• Tidak ada hasil yang ditemukan

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.3 Iklim

3.3 Iklim

Iklim wilayah Banten sangat dipengaruhi oleh Angin Monsun (Monsoon Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino. Saat musim penghujan (Nopember - Maret) cuaca didominasi oleh angin Barat (dari Sumatera, Samudra Hindia sebelah selatan India) yang bergabung dengan angin dari Asia yang melewati Laut Cina Selatan. Agustus), cuaca didominasi oleh angin Timur yang menyebabkan wilayah Banten mengalami kekeringan yang keras terutama di wilayah bagian pantai utara, terlebih lagi bila berlangsung El Nino. Temperatur di daerah pantai dan perbukitan berkisar antara 22º C dan 32º C, sedangkan suhu di pegunungan dengan ketinggian antara 400 –1.350 m dpl mencapai antara 18º C –29º C.

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pertanaman karet Bojong Datar Banten perkebunan PTPN VIII Kabupaten Pandeglang Banten yang dilaksanakan pada bulan November 2008 – Maret 2009, meliputi Survey lapangan, pengukuran di lapangan dan analisis di Laboratorium Tanah Departemen Tanah Fakultas Pertanian IPB, Laboratorium Kimia Tanah Departemen Pertanian Universitas Padjadjaran, dan Laboratorium Kimia Kayu Fakultas Kehutanan IPB.

4.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh sortimen dari tanaman karet yang meliputi sortimen batang, cabang, daun, serasah dan contoh tanah. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan pembuatan petak ukur di lapangan ( tali rafia, patok, pita meter, f-brunton, golok), peralatan pengukuran sampel tegakan untuk biomassa ( kantong plastik, amplop coklat, chain saw, timbangan kasar, lakban, stiker label), peralatan untuk mengambil sampel tanah (cangkul, meteran, sekop, golok). Sedangkan alat yang digunakan di Laboratorium meliputi cawan porselen, tanur listrik, labu ukur, oven.

4.3 Variabel Yang Diamati 4.3.1 Variabel Tanaman

Variabel tanaman yang diamati adalah semua tanaman yang masuk ke dalam plot contoh, tanaman karet yang diamati berumur homogen yaitu 25 tahun, kemudian diukur diameter dan Tinggi tanaman. Pengamatan dilakukan sebanyak 3 buah plot dan dari masing-masing plot dipilih sebanyak 10 tanaman , 10 tanaman tersebut ditebang dan dipisahkan menurut bagian-bagiannya, batang, cabang daun dan akar, kemudian diukur berat basah (fresh weight) tanaman berdasarkan bagian batang, cabang, daun dan akar.

a. Batang

Pada bagian batang diukur diameter pada titik pemotongan batang, menimbang berat basah total dan berat basah sampel, dan mengambil sampel sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode. b. Cabang

Pada bagian cabang menimbang berat basah total bagian cabang, dan mengambil sampel sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode.

c. Daun

Pada bagian daun menimbang berat basah total , dan mengambil sampel daun sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode.

d. Akar

Pada bagian akar menimbang berat basah total , dan mengambil sampel akar sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode. 4.3.2 Variabel Serasah

Semua serasah yang masuk kedalam sub plot petak pengamatan (0.5 x 0.5 m) ditimbang berat basahnya dan diambil sampelnya sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik dan diberi kode.

4.3.3 Variabel Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan tiga kedalaman yang berbeda yaitu 0-20 cm, 20-40 cm, dn 40-60 cm sebanyak tiga kali ulangan pada plot yang sama. Tiga lapisan yang berbeda tersebut untuk melihat lapisan mana yang paling banyak mengandung kadar karbonnya.

