Kelamin
Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan Terakhir Tn. T Laki – laki 70 Ayah Petani -
An.J Laki-laki 25 Anak - -
4.2.6 Pengaruh Stigma dan Kebudayaan a. Pengaruh Stigma
P : Apakah Om kase tanda atau cap seng bagus par orang gila? (P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?)
RP: Takut ade kalau lia orang gila langsung menghindar. (RP : Takut dan langsung menghindar)
P : Bagaimana kase gambaran rawat orang gila yang om su tahu? (P : Bagaimana saudara mendeskripsikan atau menggambarkan perawatan yang anda ketahui terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa?)
RP : Yang om tahu orang gila dapa kase obat itu saja barang dolo waktu om ana maso RS cuma tahu bagitu saja
(RP : Pengobatan pasien dengan gangguan jiwa cuma dengan pemberian obat)
P : Apa om pandang kalo status ekonomi itu kase pengaruh tanda negatif par orang gila nh kaseng?
(P : Apa saudara memandang status ekonomi juga mempengaruhi stigma pada pasien gangguan jiwa?)
RP : Seng ade
(RP : tidak mempengaruhi )
P : Apa om kase rasa perhatian yang labe kaseng par orang gila? (P : Apa saudara memberikan rasa simbolis atau perhatian lebih pada pasien dengan gangguan jiwa?)
RP : Kase perhatian ade , kasihan lia orang gila apalagi sekarang yang gila om pung ana sandiri.
(RP : Memberikan perhatian karena rasa kasihan apalagi yang mengalami gangguan jiwa anaknya sendiri)
P : Kalau bukan om anak tapi orang lain kase perhatian kaseng? (P : Kalau bukan anak kandung tetapi orang lain apa masih memberikan rasa perhatian?)
RP : Seng kase ade.
(RP : Tidak memberikan rasa perhatian)
P : Bagaimana sikap dan tindakan om kalo dapa lia orang gila? (P : Bagaimana sikap dan tindakan anda bila melihat pasien dengan gangguan jiwa?)
RP : Takut ade
(RP : Melihat pasien dengan gangguan jiwa takut)
P : Menurut om apa penyebab orang sampe gila? Apa karena tasala makan/ tampa tinggal yang seng bagus/ gagal karena pekerjaan / hubungan deng tetangga yang seng bagus / karena gagal seng ada tujuan dalam hidop.
(P : Menurut anda apa penyebab gangguan jiwa? Apa karena makanan/ Kondisi tempat tinggal yang tidak baik/ Gagal dalam pekerjaan/ Hubungan sosial yang terganggu / Karena tidak terpenuhi tujuan hidup?
RP : Bisa ade tasala makan, kondisi rumah yang seng bagus , gagal dalam karja, hubungan deng tetangga yang seng bagus deng seng tercapai kebutuhan dalam hidop.
(RP : Bisa karena makanan, kondisi rumah yang tidak layak, gagal dalam pekerjaan, hubungan sosial kurang baik dan tidak tercapai kebutuhan dalam hidup)
P : Jika orang gila su kaluar dari RS dan su sembuh? Apa akan tetap interaksi atau jauh?
(P : Jika pasien gangguan jiwa pulang dari RS dan dinyatakan sembuh? Apakah akan tetap bersosialisasi/ menjauhi?
RP : tetap bersosialisasi ade. (RP : tetap akan bersosialisasi)
P : Jika om memiliki sodara yang gila? Apa tindakan? Jauhi/ dibiarkan saja/ bawa dong barobat? Sekarang tante pung ana sandiri apa tindakan pertama kali?
(P : Jika anda memiliki saudara dengan gangguan jiwa? Apa tindakan anda?menjauhi/dibiarkan saja / berobat ke RS ? Apa tindakan pertama kali saat anak mengalami gangguan jiwa)
RP : Langsung bawa ke RS par priksa. (RP : Membawa ke RS untuk diperiksa)
b. Pengaruh Kebudayaan
P : Apakah om percaya gangguan jiwa karena penyaki keturunan (P : Apakah anda percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan? )
RP : Seng percaya ade.
(RP : Tidak percaya bahwa gangguan jiwa karena penyakit keturunan)
P : Apa orang gila itu dong sikap seng normal
(P : Apakah pasien yang mengalami gangguan jiwa itu perilaku abnormal?)
RP : Seng normal ade lah suka tatawa sandiri kaseng garu – garu kapala tuh.
(RP : Perilaku abnormal karena suka tertawa sendiri sambing menggaruk kepala )
P : Apa om memandang penyebab orang gila ini karena orang pake – pake kaseng
(P : Apakah anda memandang penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual?)
