• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN ANALISA DATA

D. II. Ketersediaan Koleksi Jurnal dan Majalah

D.IV. Ketersediaan Koleksi Ensiklopedia D.V. Ketersediaan Koleksi Skripsi

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

A. Ketersediaan Koleksi

Dunia Perpustakaan tidak lepas dari hal-hal tentang koleksi, mulai dari kebutuhan hingga pemenuhan dan ketersediaan koleksi. Kolekis di perpustakaan dapat berupa bahan tercetak seperti buku, majalah, kamus, ensiklopedia, dan lainnya atau dalam bentuk non cetak seperti kaset, CD, VCD, DVD, mikrofilm, mikrofis, dan lainnya.

Availability yang dalam Bahasa Indonesia disebut ketersediaan memiliki banyak pemahaman. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketersediaan berarti kesiapan suatu alat (tenaga, barang, modal, anggaran) untuk dapat digunakan atau dioperasikan di waktu yang telah ditentukan.7 Ketersediaan terdiri dari 2 unsur utama yakni reliability ( kemungkinan suatu item baik itu buku, mesin, atau lainnya tidak mengalami kegagalan dalam proses penggunaan ) dan maintainability ( kemungkinan suatu item dapat diperbaiki atau dihindarkan dari kegagalan penelusuran dan penggunaan), jadi ketersediaan adalah sebuah sistem yang bergantung pada ukuran

reliability dan maintainability, artinya sebuah benda dapat dikatakan tersedia jika pada saat dibutuhkan, benda tersebut dapat langsung digunakan dan tidak mengalami kegagalan penelusuran atau kegagalan penggunaan,kalaupun terjadi kegagalan maka dengan segera dapat teratasi. Berikut ini adalah sebuah hubungan ketersediaan dengan 2 unsur utamanya (reliability dan maintainability):

RELIABILITY MAINTAINABILITY KETERSEDIAAN

KONSTAN (TETAP) MENURUN MENURUN

KONSTAN (TETAP) MENINGKAT MENINGKAT

MENINGKAT KONSTAN (TETAP) MENINGKAT

MENURUN KONSTAN (TETAP) MENURUN

Berdasarkan tabel hubungan diatas maka didapat pengertian bahwa ketersediaan akan meningkat ketika reliability konstan dan maintainability meningkat atau ketika

7

reliability meningkat dan maintainability konstan.8 Teori tersebut jika diterapkan dalam bidang ilmu perpustakaan dan informasi maka ketersediaan koleksi dapat berarti kesiapan suatu koleksi untuk dapat digunakan pada saat koleksi tersebut dibutuhkan oleh pemakai. Koleksi yang diinginkan tidak mengalami kegagalan penelusuran artinya identitas koleksi telah tersedia dalam alat telusur seperti OPAC (Online Public Access Catalogue) dan lainnya. Kemudian setelah itu koleksi benar-benar tersedia dalam rak dan tidak mengalami kerusakan, atau jika terjadi kerusakan dan tidak tersedia di rak maka pustakawan dapat memberi alternatif penggantinya, kondisi seperti inilah yang dikatakan sebagai ketersediaan koleksi. Dengan demikian perpustakaan yang baik adalah yang koleksinya selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pemakainya. Tingkat ketersediaan koleksi dapat diukur menggunakan prosentase, dengan menggunakan rumus yang terdiri dari beberapa variabel, antara lain variabel frekuensi (F), number of case (N), prosentase (P), kemudian dikalikan dengan 100, jika digambarkan akan menjadi seperti di bawah ini :

100 × = N F P Keterangan : P = Prosentase

F = Frekuensi yang sedang dicari prosentasenya N = Banyaknya Individu (number of case)9

Hasil penghitungan merupakan prosentase tingkat ketersediaan koleksi yang sedang dikaji. Setiap perpustakaan memiliki jumlah koleksi ideal yang berbeda, tergantung kepada jenis perpustakaan itu sendiri, dalam penelitian ini yang dikaji adalah perpustakaan perguruan tinggi, menurut Mary (Duncan) Carter dalam bukunya yang berjudul Building Library Collection koleksi ideal dalam sebuah perpustakaan perguruan tinggi adalah mulai dari 1 juta, 2 juta, dan 3 juta dengan perbandingan jumlah mahasiswa sebanyak 15 ribu, 20 ribu, sampai 30 ribu orang, akan tetapi semua tergantung pada kebutuhan sebenarnya di lapangan.10 Untuk meningkatkan ketersediaan maka perpustakaan mengetahui apa saja kebutuhan para pengguna, kemudian dapat dilakukan evaluasi koleksi dengan berbagai cara. Berikut ini adalah

