DI PERKEBUNAN KARET BOJONG DATAR PTP NUSANTARA VIII KABUPATEN PANDEGLANG
BANTEN
LIA CESYLIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SEKOLAH PASCA SARJANA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Cadangan Karbon pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2009
LIA CESYLIA. Carbon Stock at Rubber Plantation (Hevea brasiliensis) Bojong Datar Rubber Estate PTP Nusantara VIII at Pandeglang District Banten. Supervised by HARIYADI and ARIEF HARTONO.
This research had been done at rubber plantation (Hevea brasiliensis) PTP Nusantara VIII Bojong Datar Rubber Estate at Pandeglang District. Data of biomass, rubber trees carbon, offals carbon, and soil carbon were collected by destructive method.Harvesting had been done to 30 selected rubber plants. Design of rubber trees biomass model started with choosing some different equalization models. This study was aimed to observe the biomass and carbon potential. The result showed that the assessment model could be built following formula Y=a+bD+cD2 for biomass and Y=a+bD+cD2 for carbon potential. Alometric equation for estimate carbon is Y=101.72-2.783D+0.07077D2 (R2=70,50%). and the alometric equation for estimate Y=419-16.9D+0.322D2 (R2=75,30%), The greatest biomass potency from rubber plant was found at the stem parts (51,42%), then followed by branch (21,95%), root (8,49%) and the smallest in leaf (7,79%). The highest carbon content is in stem (52,62%), then followed by branch (26,15%), root (11,92%) and the smallest in leaf (9,31%). The result of calculation shows that all of carbon stocks at PTP Nusantara VIII Bojong datar Rubber Estate Pandeglang District Banten is 128.834,35 Tons.
Keywords: Biomass, carbon, rubber
LIA CESYLIA. Cadangan Karbon Pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten. Dibimbing oleh HARIYADI dan ARIEF HARTONO.
Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia Tanaman karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII salah satu diantaranya yang mengusahakan tanaman karet sebagai komoditi utamanya. Tanaman karet merupakan salah satu produk unggulan di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dengan luasan areal sebesar 3.292,47 ha. Dari kegiatan perkebunan tersebut tidak jarang mengakibatkan unsur yang terbuang, terutama pada saat pemanenan, terutama unsur yang tersimpan dalam bentuk biomassa tanaman. Salah satu unsur tersebut adalah karbon. Maka dari itu perlu diadakan penelitian untuk penduga biomassa dan karbon di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji potensi cadangan karbon pada perkebunan karet pada umur yang homogen, (2) Membangun persamaan Allometrik untuk menduga biomassa dan kandungan karbon pada tanaman karet pada umur yang homogen di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten, dan (3) Menghitung nilai manfaat karbon tanaman karet di perkebunan karet Bojong datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten. Penelitian dilakukan pada bulan November 2008 – Maret 2009. Pengumpulan data biomassa, karbon tanaman karet, serasah dan tanah dilakukan dengan metode destruktif. Penebangan tanaman karet dilakukan terhadap 30 tanaman dengan kisaran diameter kisaran antara 26.1 cm sampai 36.8 cm dan kisaran tinggi 13,5 m sampai 17,6 m.
Pembuatan model biomassa dan karbon tanaman karet diawali dengan pemilihan beberapa persamaan allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa persamaan model yang berbeda. Variabel-variabel bebas yang digunakan antara lain adalah diameter setinggi dada (D), tinggi total pohon (H), tinggi bebas cabang (Hb), kuadrat diameter dan tinggi total (D2H).
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
BANTEN
LIA CESYLIA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Lia Cesylia
NIM : P052070201
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Hariyadi, M.S. Ketua
Dr. Ir . Arief Hartono, M.Sc. Agr. Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S,
Puji dan Syukur penulis panjatkan keHadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: Cadangan Karbon pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hariyadi, M.S sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr.Ir. Arief Hartono, M.Si. Agr, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan arahan kepada penulis hingga penyelesaian tesis ini. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk pelengkap tesis. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan serta teman-teman Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Angkatan 2007 yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Ibunda Ellin Roslaeni dan Ayahanda Agung Royani S yang telah memberikan pembelajaran moral dan spiritual. Suami tercinta Peny Surya untuk cinta dan kasih serta kesabaran dan ketulusannya, dan untuk calon buah hatiku tercinta yang telah membuat semuanya menjadi indah serta adik Firda dan keluarga besar atas segala dukungan material, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Agustus 2009
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 September 1980 di Bandung. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ellin Roslaeni dan Agung Royani S.
DI PERKEBUNAN KARET BOJONG DATAR PTP NUSANTARA VIII KABUPATEN PANDEGLANG
BANTEN
LIA CESYLIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SEKOLAH PASCA SARJANA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Cadangan Karbon pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Agustus 2009
LIA CESYLIA. Carbon Stock at Rubber Plantation (Hevea brasiliensis) Bojong Datar Rubber Estate PTP Nusantara VIII at Pandeglang District Banten. Supervised by HARIYADI and ARIEF HARTONO.
This research had been done at rubber plantation (Hevea brasiliensis) PTP Nusantara VIII Bojong Datar Rubber Estate at Pandeglang District. Data of biomass, rubber trees carbon, offals carbon, and soil carbon were collected by destructive method.Harvesting had been done to 30 selected rubber plants. Design of rubber trees biomass model started with choosing some different equalization models. This study was aimed to observe the biomass and carbon potential. The result showed that the assessment model could be built following formula Y=a+bD+cD2 for biomass and Y=a+bD+cD2 for carbon potential. Alometric equation for estimate carbon is Y=101.72-2.783D+0.07077D2 (R2=70,50%). and the alometric equation for estimate Y=419-16.9D+0.322D2 (R2=75,30%), The greatest biomass potency from rubber plant was found at the stem parts (51,42%), then followed by branch (21,95%), root (8,49%) and the smallest in leaf (7,79%). The highest carbon content is in stem (52,62%), then followed by branch (26,15%), root (11,92%) and the smallest in leaf (9,31%). The result of calculation shows that all of carbon stocks at PTP Nusantara VIII Bojong datar Rubber Estate Pandeglang District Banten is 128.834,35 Tons.
Keywords: Biomass, carbon, rubber
LIA CESYLIA. Cadangan Karbon Pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten. Dibimbing oleh HARIYADI dan ARIEF HARTONO.
Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia Tanaman karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII salah satu diantaranya yang mengusahakan tanaman karet sebagai komoditi utamanya. Tanaman karet merupakan salah satu produk unggulan di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dengan luasan areal sebesar 3.292,47 ha. Dari kegiatan perkebunan tersebut tidak jarang mengakibatkan unsur yang terbuang, terutama pada saat pemanenan, terutama unsur yang tersimpan dalam bentuk biomassa tanaman. Salah satu unsur tersebut adalah karbon. Maka dari itu perlu diadakan penelitian untuk penduga biomassa dan karbon di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji potensi cadangan karbon pada perkebunan karet pada umur yang homogen, (2) Membangun persamaan Allometrik untuk menduga biomassa dan kandungan karbon pada tanaman karet pada umur yang homogen di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten, dan (3) Menghitung nilai manfaat karbon tanaman karet di perkebunan karet Bojong datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten. Penelitian dilakukan pada bulan November 2008 – Maret 2009. Pengumpulan data biomassa, karbon tanaman karet, serasah dan tanah dilakukan dengan metode destruktif. Penebangan tanaman karet dilakukan terhadap 30 tanaman dengan kisaran diameter kisaran antara 26.1 cm sampai 36.8 cm dan kisaran tinggi 13,5 m sampai 17,6 m.
Pembuatan model biomassa dan karbon tanaman karet diawali dengan pemilihan beberapa persamaan allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa persamaan model yang berbeda. Variabel-variabel bebas yang digunakan antara lain adalah diameter setinggi dada (D), tinggi total pohon (H), tinggi bebas cabang (Hb), kuadrat diameter dan tinggi total (D2H).