4.4 Prosedur Penelitian

4.4.1 Prosedur Pengukuran di Lapangan

Pengukuran kandungan karbon pada tanaman diawali dengan pengambilan sampel biomassa yang dilakukan secara survey. Pengukuran yang dilakukan meliputi pengukuran diameter batang setinggi dada (DBH) dan tinggi tanaman. Diameter tanaman merupakan panjang garis lurus yang menghubungkan dua titik pada garis lingkaran luar tanaman dan melalui titik pusat penampang

melintang suatu tanaman. Pengukuran diameter tanaman dilakukan pada ketinggian 1,3m dari permukaan tanah atau. Alat ukur yang digunakan adalah pita meter. (Gambar 2). Sedangkan tinggi tanaman ditentukan dengan menggunakan alat ukur tinggi tanaman f-brunton, tinggi yang diukur adalah tinggi bebas cabang dan tinggi total tanaman (Gambar 4). Pengukuran ini dilakukan pada plot yang telah dibuat pada lahan perkebunan karet.

Gambar 2. Pengukuran Diameter at The Breast High (DBH)

Gambar 3. Pengukuran tinggi tanaman

Pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan metode acak purposif (sampling purposif) dengan menggunakan petak contoh berupa bujur sangkar

berukuran 100 x 20 m untuk vegetasi berupa tanaman, dan petak contoh berukuran 0,5 x 0,5 untuk pengambilan serasah dan contoh tanah.

Penentuan plot pada tanaman karet di lapangan dilakukan menurut metode Hairiah, et. al., (2001) dalam Yulyana (2005)

100 m

20 m

2 x (0,5 m x 0,5 m)

Gambar 4. Desain plot contoh di lapangan

Keterangan : Luas Plot 20 m x 100 m, Sub Plot 2 x (0,5 m x 0,5 m)

Pembuatan plot sebanyak tiga buah pada afdeling II, III, dan IV, pembuatan sub plot sebanyak enam buah yang berukuran 0,5m x 0,5m dilakukan untuk pengukuran contoh serasah dan contoh tanah.

p

Tanaman karet sebanyak 10 tanaman yang terpilih dalam setiap plotnya kemudian ditebang. Setelah contoh tanaman ditebang, bagian tanaman dipisahkan dan ditimbang berat basahnya menurut bagian batang, cabang dan daun. Setelah penimbangan setiap bagian tanaman diambil contoh ujinya dan selanjutnya dianalisis di laboraturium. Perhitungan biomassa ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan karbon pada tanaman karet dengan membuat model pendugaan Allometrik equation yang melibatkan diameter batang dan tinggi tanaman. Umumnya biomassa tanaman ditentukan secara tidak langsung melalui persamaan Allometrik yang disusun untuk menduga biomassa tanaman.

Plot dibuat sebanyak tiga buah dengan ukuran 20m x 100m (Gambar 2.), dalam masing-masing plot diletakan tiga buah sub plot berupa kuadran berukuran 2 x (0,5m x 0,5m) untuk pengambilan tumbuhan penutup tanah dan serasah, dan pengambilan contoh tanah untuk pengukuran kadar karbon tanah. (Gambar 10) .Tanaman yang masuk ke dalam setiap plot diukur diameter dan tinggi, kemudian dilakukan penebangan pada contoh tanaman terpilih sebanyak 10 tanaman tiap plotnya (Gambar 6a). Setelah tanaman ditebang, setiap bagian tanaman yaitu batang, cabang dan daun dipisahkan menurut bagiannya masing-masing. (Gambar 6b). Dan dihitung berat basah dari batang, cabang, daun, dan akar, kemudian diambil sampelnya ± 300gr.

a. b.

Gambar6. Penebangan contoh tanaman terpilih (a), Pemotongan sortimen menurut bagian batang, cabang dan daun.

4.4.2 Prosedur Pengukuran di Laboratorium a. Penentuan Biomassa di laboratorium

Penentuan biomassa di laboratorium mengacu pada pedoman dari FORDA dan JICA (2005). Setiap sampel dikeringkan pada suhu 850C selama 48 jam untuk kayu dengan diameter kurang dari 10 cm, lalu ditimbang untuk memperoleh berat kering sampel. Jika diameter sampel lebih dari 10 cm, maka pengeringan dilakukan selama 96 jam. (Gambar 7 ) 

                                                                                                                                                           a. b. Gambar 7. Pengeringan sampel (a dan b).