8

Informasi didapat dan diadaptasi dari artikel yang berjudul Availability dan diakses pada tanggal 25 November 2008 pukul 21.12 WIB. dari http://www.weibull.com/SystemRelWeb/availability.htm

9

Wasito, Hermawan.Pengantar Metodologi Penelitian.(Jakarta: Asosiasi Perguruan Tinggi Katolik dan Gramedia, 1993) h.11

10

Carter, Mary (Duncan). Buikding Library Collection. (Michigan: The Scarecrow Press, Inc., 1974) h. 49-50

cara mengevaluasi koleksi menurut ALA’s Guide to Evaluation of Library Collection

dalam Janti G. Sujana :11

1. Metode terpusat pada koleksi

Pada metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi yaitu: 1. Pencocokan terhadap daftar tertentu, bibliografi, atau katalog

2. Penilaian dari pakar 3. Perbandingan data statistik

4. Perbandingan pada berbagai standar koleksi 2. Metode terpusat pada pengguna

Pada metode ini terdapat beberapa cara untuk melakukan evaluasi koleksi, yaitu:

1. Melakukan kajian sirkulasi koleksi 2. Meminta pendapat pengguna

3. Menganalisis statistik pinjam antar perpustakaan 4. Melakukan kajian sitiran

5. Melakuka kajian penggunaan di tempat(ruang baca) 6. Memeriksa ketersediaan koleksi di rak

Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis mencoba untuk menguji ketersediaan koleksi pada Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan penggunaannya dalam Skripsi Mahasiswa Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi tahun 2006-2007 dengan menggunakan cara kajian sitiran atau analisis sitiran.

B. Analisis Sitiran

Komunikasi ilmiah atau dalam Bahasa Inggris disebut scientific communication merupakan suatu hal yang cukup dikenal dalam dunia keilmuan. Komunikasi ilmiah memungkinkan terjadinya komunikasi di antara para ilmuan yang menyangkut perkembangan, penelitian, dan informasi mutakhir dari ilmu pengetahuan yang terkait. Komunikasi ilmiah terbagi menjadi dua yaitu komunikasi ilmiah formal dan informal. Komunikasi ilmiah formal dilakukan melalui media formal (majalah, disertasi), terdapat komunikasi formal antara pencetus informasi dengan penerima informasi. Bentuk komunikasi formal tersebut dinyatakan dalam daftar kepustakaan, rujukan dan kutipan.12 Pemuatan daftar kepustakaan tersebut

11

Sujana, Janti G. Mengoptimumkan Pengembangan Koleksi. Artikel diakses pada tanggal 24 Maret 2008 pukul 14.35 WIB. dari http://bpib-art.blogspot.com/2006_10_10_archive.html

12

Sulistyo-Basuki. Pengantar Dokumentasi: Mulai dari perkembangan istilah, pemahaman jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul teknologi informasi, dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran informasi serta diakhiri dengan etika profesi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004) h.71

merupakan objek dalam kajian analisis sitiran. Analisis sitiran merupakan terjemahan dari kata citation analysis. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sitir atau menyitir berarti menyebut atau menulis kembali kata-kata yang telah disebut (ditulis) orang lain; mengutip.13 Sedangkan Kamus Istilah Perpustakaan menyebutkan bahwa analisis sitiran adalah cara perhitungan atas karya tulis yang disitir oleh para pengarang, karya itu digunakan untuk persiapan penulisan karya tulis mereka.14Menurut ALA Glossary of Library and Information Science dalam I Komang Rupadha disebutkan bahwa citation adalah suatu catatan yang menunjuk kepada suatu karya yang bagian-bagian dari isinya telah dikutip, atau yang menunjuk kepada beberapa sumber yang berwenang untuk suatu pernyataan atau masalah.15 Dalam analisis sitiran dikenal juga istilah referencing atau perujukan dan istilah

