• Tidak ada hasil yang ditemukan

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

aa. Pendapatan dan Beban Bunga (lanjutan) aa. Interest Income and Expenses (continued) Pendapatan dan beban bunga yang disajikan pada

laporan laba rugi komprehensif konsolidasian meliputi:

• Bunga atas aset keuangan dan liabilitas keuangan yang dicatat pada biaya perolehan diamortisasi yang dihitung menggunakan suku bunga efektif;

• Bunga atas efek-efek untuk tujuan investasi yang tersedia untuk dijual dihitung menggunakan suku bunga efektif.

Interest income and expense presented in the consolidated comprehensive income statements include:

• Interest on financial assets and liabilities at amortized cost calculated on an effective interest method;

• Interest on available-for-sale investment securities calculated on an effective interest method.

Pendapatan bunga dari semua aset keuangan yang diperdagangkan dipandang bersifat incidental terhadap kegiatan perdagangan Bank dan disajikan sebagai bagian dari pendapatan bunga.

Interest income on all trading financial assets are considered to be incidental to the Bank’s trading operations and are presented as part of interest income.

ab. Provisi dan Komisi ab. Fees and Commissions

Pendapatan dan beban provisi dan komisi yang signifikan dan merupakan bagian integral dari suku bunga efektif atas aset keuangan atau liabilitas keuangan dimasukkan dalam perhitungan suku bunga efektif.

Significant fees and commission income and expenses that are integral to the effective interest rate on a financial asset or liability are included in the measurement of the effective interest rate.

Pendapatan dan beban provisi dan komisi lainnya, termasuk pendapatan provisi yang terkait kegiatan ekspor impor, pendapatan provisi atas manajemen kas, pendapatan provisi atas jasa dan/atau mempunyai jangka waktu tertentu dan jumlahnya signifikan, diakui sebagai pendapatan ditangguhkan/beban dibayar dimuka dan diamortisasi dengan menggunakan metode garis lurus selama jangka waktunya, jika tidak, pendapatan dan beban provisi dan komisi lainnya langsung diakui pada saat jasa diberikan. Atas komitmen kredit yang tidak diharapkan adanya penarikan kredit, provisi dari komitmen kredit tersebut diakui berdasarkan metode garis lurus selama jangka waktu komitmen.

Other fees and commission income and expenses, including export import related fees, cash management fees, service fees and/or related to a specific period and the amount is significant, are recognized as unearned income/prepaid expenses and amortized based on the straight-line method over the terms of the related transactions, otherwise, they are directly recognized as the related services are performed. When a loan commitment is not expected to result in the draw-down of a loan, loan commitment fees are recognized on a straight-line basis over the commitment period.

Beban provisi dan komisi lainnya yang terutama terkait dengan provisi transaksi antar bank diakui sebagai beban pada saat jasa tersebut diterima.

Other fees and commission expense which are mainly related to inter-bank transaction fees are expensed as the services are received.

ac. Pendapatan Bersih Transaksi Perdagangan ac. Net Trading Income Pendapatan bersih transaksi perdagangan terdiri

dari keuntungan atau kerugian bersih terkait dengan aset keuangan dan liabilitas keuangan yang dimiliki untuk tujuan diperdagangkan, termasuk seluruh perubahan nilai wajar yang direalisasi maupun yang belum direalisasi dan selisih kurs.

Net trading income comprises of net gains or losses related to financial assets and liabilities held for trading, and includes all realized and unrealized fair value changes and foreign exchange differences.

* Diaudit Audited *

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

ad. Pendapatan Bersih Instrumen Keuangan Lainnya yang Diukur pada Nilai Wajar Melalui Laporan Laba atau Rugi

ad. Net Income from Other Financial Instruments at Fair Value Through Profit or Loss

Pendapatan bersih dari instrumen keuangan lainnya yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi merupakan pendapatan yang berkaitan dengan instrumen derivatif bukan untuk tujuan diperdagangkan namun yang dimiliki untuk tujuan manajemen risiko dan bukan merupakan transaksi lindung nilai, termasuk seluruh perubahan nilai wajar yang direalisasi maupun belum direalisasi dan selisih kurs.

Net income from other financial instruments at fair value through profit or loss relates to non-trading derivatives held for risk management purposes that do not form part of qualifying hedge relationship, and includes all realized and unrealized fair value changes and foreign exchange differences.

ae. Laba Bersih per Saham ae. Earnings per Share

Laba bersih per saham dasar dihitung dengan membagi laba bersih periode/tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk dengan rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang ditempatkan dan disetor penuh selama periode/tahun yang bersangkutan.