Rumus penentuan Biomassa di laboratorium menurut pedoman FORDA dan JICA adalah sebagai berikut:

) ...(kg xTFW SFW SDW TDW =   Keterangan:

TDW: berat kering total (total dry weight,kg) TFW:berat basah total (total fresh weight,kg) SDW:berat kering sampel (sample dry weight,kg) SFW:berat basah sampel (sample fresh weight,kg)

b. Penentuan Karbon Tanaman Karet

Penentuan kadar karbon dilakukan dari setiap sortimen batang, cabang, daun, akar, serasah dilakukan dengan berbagai tahapan sebagai berikut: Setiap bagian

contoh organik C kadar x contoh ing berat x contoh basah Berat total basah Berat C Kadar = ker

dari batang, cabang, daun, akar dan serasah masing-masing ditimbang sebagai berat basah sampel, kemudian masing-masing ditimbang sebanyak ± 300 gram. Masing-masing contoh tersebut kemudian dikeringkan pada oven 85° C selama 96 jam, sampai beratnya konstan. Kemudian digiling dan diambil contohnya sebanyak 1 gram. Contoh tersebut kemudian dipanaskan dalam oven 105° C selama 24 jam. Contoh tersebut kemudian ditimbang beratnya sebagai berat kering mutlak (misalnya a gram). Selanjutnya contoh tersebut dimasukan kedalam alat mofel dipanaskan pada suhu 700° C selama 2 jam. Kemudian ditimbang beratnya (misalnya b gram).

a. b.

Gambar 8. Penimbangan sampel (a), Cawan porselen sebagai media untuk menyimpan sampel untuk proses pemanasan (b).

Kadar karbon dapat dihitung dengan rumus:

) 2005 , ...( ... %... 100 1 Hariyadi x a b contoh organik C = −  

Jumlah kandungan ( cadangan) karbon setiap bagian tanaman dihitung dengan rumus sebagai berikut:

a. b.

Gambar 9. Contoh sortimen batang untuk analisis laboratorium (a), Pengambilan contoh daun untuk analisis laboratorium (b).

 

c. Penentuan Karbon Tanah

Variabel Tanah yang diukur adalah kandungan karbon organik ( C-organik), pengukuran karbon tanah menggunakan metode walkley and Black.

       

a. b.

Gambar 10. Pembuatan sub plot untuk pengambilan sampel tanah (a), Pengukuran kedalaman tanah 0-20 cm, 20-40 cm ,40-60 cm untuk pengambilan sampel (b).

4.5 Model Keeratan Hubungan Kandungan Karbon dan Biomassa

Model keeratan hubungan antara kandungan karbon dengan biomassa dibuat untuk tegakan tanaman karet, model hubungan dibuat berdasarkan pada fungsi bahwa karbon=f (biomassa). Fungsi hubungan ini dibangun melalui

persamaan regresi sederhana. Dari model hubungan yang dibangun akan diketahui tingkat keeratan antara kandungan karbon dengan biomassa.

4.6Nilai Manfaat Karbon

Pendekatan perhitungan nilai manfaat karbon pada tegakan karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten menggunakan system silvikultur intensif yaitu:

(1) menghitung jumlah kandungan karbon yang terdapat dalam: (a) tegakan karet (akar, batang, cabang dan daun), (b) serasah atau bahan yang terdapat dipermukaan tanah, (c) di dalam tanah tempat tumbuh tegakan karet.

(2) menentukan harga karbon per ton yang telah dikonversi dengan suku bunga yang berlaku di negara-negara maju rata-rata 6% pertahun (Pirard 2005 dalam Gusti 2007). Harga jual karbon dalam penelitian ini di dasarkan pada harga CER permanen (certified emission reduction) yang diambil dari harga proyek karbon energi yaitu 15, 18 dan 21 USD/ton C dan masing-masing dikalikan dengan suku bunga 6%. Sehingga harga karbon yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 3,79, 4,55, dan 5,31 USD/ton C ( 1USD= Rp. 10.250).

(3) Menghitung nilai manfaat karbon dengan mengalikan jumlah keseluruhan kandungan karbon per satuan luas dengan harga karbon per ton

Formula perhitungan nilai manfaat karbon adalah sebagai berikut: TJC = JCTK + JCN + JCT

NPC = TJC x HC x LAK dimana,

TJC = total jumlah penyerapan karbon pada pembangunan tanaman karet (ton/ha C).