citation atau sitiran. Referencing mengarah pada perujukan ke karya yang telah ada sebelumnya sedangkan citation mengarah pada karya yang diacu yang dilakukan oleh pengarang sesudah karya yang diacu diterbitkan. Kegiatan ini merupakan bagian komunikasi ilmiah dan merupakan ciri pertumbuhan pengetahuan. Sitiran merupakan sebuah hubungan antara dokumen yang dikutip dengan dokumen yang mengutip. Kajian tentang hubungan sitiran dalam segala aspek disebut fungsi analisis sitiran. Sitiran berhubungan dengan dua jenis data yakni:16

1. data yang dikutip (cited atau kinutip) atau rujukan merupakan sebuah dokumen yang menunjukkan unit sumber, jadi dokumen ini usianya akan selalu lebih tua daripada dokumen yang mengutip. Dokumen yang dikutip dan usianya selalu lebih tua daripada karya yang mengutipnya dikenal dengan istilah predated.

2. data yang mengutip atau sitiran merupakan sebuah dokumen yang merupakan unit penerima, karena itu usia dokumen ini selalu lebih muda usianya daripada dokumen yang dikutip atau pasca tahun dalam hubungannya dengan rujukan.

Konsep-konsep lain yang juga berkaitan dengan analisis sitiran di antaranya adalah:

13

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. (Jakarta: Depdikbud,1982), h. 850.

14

Lasa, H.S., “Citation Analysis”, Kamus Istilah Perpustakaan, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1998) Cet. 1, h.24

15

Rupadha, I Komang, Kajian Analisis Sitiran tehadap Laporan Penelitian Dosen Universitas Mataram (Suatu Kajian Perbandingan Analisis Sitiran Antara Laporan Penelitian Dosen Fakultas Hukum, Ekonomi, Pertanian dan Peternakan Periode Tahun 1991-1995) ( Jakarta : Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996). h.17.

16

Sulistyo-Basuki. Pengantar Dokumentasi: Mulai dari perkembangan istilah, pemahaman jenis dokumen, diikuti dengan pengolahan dokumen, disusul teknologi informasi, dan komunikasi sampai dengan jasa pemencaran informasi serta diakhiri dengan etika profesi (Bandung: Rekayasa Sains, 2004) h. 72

1. pasangan bibliografis (bibliographic coupling), dua dokumen akan dikatakan berpasangan secara bibliografis jika dua dokumen tersebut memiliki setidaknya satu rujukan yang sama, biasanya kedua dokumen ini memiliki subjek yang sama, walaupun tidak menutup kemungkinan memiliki subjek yang berbeda.17

2. ko-sitiran (co-citation), yakni dua buah rujukan yang disitir bersama-sama oleh dokumen yang terbit kemudian, dengan demikian secara tidak langsung kedua rujukan tersebut saling berhubungan.18

3. bibliometrik (bibliometrics), adalah seperangkat metode yang digunakan untuk mengkaji atau mengukur informasi tertulis. Analisis sitiran dan

content analysis biasanya digunakan dalam bibliometrik, atau dengan kata lain analisis sitiran dan content analysis merupakan alat ukur dalam metode bibliometrik.19

4. indeks sitiran (citation index), adalah sebuah indeks sitiran yang berisi deskripsi bibliografis dokumen kinutip dan dokumen yang mengutip, indeks ini dapat memudahkan pengguna untuk menentukan dokumen mana yang mengutip dan dokumen mana yang dikutip.20 Contoh dari indeks sitiran antara lain Science Citation Index (SCI) adalah sebuah indeks sitiran yang dibuat oleh Institute for Scientific Information (ISI) pada tahun 1960 dan sekarang telah menjadi milik Thomson Reuters, versi online dari SCI mencakup 6400 jurnal di dunia dalam bidang sains dan teknologi dan kebanyakan berbahasa Inggris.21 Selain SCI terdapat indeks sitiran lain yakni SSCI (Social Sciences Citation Index) adalah indeks sitiran dari berbagai disiplin ilmu sosial, SSCI diproduksi oleh Thomson Scientific dan dikembangkan oleh ISI. SSCI mencakup 1700 jurnal ilmu-ilmu sosial di dunnia dan lebih dari 50 disiplin ilmu, indeks ini memberikan informasi untuk mengetahui artikel, penerbit, pengarang yang paling sering disitir.22

C. Manfaat Analisis Sitiran 17 Ibid.,h.75 18 Ibid.,h.77 19

Bibliometrics.http://en.wikipedia.org/wiki/bibliometrics. diakses pada tanggal 27 November 2008 pukul 21.10 WIB.