RP : Percaya ade, itu orang biking sampe bisa gila. (RP : Percaya karena kekuatan spiritual)
P : Menurut om batul kaseng orang gila ini gara – gara setang maso?
(P : Menurut anda penyebab gangguan jiwa karena dirasuki oleh makluk halus/ setan?)
RP : Seng percaya ade (RP : Tidak percaya )
P : Om orang gila tuh dong pantas kaseng katong lindungi? (P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa perlu dilindungi?) RP : Perlu ade supaya jang dong pastiu dijalan raya th. (RP : Perlu dilindungi agar tidak berkeliaran dijalan raya)
P : Orang gila pantas dapa kurung / pasung / ka kase biar dong berkeliaran?
(P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa itu pantas dikurung/ dipasung/ dibiarkan berkeliaran?)
RP : Ada yang pantas ada yang seng ade (RP : Ada yang pantas ada yang tidak)
P : Kanapa ada yang pantas kanapa ada yang seng? (P : Kenapa ada yang pantas dan tidak pantas?)
RP : Yang pantas itu kalo dong suka baribot deng yang seng pantas tuh dong cuma diam saja.
(RP : Pantas itu kalau suka ribut dan tidak pantas karena diam saja)
P : Orang gila itu dong dapa kutukan bagaimana tante pung pendapat?
(P : Apakah orang yang mengalami gangguan jiwa itu karena kutukan, Bagaimana pendapat anda?)
(RP : Tidak percaya ade)
P : Om orang gila itu sampah sosial atau sampah masyarakat batul kaseng?
(P : Apa anda menganggap pasien dengan gangguan jiwa sebagai sampah sosial?)
RP : Seng ade.
(RP : Tidak menjadi sampah sosial)
P : Orang gila ini dong bawa aib par keluarga kaseng?
(P: Apakah pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga?)
RP : Seng ade.
( RP : Tidak menjadi aib keluarga)
P : Apa Om pung tanggapan pas lia pasien di RSKD Ambon? (P : Apa tanggapan anda dengan pasien yang ada di RSKD Ambon?) RP : Takut ade. (RP : Takut) 4.2.7 Identitas Partisipan IV Nama Jenis Kelamin
Umur Keterangan Pekerjaan Pendidikan Terakhir Tn. N Laki-laki 50 Tetangga Pegawai
swasta
D3 ekonomi
4.2.8 Pengaruh Stigma dan Kebudayaan a. Pengaruh Stigma
P : Apakah Om kase tanda atau cap seng bagus par orang gila? (P : Apakah saudara memberikan cap pada individu yang mengalami gangguan jiwa?)
RP: Kase tanda seng suka orang gila, taku deng orang gila th bobou
(RP : Memberikan tanda, tidak menyukai, takut dan orang dengan gangguan jiwa bau)
P : Bagaimana kase gambaran rawat orang gila yang Om su tahu? (P : Bagaimana saudara mendeskripsikan atau menggambarkan perawatan yang anda ketahui terhadap individu yang mengalami gangguan jiwa?)
RP : Dong dapa bina, dapa kase makan, minum obat dan setiap hari mandi.
(RP : Orang dengan gangguan jiwa dibina, diberi makanan, obat dan diperhatikan dalam hal kebersihan diri)
P : Apa om pandang kalo status ekonomi itu kase pengaruh tanda negatif par orang gila nh kaseng?
(P : Apa saudara memandang status ekonomi juga mempengaruhi stigma pada pasien gangguan jiwa?)
RP : Bisa kaka.
(RP : Status ekonomi bisa mempengaruhi)
P : Apa Om kase rasa perhatian yang labe kaseng par orang gila? (P : Apa saudara memberikan rasa simbolis atau perhatian lebih pada pasien dengan gangguan jiwa?)
RP : Seng kaka.
(RP : Tidak memberikan rasa perhatian)
P : Bagaimana sikap dan tindakan Om kalo dapa lia orang gila? (P : Bagaimana sikap dan tindakan anda bila melihat pasien dengan gangguan jiwa?)
RP : Cuek saja kaka
(RP : Tidak memperdulikan pasien dengan gangguan jiwa)
P : Om kan tetangga deng Tn T. pung ana yang gila ini bagaimana pas tahu dia gila?
(P : Bagaimana sikap anda mengetahui bertetangga dengan pasien dengan gangguan jiwa?)
(RP : Tidak memperdulikan)
P : Menurut Om apa penyebab orang sampe gila? Apa karena tasala makan/ tampa tinggal yang seng bagus/ gagal karena pekerjaan / hubungan deng tetangga yang seng bagus / karena gagal seng ada tujuan dalam hidop.
(P : Menurut anda apa penyebab gangguan jiwa? Apa karena makanan/ Kondisi tempat tinggal yang tidak baik/ Gagal dalam pekerjaan/ Hubungan sosial yang terganggu / Karena tidak terpenuhi tujuan hidup?