JCTK = jumlah karbon pada tegakan karet (akar, batang, cabang, dan daun) (ton/ha C).

JCN = jumlah karbon pada serasah atau nekromassa dipermukaan tanah dari tegakan karet (ton/ha C).

(ton/ha C).

NPC = Nilai manfaat penyerapan karbon dari pembangunan tanaman karet (Rp).

HC = harga karbon dalam skema perdagangan karbon menurut skenario CER sementara, yaitu harga karbon CER permanen yang dikonverasi dengan suku bunga negara-negara maju sebesar 6% (Rp/ton C, 1 USD = Rp.10.250).

LAK = luas areal pembangunan tanaman karet (ha).

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pendugaan model matematik hubungan antara biomassasaa dan karbon dengan diameter dan tinggi tanaman karet menggunakan Uji Regresi , program statistic SPSS 15, MINITAB 14 dan Microsoft Excel 2003.

4.8 Pemilihan Model

Model yang dipilih berdasarkan pada kriteria sebagai berikut: a. Kesesuaian terhadap fenomena

b. Sifat keterandalan model

ƒ Koefisien determinasi (R2) mendekati 100%, berati data semakin terandalkan. 2 100% JKR R JKT = ×

Apabila nilai R2 mendekati 100%, bearti data semakin terandalkan. ƒ Variasi (S2), yaitu tingkat keanekaragaman data dengan

menggunakan rumus: 2 2 2 ( ) / 1 xi xi n s n − = −

∑ ∑

Model yang dipilih adalah model yang memiliki variasi terkecil. Koefisien determinasi terkoreksi (R2 ajusted = R2a)

Koefisien determinasi terkoreksi adalah koefisien determinasi yang sudah dikoreksi oleh derajat bebas dari jumlah kuadrat sisa (JKS) dan jumlah kuadrat total (JKT) dengan rumus sebagai berikut:

2 / ( ) 2 1 1 (1 ) / ( 1) JKS n p n R adj R JKT n n p ⎡ ⎤ − − = = − −

Dimana p adalah banyaknya parameter dalam regresi (termasuk βθ), dan n adalah banyaknya objek (kasus) yang dianalisis. Kriteria uji R2adjusted sama dengan kriteria R2.

c. Uji keabsahan model

Uji keabsahan model (model validation) bertujuan untuk melihat kemampuan model dalam menduga sekelompok data baru (yang tidak diikutsertakan dalam pembentukan modelnya). Prosedur yang dipakai dalam penelitian ini adalah prosedur uji keabsahan prosedur Jackknife yang dikembangkan oleh Quenouille dan Tukey (Efron, 1979). Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1.Hilangkan kasus pertama dari set data untuk pendugaan model.

2.Tentukan pendugaan model berdasarkan (n-1) data sisanya (selain kasus pertama).

3.Tentukan penduga dari peubah tak bebas kasus pertama berdasarkan penduga model yang diperoleh dari langkah kedua.

4.Ulangi langkah 1 sampai 3 untuk seluruh kasus yang ada sampai kasus yang ke-n.

Apabila ˆYiadalah penduga bagi Yi, yaitu penduga peubah tak bebas dari kasus ke-I yang diperoleh dengan memakai penduga model berdasarkan (n-1) tanpa kasus ke-I, maka dari n kasus yang ada akan dapat diperoleh n buah simpangan ˆYi terhadap Yi, yaitu:

ei= Yi- ˆYi, untuk i=1,2,…n

dari n buah ei ini dapat ditentukan: mi=(ei/Yi)x100%, untuk i=1,2,…n

selanjutnya, apabila di = (mi)2, maka akan dicari:

2 1 / n i MSPE di n = =

2 2 2 1 1 / / ( 1) n n i i S d di di n n = = ⎡⎛ ⎞ ⎤ ⎢⎜ ⎟ ⎥ = −⎜ − ⎢ ⎥ ⎣

∑ ∑

⎦ 100% Sd CVd x d =

Keterangan : MSPE = Mean Square Predicted Error S2D = variasi

CVd = koefisien varian

Model akan semakin baik apabila memiliki MSPE dan CVd yang semakin kecil. Atas dasar ini, maka nilai MSPE dan CVd selanjutnya dipakai sebagai kriteria dalam menentukan tingkat keabsahan dari model-model yang dicobakan.