Basic earnings per share is computed by dividing net income for the current period/year attributable to equity holders of the parent entity with the weighted average number of outstanding issued and fully paid-up common shares during the period/year.

Pada tanggal 30 September 2012 dan 2011, dan 31 Desember 2011, tidak ada instrumen yang berpotensi menjadi saham biasa. Oleh karena itu, laba per saham dilusian sama dengan laba per saham dasar.

As of 30 September 2012 and 2011, and 31 December 2011, there were no existing instruments which could result in the issuance of further ordinary shares. Therefore diluted earnings per share is equivalent to basic earnings per share.

af. Transaksi Jual dan Sewa-Balik af. Sale and Lease-Back Transaction Transaksi jual dan sewa-balik meliputi penjualan

suatu aset dan penyewaan kembali aset yang sama. Pembayaran sewa dan harga jual biasanya saling terkait karena keduanya dinegosiasikan sebagai suatu paket. Perlakuan akuntansi untuk transaksi jual dan sewa-balik bergantung pada jenis sewanya.

A sale and lease-back transaction involves the sale of an asset and the leasing back of the same asset. The lease payment and the sale price are usually interdependent because they are negotiated as a package. The accounting treatment of a sale and lease-back transaction depends upon the type of the lease involved. Jika suatu transaksi jual dan sewa-balik merupakan

sewa pembiayaan, selisih lebih hasil penjualan dari nilai tercatat tidak dapat diakui segera sebagai pendapatan oleh penjual (lessee), tetapi ditangguhkan dan diamortisasi selama masa sewa.

If a sale and lease-back transaction results in a finance lease, any excess of the sales proceeds over the carrying amount shall not be immediately recognized as income by a seller (lessee); instead, it shall be deferred and amortized over the lease term.

Jika transaksi jual dan sewa-balik merupakan sewa operasi dan jelas bahwa transaksi tersebut terjadi pada nilai wajar, maka laba atau rugi harus diakui segera.

If a sale and lease-back transaction results in an operating lease, and it is clear that the transaction is established at fair value, any gain or loss shall be recognized immediately. Transaksi jual dan sewa-balik yang dilakukan Bank

(Catatan 47c) merupakan sewa operasi.

The sale and lease-back transaction entered into by the Bank (Note 47c) was considered as an operating lease.

Pembayaran sewa dalam sewa operasi diakui sebagai beban dengan garis lurus selama masa sewa.

Lease payments under an operating lease shall be recognized as an expense on a straight-line basis over the lease term.

* Diaudit Audited *

2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (lanjutan)

2. SUMMARY OF SIGNIFICANT ACCOUNTING POLICIES (continued)

ag. Segmen Operasi ag. Operating Segment

Segmen operasi adalah komponen dari Perseroan yang terlibat dalam aktivitas bisnis yang menghasilkan pendapatan dan menimbulkan beban, termasuk pendapatan dan beban yang terkait dengan transaksi dengan komponen lain Perseroan, dimana hasil operasinya dikaji ulang secara berkala oleh Direksi Perseroan untuk membuat keputusan mengenai sumber daya yang akan dialokasikan pada segmen tersebut dan menilai kinerjanya, serta tersedia informasi keuangan yang dapat dipisahkan. Hasil segmen yang dilaporkan kepada Direksi Perseroan meliputi komponen-komponen yang dapat diatribusikan secara langsung kepada suatu segmen, dan komponen-komponen yang dapat dialokasikan dengan dasar yang yang wajar. Komponen yang tidak dapat dialokasikan terutama terdiri dari aset aset dan liabilitas pajak penghasilan, termasuk pajak kini dan pajak tangguhan, serta aset tetap.

An operating segment is a component of the Company that engages in business activities from which it may earn revenues and incur expenses, including revenues and expenses that relate to transactions with any of the Company’s other components, whose operating results are reviewed regularly by the Company’s Board of Diriectors to make decisions about resources allocated to the segment and assess its performance, and for which discrete financial information is available. Segment results that are reported to the Company’s Board of Directors include items directly attributable to a segment, as well as those that can be allocated on a reasonoable basis. Unallocated items comprise of mainly income tax assets and liabilities, including current and deferred taxes, and premises and equipment.

3. .MANAJEMEN RISIKO 3. RISK MANAGEMENT

a. Kerangka Manajemen Risiko a. Risk Management Framework

Kerangka kerja Manajemen Risiko (“RMF”) Bank menetapkan pendekatan Bank terhadap manajemen risiko dan kerangka pengendalian dimana risiko dikelola dan diperolehnya keseimbangan antara risiko dan pendapatan.

