• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identitas dan Integrasi Masyarakat Etnis Cina di Indonesia

Dalam dokumen Politik Identitas Etnis Cina Di Indonesia. (Halaman 51-58)

BAB II : ETNIS CINA DI INDONESIA DAN PEMBUKTIAN

A. Identitas dan Integrasi Masyarakat Etnis Cina di Indonesia

Apa pun perbedaaan atau keragaman, kriteria terpenting untuk mengukur ke Indonesia-an etnis Cina adalah rasa identitas mereka dan tingkat integrasi mereka ke dalam masyarakat Indonesia. Ini dapat dilihat dari sudut pandang integrasi sosio-kultur, ekonomi dan politik. Integrasi telah terjadi dikalangan etnis Cina di Indonesia, secara dramatis di kalangan generasi muda kelahiran lokal. Hal ini berlaku di kalangan etnis Cina di Jakarta tetapi lebih terjadi lagi pada kalangan di etnis Cina di daerah-daerah. Evolusi etnis Cina dari pedagang keliling dan kelasi kapal menjadi perantau atau huoqiao dan kemudian menjadi penduduk permanen imigran merupakan sebuah proses sejarah yang panjang dan sulit. Perubahan dramatis yang terjadi di kalangan generasi muda lahir di negeri tersebut setelah perang Pasifik mungkin saja bisa terjadi dalam periode yang lebih pendek sejarahnya, tetapi mereka kurang berarti.19 Ketika ditanya, “Negara apa yang kamu panggil rumah?” pada Survei Identitas tahun 1995, 97,3 persen dari 510 responden mengatakan bahwa Indonesia adalah rumah mereka.

Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam jawaban dari mereka yang berasal dari daerah dan dari mereka yang berasal dari Jakarta dan bila dipilah

      

19   Teresita Ang See, “Continiuty and Change”, dalam South East Asian Chinese, Hongkong

University Press, 1998, hal. 28-41.

berdasarkan distribusi usia, perbedaannya juga sangat tipis.

Tetapi, ketika ditanya mengenai apakah ke depan mereka melihat diri mereka akan terus di Indonasia, hanya 69,6 persen menjawab “ya”. Alasan untuk tinggal kebanyakan adalah: Ini adalah satu-satunya negara yang saya kenal; ini adalah tempat di mana keluarga, teman dan kerabat saya berada dan di sinilah tempat saya menemukan kesempatan baik. Mereka yang menjawab bahwa mereka tidak melihat diri mereka akan tetap tingal terus mengatakan bahwa situasi ketertiban dan masalah yang memburuk dalam negeri sebagai alasan utama mereka untuk ingin meninggalkan Indonesia. Mereka ada di daerah (73,6 persen) sedikit di atas mereka di Jakarta (66,2 persen) dalam hal keinginan untuk tetap tinggal. Mereka yang lebih tua lebih cenderung untuk memilih pergi ketimbang orang yang lebih muda.

Aspek integrasi yang terjadi di tingkat politik, kultural, sosial dan ekonomi

Masyarakat etnis Cina di Indonesia : 1. Aspek sosial budaya.

Gerakan mengindonesiakan generasi yang lebih muda selalu menjadi gangguan bagi generasi tua. Banyak hal telah dilakukan untuk meningkatkan pendidikan bahasa Mandarin dan untuk memberi dorongan pada pembaruan dan penyegaran budaya. Tetapi, pengaruh lingkungan membuktikan bahwa ia terlalu kuat. Fakta bahwa etnis Cina hanya terdiri atas persentase yang sangat kecil, baik terhadap populasi keseluruhan Indonesia dan jumlah absolut, adalah faktor yang menentukan dalam pembaruan sosial budaya dari generasi muda yang bergaya

barat ketimbang lingkungan budaya Cina yang murni.

