Dalam penelitian ini ideologi yang mempengaruhi adalah ideologi patriarki. Ideologi patriarki ditandai dengan kekuasaan pria di berbagai bidang kehidupan. Patriarki merujuk pada sistem di bawah pra-produksi kapitalis, di mana alat – alat produksi dan organisasi tenaga kerja yang dimiliki dan dikendalikan oleh kepala rumah tangga (Murray, 1995:6).
Kate Millet, seorang feminis dalam feminisme radikal, mengkonsep patriarki sebagai dominasi pria atas wanita dan dominasi pria yang lebih muda atas pria yang lebih tua. Karenanya kekuasaan patriarki spesifik pada jenis kelamin dan usia. Menurut Heidi Hartmann, mendiskripsikan patriarki dalam The Unhappy Marriage of Marxism and Feminism, sebagai satu set hubungan sosial di antara para pria dimana meskipun bersifat hierarki, membangun saling ketergantungan dan solidaritas di antara pria untuk mendominasi wanita.
Menurut Christine Delphy dalam The Main Enemy, memahami patriarki sebagai sebuah sistem eksploitasi atas wanita oleh pria, melalui kontrak pernikahan yang kemudian pria memperoleh keuntungan material.
Sylvia Walby dalam Theorizing Patriarchy mendefinisikan patriarki sebagai sebuah sistem struktur dan praktik sosial dimana pria mendominasi, menekan dan mengeksploitasi wanita. Eisenstein dalam Capital Patriarchy and The Case for Socialist Feminism menganggap patriarki sebagai hierarki seksual dimana wanita adalah ibu, pekerja domestik dan konsumen. Maka patriarki adalah ideologi yang mensubordinasi keberadaan wanita (Murray, 1995: 6-8)
Berdasarkan definisi – definisi tersebut maka patriarki mengandung unsur antara lain: dominasi pria terhadap wanita, solidaritas antara pria untuk mendominasi wanita, eksploitasi melalui kontrak pernikahan, menekan wanita, mengeksploitasi wanita, wanita sebagai ibu, wanita sebagai pekerja domestik dan wanita sebagai konsumen, subordinasi wanita.
Kesimpulan atas pemilihan ideologi ini pada buku Act Like a Lady Think Like a Man salah satunya didasarkan pada hasil penelitian ini, dimana terbukti bahwa
terdapat dominasi maskulin dalam penjabaran buku. Dalam buku ini pria dicirikan dengan sifat – sifat peran maskulin sedangkan wanita pada peran feminin. Adanya perbedaan maskulin – feminin tersebut sudah menjadi indikator pertama dari ideologi patriarki. Peran maskulin dalam buku ini antara lain pria sebagai Fixing things, non revealing, dominance, non emotional, provider, physical strong, practical, achievement, practical, dominance. Sedangkan peran feminin wanita dalam buku ini adalah asisten, financial dependent, homemaker, lelucon, nurturance, penyebab, need to be fixed. Mengacu kepada definisi patriarki oleh Einsenstein, bahwa dalam patriarki wanita dianggap sebagai pekerja domestik. Dalam peran feminine yang dijabarkan dalam buku muncul peran homemaker yang merupakan kata lain pekerja domestik.
Penuturan buku ini adalah dari pria kepada wanita. Kata ganti yang digunakan menempatkan wanita sebagai pihak yang diajak bicara, kata ganti untuk wanita adalah ‘anda’ вang merupakan Persona II, sedangkan Steve sebagai penulis menggunakan Persona I (saya) dan terkadang Persona III (kami (Steve dan pria)). Steve menjadi bagian dari pria dan berusaha mempengaruhi wanita pembacanya untuk kepentingan pria lainnya maka ini menjadi salah satu bentuk solidaritas pria dalam mendominasi wanita, analisa ini memenuhi definisi dari Heidi Hartmann.
Indikator berikutnya adalah penggunaan metode instruktif dari penulis (pria) terhadap pembaca (wanita). Instruksi muncul dalam judul dan juga kalimat terakhir dalam bagian pendahuluan. Telah dijelaskan sebelumnya dalam pembahasan pendahulun. Frasa ajakan di akhir kalimat yang sama dengan judul buku ini yakni: Act Like a Lady, Think Like a Man. Dalam edisi bahasa Indonesia kalimat ajakan
terakhir tersebut menjadi: Jadi, bertindaklah seperti wanita, dan berpikirlah seperti lelaki. Dalam konteks bahasa indonesia, kalimat tersebut mengalami aglutinasi вakni pemberian imbuhan, pemberian ‘-lah’ sebagai akhiran bermakna perintah. Kalimat terakhir bermakna perintah untuk bertindak seperti wanita dan berpikir seperti lelaki. Dalam konteks bahasa inggris, seperti judulnya Act Like a Lady, Think Like a Man juga dapat diartikan perintah. Buku ini sendiri adalah buku jenis instruktif. Didasarkan pada analisa aspek eksternal intertextuality yang dilakukan sebelumnya, buku ini disebut penulisnya sebagai sebuah playbook.