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009
Hak Cipta dilindungi Undang-undang
1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah
b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB
BANTEN
LIA CESYLIA
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Pengelolan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Nama : Lia Cesylia
NIM : P052070201
Disetujui
Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Hariyadi, M.S. Ketua
Dr. Ir . Arief Hartono, M.Sc. Agr. Anggota
Diketahui,
Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S,
Puji dan Syukur penulis panjatkan keHadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: Cadangan Karbon pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hariyadi, M.S sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr.Ir. Arief Hartono, M.Si. Agr, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan arahan kepada penulis hingga penyelesaian tesis ini. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk pelengkap tesis. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan serta teman-teman Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Angkatan 2007 yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Ibunda Ellin Roslaeni dan Ayahanda Agung Royani S yang telah memberikan pembelajaran moral dan spiritual. Suami tercinta Peny Surya untuk cinta dan kasih serta kesabaran dan ketulusannya, dan untuk calon buah hatiku tercinta yang telah membuat semuanya menjadi indah serta adik Firda dan keluarga besar atas segala dukungan material, doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, Agustus 2009
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 September 1980 di Bandung. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ellin Roslaeni dan Agung Royani S.
i
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Kerangka Pemikiran . ... 2
1.3 Perumusan Masalah ... 3
1.4 Tujuan Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 3
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Sistem Budidaya Karet. ... 5
2.2 Karbondioksida. ... 5
2.3 Sumber dan Siklus Karbon. ... 6
2.4 Biomas ... 7
2.5 Model Penduga Biomas dan Kandungan Karbon ... 9
2.6 Bahan Organik Tanah (BOT) ... 10
2.7 Diameter Pohon ... 10
2.8 Clean Development Mechanism (CDM) ... 11
2.9 Protokol Kyoto dan Mekanisme Perdagangan Karbon ... 11
III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis ... 13
3.2 Fisiografi, Geologi, Topografi dan Tanah... 13
ii
4.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 16 4.3 Variabel yang Diamati ... 16 4.3.1 Variabel Tanaman ... 17 4.3.2 Variabel Serasah... 17 4.3.3 Variabel Tanah ... 17 4.4 Prosedur Penelitian... 17 4.4.1 Prosedur Pengukuran di Lapangan ... 17 4.4.2 Prosedur Pengukuran di Laboratorium ... 21 4.5 Model Keeratan Hubungan Kandungan Karbon & Biomas ... 23 4.6 Nilai Manfaat Karbon ... 24 4.7 Pengolahan & Analisis Data ... 25 4.8 Pemilihan Model ... 25
V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28 5.1 Model Penduga Biomassa dan Karbon Tanaman Karet ... 28 5.2 Model Penduga Biomassa dan Karbon Total ... 32 5.2.1 Model Penduga Biomassa Total Tanaman Karet ... 32 5.2.2 Model Pendugaan Cadangan Karbon Tanaman Karet ... 34 5.2.3 Model Pendugaan Hubungan Karbon dengan Biomassa ... 36 5.3 Biomassa dan Cadangan karbon Serasah ... 37 5.4 Cadangan Karbon Tanah ... 38 5.5 Nilai Manfaat Karbon ... 39
VI. KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan ... 40 6.2 Saran ... 40
iii
Halaman 1. Hasil analisis laboratorium dan perhitungan biomassa serta
kandungan karbon beberapa bagian tanaman karet ... 29 2. Persamaan alometrik untuk penduga biomassa total tanaman
karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten pada beberapa penerapan variabel
bebas ... 33 3. Persamaan alometrik model penduga karbon total tanaman karet
Di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Banten pada
beberapa penerapan variabel bebas ... 35 4. Proporsi karbon terhadap biomassa tanaman karet di perkebunan
karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang
Banten ... 37 5. Potensi kandungan karbon dan biomassa serasah di areal
perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten
Pandeglang Banten ... 38 6. Cadangan karbon tanah pada beberapa kedalaman di perkebunan
karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang
iv
Halaman 1. Bagan alir kerangka pemikiran ... 2 2. Pengukuran Diameter at The Breast High (DBH). ... 18 3. Pengukuran tinggi pohon ... 18 4. Desain plot contoh di lapangan ... 19 5. Pembuatan plot di lapangan ... 19 6. Penebangan contoh pohon terpilih (a), Pemotongan sortimen
menurut bagian batang, cabang dan daun ... 20 7. Pengeringan sampel (a dan b) ... 21 8. Penimbangan sampel (a), cawan porselen sebagai media untuk
menyimpan sampel untuk proses pemanasan ... 22 9. Contoh sortimen batang untuk analisis laboratorium (a),
Pengambilan contoh dan untuk analisis laboratorium (b) ... 23 10.Pembuatan sub plot untuk pengambilan sampel tanah (a),
Pengukuran kedalaman tanah 0-20, 20-40, 40-60 untuk
pengambilan sampel (b) ... 23 11.Rata-rata bobot basah dari setiap bagian tanaman karet ... 28 12.Kadar air rata-rata dari setiap bagian pohon ... 30 13.Karbon Rata-rata dari Setiap Bagian Pohon ... 30 14.Hasil analisis kadar biomas rata-rata... 31 15.Persamaan alometrik untuk pendugaan biomas total pada
tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara
VIII Kabupaten Pandeglang Banten... .. 34 16.Persamaan alometrik untuk pendugaan karbon total pada
tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP
v
Halaman 1. Diameter, tinggi dan kadar karbon dan kadar biomas plot
I di lokasi penelitian PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang
Banten ... 45 2. Diameter, tinggi dan kadar karbon dan kadar biomas Plot
II di lokasi penelitian PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang
Banten ... 46 3. Diameter, tinggi dan kadar karbon dan kadar biomas plot
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pemanasan global (global warming) merupakan isu yang sedang marak
dibicarakan, global warming yaitu kenaikan temperatur muka bumi secara perlahan-lahan yang disebabkan oleh efek rumah kaca dan berakibat pada
perubahan iklim global. Perubahan iklim tersebut disebabkan oleh kegiatan
manusia dalam penggunaan energi bahan bakar serta kegiatan alih guna lahan dan
kehutanan. Kegiatan tersebut merupakan sumber utama gas rumah kaca (KLH,
2004).
Gas karbondioksida (CO2) adalah Gas Rumah Kaca (GRK) yang paling
utama menyebabkan terjadinya pemanasan global, diantaranya adalah
pembakaran bahan bakar minyak (BBM) dalam pabrik dan kendaraan bermotor,
GRK yang lain misalnya metan (CH4) yang dihasilkan dari tempat pembuangan
akhir sampah, sawah dan ternak, serta CFC yang banyak dihasilkan dari
pendingin ruangan. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah upaya untuk
meningkatkan emisi karbon di udara, salah satu cara adalah mengembalikan
kondisi lahan hutan alam yang rusak sehingga mampu menyerap gas rumah kaca
secara optimum, karena hutan merupakan salah satu peyerap CO2 yang cukup
besar. Tanaman-tanaman di dalam hutan menggunakan CO2 dalam proses
fotosintesis dan menghasilkan oksigen (O2) dan energi, sebagian energi tersebut
tersimpan dalam bentuk biomassa tanaman. Fungsi hutan tersebut akan
mengurangi gas-gas rumah kaca di atmosfer (MacDicken, 1997). Hampir 50%
dari biomassa tersusun atas karbon (Brown, 1997). Dengan demikian pendugaan
biomassa hutan dapat juga digunakan untuk menduga banyaknya karbon yang
diserap oleh hutan.
Biomassa adalah total bahan organik hidup di atas tanah dan di bawah
permukaan tanah yang meliputi tanaman, palem, anakan tanaman serta
kemampuan tumbuhan bawah dan serasah yang dinyatakan sebagai berat kering
oven persatuan area (Brown, 1997). Dengan demikian pengukuran terhadap
oleh suatu areal hutan per satuan luas dan yang terambil akibat adanya
pengelolaan hutan.
Tanaman karet seperti halnya tanaman hutan mampu mengolah CO2
sebagai sumber karbon yang digunakan untuk fotosintesis, oleh karena itu,
tanaman karet mampu menggantikan tanaman hutan dalam penyerapan CO2.
Secara alami gas CO2 diproses oleh vegetasi tanaman termasuk karet melalui
fotosintesis dan menghasilkan oksigen, oleh karena itu, tanaman karet berperan
sebagai salah satu komponen pengelolaan lingkungan dan pengurang efek
pemanasan global.