20

Citation Index.http://en.wikipedia.org/wiki/Citation_Index. diakses pada tanggal 27 November 2008 pukul 21.15 WIB.

21

Sciences Citation Index. http://en.wikipedia.org/wiki/Science_Citation_Index. diakses pada tanggal 27 November 2008 pukul 21. 23 WIB.

22

Social Sciences Index. http://en.wikipedia.org/wiki/Social_Science_Citation_Index. diakses pada tanggal 27 November 2008 pukul 21. 30 WIB.

Penerapan analisis sitiran dalam sebuah penelitian akan memberikan manfaat tertentu. Metode analisis sitiran dapat memberikan informasi mengenai kegunaan sebuah literatur, hal ini dapat terlihat dari frekuensi penggunaan literatur tersebut sebagai sumber rujukan atau sebagai bahan sitiran, semakin sering muncul dalam sebuah laporan penelitian ataupun karya ilmiah lainnya menunjukkan bahwa literatur tersebut sangat dibutuhkan. Menurut Budd dalam Irianti Pergola ada beberapa manfaat yang diperoleh dari penggunaan analisis sitiran yang antara lain adalah :23

1. dapat dipergunakan untuk mengukur komunikasi ilmiah dalam disiplin ilmu tertentu

2. dapat mengidentifikasi karakteristik dokumen yang dipergunakan dalam penelitian di perguruan tinggi (seperti jurnal, buku dan jenis lain)

3. mengetahui usia literatur yang disitir 4. mengetahui subjek yang sering dirujuk

Menurut Sylvia dalam Irianti Pergola analisis sitiran merupakan metode efektif, namun kadang terabaikan dalam hal pengembangan dan evaluasi koleksi. Pada dasarnya metode ini adalah menghitung dan meranking jumlah dokumen dirujuk baik dalam bibliografi maupun catatan kaki.24 Dari pernyataan tersebut maka dapat diketahui bahwa sebenarnya analisis sitiran memegang peranan yang cukup penting dalam evaluasi koleksi. Berbanding lurus dengan hal itu maka Purwani Istiana dalam Irianti Pergola mengemukakan bahwa manfaat dari analisis sitiran yaitu :25

1. Identifikasi literatur inti

2. Mengidentifikasi arah gejala penelitian dan pertumbuhan pengetahuan pada berbagai disiplin ilmu berlainan

3. Menduga keluasan literatur sekunder 4. Mengenali pemakai berbagai subjek

5. Mengenali kepengarangan dari arah gejalanya pada dokumen berbagai subjek 6. Mengukur manfaat SDI dan restropektif

7. Meramalkan arah gejala perkembangan masa lalu, sekarang, dan mendatang. 8. Mengidentifikasi majalah inti dalam berbagai disiplin ilmu

9. Merumuskan garis haluan pengadaan berbasis kebutuhan yang tepat dalam batas anggaran belanja

23

Pergola, Irianti. Analisis Sitiran Jurnal Psikologi UGM Tahun 1997-2006 (Yogyakarta : Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 2007) Vol. 3, No. 7, h.40

24

Ibid.,

25

10.Mengembangkan model eksperimental yang berkorelasi atau melewati model yang ada

11.Menyusun garis haluan penyiangan dan penempatan dokumen di rak secara tepat

12.Memprakarsai sistem jaringan aras ganda yang efektif 13.Mengatur arus masuk informasi dan komunikasi 14.Mengkaji keusangan dan penyebaran literatur ilmiah

15.Meramalkan produktivitas penerbit, pengarang, organnisasi, negara atau seluruh disiplin

