• Tidak ada hasil yang ditemukan

kawasan.

Model Persamaan Regresi Linier :

lnF1Kpe(-) = -12,7 + -0,15 lnF2Kpe + 0,12 lnF1Sda + -0,16 lnF4Sdm + 0,29 lnF2Aek + 0,71 lnF2Aek + -0,15 lnF3Aek + 0,11 lnF1Pru + 0,18 lnF3Pbe + -0,11 lnF4Pbe + -3,50 WlnF1Kpe + -1,94 WlnF2Sda + -4,68 WlnF3Ifb

Hasil perhitungan model durbin seperti pada tabel diatas diperoleh hasil analisis sebagai berikut :

1. Kapasitas Fiskal di wilayah sendiri memberikan dampak negatif terhadap tingkat kemiskinan di wilayah tersebut dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat tidak elastis artinya peningkatan kapasitas fiskal di wilayah sendiri mempunyai pengaruh yang sangat kecil (elastisitas 0,15) terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di suatu wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa kapasitas fiskal di wilayah sendiri berpengaruh walaupun kecil terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat berarti menurunkan tingkat kemiskinan.

2. Wilayah yang berada di dataran rendah dengan topografi yang datar mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat tidak elastis artinya semakin luas wilayah dengan topografi datar dan berada di dataran rendah mempunyai pengaruh yang sangat kecil (elastisitas 0,12) terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Kondisi ini menunjukkan bahwa aktivitas penduduk yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat berada di wilayah dataran rendah dengan topografi datar. Hal ini didukung dengan aksesibilitas berupa jalan yang jauh lebih baik dibanding dengan wilayah yang berada di dataran tinggi dan juga pusat-pusat pasar, pusat aktivitas ekonomi juga berada di wilayah dengan karakteristik tersebut. 3. Wilayah yang memiliki mata pencaharian utama penduduknya dari sektor

peternakan terutama unggas memberikan dampak negatif terhadap tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat tidak elastis artinya semakin banyak penduduk dengan mata pencaharian utama dari sektor peternakan khususnya unggas mempunyai pengaruh yang sangat kecil (elastisitas 0,16) terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa jenis peternakan unggas belum dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, hal ini terkait dengan skala pengusahaan yang cenderung kecil dan biasanya masyarakat mengusahakan ternak unggas hanya sebagai sampingan usaha ternak besar yang dikelolanya.

4. Wilayah yang memiliki rasio kepala keluarga pertanian terhadap luas lahan pertanian mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat tidak elastis artinya semakin banyak jumlah kepala keluarga pertanian yang menguasai lahan pertanian mempunyai pengaruh yang sangat kecil (elastisitas 0,29) terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian wilayah di Kawasan Joglosemar merupakan sentra pertanian dengan sebagian besar penduduknya berada di perdesaan sehingga dengan mendorong aktivitas yang berbasis pada pertanian akan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

5. Wilayah yang memiliki intensitas pertanian tanaman pangan dan hias mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat tidak elastis artinya semakin tinggi intensitas pertanian tanaman pangan dan hias mempunyai pengaruh yang sangat kecil (elastisitas 0,71) terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mengembangkan aktivitas di sektor pertanian akan meningkatkan intensitas pertanian sehingga akan meningkatkan pendapatan masyarakat. 6. Wilayah yang memiliki rasio kepala keluarga peternakan terhadap jumlah

populasi ternak berdampak negatif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat tidak elastis artinya semakin besar rasio kepala keluarga peternakan terhadap jumlah populasi ternak mempunyai pengaruh yang sangat kecil ( elastisitas 0,15) terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa setiap kepala keluarga peternak memiliki batasan kapasitas pengelolaan, sehingga jika melebihi kapasitas tersebut maka intensitas pengelolaan terhadap ternaknya menjadi berkurang sehingga akan menurunkan pendapatanya.

7. Wilayah yang memiliki rataan skala penguasaan lahan oleh petani dan pola penggunaan lahan pertanian mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat tidak elastis artinya semakin luas skala pengusaan lahan oleh petani

mempunyai pengaruh yang sangat kecil ( elastisitas 0,11) terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar skala pengusahaan lahan oleh petani akan mempengaruhi pola penggunaan lahan menjadi lebih intensif sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani.

8. Wilayah yang memiliki rasio pengeluaran anggaran lain-lain terhadap total realisasi anggaran mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat tidak elastis artinya semakin besar memiliki rasio pengeluaran anggaran lain-lain terhadap total realisasi anggaran mempunyai pengaruh yang sangat kecil (elastisitas 0,18) terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran anggaran lain- lain lebih banyak dialokasikan untuk bantuan program-program yang terkait dengan program pengentasan kemiskinan.

9. Wilayah yang memiliki rasio pengeluaran anggaran untuk pembangunan dan rasio dana bantuan pemerintah pusat berdampak negatif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat tidak elastis artinya semakin besar rasio pengeluaran anggaran untuk pembangunan dan rasio dana bantuan pemerintah pusat mempunyai pengaruh yang sangat kecil (elastisitas 0,11) terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran anggaran untuk pembangunan yang dialokasikan oleh pemerintah pusat belum efektif mengurangi tingkat kemiskinan.

10. Tingkat kemiskinan masyarakat di wilayah sekitar dalam kawasan memberi dampak negatif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat elastis 3,50 artinya jika tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah sekitar dalam kawasan ditingkatkan sebesar 1 %, maka akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri sebesar 3,5 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan merupakan fenomena kawasan sehingga penyebab kemiskinan suatu wilayah ditentukan juga oleh tingkat

kemiskinan di wilayah lain, sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat perlu adanya kerjasama antar wilayah.

11. Wilayah yang memiliki topografi berbukit dan indeks diversitas entropy jenis tanaman pangan di wilayah sekitar dalam kawasan berdampak negatif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat elastis 1,94 artinya apabila luas wilayah dengan topografi berbukit dan tingginya keragaman jenis tanaman pangan di wilayah sekitar dalam kawasan maka akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa wilayah tetangga dengan topografi berbukit menyulitkan aksesibilitas masyarakat di wilayah sendiri untuk mendapatkan informasi, memasarkan produk pertaniannya sehingga pendapatan masyarakat yang berada di wilayah perbatasan dengan topografi yang berbukit menjadi berkurang.

12. Wilayah yang memiliki rasio SLTP di wilayah sekitar dalam kawasan berdampak negatif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri dengan taraf nyata 5 %. Variabel ini bersifat elastis 4,68 artinya semakin besar rasio SLTP di wilayah sekitar dalam kawasan akan menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat di wilayah sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan level SLTP kurang mampu memenuhi kualitas sumberdaya manusia pada era sekarang, dimana tuntutan kualitas SDM jauh lebih tinggi. Kondisi ini disebabkan karena lembaga pendidikan SLTP belum berbasis kompetensi sesuai dengan lapangan pekerjaan yang tersedia.

Secara ringkas hasil model kesejahteraan masyarakat dapat digambarkan sebagai berikut :

KESEJAHTERAAN

Dokumen terkait