1.2 Kerangka Pemikiran
Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran
Prediksi kemampuan tanaman karet dalam menyimpan karbon
Estimasi perhitungan nilai manfaat karbon
Peningkatan jumlah akumulasi CO2 di udara
Pengukuran cadangan karbon di dalam biomassa tanaman
Karbon dalam tanah Karbon dalam tanaman
1.3 Perumusan Masalah
Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan
perekonomian Indonesia. Tanaman karet tidak hanya diusahakan oleh
perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu
hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Total luas perkebunan karet
di Indonesia hingga saat ini berkisar 3 juta hektar lebih, terluas di dunia. Malaysia
dan Thailand yang merupakan pesaing utama Indonesia memiliki luas lahan yang
jauh di bawah jumlah tersebut.
Perkebunan karet PTP Nusantara VIII salah satu diantaranya yang
mengusahakan tanaman karet sebagai komoditi utamanya. Tanaman karet
merupakan salah satu produk unggulan di PTP Nusantara VIII diantaranya
Provinsi Banten dengan luasan areal sebesar 3.292,47 ha. Dari kegiatan
perkebunan tersebut tidak jarang mengakibatkan unsur yang terbuang, terutama
pada saat pemanenan, terutama unsur yang tersimpan dalam bentuk biomassa
tanaman. Salah satu unsur tersebut adalah karbon, tentulah keadaan ini sangat
mengkhawatirkan karena semakin banyak karbon yang terlepas ke udara akan
semakin membuat lapisan selubung bumi menjadi panas dan lama kelaman akan
berdampak terhadap pemanasan global, dari perumusan masalah di atas maka
dapat dirumuskan
9 Bagaimanakah potensi cadangan karbon tanaman karet pada umur yang
homogen di PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.
9 Bagaimana pendugaan biomassa kandungan karbon pada tanaman karet
pada umur yang homogen di PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang
Banten.
9 Berapa besar nilai manfaat karbon tanaman karet di PTP Nusantara VIII
Kabupaten Pandeglang Banten.
1.4 Tujuan Penelitian
9 Mengkaji potensi cadangan karbon pada perkebunan karet pada umur yang
9 Membangun persamaan Allometrik untuk menduga biomassa dan
kandungan karbon pada tanaman karet pada umur yang homogen di PTP
Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.
9 Menghitung nilai manfaat karbon tanaman karet di PTP Nusantara VIII
Kabupaten Pandeglang Banten.
1.5 Manfaat Penelitian
Diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar perhitungan bagi kegiatan
pengelolaan tanaman karet. Dalam penelitian ini dapat diketahui besarnya
serapan potensi karbon oleh perkebunan karet, dan dapat diketahui seberapa besar
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Budidaya Karet
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan jenis tanaman yang berasal
dari Brasil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia.
Sebagai penghasil lateks, tanaman karet merupakan satu-satunya tanaman yang
dikebunkan secara besar-besaran dibandingkan tanaman lain yang juga
menghasilkan getah. Tanaman karet merupakan tanaman yang tumbuh tinggi dan
berbatang cukup besar. Tinggi tanaman karet dewasa mencapai 15-25 m. Batang
tanaman ini bisanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi dan di
atas. Daun karet berwarna hijau pada masa pertumbuhan, namun berubah menjadi
kuning kemerahan jika akan rontok. Biasanya tanaman karet mempunyai jadwal
kerontokan daun pada setiap musim kemarau.
Sistem budidaya karet umumnya dilakukan dengan pola monokultur dan
sistem agroforestry. Sistem monokultur adalah budidaya karet yang dilakukan
dengan menggunakan satu jenis tanaman dalam suatu luasan tertentu. Sedangkan
system agroforestry adalah budidaya karet dengan menggunakan tanaman lain
diantara tanaman pokok, yang dapat berupa padi, palawija, sayuran dan bahkan
tahunan. Sistem ini dianggap sebagai sistem penggunaan lahan yang berorientasi
sosial, ekonomi dan ekologi dengan bentuk pemanfaatan lahan secara optimal
pada suatu tapak di dalam dan atau di luar kawasan yang mengusahakan produksi
biologi berdaur pendek dan berdaur panjang (komoditi kehutanan dan pertanian)
berdasarkan kelestarian dan untuk kesejahteraan masyarakat, baik diusahakan
secara serentak, maupun berurutan (rotasi) sehingga membentuk tajuk
berlapis-lapis (Lal, 1995).
2.2 Karbondioksida
Karbondioksida (CO2) terdapat pada atmosfer bumi dalam kepekatan
0,03% (Cornnell dan Miller, 1995). Walaupun CO2 mempunyai kepekatan yang
rendah tetapi CO2 memerankan peran yang penting dalam iklim bumi. Radiasi
tetapi pada saat masuk ke permukaan bumi sebagian besar energi diubah menjadi
radiasi infra merah. Karbondioksida merupakan penyerap infra merah yang sangat
kuat dan sifat ini membantu mencegah radiasi infra merah meninggalkan bumi,
dengan begitu karbondioksida dapat mengatur suhu permukaan bumi.
Menurut Fardiaz (1992) pengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi
antara CO2 atmosfer yang jumlahnya meningkat dengan radiasi sinar matahari.
Kira-kira sepertiga dari sinar yang mencapai permukaan bumi akan di refleksikan
kembali ke atmosfer. Sebagian besar sisanya akan diabsorpsi oleh benda-benda
seperti batu karang dan benda lainnya. Sinar yang di absorbsi tersebut akan
diradiasi kembali dalam bentuk radiasi infra merah dengan panjang gelombang
lebih panjang dari sinar tampak yang dapat dirasakan sebagai panas jika bumi
menjadi dingin.
2.3 Sumber dan Siklus Karbon
Pada dasarnya karbon bersumber dari kegiatan antropogenik dan alami.
Sumber utama karbondioksida (CO2) adalah bahan organik yang terjadi akibat
tindakan mikroorganisme, penebangan hutan, respirasi oleh hewan, tumbuhan dan
manusia serta pembakaran bahan api. Kegiatan antropogenik seperti industri,
penggunaan bahan bakar fosil, dan transformasi lahan diantaranya penebangan,
pembukaan lahan dan kebakaran hutan secara besar-besaran merupakan sumber
emisi karbon maupun gas-gas rumah kaca lainnya (Soedomo, 2001).
Pengurangan konsentrasi karbon di atmosfer dapat terjadi melalui proses
fotosintesis oleh tanaman atau tumbuhan hijau daun. Fotosintesis didefinisikan
sebagai proses pembentukan gula dari dua bahan sederhana yaitu CO2 dan air
(H2O) dengan bantuan klorofil dan cahaya matahari sebagai sumber energi.
Fotosintesis merupakan asimilasi zat karbon, dimana zat-zat organik CO2 dan
H2O diubah menjadi molekul C6H12O6 dengan bantuan energi cahaya matahari
dan klorofil (Gardner et al. 1991). Pada areal konversi yang mengalami degradasi lahan pengurangan emisi karbon dapat dilakukan dengan penanaman kembali
(perkebunan, agroforestri, reforestrasi dan aforestrasi) sehingga emisi karbon
tanah yang meningkat dapat ditangkap kembali melalui proses fotosintesis
Jumlah CO2 yang berada di atmosfir, sebagian besar diserap oleh
permukaan laut dan disimpan dalam bentuk karbonat, sisanya diserap oleh tanah
dan tumbuhan. Namun kenyataannya, di areal pertanian CO2 yang diserap oleh
tanaman tidak seimbang dengan CO2 yang dilepaskan oleh tanah akibat
deforestasi dan alih fungsi lahan. Kondisi ini terjadi sebagai akibat terjadinya
oksidasi humus yang relatif cepat yang akhirnya akan melepaskan CO2 kembali
ke atmosfir. Dalam sistem tanaman, makin banyak biomassa hijau, makin banyak
fotosintesis dan makin banyak CO2 atmosfir dirubah atau dikonversi menjadi
glukosa (C6H12O6). Fotosintesis didefinisikan sebagai proses pembentukan gula
dari dua bahan baku sederhana yaitu karbon dioksida dan air dengan bantuan
klorofil dan cahaya matahari sebagai sumber energi (Gardner et al. 1991). Persamaan sederhana dari proses fotosintesis adalah sebagai berikut :
Cahaya
6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2
klorofil
Proses fotosintesis terdiri atas tiga tahapan yaitu (1) Absorbsi cahaya dan
retensi energy cahaya, (2) konversi energi cahaya ke potensi kimia dan (3)
stabilisasi dan penyimpanan potensi kimia. Proses ini diawali dengan penyerapan
cahaya oleh molekul klorofil di dalam tanaman, molekul tereksitasi menjadi
energi dan elektron yang ditingkatkan untuk level energi yang lebih tinggi
(Gardner et al. 1991).