16.Mendesain pengolahan bahasa otomatis untuk auto-indexing, auto-abstracting

dan auto-classification

17.Mengembangkan norma pembakuan D. Aplikasi Analisis Sitiran

Penggunaan teknik analisis sitiran terbagi dalam kategori sebagai berikut :26 1. Pengembangan koleksi, kajian pemakai. Analisis sitiran digunakan untuk

merumuskan kebijakan langganan majalah dengan menilai majalah berdasarkan berapa kali sebuah majalah disitir. Digunakan pula untuk penghentian langganan berdasarkan sering tidaknya sebuah majalah disitir. Analisis sitiran mengkaji pula nilai relatif dari berbagai jenis dokumen terhadap berbagai kategori pemakai.

2. Temu balik informasi. Analisis sitiran digunakan untuk mengembangkan pengganti dokumen, hubungan antara kata kunci,dokumen,pemakai dan strategi penelusuran, identifikasi berbantuan komputer mengenai artikel yang menyitir dan akses terhadap literatur interdisipliner.

3. Pengembangan dan pertumbuhan subjek dan literatur subjek. Produktivitas pengarang dan pengaruhnya terhadap pengarang lain diukur melalui sitiran. Pasangan sitiran dan ko-sitiran digunaka untuk mengkaji struktur pertumbuhan ilmiah sebuah bidang/subjek dan membuat peta batas-batas subjek.

4. Kajian historis dan penelitian yang sedang berlangsung. melacak pengembangan sebuah subjek melalui kaidah waktu, densitas dan konteks sitiran serta menggunakan jaringan sitiran sebagai ukuran untuk menilai antar hubungan dan pengaruh berbagai pengarang beserta karya mereka.

26

5. Pola komunikasi penelitian. Kajian dampak isolasi karena kendala bahasa, jarak dan ketersediaan literatur ilmiah.

6. Untuk menghitung paro hidup sebuah bidang ilmu.

E. Perpustakaan Perguruan Tinggi

Sulistyo Basuki mengemukakan bahwa perpustakaan perguruan tinggi adalah perpustakaan yang berada di bawah pengawasan dan dikelola oleh perguruan tinggi dengan tujuan utama membantu perguruan tinggi mencapai tujuannya. Dalam pengertian ini perguruan tinggi adalah universitas, fakultas, jurusan, institut, sekolah tinggi dan akademi serta berbagai badan bawahannya seperti lembaga penelitian.

Dalam sejarah kepustakawanan Indonesia, maka perkembangan perpustakaan perguruan tinggi lahir lebih kemudian dibandingkan dengan jenis perpustakaan lain. Kalau Indonesia sudah mengenal perpustakaan khusus pada abad ke-18, perpustakaan umum dan perpustakaan sekolah pada awal tahun 1900-an yang mula-mula berdiri ialah usaha swasta berupa pendirian Koniklijk Instituut voor Hooger Technisch Onderwijs in Nederlandsch Indie pada tahun 1919. Kemudian usaha swasta ini diambil alih oleh pemerintah menjadi Technisch Hoogeschool. Pada tanggal 28 Oktober 1924 pemerintah Hindia-Belanda mendirikan Rechts Hooge School (RHS) di Batavia (kini Jakarta). Peresmian RHS diikuti dengan aksi pengumpulan buku. Sebagai modal pertama ialah sumbangan buku dari sebuah bank di Hersenveen dan

Zierikzee, disusul dengan sumbangan penerbit NV. Martinus Nijhoff, 500 buku sumbangan Algemenee Secretarie di Buitenzorg (kini Bogor) serta Departemen Van Justitie. Mula-mula buku disusun menurut skema buatan Prof. Han, kelak mengikuti skema yang digunakan oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen. Hal ini terjadi karena pengolahan teknnis dilakukan oleh

Bataviaasch Genootschap sedangkan urusan keuangan perpustakaan dipegang oleh sekretaris RHS. Disamping bantuan para dermawan, perpustakaan RHS mendapat subsidi pemerintah sebesar F3100,- pertahun. Untuk pembelian buku dan majalah mendapat anggaran sebesar F10.000,- pertahun. Pada tahun 1939 koleksi perpustakaan RHS mendekati 15000 eksemplar. Untuk bidang kedokteran pemerintah Hindia Belanda mendirikan Geneeskundige Hoogeschool (GHS) pada tanggal 12 Agustus 1927, walaupun awal pendidikan kesehatan di Hindia Belanda dapat ditelusuri sampai tahun 1850. Perpustakaan GHS semula merupakan koleksi dari

perpustakaan GHS disimpan disebuah bagian rumah sakit Centraale Burgerlijke Ziekenhuis, lebih dikenal dengan singkatan CBZ (kini RS. Cipto Mangunkusumo) kemudian disimpan di sebuah ruangan yang merupakan bagian gedung kuliah.