The Bank’s Risk Management Framework (“RMF”) sets out the Bank’s approach to risk management and the control framework within which risks are managed and risk-return tradeoffs are made.

RMF mengidentifikasikan berbagai jenis risiko yang dihadapi Bank, masing-masing risiko dikelola oleh seorang Risk Control Owner (“RCO”) yang ditunjuk. Semua RCO bertanggung jawab dalam menentukan minimum pengendalian standar dan menerapkan proses assurance untuk memastikan bahwa tujuan dari pengendalian tersebut telah dicapai.

RMF identifies the different types of risks to which the Bank is exposed, each of which is controlled by a designated Risk Control Owner (“RCO”). The RCOs have responsibility for establishing minimum control standards and for implementing assurance processes to ensure that control objectives are met.

Kerangka kerja manajemen risiko: The risk management framework:

• Menetapkan prinsip-prinsip dan acuan-acuan yang digunakan dalam pengelolaan dan pengawasan seluruh risiko, dan untuk menginformasikan perilaku pada keseluruhan organisasi.

• Establishes common principles and standards for the management and control of all risks, and to inform behavior across the organization.

• Memberikan suatu kerangka dan bahasa yang sama untuk meningkatkan kesadaran akan proses manajemen risiko.

• Provides a shared framework and same tone to improve awareness of risk management processes.

• Menyediakan akuntabilitas dan tanggung jawab yang jelas untuk manajemen risiko.

• Provides clear accountability and responsibility for risk management.

* Diaudit Audited *

3. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 3. RISK MANAGEMENT (continued)

a. Kerangka Manajemen Risiko (lanjutan) a. Risk Management Framework (continued) Implementasi RMF menyediakan keuntungan

bagi Bank antara lain:

The implementation of RMF provides the following benefits to the Bank:

• Pendekatan yang menyeluruh dan standar konsisten dalam pengelolaan risiko.

• One holistic approach and consistent standards for managing risk.

• Meningkatkan proses identifikasi risiko. • Improved risk identification process. • Memenuhi persyaratan Basel II. • Comply with Basel II requirements. • Kejelasan peran dan tanggung jawab three

(3) lines of assurance.

• Clear roles and responsibilities around three (3) lines of assurance.

• Memfasilitasi tata kelola yang kokoh dengan menyediakan kejelasan terhadap kepemilikan dan akuntabilitas.

• Facilitate robust governance by providing clarity over ownership and accountabilities. • Menetapkan kapabilitas dan budaya risiko ke

seluruh Bank.

• Reinforce risk capabilities and culture across the Bank.

• Menetapkan dasar dalam kepatuhan terhadap Regulator.

• Set a foundation for Regulatory compliance. Kerangka kerja Manajemen Risiko juga

diterapkan pada Entitas Anak.

The Risk Management Framework is also implemented to the Bank’s Subsidiary.

Sebagai bagian dari kerangka kerja ini, Bank menggunakan seperangkat prinsip yang menjelaskan budaya manajemen risiko yang mana Bank mengharapkan untuk menjaga:

As part of this framework, the Bank uses a set of principles that describes the risk management culture which the Bank wishes to sustain: • Keseimbangan antara risiko dan pendapatan:

Risiko diambil sejalan dengan persyaratan-persyaratan dari pihak-pihak yang berkepentingan. Risiko akan diambil untuk mendukung strategi namun masih memenuhi risk appetite. Kami menghindari pengambilan risiko yang dapat menyebabkan kemungkinan kesulitan keuangan yang material terhadap Bank atau para klien atau para nasabah.

• Balancing risk and reward: Risk is taken in line with the requirements of our stakeholders. Risk will be taken in support of the strategy and within risk appetite. We avoid taking risks which have a material probability of causing financial distress to the Bank or its clients or its customers.

• Tanggung jawab: Merupakan tanggung jawab bagi semua orang untuk memastikan pengambilan risiko dilakukan secara disiplin dan terfokus, terutama pada lingkup wewenang masing-masing, namun secara umum juga untuk membantu memastikan tingkat kesehatan Bank.

• Responsibility: It is everyone's responsibility to ensure risk taking is both disciplined and focused, particularly within each area of authority, but also generally in helping to ensure the soundness rating of the Bank.