2.4 Biomassa
Biomassa adalah jumlah total dari materi organik tanaman yang hidup di
atas tanah yang diekspresikan sebagai berat kering tanaman per unit areal (Brown,
1993). Biomassa dapat digunakan dalam dasar perhitungan bagi kegiatan
pengelolaan dan pembinaan hutan. Hal ini diakibatkan oleh adanya anggapan
bahwa hutan merupakan sink dari karbon. Jumlah stok biomassa tergantung pada
terganggunya atau tidaknya permudaan alam dan peruntukan hutan (IPPC, 1995).
Brown dan Gaton (1996), menambahkan bahwa biomassa hutan dapat
biomassa adalah karbon. Biomassa dapat dapat diukur dari biomassa di atas
permukaan tanah (Above Ground) dan di bawah permukaan tanah (Below Ground). Biomassa atau bahan organik merupakan suatu bagian yang dapat dipergunakan sebagai sumber energi untuk kegiatan fotosintesis. Biomassa
disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari elemen karbon,
hydrogen, dan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman (White
and Plaskett, 1981).Jumlah total biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan
menyerap CO2 dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik
melalui proses fotosintesis. Laju peningkatan biomassa disebut produktifitas
primer bruto. Hal ini tergantung pada luas daun yang terkena sinar matahari,
intensitas penyinaran, suhu dan ciri-ciri jenis tumbuhan masing-masing. Sisa dari
hasil respirasi yang dilakukan disebut produksi primer bersih. Lebih lanjut
disebutkan bahwa jumlah biomassa di dalam hutan adalah hasil dari perbedaan
antara produksi melalui fotosintesis dengan konsumsi melalui respirasi dan proses
penebangan (Whitten et al., 1984)
Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah
perkembangan vegetasi, komposisi dan stuktur tegakan (Lugo dan Snedaker 1974,
dalam Kusmana, 1993). Faktor iklim, seperti curah hujan dan suhu merupakan
faktor yang mempengaruhi laju peningkatan biomassa tanaman (Kusmana, 1993).
Suhu tersebut berdampak bagi proses biologi dalam pengambilan karbon oleh
tanaman dan penggunaan karbon dalam aktivitas decomposer (Mudiyarso et al. 1999). Sato dan Madgwiick (1982) juga menyebutkan bahwa suhu dan curah
hujan merupakn faktor-faktor iklim yang berpengaruh dangat penting terhadap
biomassa, parameter umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan struktur tegakan
serta kualitas tempat tumbuh juga mempengaruhi besarnya biomassa.
Makin tinggi suhu udara akan menyebabkan kelembaban udara relatif
semakin berkurang. Kelembaban udara relatif bisa mempengaruhi laju
fotosintesis. Hal ini disebabkan udara yang relatif tinggi akan memiliki tekanan
udara uap air parsial yang lebih tinggi dibanding dengan tekanan udara parsial
CO2 akan memudahkan uap air berfusi melalui stomata. Akibat selanjutnya
adalah laju fotosintesis akan menurun (Loveless, 1987). Lebih lanjut dijelaskan
proses fotosintesis akan lebih besar atau dengan kata lain penyerapan CO2 oleh
daun dari udara akan semakin besar.
Biomassa merupakan berat bahan organik suatu organisma per satuan unit
area pada suatu saat, berat bahan organik umumnya dinyatakan dengan satuan
berat kering (dry weight), atau kadang-kadang dalam berat kering bebas abu (Chapman, 1976). Berat kering total hasil panen tanaman budidaya terjadi akibat
penimbunan hasil asimilasi bersih CO2 sepanjang musim pertumbuhannya.
Walaupun konsentrasi CO2 di atmosfer kecil (0,03%) tetapi 85-92% berat kering
tanaman berasal dari pengambilan CO2 dalam fotosintesis (Gardner et al. 1991).
Biomassa disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang terdiri atas
elemen karbon, hydrogen dan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis
tanaman. Biomassa dibedakan menjadi dua kategori yaitu biomassa di atas
permukaan tanah dan biomassa di bawah permukaan tanah Cintron dan Novelli
(1984) dalam Kusmana (1993)
Model biomassa mensimulasikan penyerapan karbon melalui proses
fotosintesis dan penghilangan karbon melalui respirasi. Penyerapan karbon bersih
disimpan dalam organ tumbuhan. Fungsi dan model biomassa dipresentasikan
melalui persamaan dengan tinggi dan diameter tanaman (Boer and Ginting, 1996,
Johnsen et al., 2001). Model penduga kandungan karbon dapat diduga melalui persamaan regresi Allometrik dari biomassa tanaman yang didasarkan pada fungsi
dari diameter tanaman (Johnsen, 2001). Beberapa penelitian yang menduga
kandungan karbon melalui persamaan regresi Allometrik telah ditentukan, antara
lain adalah Hilmi (2002) yang telah membangun model karbon, dimana
kandungan karbon tanaman merupakan fungsi dari diameter dan atau tinggi
tanaman, dan fungsi dari biomassa tanaman dengan menggunakan persamaan
regresi allometrik. Demikian juga seperti yang dilakukan Onrizal (2004),
menduga kandungan karbon dan fungsi biomassa tanaman pada hutan kerangas
dengan menggunakan peubah diameter dan atau tinggi tanaman.
2.5 Model Penduga Biomassa dan Kandungan Karbon Hutan
Model adalah rangkuman atau penyederhanaan dari suatu sistem (Hall and
saja dari masalah yang dianalisis yang diikutsertakan yang menunjukkan
hubungan langsung dan tidak langsung dalam pengertian sebab akibat (Jorgensen,
1988, Gran et al, 1997). Sedangkan permodelan adalah pengembangan analisis ilmiah dengan beberapa cara, yang berarti bahwa dalam memodelkan suatu
ekosistem akan lebih mudah dibandingkan dengan ekosistem sebenarnya (Hall &
day, 1976). Sementara itu, sistem adalah suatu kumpulan dari bagian-bagian
(komponen) yang berinteraksi menurut proses tertentu (Gazperz, 1992, Odum,
1992).
Produksi biomassa merupakan model proses yang ditetapkan secara
khusus melalui keseimbangan antara karbon yang diambil melalui proses
fotosintesis dan proses kehilangan karbon melalui respirasi. Karbon yang
merupakan produk dari produksi biomassa yang dibentuk dikurangi dengan total
yang hilang melalui jaringan akar halus, daun, dan cabang, serta karena penyakit,
sisanya tergabung dalam struktur dan tersimpan di dalam tanaman. Penyerapan air
dan elemen penting lainnya akan berpengaruh terhadap keseimbangan karbon dan
pengalokasian karbon (Raymond et al, 1983, Johnsen et al, 2001b)
Model biomassa mensimulasikan penyerapan karbon melalui proses
fotosintesis dan penghilangan karbon melalui respirasi. Penyerapan karbon bersih
disimpan dalam organ tumbuhan. Fungsi dan model biomassa dipresentasikan
melalui persamaan dengan tinggi dan diameter tanaman (Boer & Ginting, 1996,
Kusmana, 1993, 1997, Johnsen et al, 2001b).
2.6 Bahan Organik Tanah (BOT)
BOT umumnya ditemukan di permukaan tanah dan jumlahnya sekitar
3-5% saja (Hardjowigeno, 2003). Akan tetapi peranannya dalam tanah sangat besar
baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini erat kaitannya dengan fungsi
BOT terhadap sifat fisik, kimia dan sifat biologi tanah.
Reijntjes et al. (1992) mengemukakan bahwa fungsi BOT diantaranya sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan akan dilepaskan ke dalam
larutan air tanah dan disediakan untuk tanaman bahan organik baik di dalam
kelembaban tanah. BOT juga dapat meningkatkan daya sangga tanah (Kasno et al, 2003).