Koleksi perpustakaan ini sumbangan dari beberapa orang pengajar semasa pendudukan Jepang, koleksi perpustakaan ini tetap utuh, karena beberapa diantaranya digunakan untuk sekolah tinggi kedokteran, semasa perang kemerdekaan beberapa bagian koleksi dibawa ke Jawa Tengah. Perpustakaan GHS kelak berkembang menjadi Perpustakaan Kedokteran UI. Beberapa buku koleksi sebelum perang masih ada yang digunakan, sedangkan koleksi yang bersifat historis seperti sejarah kedokteran sumbangan beberapa guru besar masih disimpan di gudang.

Pada tahun 1940 pemerintah Hindia Belanda mendirikan Faculteit der Letteren en Wijsgeseerte, kelak berkembang menjadi Fakultas sastra UI. Setahun kemudian Pemerintah Hindia Belanda mendirikan Faculteit van Landonnvetenschap di

Buitenzorg (Bogor) kelak menjadi IPB. Jadi dapat dikatan bahwa setelah Perang Dunia II Indonesia tidak mengenal perpustakaan universitas dalam arti sesungguhnya karena memang tidak ada universitas yang ada hanyalah sekolah tinggi maupun fakultas. Undang-undang pembentukan universitas telah disetujui namun tidak sempat dilaksanakan karena pendudukan Jepang.27

Menurut Sulistyo Basuki, tujuan perpustakaan perguruan tinggi adalah sebagai berikut :28

1. Memenuhi keperluan informasi masyarakat Perguruan Tinggi, lazimnya staff pengajar, mahasiswa, tetapi sering termasuk tenaga administrasi.

2. Menyediakan bahan pustaka rujukan pada semua tingkatan akademis (S1, S2, S3 dan pengajar)

3. Menyediakan ruangan belajar untuk pemakai perpustakaan.

4. Menyediakan jasa peminjaman yang tepat guna bagi setiap pemakai perpustakaan.

5. Menyediakan jasa informasi aktif yang tidak saja terbatas pada lingkungan Perguruan Tinggi setempat, tetapi juga ke lembaga lain (industri lokal).

Selain memiliki tujuan tertentu, perpustakaan perguruan tinggi juga memiliki tugas yang penting. Tugas dari perpustakaan perguruan tinggi yaitu sebagai penyedia informasi bahan pustaka dan layanan referensi pada semua tingkat akademis,

27

Sulistyo-Basuki Periodesasi Perpustakaan Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994) h.65-66

28

memberikan layanan dan pendayagunaan bahan-bahan pustaka bagi masyarakat Perguruan Tinggi.29

F. Skripsi

Skripsi adalah karya tulis yang dibuat untuk menyelesaikan studi tingkat Sarjana (S1). 30Pada umumnya tebal skripsi terdiri atas 50 sampai 100 halaman tergantung pada aturan yang berlaku pada setiap perguruan tinggi.

Kriteria ilmiah: Skripsi merupakan karya tulis pada jenjang yang paling awal di Perguruan Tinggi. Tugas akhir ini bertujuan untuk melatih mahasiswa merumuskan hasil telaahan secara sistematik dan logis, dan atau memperkenalkan metodologi penelitian secara nyata kepada mahasiswa. Oleh karenanya, dari sebuah skripsi tidak terlalu dituntut adanya sebuah temuan baru (original) sama sekali, yang belum pernah dilakukan para sarjana sebelumnya. Hal ini tentu saja tidak berarti diperkenankan adanya unsur penjiplakan dalam penulisan skripsi. Hal penting yang ditekankan dari sebuah skripsi adalah pembahasannya harus menunjukkan adanya pemahaman penulis secara komprehensif atas topik yang dibahas.31

