• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cadangan karbon pada pertanaman karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Cadangan karbon pada pertanaman karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten"

Copied!
136
0
0

Teks penuh

(1)

DI PERKEBUNAN KARET BOJONG DATAR PTP NUSANTARA VIII KABUPATEN PANDEGLANG

BANTEN

LIA CESYLIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SEKOLAH PASCA SARJANA

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Cadangan Karbon pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

(3)

LIA CESYLIA. Carbon Stock at Rubber Plantation (Hevea brasiliensis) Bojong Datar Rubber Estate PTP Nusantara VIII at Pandeglang District Banten. Supervised by HARIYADI and ARIEF HARTONO.

This research had been done at rubber plantation (Hevea brasiliensis) PTP Nusantara VIII Bojong Datar Rubber Estate at Pandeglang District. Data of biomass, rubber trees carbon, offals carbon, and soil carbon were collected by destructive method.Harvesting had been done to 30 selected rubber plants. Design of rubber trees biomass model started with choosing some different equalization models. This study was aimed to observe the biomass and carbon potential. The result showed that the assessment model could be built following formula Y=a+bD+cD2 for biomass and Y=a+bD+cD2 for carbon potential. Alometric equation for estimate carbon is Y=101.72-2.783D+0.07077D2 (R2=70,50%). and the alometric equation for estimate Y=419-16.9D+0.322D2 (R2=75,30%), The greatest biomass potency from rubber plant was found at the stem parts (51,42%), then followed by branch (21,95%), root (8,49%) and the smallest in leaf (7,79%). The highest carbon content is in stem (52,62%), then followed by branch (26,15%), root (11,92%) and the smallest in leaf (9,31%). The result of calculation shows that all of carbon stocks at PTP Nusantara VIII Bojong datar Rubber Estate Pandeglang District Banten is 128.834,35 Tons.

Keywords: Biomass, carbon, rubber

(4)

LIA CESYLIA. Cadangan Karbon Pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten. Dibimbing oleh HARIYADI dan ARIEF HARTONO.

Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia Tanaman karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII salah satu diantaranya yang mengusahakan tanaman karet sebagai komoditi utamanya. Tanaman karet merupakan salah satu produk unggulan di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dengan luasan areal sebesar 3.292,47 ha. Dari kegiatan perkebunan tersebut tidak jarang mengakibatkan unsur yang terbuang, terutama pada saat pemanenan, terutama unsur yang tersimpan dalam bentuk biomassa tanaman. Salah satu unsur tersebut adalah karbon. Maka dari itu perlu diadakan penelitian untuk penduga biomassa dan karbon di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji potensi cadangan karbon pada perkebunan karet pada umur yang homogen, (2) Membangun persamaan Allometrik untuk menduga biomassa dan kandungan karbon pada tanaman karet pada umur yang homogen di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten, dan (3) Menghitung nilai manfaat karbon tanaman karet di perkebunan karet Bojong datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten. Penelitian dilakukan pada bulan November 2008 – Maret 2009. Pengumpulan data biomassa, karbon tanaman karet, serasah dan tanah dilakukan dengan metode destruktif. Penebangan tanaman karet dilakukan terhadap 30 tanaman dengan kisaran diameter kisaran antara 26.1 cm sampai 36.8 cm dan kisaran tinggi 13,5 m sampai 17,6 m.

Pembuatan model biomassa dan karbon tanaman karet diawali dengan pemilihan beberapa persamaan allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa persamaan model yang berbeda. Variabel-variabel bebas yang digunakan antara lain adalah diameter setinggi dada (D), tinggi total pohon (H), tinggi bebas cabang (Hb), kuadrat diameter dan tinggi total (D2H).

(5)
(6)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(7)

BANTEN

LIA CESYLIA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

Nama : Lia Cesylia

NIM : P052070201

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, M.S. Ketua

Dr. Ir . Arief Hartono, M.Sc. Agr. Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S,

(9)

Puji dan Syukur penulis panjatkan keHadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: Cadangan Karbon pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hariyadi, M.S sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr.Ir. Arief Hartono, M.Si. Agr, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan arahan kepada penulis hingga penyelesaian tesis ini. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk pelengkap tesis. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan serta teman-teman Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Angkatan 2007 yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Ibunda Ellin Roslaeni dan Ayahanda Agung Royani S yang telah memberikan pembelajaran moral dan spiritual. Suami tercinta Peny Surya untuk cinta dan kasih serta kesabaran dan ketulusannya, dan untuk calon buah hatiku tercinta yang telah membuat semuanya menjadi indah serta adik Firda dan keluarga besar atas segala dukungan material, doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Agustus 2009

(10)

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 September 1980 di Bandung. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ellin Roslaeni dan Agung Royani S.