2.7 Diameter Tanaman
Diameter merupakan salah satu parameter tanaman yang mempunyai arti
penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan
pengelolaan. Mengukur diameter berarti mengukur panjang garis antara dua titik
pada sebuah lingkaran melelui titik pusat lingkaran. Karena keterbatasan alat,
seringkali pengukuran diameter dilakukan melalui pengukuran keliling (K), yang
kemudian dikonversi ke diameter (D), dengan menggunakan rumus yang berlaku
untuk lingkaran, yaitu D=K/π. Diameter setinggi dada merupakan ukuran yang
lazim dalam menentukan diameter tanaman berdiri. Selain pengukurannya paling
mudah, diameter setinggi dada juga mempunyai korelasi yang kuat dengan
parameter tanaman lainnya seperti luas bidang dasar (LBDS) dan volume batang.
Di Indonesia diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,30 meter
dari permukaan tanah (Departemen Kehutanan, 1992) dalam Robi Budiman
(2000).
2.8 Clean Development Mechanism (CDM)
CDM merupakan salah satu mekanisme yang memungkinkan
negara-negara maju untuk mengimplementasikan proyek yang bisa menurunkan atau
menyerap emisi di negara berkembang, dimana kredit penurunan emisi yang
dihasilkan nantinya dimiliki oleh negara maju tersebut. Selain tujuan membantu
negara maju dalam memenuhi target penurunan emisi, mekanisme CDM ini juga
bertujuan untuk membantu negara berkembang dalam mendukung pembangunan
berkelajutan.
CDM diharapkan dapat mendorong munculnya proyek-proyek ramah
lingkungan yang terbukti dapat menurunkan emisi Gerakan Rumah Kaca (GRK)
di negara berkembang. Namun untuk dapat turut mengembangkan proyek CDM,
negara yang bersangkutan, baik negara maju ataupun negara berkembang, harus
oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan departemen Luar Negeri sedang
berupaya agar Protokol Kyoto dapat segera diratifikasi.
2.9 Protokol Kyoto dan Mekanisme Perdagangan Karbon
Dampak perubahan iklim secara perlahan mulai mempengaruhi kehidupan
di berbagai belahan dunia. Berbagai upaya dilakukan untuk menstabilkan
konsentrasi GRK di atmosfer. Kesepakatan berbagai negara maju untuk
mengurangi emisi kemudian diwujudkan dengan Protokol Kyoto. Protokol ini
merupakan dasar bagi Negara-negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah
kasa gabungan mereka, paling sedikit 5 % dari tingkat emisi tahun 1990
menjelang periode 2008 sampai 2012. Di dalam protokol tersebut juga di atur
mengenai mekanisme kerjasama antar negara maju dan negara berkembang dalam
pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan bersih . CDM dimaksudkan
untuk memberi kesempatan kepada Negara berkembang yang tidak wajib
mereduksi emisi agar berperan dalam pengurangan GRK (Murdiyarso, 2003).
Melalui Protokol Kyoto Negara-negara dapat menyatukan gudang
penyimpanan karbon yang berkembang seiring dengan afforestration dan
reforestation semenjak tahun 1990 menuju target pengurangan emisi. Perdagangan emisi memiliki potensial untuk menjadi sarana yang paling efektif
biayanya untuk mengurangi emisi GRK dan protokol menyediakan untuk
pertukaran emisi antara Negara-negara Annex B untuk mencapai target-target
mereka. Berdasarkan hal tersebut, maka penyimpanan karbon di hutan harus dapat
diperdagangkan dalam sebuah system pertukatran emisi-emisi. Jual beli itu dalam
bentuk sertifikat, yaitu jumlah emisi para pelaku perdagangan akan diverifikasi
oleh sebuah badan internasional atau badan lain yang diakreditasi oleh badan
tersebut. Reduksi Emisi Bersertifikat (RES) atau Certified Emission Reduction (CER) inilah yang diperjualbelikan dalam sebuah pasar internasional, RES itu
dinyatakan dalam ton karbon yang direduksi. Sekarang perdagangan ini sudah
berjalan melalui implementasi patungan (Joint Implementation). Hampir semua
Negara di Amerika Latin yang berhutan sudah mennerapkan niaga karbon seperti
perdagangan dengan negara berkembang dalam Protokol Kyoto ada mekanisme
khusus yang disebut Clean Development Mechanism (Soemarwoto, 2001).
CDM merupakan suatu mekanisme yang memungkinkan Negara maju
melaksanakan kegiatan investasi pengurangan emisi GRK di Negara berkembang
dan membuka peluang bagi Negara berkembang untuk memaksimumkan manfaat
ekonomi, sosial dan lingkungan dari pelaksanaan kegiatan investasi tersebut.
Menurut Protokol Kyoto kegaiatan yang diperbolehkan untuk kegiatan CDM
hanya yang masuk kategori afforestrasi dan reforestrasi. Menurut Protokol Kyoto,
afforestrasi adalah konversi lahan bukan hutan menjadi hutan dimana lahan
tersebut sudah merupakan hutan sejak 50 tahun yang lalu, sedangkan reforestrasi
adalah penghutanan kembali lahan yang sudah tidak merupakan hutan sebelum
tahun 1990. Penegrtian lahan menurut Protokol Kyoto adalah areal yang luasnya
minimal 0,05-1,0ha yang ditumbuhi tanaman dengan tingkat penutupan tajuk
kurang dari 10%-30% dan tingginya secara potensial tidak kurang dari 2-5m.
Sedangkan bagi Indonesia pengertian lahan adalah areal yang luasnya kurang dari
0,25ha yang ditumbuhi tanaman dengan tingkat penutupan tajuk kurang dari 30%
dan tinginya secara potensial kurang dari 5m.
Toman dan Cazorla (2001) menerangkan bahwa Protokol Kyoto secara resmi
menyatakan keterlibatannya pada Negara-negara industry guna mengurangi emisi
gas rumah kaca yang banyak sampai 5% dibandingkan dengan tingkat pada tahun
2008-2012. Untuk mencapai sasaran ini dengan biaya serendah mungkin bagi
negara-negara yang punya komitmen pada reduksi itu, protokol menciptakan dua
mekanisme, penjualan emisi gas rumah kaca dan CDM. CDM merupakan
mekanisme penurunan emisi pengganti bagi Joint Implementation. Peran CDM
bukan hanya dalam mitigasi GRK, seperti yang tertera dalam Artikel 12 dari
Protokol Kyoto, tujuan CDM adalah:
1. Membantu Negara berkembang yang tidak termasuk dalam Negara Annex
I untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan serta
menyumbnag pencapaian tujuan utama Konvensi Perubahan Iklim, yaitu
menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca dunia pada tingkat yang tidak
2. Membantu Negara-negara Annex I atau negara maju dalam memenuhi
target penurunan jumlah emisi negaranya.
Mekanisme CDM memungkinkan Negara Annex I untuk menurunkan emisi
GRK secara lebih murah dibandingkan dengan mitigasi di dalam negerinya
sendiri (domestic action). Oleh karenanya, CDM beserta dengan dua mekanisme
lainnya dikenal sebagai mekanisme fleksibilitas (flexibility mechanisms). Dalam pelaksanaan CDM, komoditi yang diperjualbelikan adalah reduksi emisi GRK
tersertifikasi yang biasa dikenal dengan CER (Certified Emission Reduction). CER ini diperhitungkan sebagai upaya Negara Annex I dalam memititigasi emisi
GRK dan nilai CER ini setara dengan nilai penurunan emisi yang dilakukan
secara domestic dan karenanya dapat diperhitungkan dalam pemenuhan target
penurunan emisi GRK Negara Annex I seperti yang disepakati dalam Annex B
Protokol Kyoto.
Neagara-negara berkembang berpotensi sumberdaya hutan yang besar seperti
Indonesia sangat potensial di dalam perdagangan karbon ini. Hutan yang lestari
akan bernilai jual tinggi dibandingkan dengan hutan yang beresiko terhadap
kebakaran, berdasarkan kesepakatan dunia internasional, harga karbon bervariasi
antara US$0,4-28/ton karbon/ha. Untuk beberapa tingkat luasan, pasar kredit
karbon telah ada di USA dan beberapa proyek kehutanan yang didesain untuk
mengurangi emisi karbon telah berjalan. Sebagai contoh, sebuah kelompok
peralatan elektik telah mendirikan Utilithtree Carbon Company yang telah berinisiatif terlibat dalam proyek mengurangi karbon di beberapa tempat (Hoover
et al. 2000).