Indikator lain dari integrasi soial budaya terlaihat pada fakta bahwa semakin banyak etnis Cina muda mempunyai teman dekat pribadi orang asli Indonesia. Demikian juga, semakin banyak dari mereka ini bergabung dengan kelompok yang berorientasi paham Indonesia dan orgnisasi sipil, alih-alih bergabung dengan organisasi etnis Cina murni yang hanya peduli pada kepentingan yang sempit dari komunitas etnis Cina. Organisasi profesional sekarang ini juga dipenuhi oleh anggota dan pejabat aktif keturunan etnis Cina. Diantara mereka adalah Dewan Mahasiswa Universitas, kelompok pengusaha Indonesia, asosiasi profesional seperti Ikatan Dokter Indonesia(IDI). Sesungguhnya, banyak etnis Cina di Indonesia telah dengan berhasil berintegrasi ke dalam lingkungan sosial Indonesia yang mana mereka tidak lagi menyadari kemungkinan timbulnya ketegangan dalam hubungan Indonesia – China. Mungkin, karena banyak teman dekat mereka adalah orang Indonesia, mereka cenderung untuk membuang atau menga Realitas sejarah yang 90 persen etnis Cina lokal adalah warga negara kelahiran lokal yang bersekolah ke sekolah Indonesia, bergabung dengan organisasi orang Indonesia dan belajar berbicara bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka secara alami mempunyai dampak yang luar biasa pada etnis Cina saat ini. baikan keberadaan “masalah etnis Cina”.20

Realitas sejarah yang 90 persen etnis Cina lokal adalah warga negara

      

20   Justian Suhandinata, WNI Keturunan Tionghoa dalam stabilitas ekonomi dan Politik Indonesia,

kelahiran lokal yang bersekolah ke sekolah Indonesia, bergabung dengan organisasi orang Indonesia dan belajar berbicara bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka secara alami mempunyai dampak yang luar biasa pada etnis Cina saat ini.

2. Aspek Ekonomi.

Integrasi kepentingan ekonomi adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari karena kebanyakan bisnis etnis Cina bersifat domestik. Tidak seperti perusahaan multinasional yang mempunyai perusahaan di negara di dunia, kebanyakan perusahaan yang dimiliki etnis Cina di Indonesia adalah perusahaan lokal atau dalam negeri yang keuntungannya akan kembali ke perekonomian Indonesia. Apa pun kewarganegaraan mereka, bisnis lokal yang dipunyai oleh masyarakat etnis Cina dapat dianggap hanya sebagai bisnis orang Indonesia, bagian integral dari perekonomian nasional, dikenai undang-undang lokal, dipelihara oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia atau kewalahan oleh kemunduran atau bencana yang dialami Indonesia. Pendek kata, apa pun yang memengaruhi bisnis di Indonesia akan mempengaruhi mereka dan sebaliknya.

Lagipula, ketika akses yang mudah kewarganegaraan diberikan masyarakat etnis Cina menjadi warga negara Indonesia dan makin banyak lagi keluar dari bisnis tradisional dan masuk ke berbagai profesi. Tanpa kewarganegaraan, mereka tidak dapat menjalankan profesi apa pun sehingga kebanyakan dari mereka menjalani bidang bisnis. Sekarang, masyarakat etnis Cina telah mencapai keberhasilan di berbagai bidang baru dalam seni dan ilmu

pengetahuan – hukum, sastra, jurnalisne, seni, musik, komunikasi massa, dan bahkan kajian Indonesia, pekerjaan sosial, dan sebagainya. Perjalanan dan atau karier ini telah dipilih oleh orang yang dengan sepenuh hati menerima diri mereka sebagai orang Indonesia dan yang akan menghabiskan hidupnya di Indonesia. Seseorang tidak akan menerjuni pekerjaan sosial atau komunikasi massa, misalnya. Jika seseorang tidak mempunyai rasa memiliki pada masyarakat Indonesia.

Dalam makalah mengenai “Mitos Keajaiban Ekonomi Etnis Tionghoa”, yang disajikan pada Konferensi Internasional tentang Tionghoa Peraturan di Hong Kong tahun 1994, peneliti dan bankir Go Bon Juan mengutip kondisi subjektif dan objektif yang menyumbang keberhasilan etnis Cina dalam bisnis. Ia menjelaskan bahwa kondisi seperti lokasi bisnis ini di negara-negara Asia Tenggara pada saat itu ketika iklim bisnis tidak kondusif untuk pertumbuhan jauh melampaui kondisi subjektif dari budaya dan tradisi etnis Cina ini. Pengamatannya tentang budaya dan tradisi dari bisnis orang Tionghoa ini ke dalam ekonomi Indonesia pada dasarnya berakhir ke perekonomian dalam negeri negara.21