Kalimat – kalimat instruksi atau perintah lain muncul dalam setiap bagian. Contoh pada Bagian pendahuluan, penulis memilih kata ‘harus melupakan’, ‘menghapus’, ‘silakan dibaca’,’baca buku ini’. Pada Bagian, diksi yang menunjukkan instruksi antara lain ‘camkan’, ‘penting bagi anda untuk mengetahui semua ini’, ‘anda harus paham’, ‘coba pikirkan’, ‘anda dapat membantunвa’, ‘mari saвa beri tahu anda’, ‘anda harus berhenti’, ‘ingatlah’, ‘membiarkan dia’, ‘kami ingin anda menunjukkan’, ‘anda harus tetap berada di sisi kami’, ‘kami harus merasa spesial’, ‘kami harus merasa seperti raja’, ‘percaвalah kepada saвa’. Pemilihan – pemilihan kata tersebut ada banyak jumlahnya yang tersebar dalam setiap bab buku.
Indikator patriarki berikutnya adalah adanya dominasi pria terhadap wanita dengan mensubordinasi, menekan dan mengeskploitasi. Subordinasi ditunjukkan salah satunya dengan menjadikan wanita sebagai obyek dan manusia yang pasif, antara lain dalam menggambarkan wanita sebagai ikan, cinta pria yang ‘mengklaim’ аanita, ‘menafkahi’, ‘melindungi’, ‘menвeаa’, ‘membeli’. Selain itu
pada bab 3, uraian tentang kebutuhan pria, wanita diminta menjadikan pria sebagai raja, nomor satu dan spesial. Dalam arti lain wanita menjadi yang sebaliknya, pelayan raja, nomor kedua dan bukan spesial, perintah tersebut merupakan bentuk subordinasi wanita.
Penempatan wanita sebagai yang subordinat adalah ciri khas dari patriarki didasarkan pada definisi patriarki yang telah dijabarkan sebelumnya, khususnya definisi dari Sylvia Walaby.
Wanita sebagai obyek seksual merupakan salah satu bentuk eksploitasi wanita. Penggambaran daya tarik seksual wanita digambarkan beberapa kali dalam bab ini. Seperti pada bab ‘Anak Mama’, Steve menggambarkan аanita telanjang, bab ‘Pria Berselingkuh’ menggambarkan аanita telanjang вang bergelantungan di lampu gantung. Serta lebih banyak lagi penggambaran tentang wanita dari sudut pandang seksual mereka.
Indikator lain adalah eksploitasi wanita dalam pernikahan, didasarkan pada definisi milik Christine Delphy. Eksploitasi wanita dalam pernikahan muncul pada bab 3, bab 8 dan bab 14. Pada bab tersebut, digambarkan kondisi pernikahan. Masalah utama dalam bab 3 dan bab 8 adalah kebutuhan seks pria. Muncul indikasi kritik terhadap wanita yang bekerja. Wanita yang demikian sering terlalu lelah sehingga tidak dpaat memenuhi kebutuhan pasangannya. Sedangkan mengacu pada bab 3 bahwa seks adalah kebutuhan cinta pria yang harus dipenuhi, jika tidak dipenuhi maka muncul problem perselingkuhan. Berdasarkan treatment recommendation dalam keduanya, wanita diminta memberikan kebutuhan tersebut kapan saja. Pada bab 14, wanita dicitrakan sebagai pihak yang membutuhkan
pernikahan. Sedangkan pria memiliki keputusan apakah akan menikahi si wanita atau tidak.
Indikator terakhir adalah menekan. Wanita ditekan untuk menjadi wanita biasa dengan ancaman tidak memiliki pasangan, ditekan untuk meminta pernikahan dengan ancaman menjadi perawan tua, ditekan untuk memberikan kebutuhan pasangan kapan saja dengan ancaman pria berselingkuh, ditekan untuk membantu pria memnuhi motivasi hidupnya dengan ancaman terus menjadi selingan, ditekan menunjukkan ciri wanita baik – baik dengan ancaman dianggap murahan dan akan dipermainkan. Penekanan – penekanan itu berupa pilihan. Steve memberikan nasihat yang jika tidak dilakukan maka akan menimbulkan pilihan yang merugikan wanita. Indikator ini memenuhi defnisi dari Sylvia Walaby.