Dalam sektor kehutanan, kegiatan yang diizinkan untuk di ajukan dalam
proyek CDM adalah kegiatan aforestasi dan reforestasi, merupakan pencegahan
terhadap deforestasi tidak dapat diajukan dalam skema CMD. CDM Kehuatanan
bukan dimaksudkan untuk menurunkan emisi pada sumbernya tetapi untuk
menyerap GRK dari atmosfer. Hingga saat ini, CDM Kehutanan dibatasi hanya
III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
3.1 Letak Geografis dan kondisi Fisik
Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Pandeglang Banten, Jalan raya
Saketi Malimping. Lahan perkebunan karet yang digunakan sebagai objek
penelitian ini merupakan lahan milik PTP Nusantara VIII, dengan Luas Areal
(Ha) Konsesi 2008 sebesar 3.292,47 Ha . Secara geografis PTP Nusantara VIII
Kabupaten Pandeglang Banten terletak pada 105°37’44,4’’ BT - 106° 24’ 54’’ BT
dan 5°53’ 16.8’’ LS - 7° 0’ 54’’ LS.
3.2 Fisiografi, Geologi, Topografi dan Tanah
Provinsi Banten berada pada ketinggian 0 s/d 1,778m dpl dengan topografi
bervariasi dari datar (30,65%), landai (47,65%), bergelombang (16,01%), agak
curam (5,20%) sampai curam (0,49%). Jenis batuan (geologi) terdiri dari
endapan, vulkan, batu liat, tuf batuan vulkan, intermedier dan basis sedangkan
jenis tanahnya adalah Podsolik merah kuning (typic hapludult). Dengan pH Tanah 4,9 - 5,6, sedangkan teksturnya adalah Liat. Topografi wilayah Perkebunan Karet
PTP Nusantara VIII Banten berkisar pada ketinggian 126 - 175 m dpl dpl.
Berombak dan bergelombang, dan dengan drainase agak cepat.
3.3 Iklim
Iklim wilayah Banten sangat dipengaruhi oleh Angin Monsun (Monsoon
Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino. Saat musim penghujan (Nopember - Maret) cuaca didominasi oleh angin Barat (dari Sumatera, Samudra Hindia
sebelah selatan India) yang bergabung dengan angin dari Asia yang melewati Laut
Cina Selatan. Agustus), cuaca didominasi oleh angin Timur yang menyebabkan
wilayah Banten mengalami kekeringan yang keras terutama di wilayah bagian
pantai utara, terlebih lagi bila berlangsung El Nino. Temperatur di daerah pantai
dan perbukitan berkisar antara 22º C dan 32º C, sedangkan suhu di pegunungan
IV. METODE PENELITIAN
4.1 Tempat dan Waktu
Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pertanaman karet Bojong Datar
Banten perkebunan PTPN VIII Kabupaten Pandeglang Banten yang dilaksanakan
pada bulan November 2008 – Maret 2009, meliputi Survey lapangan, pengukuran
di lapangan dan analisis di Laboratorium Tanah Departemen Tanah Fakultas
Pertanian IPB, Laboratorium Kimia Tanah Departemen Pertanian Universitas
Padjadjaran, dan Laboratorium Kimia Kayu Fakultas Kehutanan IPB.
4.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh sortimen dari
tanaman karet yang meliputi sortimen batang, cabang, daun, serasah dan contoh
tanah. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan
pembuatan petak ukur di lapangan ( tali rafia, patok, pita meter, f-brunton, golok), peralatan pengukuran sampel tegakan untuk biomassa ( kantong plastik, amplop
coklat, chain saw, timbangan kasar, lakban, stiker label), peralatan untuk mengambil sampel tanah (cangkul, meteran, sekop, golok). Sedangkan alat yang
digunakan di Laboratorium meliputi cawan porselen, tanur listrik, labu ukur,
oven.
4.3 Variabel Yang Diamati 4.3.1 Variabel Tanaman
Variabel tanaman yang diamati adalah semua tanaman yang masuk ke
dalam plot contoh, tanaman karet yang diamati berumur homogen yaitu 25
tahun, kemudian diukur diameter dan Tinggi tanaman. Pengamatan dilakukan
sebanyak 3 buah plot dan dari masing-masing plot dipilih sebanyak 10 tanaman
, 10 tanaman tersebut ditebang dan dipisahkan menurut bagian-bagiannya,
a. Batang
Pada bagian batang diukur diameter pada titik pemotongan batang,
menimbang berat basah total dan berat basah sampel, dan mengambil sampel
sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode.
b. Cabang
Pada bagian cabang menimbang berat basah total bagian cabang, dan
mengambil sampel sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel
dan diberi kode.
c. Daun
Pada bagian daun menimbang berat basah total , dan mengambil sampel
daun sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi
kode.
d. Akar
Pada bagian akar menimbang berat basah total , dan mengambil sampel
akar sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode.
4.3.2 Variabel Serasah
Semua serasah yang masuk kedalam sub plot petak pengamatan (0.5 x 0.5
m) ditimbang berat basahnya dan diambil sampelnya sebanyak ± 300 gram
dimasukan ke dalam plastik dan diberi kode.
4.3.3 Variabel Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan tiga kedalaman yang berbeda
yaitu 0-20 cm, 20-40 cm, dn 40-60 cm sebanyak tiga kali ulangan pada plot
yang sama. Tiga lapisan yang berbeda tersebut untuk melihat lapisan mana
yang paling banyak mengandung kadar karbonnya.
4.4 Prosedur Penelitian
4.4.1 Prosedur Pengukuran di Lapangan
Pengukuran kandungan karbon pada tanaman diawali dengan pengambilan
sampel biomassa yang dilakukan secara survey. Pengukuran yang dilakukan
meliputi pengukuran diameter batang setinggi dada (DBH) dan tinggi tanaman.
Diameter tanaman merupakan panjang garis lurus yang menghubungkan dua
melintang suatu tanaman. Pengukuran diameter tanaman dilakukan pada
ketinggian 1,3m dari permukaan tanah atau. Alat ukur yang digunakan adalah
pita meter. (Gambar 2). Sedangkan tinggi tanaman ditentukan dengan
menggunakan alat ukur tinggi tanaman f-brunton, tinggi yang diukur adalah tinggi bebas cabang dan tinggi total tanaman (Gambar 4). Pengukuran ini
dilakukan pada plot yang telah dibuat pada lahan perkebunan karet.
Gambar 2. Pengukuran Diameter at The Breast High (DBH)
Gambar 3. Pengukuran tinggi tanaman
Pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan metode acak purposif
berukuran 100 x 20 m untuk vegetasi berupa tanaman, dan petak contoh
berukuran 0,5 x 0,5 untuk pengambilan serasah dan contoh tanah.
Penentuan plot pada tanaman karet di lapangan dilakukan menurut metode
Hairiah, et. al., (2001) dalam Yulyana (2005)
100 m
20 m
2 x (0,5 m x 0,5 m)
Gambar 4. Desain plot contoh di lapangan
Keterangan : Luas Plot 20 m x 100 m, Sub Plot 2 x (0,5 m x 0,5 m)
Pembuatan plot sebanyak tiga buah pada afdeling II, III, dan IV,
pembuatan sub plot sebanyak enam buah yang berukuran 0,5m x 0,5m dilakukan
untuk pengukuran contoh serasah dan contoh tanah.
p
Tanaman karet sebanyak 10 tanaman yang terpilih dalam setiap plotnya
kemudian ditebang. Setelah contoh tanaman ditebang, bagian tanaman dipisahkan
dan ditimbang berat basahnya menurut bagian batang, cabang dan daun. Setelah
penimbangan setiap bagian tanaman diambil contoh ujinya dan selanjutnya
dianalisis di laboraturium. Perhitungan biomassa ini dimaksudkan untuk
mengetahui kandungan karbon pada tanaman karet dengan membuat model
pendugaan Allometrik equation yang melibatkan diameter batang dan tinggi
tanaman. Umumnya biomassa tanaman ditentukan secara tidak langsung melalui
persamaan Allometrik yang disusun untuk menduga biomassa tanaman.
Plot dibuat sebanyak tiga buah dengan ukuran 20m x 100m (Gambar 2.),
dalam masing-masing plot diletakan tiga buah sub plot berupa kuadran berukuran
2 x (0,5m x 0,5m) untuk pengambilan tumbuhan penutup tanah dan serasah, dan
pengambilan contoh tanah untuk pengukuran kadar karbon tanah. (Gambar 10)
.Tanaman yang masuk ke dalam setiap plot diukur diameter dan tinggi, kemudian
dilakukan penebangan pada contoh tanaman terpilih sebanyak 10 tanaman tiap
plotnya (Gambar 6a). Setelah tanaman ditebang, setiap bagian tanaman yaitu
batang, cabang dan daun dipisahkan menurut bagiannya masing-masing. (Gambar
6b). Dan dihitung berat basah dari batang, cabang, daun, dan akar, kemudian
diambil sampelnya ± 300gr.
a. b.
