelompokdosis III
memilikiperbedaan yang bermaknadenganhidroklorotiazid.
Ketigadosispropolismemilikiperbedaan yang
bermaknaterhadapkelompokaquadest.
c. Waktupengamatan 6 jam III
Padapengamatan 6 jam III, volume urinkelompokdosis I
tidakmemilikiperbedaan yang
bermaknadenganhidroklorotiazid. Sedangkankelompokdosis II
dan III memilikiperbedaan yang
bermaknadenganhidroklorotiazid.
Ketigakelompokdosismemilikiperbedaan yang
commit to user
Padapengamatan 6 jam IV, volume urinkelompokdosis I
dan II tidakmemilikiperbedaan yang
bermaknadenganhidroklorotiazid. Sedangkankelompokdosis III
memilikiperbedaan yang bermaknadenganhidroklorotiazid.
Ketigakelompokdosismemilikiperbedaan yang
commit to user BAB V
PEMBAHASAN
Dari penelitian yang dilakukandidapatkanbahwaekstrakpropolismemilikiefek
diuresis.Hal inidapatdilihatdenganadanyapeningkatan volume urinpadadosis I, dosis
II dandosis III yang signifikanterhadap volume urinpadakelompokaquadest.Salah
satuzataktif yang terdapatdalampropolis yang berperansebagaidiuretikadalah
flavonoid.Hal inisesuaidenganpenelitian yang dilakukanoleh Xiao dkk (2005)
bahwaflavonoid memilikiefekdiuretik.Menurut Suresh dkk (2010)
efekdiuretikflavonoidbekerjadenganmenghambatreabsorbsiNa+ danCl-di
tubulusginjal.
Volume air minummasing-masingtikusmemilikipengaruh yang
sangatbesarterhadap volume urin, karenajumlah volume
urinberhubunganjugadenganjumlahasupan air yang diterimasetiaptikus.Dari
ujihomogenitas yang dilakukandidapatkanbahwajumlahasupan air yang
diterimapadapenelitianinihomogen.
Secaraumum, hasilpenelitianinimenunjukkanadanyaefek diuresis
ekstrakpropolispadadosis I, dosis II dandosis III padawaktupengamatantertentu.
Padapenelitianinikontrolpositifmeilikipuncakpada 6 jam pertama. Hal
inisesuaidenganteori yang dinyatakanolehAnderson dkk (2002)
bahwapuncakkerjadarihidroklorotiazidterjadipada 4-6 jam
commit to user
pertama.Kontrolpositifjugamemiliki rata-rata volume urin yang
lebihtinggidibandingkandengan rata-rata volume urinpadakelompokdosis I, dosis II
dandosis III padaseluruhwaktupengukuran.
Padagrafikdapatdilihatbahwaketigadosismemilikikenaikan volume urinpada 6
jam pertamadanmemilikimasapuncakpadapengukuran 6 jam
pertamadansetelahitumengalamipenurunanpadapengukuran 6 jam
berikutnyasampaipadapengukuran yang terakhir.
Padapenelitiandidapatkanbahwa rata-rata volume urindosis I
lebihtinggidibandingdosis II dan rata-rata volume urindosis II
lebihtinggidibandingkanpadadosis
IIIpadasemuawaktupengukuran.Dapatdisimpulkanbahwapadapeningkatandosis yang
dilakukanpadapenelitianinimengakibatkanpenurunanefek diuresis
dariekstrakpropolis.Hal
inikemungkinanterjadikarenaadanyainteraksiantarzatpadaekstrakpropolis.Propolisme
ngandungbanyakzat yang dapatsalingberinteraksisatusama lain.
Interaksiantarzattersebutdapatsalingbersinergidansalingmenguatkanataudapatbersifata
ntagonisdansalingmelemahkan.Ketikaterjadipeningkatandosis,
makaterjadipeningkatankemungkinanterjadinyainteraksiantarzattersebut.Padapenelitia
nini,
didugainteraksiantarzattersebutbersifatantagonissehinggamenyebabkanpenurunanefek
commit to user
Salah satuzat yang didugamempengaruhipenurunan volume
urinpadapeningkatandosisekstrakpropolisadalahkalium.MenurutLotfy (2006)
propolismemilikiberbagaimacam mineral yaitu Mg, Ca, I, K, Na, Cu, Zn, Mndan
Fe.Menurut Guyton dan Hall (2006), tubuhmemilikitoleransiterhadapkalium yang
sempit,
olehkarenaitukenaikankonsentrasikaliumakanmemicutubuhuntukmengeksresikankali
um. Sebanyak 5-10%
kaliumdiekskresikanmelaluifesesdansisanyadieksresikanmelaluiginjal.Ekskresikalium
melaluiginjalterjadimelalui proses transport aktifpompaNatrium-Kalium.Padasetiap 2
ion K+ yang masukkedalamtubulus, makaterdapat 3 ion Na+ yang
masukkepembuluhdarah. Seperti yang
telahdiketahuireabsorpsinatriumkepembuluhdarahakanmengakibatkanperbedaankons
entrasiantarapembuluhdarahdengantubulus yang mengakibatkandifusidari air
kepembuluhdarahataudisebutjugareabsorbsisekunder.
Keunggulanpadapenelitianiniadalahtidakdidapatkannyatikus yang
sakitataumatipadasaatpenelitian,
sehinggaseluruhtikusdapatdigunakanuntukmewakilisetiapkelompokperlakuan.Kekura
nganpenelitianiniadalahtidakdilakukannyapengukuran air minumsetiap 6 jam
commit to user
41 BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Ekstrakpropolismemilikiefek diuresis padatikusputihjantan
B. Saran
1. Perludilakukanpenelitianlebihlanjutuntukmencaridosisefektifdariekstrakpr
opolissebagaidiuretikdenganmetode yang berbedadanhewanuji yang
lebihtinggi
2. Perludilakukanpengukuranmasukan air
minumsetiapwaktupengukuranselamapenelitian agar