Uji keabsahan model merupakan uji yang terakhir dilakukan dalam pemilihan model yang terbaik dan sekaligus juga untuk menentukan cara pendekatan terbaik dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini, selain faktor-faktor kekonsistenan dalam penerimaan model tertentu pada setiap kali membangun model, kepraktisan pemakaian model dan kemudahan mendapatkan modelnya.

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan kandungan karbon pertanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten didekati dengan kajian cadangan (stock) karbon dalam ekosistem tanaman karet. Perhitungan cadangan karbon meliputi pembuatan model penduga biomassa dan karbon tegakan karet, dan perhitungan cadangan karbon seluruh tegakan tanaman karet, karbon serasah dan karbon tanah dari ekosistem pertanaman karet.

5.1 Model Penduga Biomassa dan Karbon Tanaman Karet

Proses pemilihan model diawali dengan pemilihan beberapa persamaan Allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa persamaan allometrik dengan menggunakan persamaan model yang berbeda. Variabel-variabel bebas yang digunakan antara lain diameter setinggi dada (D), tinggi total tanaman (H), tinggi bebas cabang (Hb) dan kuadrat diameter dan tinggi total (D2H).

Hasil pengukuran dari tiga buah plot masing-masing sebanyak 10 tanaman dengan jumlah 30 tanaman dilakukan secara destruktif pada tegakan karet berdiameter 26.1 cm 36.8 cm dan kisaran tinggi 13,5 m sampai 17,6 m memberikan beberapa informasi bobot basah rata-rata dari 3 buah plot sebanyak 30 tanaman sesuai dengan bagian-bagian tanaman. (gambar 11)

.

Di samping sifat fisik dalam bentuk bobot basah beberapa bagian tanaman karet, berdasarkan hasil analisis di laboratorium melalui pengambilan sampel bagian-bagian tanaman di lapangan memberikan informasi tentang persentase karbon sampel, bobot kering (biomassa), dan kandungan karbon bagian tanaman sehingga dapat diketahui proporsi sebaran biomassa dan karbon tanaman pada setiap bagian tanaman (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil analisis laboratorium dan perhitungan biomassa serta kandungan karbon beberapa bagian tanaman karet

No Bagian Tanaman Persentase C-organik sampel (%) Proporsi Biomassa dari Total (%) Proporsi Karbon dari Total (%) 1 2 3 4 Batang Cabang Daun Akar 41,31 36,21 46,02 42,74 51,42 21,95 8,17 11,26 52,62 26.15 9.31 11,92

Proporsi biomassa dari total merupakan persentase besarnya biomassa pada suatu bagian tanaman dibandingkan dengan biomassa total tanaman. Proporsi biomassa tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 51,42%, kemudian diikuti oleh bagian cabang sebesar 21.95%, akar 11,26% dan bagian terkecil yaitu daun sebesar 8,17%.

Sejalan dengan proporsi biomassa, maka proporsi karbon tertinggi juga terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 52,62%, hal ini menunjukan bahwa dari total karbon yang dikandung oleh tanaman, 52,62% jumlah karbon tersebut terdapat dibagian batang, dan sisanya terdapat di cabang sebesar 26,15%, akar sebesar 11,92% dan karbon pada bagian daun sebesar 9,31%. Proporsi karbon dari total merupakan persentase besarnya serapan karbon pada suatu bagian tanaman dibandingkan dengan serapan karbon tanaman total.

Kandungan karbon tanaman dipengaruhi langsung oleh persentase kandungan karbon sampel dan biomassa tanaman karena kandungan karbon tanaman merupakan perkalian antara biomassa dan persentase kandungan karbon sampel hasil analisis laboratorium, adapun persentase kandungan karbon bagian tanaman terhadap biomassa merupakan perbandingan antara jumlah karbon yang diserap oleh bagian tanaman terhadap biomassa bagian tanaman tersebut.