4.4.2 Prosedur Pengukuran di Laboratorium a. Penentuan Biomassa di laboratorium
Penentuan biomassa di laboratorium mengacu pada pedoman dari FORDA
dan JICA (2005). Setiap sampel dikeringkan pada suhu 850C selama 48 jam untuk
kayu dengan diameter kurang dari 10 cm, lalu ditimbang untuk memperoleh berat
kering sampel. Jika diameter sampel lebih dari 10 cm, maka pengeringan
dilakukan selama 96 jam. (Gambar 7 )
Gambar 7. Pengeringan sampel (a dan b).
Rumus penentuan Biomassa di laboratorium menurut pedoman FORDA dan
JICA adalah sebagai berikut:
)
TDW: berat kering total (total dry weight,kg) TFW:berat basah total (total fresh weight,kg)
SDW:berat kering sampel (sample dry weight,kg) SFW:berat basah sampel (sample fresh weight,kg)
b. Penentuan Karbon Tanaman Karet
Penentuan kadar karbon dilakukan dari setiap sortimen batang, cabang, daun,
contoh
dari batang, cabang, daun, akar dan serasah masing-masing ditimbang sebagai
berat basah sampel, kemudian masing-masing ditimbang sebanyak ± 300 gram.
Masing-masing contoh tersebut kemudian dikeringkan pada oven 85° C selama 96
jam, sampai beratnya konstan. Kemudian digiling dan diambil contohnya
sebanyak 1 gram. Contoh tersebut kemudian dipanaskan dalam oven 105° C
selama 24 jam. Contoh tersebut kemudian ditimbang beratnya sebagai berat
kering mutlak (misalnya a gram). Selanjutnya contoh tersebut dimasukan kedalam
alat mofel dipanaskan pada suhu 700° C selama 2 jam. Kemudian ditimbang
beratnya (misalnya b gram).
a. b.
Gambar 8. Penimbangan sampel (a), Cawan porselen sebagai media untuk menyimpan sampel untuk proses pemanasan (b).
Kadar karbon dapat dihitung dengan rumus:
)
Jumlah kandungan ( cadangan) karbon setiap bagian tanaman dihitung
dengan rumus sebagai berikut:
a. b.
Gambar 9. Contoh sortimen batang untuk analisis laboratorium (a), Pengambilan contoh daun untuk analisis laboratorium (b).
c. Penentuan Karbon Tanah
Variabel Tanah yang diukur adalah kandungan karbon organik (
C-organik), pengukuran karbon tanah menggunakan metode walkley and Black.
a. b.
Gambar 10. Pembuatan sub plot untuk pengambilan sampel tanah (a), Pengukuran kedalaman tanah 0-20 cm, 20-40 cm ,40-60 cm untuk pengambilan sampel (b).
4.5 Model Keeratan Hubungan Kandungan Karbon dan Biomassa
Model keeratan hubungan antara kandungan karbon dengan biomassa
dibuat untuk tegakan tanaman karet, model hubungan dibuat berdasarkan pada
persamaan regresi sederhana. Dari model hubungan yang dibangun akan diketahui
tingkat keeratan antara kandungan karbon dengan biomassa.
4.6Nilai Manfaat Karbon
Pendekatan perhitungan nilai manfaat karbon pada tegakan karet di
perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang
Banten menggunakan system silvikultur intensif yaitu:
(1) menghitung jumlah kandungan karbon yang terdapat dalam: (a) tegakan
karet (akar, batang, cabang dan daun), (b) serasah atau bahan yang
terdapat dipermukaan tanah, (c) di dalam tanah tempat tumbuh tegakan
karet.
(2) menentukan harga karbon per ton yang telah dikonversi dengan suku
bunga yang berlaku di negara-negara maju rata-rata 6% pertahun (Pirard
2005 dalam Gusti 2007). Harga jual karbon dalam penelitian ini di
dasarkan pada harga CER permanen (certified emission reduction) yang
diambil dari harga proyek karbon energi yaitu 15, 18 dan 21 USD/ton C
dan masing-masing dikalikan dengan suku bunga 6%. Sehingga harga
karbon yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 3,79, 4,55, dan 5,31
USD/ton C ( 1USD= Rp. 10.250).
(3) Menghitung nilai manfaat karbon dengan mengalikan jumlah keseluruhan
kandungan karbon per satuan luas dengan harga karbon per ton
Formula perhitungan nilai manfaat karbon adalah sebagai berikut:
TJC = JCTK + JCN + JCT
NPC = TJC x HC x LAK
dimana,
TJC = total jumlah penyerapan karbon pada pembangunan tanaman
karet (ton/ha C).
JCTK = jumlah karbon pada tegakan karet (akar, batang, cabang, dan
daun) (ton/ha C).
JCN = jumlah karbon pada serasah atau nekromassa dipermukaan
tanah dari tegakan karet (ton/ha C).
(ton/ha C).
NPC = Nilai manfaat penyerapan karbon dari pembangunan
tanaman karet (Rp).
HC = harga karbon dalam skema perdagangan karbon menurut
skenario CER sementara, yaitu harga karbon CER permanen
yang dikonverasi dengan suku bunga negara-negara maju
sebesar 6% (Rp/ton C, 1 USD = Rp.10.250).
LAK = luas areal pembangunan tanaman karet (ha).
4.7 Pengolahan dan Analisis Data
Pendugaan model matematik hubungan antara biomassasaa dan karbon
dengan diameter dan tinggi tanaman karet menggunakan Uji Regresi , program
statistic SPSS 15, MINITAB 14 dan Microsoft Excel 2003.
4.8 Pemilihan Model
Model yang dipilih berdasarkan pada kriteria sebagai berikut:
a. Kesesuaian terhadap fenomena
b. Sifat keterandalan model
Koefisien determinasi (R2) mendekati 100%, berati data semakin
terandalkan.
Apabila nilai R2 mendekati 100%, bearti data semakin terandalkan. Variasi (S2), yaitu tingkat keanekaragaman data dengan
menggunakan rumus:
Model yang dipilih adalah model yang memiliki variasi terkecil.
Koefisien determinasi terkoreksi (R2 ajusted = R2a)
Koefisien determinasi terkoreksi adalah koefisien determinasi yang
sudah dikoreksi oleh derajat bebas dari jumlah kuadrat sisa (JKS)
2 / ( ) 2 1
Dimana p adalah banyaknya parameter dalam regresi (termasuk βθ), dan n adalah banyaknya objek (kasus) yang dianalisis. Kriteria uji R2adjusted sama dengan kriteria R2.
c. Uji keabsahan model
Uji keabsahan model (model validation) bertujuan untuk melihat kemampuan model dalam menduga sekelompok data baru (yang tidak
diikutsertakan dalam pembentukan modelnya). Prosedur yang dipakai
dalam penelitian ini adalah prosedur uji keabsahan prosedur Jackknife yang dikembangkan oleh Quenouille dan Tukey (Efron, 1979).
Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:
1.Hilangkan kasus pertama dari set data untuk pendugaan model.
2.Tentukan pendugaan model berdasarkan (n-1) data sisanya (selain kasus
pertama).
3.Tentukan penduga dari peubah tak bebas kasus pertama berdasarkan
penduga model yang diperoleh dari langkah kedua.
4.Ulangi langkah 1 sampai 3 untuk seluruh kasus yang ada sampai kasus
yang ke-n.
Apabila ˆYiadalah penduga bagi Yi, yaitu penduga peubah tak bebas dari
kasus ke-I yang diperoleh dengan memakai penduga model berdasarkan
(n-1) tanpa kasus ke-I, maka dari n kasus yang ada akan dapat diperoleh n
buah simpangan ˆYi terhadap Yi, yaitu:
ei= Yi- ˆYi, untuk i=1,2,…n
dari n buah ei ini dapat ditentukan:
mi=(ei/Yi)x100%, untuk i=1,2,…n
selanjutnya, apabila di = (mi)2, maka akan dicari:
Keterangan : MSPE = Mean Square Predicted Error
S2D = variasi
CVd = koefisien varian
Model akan semakin baik apabila memiliki MSPE dan CVd yang semakin
kecil. Atas dasar ini, maka nilai MSPE dan CVd selanjutnya dipakai sebagai
kriteria dalam menentukan tingkat keabsahan dari model-model yang dicobakan.