• Akuntabilitas: Risiko diambil hanya dalam batas kewenangan yang telah ditetapkan dan dengan infrastruktur dan sumber daya yang memadai. Kami memastikan bahwa risiko yang diambil adalah transparan, dikendalikan dan dilaporkan.

• Accountability: Risk is taken only within agreed authorities and where there are appropriate infrastructures and resources. We make sure risk taking is transparent, controlled and reported.

* Diaudit Audited *

3. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 3. RISK MANAGEMENT (continued)

a. Kerangka Manajemen Risiko (lanjutan) a. Risk Management Framework (continued) • Antisipasi: Bank mengantisipasi potensi

terjadinya risiko di masa datang dan memastikan kesadaran terhadap seluruh risiko yang telah teridentifikasi.

Anticipation: the Bank anticipates future risks and ensures awareness of all known risks.

• Keuntungan kompetitif: Bank mencari keuntungan kompetitif melalui manajemen dan pengendalian risiko yang efektif dan efisien.

Competitive advantage: the Bank seeks competitive advantage through efficient and effective risk management and control.

Pendekatan manajemen risiko Bank dapat digolongkan ke dalam 6 (enam) proses manajemen risiko yang saling terkait:

The Bank’s risk management approach can be grouped into 6 (six) inter-dependent risk management process:

• Perencanaan: menetapkan risk appetite sesuai dengan sasaran strategis.

Plan: set risk appetite in line with strategic objectives.

• Penginformasian: mengidentifikasi, mengukur dan memonitor seluruh risiko yang bersifat material.

Inform: identify, measure and monitor all material risks.

• Pengendalian: menetapkan parameter untuk menjaga kesesuaian profil risiko tetap berada dalam risk appetite.

Control: set parameter to keep our risk profile within risk appetite.

• Inisiasi: menata dan membukukan seluruh transaksi.

Originate: structure and book all transactions.

• Pengoptimalan: menyeimbangkan antara risiko dan pendapatan untuk memperoleh hasil terbaik.

Optimise: balance risk and return to best effect.

• Pengkomunikasian: mempengaruhi, meng-interpretasikan dan mendemonstrasikan kepatuhan terhadap persyaratan-persyaratan dari pihak eksternal terkait mengenai manajemen risiko.

Communicate: influence, interpret and demonstrate compliance with external stakeholder requirements relating to risk management.

Tata Kelola Risiko

Tata kelola risiko merupakan bagian dari mekanisme tata kelola Bank secara keseluruhan yang terkait dengan manajemen risiko dan pengendalian. Tata kelola risiko dilaksanakan melalui proses pengambilan keputusan oleh para manajer dan komite-komite sesuai dengan wewenangnya.

Risk Governance

Risk governance refers to those parts of the Bank’s overall governance mechanisms that relate to risk management and control. Risk governance is exercised through the decision making authority vested in individual managers and committees.

* Diaudit Audited *

3. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 3. RISK MANAGEMENT (continued)

a. Kerangka Manajemen Risiko (lanjutan) a. Risk Management Framework (continued) Tata Kelola Risiko (lanjutan) Risk Governance (continued)

Komite Risiko mengambil keputusan manajemen risiko secara kolektif untuk kepentingan para stakeholders Bank, berdasarkan informasi dari para ahli di bisnis, manajer fungsional dan ahli risiko lainnya. Komite juga merupakan mekanisme untuk memastikan bahwa stakeholders yang relevan mendapatkan informasi mengenai berbagai risiko Bank dan memiliki kesempatan untuk meminta penjelasan atas risiko tersebut. Dengan struktur yang tepat dan terkelola dengan baik, komite risiko dapat menjadi forum komunikasi yang efektif, efisien dan transparan dimana keputusan yang seimbang diambil dibandingkan dengan keputusan individu.

Risk committees take collective risk management decisions in the interests of the Bank’s stakeholders, informed by the expert contributions of the responsible business and functional managers and other risk specialists. Committees are also mechanisms to ensure that relevant stakeholders are properly informed about the risks in the Bank and have the opportunity to request and challenge information relating to those risks. With properly structured and managed, risk committees can therefore be effective, efficient and transparent communication forums which balanced decisions are taken as compared to the individual decisions.

b. Manajemen Risiko Kredit b. Credit Risk Management

Kegiatan manajemen risiko kredit telah diarahkan pada model risiko kredit yang sesuai dengan penerapan Basel II. Bank telah mengembangkan infrastruktur untuk mendukung pengembangan model risiko kredit internal. Saat ini, sistem manajemen risiko sedang ditingkatkan dan database terus dikembangkan untuk pengembangan lebih lanjut dari model Probability of Default, Loss Given Default dan Exposure at Default.