29

Saleh, A.R. & Fahidin Manajemen Perpustakaan Tinggi (Jakarta: Universitas Terbuka, 1995) h.6

30

Nasuhi, Hamid. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Jakarta: Ceqda UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,2007),h.2

31

BAB III

PERPUSTAKAAN UTAMA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

A. Sejarah Singkat

Perpustakaan Utama UIN Jakarta merupakan peralihan nama dari Perpustakaan IAIN Jakarta yang didirikan seiring dengan berdirinya IAIN itu sendiri, yaitu sejak berdirinya ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) pada tanggal 1 Juni 1957. Pada waktu itu kondisi perpustakaan masih sangat sederhana, hanya terdiri dari satu ruangan dengan koleksi sebanyak 2000 eksemplar, dan hanya dikelola oleh seorang pegawai.

Seiring dengan berubahnya status IAIN menjadi UIN (SK Presiden No.31 tanggal 20 Mei 2002), maka secara otomatis nama perpustakaan pun ikut berubah yaitu menjadi “Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta”.

Pada tahun 1960-1964 koleksi buku diklasifikasikan menurut DDC (Dewey Decimal Classification). Di samping itu sistem peminjaman juga sudah mulai tertib, dan jumlah pegawai sebanyak 4 orang.

Tahun 1964-1971 Perpustakaan IAIN banyak menerima sumbangan buku dari berbagai lembaga, khususnya kedutaan Mesir dan Saudi Arabia, sehingga pada Januari 1969 jumlah koleksi menjadi 1.320 judul dan 10.999 eks. buku, 23 skripsi, dan 310 eks. majalah.

Selanjutnya, pada tahun 1971-1983 perpustakaan menempati ruang yang lebih luas yaitu Gedung Aula Madya saat ini. Pada tahun 1980 Perpustakaan IAIN Jakarta tercatat sebagai Perpustakaan Perguruan Tinggi Terbaik se-DKI Jakarta.

Selanjutnya pada periode tahun 1984-1998 sempat pindah ke gedung berlantai tiga di Jl. Kertamukti No. 5 Pisangan Ciputat. Gedung tersebut saat ini menjadi Fakultas Psikologi.

Pada masa tahun 1998 hingga 2000 perpustakaan kembali pindah ke gedung baru yang dibangun di atas tanah eks gedung Sanggar Pravitasari. Dengan demikian lokasi perpustakaan dan kampus menjadi lebih dekat. Pada masa ini perpustakaan UIN Jakarta mempelopori berdirinya Serikat Kerjasama Perpustakaan (SKP) yang anggotanya terdiri dari seluruh perpustakaan IAIN dan STAIN di Indonesia. Selanjutnya SKP ini diubah namanya menjadi Jaringan Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam (JPPTI) yang dideklarasikan di Surabaya pada tahun 2003.

Seiring dengan bertambahnya jumlah fakultas, pada awal tahun 1999 perpustakaan melakukan pengembangan dengan membuka layanan perpustakaan di setiap fakultas yang ada di UIN Jakarta.

Tahun 2001 mulai melakukan perbaikan gedung dan perlengkapannya, penerapan sistem otomasi, penerapan sistem keamanan koleksi dengan sensormatic, penambahan jenis layanan seperti warnet, audio visual, dan lain sebagainya.

Awal 2004 American Corner (Amcor) hadir di perpustakaan UIN Jakarta untuk turut mengembangkan layanan perpustakaan utama melalui penyediaan informasi tentang Amerika dan program-program berkaitan.

Mulai tahun 2006, Perpustakaan Utama memperoleh kepercayaan dari The Asia Foundation untuk menerima 50.000 copy buku dan mendistribusikannya ke UIN,IAIN dan STAIN di seluruh Indonesia.

Tahun 2007 ini perpustakaan meningkatkan layanannya dengan berupaya membangun jaringan perpustakaan utama dengan perpustakaan-perpustakaan fakultas melalui integrasi sistem informasi dan digitalisasi untuk koleksi-koleksi terpilih yang ada di perpustakaan utama.

Pimpinan Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta sejak dari

Dokumen terkait