Hasil analisis laboratorium menunjukan bahwa kadar air semua bagian tanaman terbesar terdapat pada bagian batang sebesar 27,75% diikuti oleh akar yaitu sebesar 23,58% kemudian diikuti oleh bagian cabang sebesar 20,84% dan bagian kadar air terkecil terdapat dibagian daun yaitu sebesar 15,67 yaitu sedangan kadar karbon, persentase Biomassa, dan Persentase Karbon terbesar terdapat pada bagian batang. Terlihat pada gambar 12. Hasil analisis kadar karbon menunjukan bobot tertinggi pada bagian batang, diikuti bagian cabang, daun dan akar tertera pada gambar 13.

Gambar 12. Kadar air rata-rata dari setiap bagian tanaman

Gambar 13. Karbon rata-rata dari setiap bagian tanaman

Kandungan biomassa atau berat kering pada setiap bagian tanaman karet disajikan pada gambar 14. Bagian tanaman yang digunakan untuk menentukan kandungan biomassa adalah batang, cabang, akar daun dan daun. Biomassa total adalah

total biomassa bagian dikandung oleh seluruh bagian yang diteliti. Kandungan biomassa digunakan sebagai data untuk menentukan kandungan karbon, dan penentuan model penduga biomassa dengan diameter, dan tinggi tanaman.

Gambar 14. Hasil analisis kadar biomassa rata-rata

Hasil analisis laboratorium menyatakan bahwa persentase biomassa rata-rata terbesar dari data sebanyak 30 tanaman karet adalah biomassa batang, diikuti biomassa cabang, biomassa akar dan persentase terkecil adalah biomassa daun yaitu sebesar 16,97%. Kandungan biomassa batang berkaitan erat dengan hasil produksi tanaman yang didapat melalui proses fotosintesis yang umumnya disimpan pada batang, karena batang pada umumnya memiliki zat penyusun kayu yang lebih banyak dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain. Zat penyusun kayu tersebut menyebabkan bagian rongga sel pada batang akan menjadi lebih besar. Sedangkan daun umumnya tersusun oleh banyak rongga stomata yang menyebabkan struktur daun menjadi kurang padat, sehingga kurang berat. Biomassa atau bahan organic pada umunya hanya memiliki kisaran sebesar 3-6%. Menurut White dan Plaskett (1991) kisaran biomassa pada daun adalah sekitar 6%.

5.2 Model Penduga Biomassa dan Karbon Total

Pengambilan sampel tanaman karet dilakukan secara destruktif dengan menebang tanaman dan menghasilkan persamaan allometrik biomassa dan karbon

tanaman karet, persamaan tersebut merupakan hubungan antara biomassa atau karbon pada tiap bagian tanaman dan diameter ataupun tinggi total. Model penduga biomassa dan karbon menggunakan pendekatan diameter, tinggi, dan gabungan diameter san tinggi total hingga suatu model dari tiap bagian tanaman karet dapat terpilih.

Pembuatan model diawali dengan pemilihan beberapa persamaan Allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa persamaan model yang berbeda, variable tersebut adalah: Diameter setinggi dada (D), tinggi bebas cabang (Hb), tinggi total (H) dan kuadrat diameter dan tinggi total tanaman (D2H). Model yang terbaik dari suatu persamaan yang menggunakan variable bebas tertentu akan dipilih untuk menduga biomassa dan kandungan karbon tanaman karet. Semakin besar koefisien determinasi atau koefisien determinasi terkoreksi maka model akan semakin baik, sebaliknya semakin kecil standar deviasi model maka model akan dikatakan lebih baik dari model lainnya.

5.2.1 Model Penduga Biomas Total Tanaman Karet

Model penduga biomassa tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dibangun berdasarkan pada hubungan antara biomassa pada masing-masing bagian tanaman yaitu batang, cabang, daun dan akar. Untuk menduga biomassa total tanaman karet maka dilakukan pengukuran, penebangan, penimbangan hingga analisis laboratorium pada bagian batang, cabang, daun dan akar untuk mendapatkan bobot basaah, bobot kering, kadar air, dan kandungan C-organik. Berdasarkan pendugaan biomas total dengan menerapkan berbagai pilihan variable bebas, maka secara ringkas dapat disajikan beberapa persamaan allometrik sebagaimana disajikan pada tabel 2.