Uji keabsahan model merupakan uji yang terakhir dilakukan dalam
pemilihan model yang terbaik dan sekaligus juga untuk menentukan cara
pendekatan terbaik dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini, selain
faktor-faktor kekonsistenan dalam penerimaan model tertentu pada setiap kali
membangun model, kepraktisan pemakaian model dan kemudahan mendapatkan
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perhitungan kandungan karbon pertanaman karet di perkebunan karet
Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten didekati dengan
kajian cadangan (stock) karbon dalam ekosistem tanaman karet. Perhitungan cadangan karbon meliputi pembuatan model penduga biomassa dan karbon
tegakan karet, dan perhitungan cadangan karbon seluruh tegakan tanaman karet,
karbon serasah dan karbon tanah dari ekosistem pertanaman karet.
5.1 Model Penduga Biomassa dan Karbon Tanaman Karet
Proses pemilihan model diawali dengan pemilihan beberapa persamaan
Allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa
persamaan allometrik dengan menggunakan persamaan model yang berbeda.
Variabel-variabel bebas yang digunakan antara lain diameter setinggi dada (D),
tinggi total tanaman (H), tinggi bebas cabang (Hb) dan kuadrat diameter dan
tinggi total (D2H).
Hasil pengukuran dari tiga buah plot masing-masing sebanyak 10
tanaman dengan jumlah 30 tanaman dilakukan secara destruktif pada tegakan
karet berdiameter 26.1 cm 36.8 cm dan kisaran tinggi 13,5 m sampai 17,6 m
memberikan beberapa informasi bobot basah rata-rata dari 3 buah plot sebanyak
30 tanaman sesuai dengan bagian-bagian tanaman. (gambar 11)
.
Di samping sifat fisik dalam bentuk bobot basah beberapa bagian tanaman
karet, berdasarkan hasil analisis di laboratorium melalui pengambilan sampel
bagian-bagian tanaman di lapangan memberikan informasi tentang persentase
karbon sampel, bobot kering (biomassa), dan kandungan karbon bagian tanaman
sehingga dapat diketahui proporsi sebaran biomassa dan karbon tanaman pada
setiap bagian tanaman (Tabel 1).
Tabel 1. Hasil analisis laboratorium dan perhitungan biomassa serta kandungan karbon beberapa bagian tanaman karet
No Bagian
Proporsi biomassa dari total merupakan persentase besarnya biomassa
pada suatu bagian tanaman dibandingkan dengan biomassa total tanaman.
Proporsi biomassa tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 51,42%,
kemudian diikuti oleh bagian cabang sebesar 21.95%, akar 11,26% dan bagian
terkecil yaitu daun sebesar 8,17%.
Sejalan dengan proporsi biomassa, maka proporsi karbon tertinggi juga
terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 52,62%, hal ini menunjukan bahwa dari
total karbon yang dikandung oleh tanaman, 52,62% jumlah karbon tersebut
terdapat dibagian batang, dan sisanya terdapat di cabang sebesar 26,15%, akar
sebesar 11,92% dan karbon pada bagian daun sebesar 9,31%. Proporsi karbon dari
total merupakan persentase besarnya serapan karbon pada suatu bagian tanaman
dibandingkan dengan serapan karbon tanaman total.
Kandungan karbon tanaman dipengaruhi langsung oleh persentase
kandungan karbon sampel dan biomassa tanaman karena kandungan karbon
tanaman merupakan perkalian antara biomassa dan persentase kandungan karbon
sampel hasil analisis laboratorium, adapun persentase kandungan karbon bagian
tanaman terhadap biomassa merupakan perbandingan antara jumlah karbon yang
Hasil analisis laboratorium menunjukan bahwa kadar air semua bagian
tanaman terbesar terdapat pada bagian batang sebesar 27,75% diikuti oleh akar
yaitu sebesar 23,58% kemudian diikuti oleh bagian cabang sebesar 20,84% dan
bagian kadar air terkecil terdapat dibagian daun yaitu sebesar 15,67 yaitu
sedangan kadar karbon, persentase Biomassa, dan Persentase Karbon terbesar
terdapat pada bagian batang. Terlihat pada gambar 12. Hasil analisis kadar karbon
menunjukan bobot tertinggi pada bagian batang, diikuti bagian cabang, daun dan
akar tertera pada gambar 13.
Gambar 12. Kadar air rata-rata dari setiap bagian tanaman
Gambar 13. Karbon rata-rata dari setiap bagian tanaman
Kandungan biomassa atau berat kering pada setiap bagian tanaman karet
disajikan pada gambar 14. Bagian tanaman yang digunakan untuk menentukan
total biomassa bagian dikandung oleh seluruh bagian yang diteliti. Kandungan
biomassa digunakan sebagai data untuk menentukan kandungan karbon, dan
penentuan model penduga biomassa dengan diameter, dan tinggi tanaman.
Gambar 14. Hasil analisis kadar biomassa rata-rata
Hasil analisis laboratorium menyatakan bahwa persentase biomassa
rata-rata terbesar dari data sebanyak 30 tanaman karet adalah biomassa batang, diikuti
biomassa cabang, biomassa akar dan persentase terkecil adalah biomassa daun
yaitu sebesar 16,97%. Kandungan biomassa batang berkaitan erat dengan hasil
produksi tanaman yang didapat melalui proses fotosintesis yang umumnya
disimpan pada batang, karena batang pada umumnya memiliki zat penyusun kayu
yang lebih banyak dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain. Zat penyusun
kayu tersebut menyebabkan bagian rongga sel pada batang akan menjadi lebih
besar. Sedangkan daun umumnya tersusun oleh banyak rongga stomata yang
menyebabkan struktur daun menjadi kurang padat, sehingga kurang berat.
Biomassa atau bahan organic pada umunya hanya memiliki kisaran sebesar 3-6%.
Menurut White dan Plaskett (1991) kisaran biomassa pada daun adalah sekitar
6%.
5.2 Model Penduga Biomassa dan Karbon Total
Pengambilan sampel tanaman karet dilakukan secara destruktif dengan
tanaman karet, persamaan tersebut merupakan hubungan antara biomassa atau
karbon pada tiap bagian tanaman dan diameter ataupun tinggi total. Model
penduga biomassa dan karbon menggunakan pendekatan diameter, tinggi, dan
gabungan diameter san tinggi total hingga suatu model dari tiap bagian tanaman
karet dapat terpilih.
Pembuatan model diawali dengan pemilihan beberapa persamaan
Allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa
persamaan model yang berbeda, variable tersebut adalah: Diameter setinggi dada
(D), tinggi bebas cabang (Hb), tinggi total (H) dan kuadrat diameter dan tinggi
total tanaman (D2H). Model yang terbaik dari suatu persamaan yang
menggunakan variable bebas tertentu akan dipilih untuk menduga biomassa dan
kandungan karbon tanaman karet. Semakin besar koefisien determinasi atau
koefisien determinasi terkoreksi maka model akan semakin baik, sebaliknya
semakin kecil standar deviasi model maka model akan dikatakan lebih baik dari
model lainnya.
5.2.1 Model Penduga Biomas Total Tanaman Karet
Model penduga biomassa tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar
PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dibangun berdasarkan pada
hubungan antara biomassa pada masing-masing bagian tanaman yaitu batang,
cabang, daun dan akar. Untuk menduga biomassa total tanaman karet maka
dilakukan pengukuran, penebangan, penimbangan hingga analisis laboratorium
pada bagian batang, cabang, daun dan akar untuk mendapatkan bobot basaah,
bobot kering, kadar air, dan kandungan C-organik. Berdasarkan pendugaan
biomas total dengan menerapkan berbagai pilihan variable bebas, maka secara
ringkas dapat disajikan beberapa persamaan allometrik sebagaimana disajikan
pada tabel 2.
Tabel 2 menyajikan model penduga hubungan biomassa total dengan
diameter (D), tinggi total (H), tinggi bebas cabang (Hb) dan kuadrat diameter dan