Kelamin
Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan Terakhir Ny. S Perempuan 40 Tetangga Ibu rumah
tangga
SMA
4.2.4 Pengaruh Stigma dan Kebudayaan a. Pengaruh Stigma
P : Apakah tante kase tanda atau cap seng bagus par orang gila? (P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?)
RP: Kase tanda seng bagus ade.
(RP :Memberikan tanda yang tidak bagus)
P : Bagaimana kase gambaran rawat orang gila yang tante su tahu?
(P : Bagaimana saudara mendeskripsikan atau menggambarkan perawatan yang anda ketahui terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa?)
RP : Tante seng tahu ade
(RP : Tidak mengetahui cara perawatan pada pasien dengan gangguan jiwa)
P : Apa tante pandang kalo status ekonomi itu kase pengaruh tanda negatif par orang gila nh kaseng?
(P : Apa saudara memandang status ekonomi juga mempengaruhi stigma pada pasien gangguan jiwa?)
RP : Bisa juga ade , karena dong orang kurang baru dong seng terurus tetap saja orang seng suka.
(RP : Status ekonomi mempengaruhi , karena bau tidak terurus tetap orang tidak menyukai)
(P : Apa saudara memberikan rasa simbolis atau perhatian lebih pada pasien dengan gangguan jiwa?)
RP : Memberikan perhatian ade (RP : Memberikan rasa perhatian)
P : Apa bentuk dari rasa perhatian yang diberikan?
(P : Apa bentuk rasa perhatian yang diberikan pada pasien dengan gangguan jiwa)
RP : Kalau lia dong jang lempar dong kasi biar saja.
(RP : Kalau melihat orang dengan gangguan jiwa tidak usah dilempari)
P : Bagaimana sikap dan tindakan tante kalo dapa lia orang gila? (P : Bagaimana sikap dan tindakan anda bila melihat pasien dengan gangguan jiwa?)
RP : tante takut ade .
(RP : Takut melihat pasien dengan gangguan jiwa)
P : Tante kan tetangga deng Ibu N. pung ana yang gila ini bagaimana pas tahu dia gila?
(P : Bagaimana sikap anda mengetahui bertetangga dengan pasien dengan gangguan jiwa?)\
RP : Tante kaget ade kok bisa dia sampe gila padahal dolo ada bae – bae saja
(RP : Kaget, bagaimana bisa sampai gangguan jiwa dulu baik – baik saja)
P : Menurut tante apa penyebab orang sampe gila? Apa karena tasala makan/ tampa tinggal yang seng bagus/ gagal karena pekerjaan / hubungan deng tetangga yang seng bagus / karena gagal seng ada tujuan dalam hidop.
(P : Menurut anda apa penyebab gangguan jiwa? Apa karena makanan/ Kondisi tempat tinggal yang tidak baik/ Gagal dalam pekerjaan/ Hubungan sosial yang terganggu / Karena tidak terpenuhi tujuan hidup?
RP : Kondisi rumah yang seng bagus, gagal dalam pekerjaan dan status ekonomi pengaruh ade biking stres lah gila.
(RP : Kondisi rumah yang tidak layak,gagal dalam pekerjaan dan status ekonomi seseorang tidak baik membuat stres dan membuat gangguan jiwa )
P : Jika orang gila su kaluar dari RS dan su sembuh? Apa akan tetap interaksi atau jauh? Nah apalagi tetangga su kaluar ini mau interaksi kaseng
(P : Jika pasien gangguan jiwa pulang dari RS dan dinyatakan sembuh? Apakah akan tetap bersosialisasi/ menjauhi? Tetangga sudah keluar dari RS apakah akan bersosialisasi?
RP : Bersosialisasi ade kaseng bicara deng dia apalagi tetangga sandiri ini
(RP : Tetap bersosialisasi dan berbicara karena tetangga)
P : Jika tante memiliki sodara yang gila? Apa tindakan? Jauhi/ dibiarkan saja/ bawa dong barobat? Sekarang tante pung ana sandiri apa tindakan pertama kali?
(P : Jika anda memiliki saudara dengan gangguan jiwa? Apa tindakan anda?menjauhi/dibiarkan saja / berobat ke RS ? Apa tindakan pertama kali saat anak mengalami gangguan jiwa)
RP : Tante bawa ke RS ade. (RP : Membawa ke RS)
P : Jika ada sodara ka ana suka sandiri, tatawa sandiri, melamun dan kase tunju sikap seng masuk akal? Apa perlu curiga / kase tinggal saja?
(P : Jika ada saudara atau anak anda yang suka menyendiri, tertawa sendiri, melamun dan menunjukan perilaku yang tidak wajar? Apakah perlu dicurigai / dibiarkan saja?)
RP : Tante curiga ade. (RP : Mencurigai)
b. Pengaruh Kebudayaan
P : Apakah tante percaya gangguan jiwa karena penyaki keturunan (P : Apakah anda percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan?)
RP : Percaya ade itu saki keturunan
(RP : Mempercayai karena penyakit keturunan ) P : Apa orang gila itu dong sikap seng normal
(P : Apakah pasien yang mengalami gangguan jiwa itu perilaku abnormal?)
RP : Seng normal ade. (RP : Abnormal)
P : Apa tante memandang penyebab orang gila ini karena orang pake – pake kaseng
(P : Apakah anda memandang penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual?)
RP : Seng ade itu seng batul (RP : Tidak benar )
P : Menurut tante batul kaseng orang gila ini gara – gara setang maso atau barang halus?
(P : Menurut anda penyebab gangguan jiwa karena dirasuki oleh makluk halus/ setan?)
RP : Bisa ade barang halus maso barang pikiran kosong (RP : Bisa karena dirasuki makluk halus saat pikiran kosong) P : Tante orang gila tuh dong pantas kaseng katong lindungi? (P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa perlu dilindungi?) RP : Perlu dilindungi ade.
P : Orang gila pantas dapa kurung / pasung / ka kase biar dong berkeliaran?
(P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa itu pantas dikurung/ dipasung/ dibiarkan berkeliaran?)
RP : Kurung saja dan diikat supaya jang maniso. (RP : Kurung dan diikat supaya jangan berkeliaran)
P : Orang gila itu dong dapa kutukan bagaimana tante pung pendapat?
(P : Apakah orang yang mengalami gangguan jiwa itu karena kutukan, Bagaimana pendapat anda?)
RP : Seng ade.
(RP : Tidak percaya pasieng dengan gangguan jiwa karena kutukan)
P : Tante orang gila itu sampah sosial atau sampah masyarakat batul kaseng?
(P : Apa anda menganggap pasien dengan gangguan jiwa sebagai sampah sosial?)
RP : Sampah sosial ade.
(RP : Orang dengan gangguan jiwa merupakan sampah sosial) P : Orang gila ini dong bawa aib par keluarga kaseng?
(P: Apakah pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga?)
RP : Aib keluarga ade.
( RP : Pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga) P : Apa tante pung tanggapan pas lia pasien di RSKD Ambon? (P : Apa tanggapan anda dengan pasien yang ada di RSKD Ambon?)
RP : Seng tahu ade tante seng pernah pi disitu.
4.2.5 Identitas Partisipan Keluarga III