The credit risk management activities have been geared towards the implementation of Basel II compliant credit risk models. The Bank has been developing the infrastructure to support the development of internal credit risk models. The existing risk management system is being enhanced and a database is continually enhanced for further development of Probability of Default, Loss Given Default and Exposure at Default models.

Bank berhasil menjaga rasio kredit bermasalah melalui kombinasi dari disiplin early alert yang lebih ketat, proses menghasilkan bisnis baru dengan kualitas yang lebih baik, strategi portofolio yang lebih komprehensif dan berbasis risiko, identifikasi segmen bisnis bermasalah yang lebih memadai dan fokus pada unit Special Asset Management dan Unit Penagihan untuk memperoleh pembayaran dari kredit bermasalah (NPL).

The Bank was able to maintain its non-performing loans ratio (“NPL”) through a combination of improved early alert disciplines, better quality of new business underwriting, more comprehensive and better risk based portfolio strategy, proper identification of troubled segments and a focus on Special Asset Management and Collection Team to collect payments from Non-Performing Loans (NPL) accounts.

* Diaudit Audited *

3. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 3. RISK MANAGEMENT (continued)

b. Manajemen Risiko Kredit (lanjutan) b. Credit Risk Management (continued) i. Eksposur Maksimum terhadap Risiko

Kredit

i. Maximum Exposure to Credit Risk

Tabel berikut menyajikan eksposur maksimum risiko kredit Perseroan atas instrumen keuangan pada laporan posisi keuangan konsolidasian dan rekening administratif tanpa memperhitungkan agunan kredit atau jaminan kredit lainnya.

The following table presents the Company’s maximum exposure to credit risk of financial instruments in the consolidated statements of financial position and administrative accounts without taking into account of any collateral held or other credit enhancement.

Uraian

30 September 2012/ 30 September 2012

31 Desember 2011/

31 December 2011 Description

Posisi keuangan: Financial position:

Giro pada Bank Indonesia 8.169.270 7.322.383

Current accounts with Bank Indonesia

Giro pada bank-bank lain 664.404 376.110

Current accounts with other banks Penempatan pada Bank

Indonesia dan bank-bank

lain 1.279.256 8.875.681

Placements with Bank Indonesia and other banks Aset keuangan untuk

diperdagangkan 113.644 517.412

Financial assets held for trading Tagihan akseptasi 4.204.449 2.913.020 Acceptanc receivables

Kredit yang diberikan 88.914.869 68.204.434 Loans

Efek-efek untuk tujuan

investasi 6.181.671 8.342.919 Investment securities

Rekening administratif: Administrative accounts:

Garansi yang diterbitkan 3.055.790 2.011.977 Guarantees issued

Fasilitas kredit kepada nasabah yang belum

digunakan - committed 913.189 1.422.134

Unused credit facility- committed Letters of credit yang tidak

dapat dibatalkan 2.953.067 2.450.336

Irrevocable letters of credit issued

Jumlah 116.449.609 102.436.406 Total

ii. Analisa Risiko Konsentrasi Kredit ii. Concentration of Credit Risk Analysis Bank mendorong adanya diversifikasi

portofolio kreditnya pada berbagai wilayah geografis, industri dan produk sebagai upaya untuk meminimalisir risiko kredit.

The Bank encourages the diversification of its credit portfolio among a variety of geographies, industries, and credit product in order to minimize the credit risk.

* Diaudit Audited *

3. MANAJEMEN RISIKO (lanjutan) 3. RISK MANAGEMENT (continued)

b. Manajemen Risiko Kredit (lanjutan) b. Credit Risk Management (continued) ii. Analisa Risiko Konsentrasi Kredit

(lanjutan)

ii. Concentration of Credit Risk Analysis (continued)

Konsentrasi risiko kredit berdasarkan pihak lawan:

Credit risk concentration by type of counterparty: 30 September 2012/30 September 2012 Aset keuangan untuk diperdagang-kan/Financial

assets held for trading Kredit yang diberikan/ Loans Efek-efek untuk tujuan investasi/ Investment securities Aset keuangan lainnya/ Other financial assets Komitmen dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit/ Commitments and contingencies with credit risk Jumlah/ Total % Korporasi 6.830 66.378.070 - 4.087.172 6.678.113 77.150.185 66,25 Corporates Pemerintah dan Bank Indonesia 103.242 - 5.962.141 9.017.066 206.305 15.288.754 13,13