Tabel 2 menyajikan model penduga hubungan biomassa total dengan diameter (D), tinggi total (H), tinggi bebas cabang (Hb) dan kuadrat diameter dan tinggi total (D2H).

Tabel 2. Persamaan allometrik untuk penduga biomassa total tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten pada beberapa penerapan variabel bebas

Keterangan:

Y=Karbon (kg) D=Diameter (cm)

H=Tinggi total (m) Hb=Tinggi bebas cabang (m)

R2=Koefisien determinasi, CVd=Koefisien Varian D2H=Kuadrat diameter dan tinggi total(cm3)

Tabel 2 menunjukan bahwa penduga biomassa total tanaman karet dengan menggunakan variable bebas diameter tanaman memiliki nilai koefisien determinasi tertinggi (R2=75,30%) dengan nilai koefisien varian terkecil (8,078). Dengan demikian persamaan allometrik terbaik yaitu model kuadratik yang dapat digunakan untuk menduga biomassa total tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten adalah

Y=419-Persamaan R2 p-value CVd Y=105+3.32D 69.90% <0.001 7.639 Y=419-16.9D+0.322D2 75.30% <0.001 8.078 Y=-1269+145D-4.85D2+0.0547D3 76.90% <0.001 8.683 Y=-141+102lnD 68.00% <0.001 7.711 Y=127.7+e0.0157D 69.80% <0.001 7.739 Y=39.65D0.483 68.10% <0.001 7.713 Y=100+3.82D-2.62Hb 70.40% <0.001 7.273 Y=446-22.2D+0.40 D2+29.1Hb-3.7 Hb2 76.30% <0.001 8.700 Y=- 967+103D-3.57D2+0.0418D3+113Hb-26.8Hb2+2.09Hb3 77.30% <0.001 9.318 Y=-179+117 lnD-9.5lnHb 68.50% <0.001 7.307 Y= 125.2e0.0177 D - 0.0101 Hb 70.10% <0.001 7.464 Y= 34.1D0.540 -Hb0.0371 68.40% <0.001 7.407 Y=-182+11 lnD-9.8lnHb+3.6lnH 68.50% <0.001 7.249 Y= 152.2e+ 0.0178 D - 0.0100 Hb - 0.00049 H 70.10% <0.001 7.483 Y= 33.78D0.536 Hb- 0.0378 H0.009 68.40% <0.001 7.383 Y=372-4.86D+1.55Hb-9.45H+0.00838D2H 74.40% <0.001 8.276 Y=395.4e-0.0188 D + 0.0076 Hb - 0.0404 H + 0.000035 D2H 73.30% <0.001 8.485

Diameter 35.0 32.5 30.0 27.5 220.0 210.0 200.0 190.0 180.0

16.9D+0.322D2. Persamaan allometrik penduga biomassa tanaman karet dengan menggunakan variable bebas diameter disajikan pada gambar 15.

Gambar 15. Persamaan allometrik untuk penduga biomassa total pada tanaman karet di perkebunan Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten

Berdasarkan nilai koefisien determinasi yang terbesar dan nilai koefisien varian yang terkecil maka persamaan allometrik yang dipilih untuk menduga biomassa tanaman karet yaitu Y=419-16.9D+0.322D2, maka biomassa tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dapat dihitung. Hasil perhitungan menunjukan bahwa total biomassa tanaman karet di lahan perkebunan Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten adalah 96,73 ton/ha, sehingga cadangan biomassa tanaman karet di perkebunan Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dengan luasan areal 3.292, 47 ha adalah 318.480,62 ton. 5.2.2 Model Penduga Karbon Total Tanaman Karet

Kandungan karbon tanaman karet merupakan hasil antara perkalian bobot kering dan persentase kandungan karbon sampel, sedangkan kandungan karbon total menginformasikan jumlah karbon total yang diserap setelah melalui proses

Y=419-16.9D+0.322D2 R2=75.30%

fotosintesis yang meliputi serapan karbon pada bagian batang, cabang, daun dan akar. Model penduga karbon total tanaman sama seperti pada prosedur pemilihan

Dokumen terkait