• Tidak ada hasil yang ditemukan

IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI a. Penyajian Laporan Keuangan

Dalam dokumen LapTahunan2005 (Halaman 36-41)

31 DESEMBER 2005 DAN 2004 ( Dalam Rupiah )

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI a. Penyajian Laporan Keuangan

Laporan keuangan disajikan dalam mata uang Rupiah (Rp).

Laporan keuangan disusun sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 31 (Revisi 2000) tentang Akuntansi Perbankan yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta prinsip dan praktek akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.

Laporan keuangan disusun berdasarkan nilai historis dan basis akrual, kecuali beberapa akun tertentu disusun berdasarkan pengukuran lain sebagaimana diuraikan dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Laporan Arus Kas disusun dengan menggunakan metode tidak langsung dengan mengelompokkan arus kas dalam aktivitas-aktivitas operasional, investasi, dan pendanaan.

b. Transaksi Hubungan Istimewa / Pihak Terkait

Bank melakukan transaksi dengan pihak-pihak yang mempunyai hubungan istimewa seperti yang didefinisikan dalam PSAK No. 7 tentang “Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa”.

Pihak-pihak yang dianggap mempunyai hubungan istimewa/Pihak terkait:

i. Perusahaan baik langsung maupun yang melalui satu atau lebih perantara, mengendalikan, dikendalikan oleh, atau berada di bawah pengendalian bersama dengan bank (termasuk holding companies, subsidiaries dan fellow subsidiaries).

iii. Perorangan yang memiliki, baik secara langsung maupun tidak langsung, suatu kepentingan hak suara di bank yang berpengaruh secara signifikan, dan anggota keluarga dekat dari perorangan tersebut (yang dimaksud dengan anggota keluarga dekat adalah mereka yang dapat diharapkan mempengaruhi perorangan tersebut dalam transaksinya dengan bank.

iv. Karyawan kunci, yaitu orang-orang yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk merencanakan, memimpin dan mengendalikan kegiatan bank yang meliputi anggota dewan komisaris, direksi dan manajer dari bank serta anggota keluarga dekat orang-orang tersebut; dan

v. Perusahaan di mana suatu kepentingan substansial dalam hak suara dimiliki baik secara langsung maupun tidak langsung oleh setiap orang yang diuraikan dalam butir (iii) atau (iv), atau setiap orang tersebut mempunyai pengaruh signifikan atas perusahaan tersebut. Ini mencakup perusahaan-perusahaan yang dimiliki anggota dewan komisaris, direksi atau pemegang sahan utama dari bank dan perusahaan-perusahaan yang mempunyai anggota manajemen kunci yang sama dengan bank.

Semua transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa, baik yang dilakukan dengan atau tidak dengan tingkat bunga atau harga, persyaratan dan kondisi yang sama sebagaimana dilakukan dengan pihak ketiga diungkapkan dalam laporan keuangan.

Salah satu transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa sebagaimana disebutkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/14/DPNP

tanggal 18 April 2005 dan Peraturan Bank Indonesia No. 7/3/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005 mengenai Batas Maksimum Pemberian Kredit, yang termasuk

Hubungan Istimewa adalah sebagai berikut:

- Pemegang Saham yang memiliki saham 10% (sepuluh per seratus) atau lebih dari modal disetor Bank

- Anggota Dewan Komisaris - Anggota Direksi

- Keluarga dari Pihak tersebut diatas - Pejabat Bank

Perusahaan-perusahaan yang di dalamnya terdapat kepentingan dari pihak-pihak dimaksud di atas, yaitu yang kepemilikannya 25 % (duapuluh lima per seratus) atau lebih

c. Kas dan Setara Kas

Kas dan setara kas terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain (Bruto).

d. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain

Penempatan pada Bank Indonesia dinyatakan sebesar saldo penempatan setelah dikurangi bunga diterima di muka. Penempatan pada bank lain dinyatakan sebesar saldonya dikurangi dengan penyisihan penghapusan.

e. Surat Berharga

Surat-surat berharga yang dimiliki terdiri dari surat-surat berharga yang diperdagangkan di pasar uang dan surat-surat berharga yang diperdagangkan di bursa efek.

Sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi (PSAK) No. 50 tentang “Akuntansi Investasi Efek Tertentu” perlakuan akuntansi untuk surat berharga adalah sebagai berikut:

i. Efek hutang yang dimiliki hingga jatuh tempo dinyatakan berdasarkan biaya perolehan setelah ditambah atau dikurangi dengan amortisasi atau diskonto.

ii. Efek hutang dan ekuitas yang dimaksudkan untuk diperdagangkan dinyatakan berdasarkan harga pasar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan akibat kenaikan atau penurunan harga pasar disajikan dalam laporan laba-rugi tahun berjalan.

iii. Efek hutang dan ekuitas yang tersedia untuk dijual dinyatakan berdasarkan harga pasar. Keuntungan atau kerugian yang belum direalisasikan akibat kenaikan atau penurunan harga pasar disajikan secara terpisah sebagai bagian dari ekuitas.

Untuk surat-surat berharga yang diperdagangkan secara aktif di pasar keuangan yang terorganisasi, nilai wajar tersebut umumnya ditentukan dengan mengacu pada harga penawaran pasar yang terjadi di bursa efek pada tanggal yang terdekat dengan tanggal neraca, kemudian disesuaikan dengan biaya-biaya yang akan dikeluarkan untuk memperoleh aktiva tersebut. Untuk surat-surat berharga yang tidak mempunyai harga penawaran pasar, estimasi atas nilai wajar ditetapkan dengan mengacu pada nilai wajar instrumen lain yang substansinya adalah sama atau dihitung berdasarkan arus kas yang diharapkan terhadap aktiva bersih surat berharga tersebut. Penurunan nilai wajar permanen atas surat-surat berharga untuk dimiliki hingga jatuh tempo atau tersedia untuk dijual dibebankan pada laba rugi tahun berjalan.

Surat-surat berharga disajikan sebesar nilai bersih setelah dikurangi penyisihan penghapusan dan premium atau diskonto yang belum diamortisasi. Premium dan diskonto diamortisasi menggunakan metode garis lurus.

f. Surat-surat Berharga yang Dibeli/Dijual dengan Janji untuk untuk Dijual/Dibeli Kembali.

Surat-surat berharga yang dijual dengan janji untuk dibeli kembali disajikan sebagai kewajiban sebesar jumlah pembelian kembali tersebut, dikurangi dengan bunga dibayar dimuka yang belum diamortisasi. Selisih antara harga jual dan harga beli kembali diperlakukan sebagai biaya dibayar dimuka dan diakui sebagai beban selama periode sejak surat-surat berharga tersebut dijual hingga dibeli kembali.

Surat-surat berharga yang dibeli dengan janji untuk dijual kembali disajikan sebagai aktiva dalam neraca sebesar jumlah penjualan kembali tersebut, dikurangi dengan bunga yang belum diamortisasi. Selisih antara harga beli tersebut dan harga jual diperlakukan sebagai pendapatan yang ditangguhkan (belum diamortisasi) dan diakui sebagai pendapatan selama periode sejak surat-surat berharga tersebut dibeli hingga dijual kembali.

g. Kredit yang Diberikan

Saldo kredit yang diberikan disajikan sebesar nilai pokok dikurangi dengan penyisihan penghapusannya.

Kebijakan Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Bermasalah :

Restrukturisasi kredit meliputi modifikasi persyaratan kredit, konversi kredit menjadi saham atau instrumen keuangan lainnya dan atau kombinasi dari keduanya.