3. Aspek Politik.

Mayoritas etnis Tionghoa memperoleh pembedaan resmi sebagai warga negara Indonesia, hambatan terbesar ke integrasi politik telah diangkat. Isu kebangsaan mempengaruhi mereka sama besarnya mereka mempengaruhi orang

       21   Ibid, hal. 249.

Indonesia lain. Sebaliknya, keprihatinan atas etnis Cina mempengaruhi mereka bagian luarnya saja atau secara tidak langsung. Dari sudut pandang hukum, mayoritas (85 – 90 persen) etnis Cina di negeri ini sudah berkebangsaan Indonesia. Maka, apa pun kontribusi yang mereka buat pada perekonomian, politik, masyarakat atau budaya, secara hukum, dapat dikatakan sebagai kontribusi mereka atau kewajiban sebagai warga negara sebuah negara.

Pada Survei Identitas tahun 1995, satu pertanyaan yang diajukan adalah apakah mereka setuju bahwa etnis Tionghoa harus menjauh dari arena politik, hanya 9 persen mengatakan setuju sedangkan 79 persen tidak setuju. Dalam nada yang sama, mayoritas (74,1 persen) setuju bahwa etnis Cina punya hak untuk menekan pemerintah untuk mengatasi masalah yang dihadapi oleh masyarakat sedangkan 10 persen mengatakan bahwa mereka tidak punya hak untuk melakukannya. Tingkat integrasi politik juga dapat dilihat dalam fakta bahwa banyak masyarakat etnis Cina sekarang sepenuhnya mengidentifikasi diri mereka sebagai orang Indonesia. Dalam pemilu baru-baru ini setelah rezim diktator dari mantan Presiden Soeharto digulingkan, banyak masyarakat etnis Cina lokal berpartisipasi dalam proses pemilu bukan hanya sebagai pemilih tetapi juga sebagai calon. Daftar calon dari etnis Cina yang ikut dalam pemilu tingkat nasional dan lokal cukup mengesankan.°

Dalam banyak isu yang mempengaruhi kepentingan nasional, sungguh mengharukan menyadari bahwa banyak masyarakat etnis Cina ini akan menganggap kepentingan Indonesia sebagai kepedulian yang teramat penting,

bahkan bila mereka bertentangan dengan kepentingan komunitas Tionghoa, dengan kepentingan negara China atau kepentingan lainnya.

4. Aspek Agama dan Tujuan.

Selain integrasi sosial budaya, ekonomi dan politik, faktor lain yang membantu sebagai faktor pemersatu antara orang Imdonesia dan etnis cina adalah tidak adanya rasa permusuhan agama. Di negara lain perbedaan agama bisa menjadi faktor yang menghambat integrasi tetapi di Indonesia, mayoritas etnis Cina beragama Katolik dan Protestan meskipun beberapa menganut agamanya hanya sebagai formalitas saja. Pada survei tahun 1995 sebanyak 82,9 persen mengaku sebagai Katolik atau Kristen. Untuk sebagian kecil (2 peresen) yang menjalankan ajaran Budha, Taoisme atau agana rakyat Cina, menarik untuk dicatat bahwa sinkretisme agama cukup kentara. Adalah hal yang biasa bagi etnis Cina untuk menjalankan ibadah Kristen sementara di saat yang sama juga menjalankan ibadah ritual dan kebiasaan masyarakat Indonesia etnis Cina. Tokoh Buddha berdampingan dengan gambar Maria Suci agama Katolik dan Jesus Kristus adalah pemandangan yang umum bisa dilihat di rumah tangga atau toko-toko masyarakat etnis Cina. Ritual kehidupan dari lahir sampai mati adalah campuran cara Indonesia dan etnis Cina. Sesungguhnya, survei tahun 1995 menunjukkan bahwa hanya 40 persen yang masih mempraktikkan pemujaan nenek moyang dan semakin muda usia mereka, semakin kurang mereka mempraktikkan ritual itu.

Dalam dokumen Politik Identitas Etnis Cina Di Indonesia. (Halaman 51-58)

Dokumen terkait