RP : Dong gagal dalam pekerjaan kaseng gara – gara seng dapa karja
(RP : Gagal dalam pekerjaan dan tidak mempunyai pekerjaan sehingga menyebabkan gangguan jiwa )
P : Jika orang gila su kaluar dari RS dan su sembuh? Apa akan tetap interaksi atau jauh? Nah apalagi tetangga su kaluar ini mau interaksi kaseng
(P : Jika pasien gangguan jiwa pulang dari RS dan dinyatakan sembuh? Apakah akan tetap bersosialisasi/ menjauhi? Tetangga sudah keluar dari RS apakah akan bersosialisasi?
RP : bisa – bisa bersosialisasi kaka. (RP : Tetap bersosialisasi)
P : Jika Om memiliki sodara yang gila? Apa tindakan? Jauhi/ dibiarkan saja/ bawa dong barobat? Sekarang tante pung ana sandiri apa tindakan pertama kali?
(P : Jika anda memiliki saudara dengan gangguan jiwa? Apa tindakan anda?menjauhi/dibiarkan saja / berobat ke RS ? Apa tindakan pertama kali saat anak mengalami gangguan jiwa)
RP : Om langsung bawa ke RS kaka. (RP : Membawa ke RS)
P : Jika ada sodara ka ana suka sandiri, tatawa sandiri, melamun dan kase tunju sikap seng masuk akal? Apa perlu curiga / kase tinggal saja?
(P : Jika ada saudara atau anak anda yang suka menyendiri, tertawa sendiri, melamun dan menunjukan perilaku yang tidak wajar? Apakah perlu dicurigai / dibiarkan saja?)
RP : Om curiga kaka barang kan peduli. (RP : Mencurigai karena peduli)
b. Pengaruh Kebudayaan
P : Apakah Om percaya gangguan jiwa karena penyaki keturunan (P : Apakah anda percaya gangguan jiwa karena penyakit keturunan? )
RP : Percaya kaka.
(RP : Mempercayai karena penyakit keturunan ) P : Apa orang gila itu dong sikap seng normal
(P : Apakah pasien yang mengalami gangguan jiwa itu perilaku abnormal?)
RP : Seng normal kaka lah dong saja suka bajalang sandiri baru tatawa – tatawa tuh.
(RP : Abnormal dan suka berjalan sendiri sambil tertawa)
P : Apa Om memandang penyebab orang gila ini karena orang pake – pake kaseng
(P : Apakah anda memandang penyebab gangguan jiwa karena kekuatan spiritual?)
RP : Batul kaka ada yang biking itu sampe gila.
(RP : Benar ada orang yang memakai kekuatan spiritual)
P : Menurut Om batul kaseng orang gila ini gara – gara setang maso atau barang halus?
(P : Menurut anda penyebab gangguan jiwa karena dirasuki oleh makluk halus/ setan?)
(RP : Tidak bisa)
P : Om orang gila tuh dong pantas kaseng katong lindungi? (P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa perlu dilindungi?) RP : Seng pantas ade.
(RP : Tidak pantas.)
P : Orang gila pantas dapa kurung / pasung / ka kase biar dong berkeliaran?
(P : Apakah pasien dengan gangguan jiwa itu pantas dikurung/ dipasung/ dibiarkan berkeliaran?)
RP : Kurung saja kaka
(RP : Pasien dengan gangguan jiwa sebaiknya dikurung)
P : Orang gila itu dong dapa kutukan bagaimana om pung pendapat?
(P : Apakah orang yang mengalami gangguan jiwa itu karena kutukan, Bagaimana pendapat anda?)
RP : Percaya kaka.
(RP : Percaya pasien dengan gangguan jiwa karena kutukan) P : Om orang gila itu sampah sosial atau sampah masyarakat batul kaseng?
(P : Apa anda menganggap pasien dengan gangguan jiwa sebagai sampah sosial?)
RP : Sampah sosial kaka.
(RP : Orang dengan gangguan jiwa merupakan sampah sosial) P : Orang gila ini dong bawa aib par keluarga kaseng?
(P: Apakah pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga?)
RP : Aib keluarga kaka
( RP : Pasien dengan gangguan jiwa merupakan aib keluarga) P : Apa tante pung tanggapan pas lia pasien di RSKD Ambon? (P : Apa tanggapan anda dengan pasien yang ada di RSKD Ambon?)
RP : Mau maso saja taku barang dari dolo kanal RS par orang gila itu.
(RP : Untuk masuk saja takut karena mengetahui RSKD hanya untuk pasien dengan gangguan jiwa)
4.2.8 Identitas Partisipan Keluarga V