Kerugian yang timbul dari restrukturisasi kredit yang berkaitan dengan modifikasi persyaratan kredit hanya diakui bila nilai sekarang dari jumlah penerimaan kas yang akan datang yang telah ditentukan dalam persyaratan kredit yang baru, termasuk penerimaan yang diperuntukkan sebagai bunga maupun pokok, adalah lebih kecil dari nilai kredit yang diberikan yang tercatat sebelum restrukturisasi.

Kredit dihapus buku berdasarkan pertimbangan manajemen bahwa kredit tersebut sudah sulit untuk ditagih kembali, sementara prospek usaha dan kondisi keuangannya sudah tidak layak diberikan perpanjangan jangka waktu kredit atau penambahan fasilitas kredit. Penghapusbukuan kredit dilakukan dengan mendebit rekening Penyisihan Penghapusan sebesar baki debit kredit yang dihapuskan. Penghapusan ini belum menghapuskan hak tagih bank kepada debitor. Bank tetap melakukan penagihan sisa baki debit yang belum tertagih kepada debitor. Baki debit kredit yang telah dihapus buku selanjutnya dicatat ke dalam rekening administratif di luar neraca (off-balance sheet).

Penerimaan kas dari kredit yang telah dihapus buku akan dibukukan dengan mengkredit Penyisihan Penghapusan sebesar jumlah kas yang diterima. Apabila penerimaan kas tersebut melebihi baki debit yang semula dihapus buku, kelebihannya dibukukan sebagai pendapatan bunga.

Sebagai salah satu bentuk penyelesaian kredit bermasalah adalah bank melakukan pengambil-alihan agunan dari pihak debitor. Agunan yang diambil alih akan didebit sebesar nilai agunan yang telah disepakati antara bank dan nasabah sebagai penyelesaian kredit tersebut, sementara rekening kredit yang diberikan dan pendapatan bunga dikredit masing-masing sebesar baki debit dan pendapatan bunga yang belum tertagih. Laba yang terjadi dari penjualan kembali agunan, oleh pihak bank akan dihapusbukukan sebagai pendapatan. Sedangkan Rugi akan dihapusbukukan sebagai beban non operasional.

h. Penyertaan Saham

Penyertaan saham merupakan investasi jangka panjang pada perusahaan non-publik serta penyertaan sementara pada perusahaan debitur yang timbul akibat konversi kredit yang diberikan.

Penyertaan saham dengan persentase kepemilikan 20% sampai dengan 50%, kecuali untuk penyertaan hasil konversi kredit yang diberikan menjadi saham, dicatat dengan metode ekuitas, yaitu penyertaan dicatat sebesar harga perolehan disesuaikan dengan bagian Bank atas ekuitas perusahaan asosiasi dan dikurangi dengan penerimaan dividen sejak tanggal perolehan.

Penyertaan sementara pada perusahaan debitur hasil dari konversi kredit yang diberikan menjadi saham dicatat dengan metode biaya, tanpa memperhatikan persentase kepemilikan dikurangi dengan penyisihan penghapusan.

Penyertaan saham lainnya dicatat dengan metode biaya, yaitu sebesar harga perolehan dikurangi dengan penyisihan penghapusan.

Penurunan permanen dari nilai wajar suatu penyertaan akan mengurangi nilai tercatat pernyataan dan dibebankan pada laba rugi periode berjalan.

i. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif

Aktiva produktif terdiri atas giro pada Bank Indonesia dan Bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain, surat-surat berharga, kredit yang diberikan serta kewajiban komitmen dan tagihan kontijensi tertentu yang mempunyai resiko kredit.

Penentuan kualitas aktiva produktif mengacu pada Surat Edaran Bank Indonesia No. 7/3/DPNP tanggal 31 Januari 2005.

Penyisihan penghapusan aktiva produktif dibentuk berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005. Berdasarkan Peraturan tesebut, aktiva produktif Bank diklasifikasikan ke dalam 5 (lima) kategori dengan besarnya persentasi penyisihan penghapusan aktiva produktif minimum sebagai berikut:

Dalam dokumen LapTahunan2005 (Halaman 36-41)

Dokumen terkait