(11)

DI PERKEBUNAN KARET BOJONG DATAR PTP NUSANTARA VIII KABUPATEN PANDEGLANG

BANTEN

LIA CESYLIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

SEKOLAH PASCA SARJANA

(12)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Cadangan Karbon pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, Agustus 2009

(13)

LIA CESYLIA. Carbon Stock at Rubber Plantation (Hevea brasiliensis) Bojong Datar Rubber Estate PTP Nusantara VIII at Pandeglang District Banten. Supervised by HARIYADI and ARIEF HARTONO.

This research had been done at rubber plantation (Hevea brasiliensis) PTP Nusantara VIII Bojong Datar Rubber Estate at Pandeglang District. Data of biomass, rubber trees carbon, offals carbon, and soil carbon were collected by destructive method.Harvesting had been done to 30 selected rubber plants. Design of rubber trees biomass model started with choosing some different equalization models. This study was aimed to observe the biomass and carbon potential. The result showed that the assessment model could be built following formula Y=a+bD+cD2 for biomass and Y=a+bD+cD2 for carbon potential. Alometric equation for estimate carbon is Y=101.72-2.783D+0.07077D2 (R2=70,50%). and the alometric equation for estimate Y=419-16.9D+0.322D2 (R2=75,30%), The greatest biomass potency from rubber plant was found at the stem parts (51,42%), then followed by branch (21,95%), root (8,49%) and the smallest in leaf (7,79%). The highest carbon content is in stem (52,62%), then followed by branch (26,15%), root (11,92%) and the smallest in leaf (9,31%). The result of calculation shows that all of carbon stocks at PTP Nusantara VIII Bojong datar Rubber Estate Pandeglang District Banten is 128.834,35 Tons.

Keywords: Biomass, carbon, rubber

(14)

LIA CESYLIA. Cadangan Karbon Pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten. Dibimbing oleh HARIYADI dan ARIEF HARTONO.

Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan perekonomian Indonesia Tanaman karet tidak hanya diusahakan oleh perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII salah satu diantaranya yang mengusahakan tanaman karet sebagai komoditi utamanya. Tanaman karet merupakan salah satu produk unggulan di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dengan luasan areal sebesar 3.292,47 ha. Dari kegiatan perkebunan tersebut tidak jarang mengakibatkan unsur yang terbuang, terutama pada saat pemanenan, terutama unsur yang tersimpan dalam bentuk biomassa tanaman. Salah satu unsur tersebut adalah karbon. Maka dari itu perlu diadakan penelitian untuk penduga biomassa dan karbon di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengkaji potensi cadangan karbon pada perkebunan karet pada umur yang homogen, (2) Membangun persamaan Allometrik untuk menduga biomassa dan kandungan karbon pada tanaman karet pada umur yang homogen di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten, dan (3) Menghitung nilai manfaat karbon tanaman karet di perkebunan karet Bojong datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten. Penelitian dilakukan pada bulan November 2008 – Maret 2009. Pengumpulan data biomassa, karbon tanaman karet, serasah dan tanah dilakukan dengan metode destruktif. Penebangan tanaman karet dilakukan terhadap 30 tanaman dengan kisaran diameter kisaran antara 26.1 cm sampai 36.8 cm dan kisaran tinggi 13,5 m sampai 17,6 m.

Pembuatan model biomassa dan karbon tanaman karet diawali dengan pemilihan beberapa persamaan allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa persamaan model yang berbeda. Variabel-variabel bebas yang digunakan antara lain adalah diameter setinggi dada (D), tinggi total pohon (H), tinggi bebas cabang (Hb), kuadrat diameter dan tinggi total (D2H).

(15)
(16)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2009

Hak Cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(17)

BANTEN

LIA CESYLIA

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Pengelolan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(18)

Nama : Lia Cesylia

NIM : P052070201

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Hariyadi, M.S. Ketua

Dr. Ir . Arief Hartono, M.Sc. Agr. Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Pengelolaan Dekan Sekolah Pascasarjana Sumberdaya Alam dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S,

(19)

Puji dan Syukur penulis panjatkan keHadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya, Sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: Cadangan Karbon pada Pertanaman Karet (Hevea brasiliensis) di Perkebunan Karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Hariyadi, M.S sebagai ketua komisi pembimbing dan Bapak Dr.Ir. Arief Hartono, M.Si. Agr, sebagai anggota komisi pembimbing yang telah memberikan bimbingan, kritikan dan arahan kepada penulis hingga penyelesaian tesis ini. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan untuk pelengkap tesis. Prof. Dr. Ir. Surjono Hadi Sutjahjo, M.S selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan serta teman-teman Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Angkatan 2007 yang telah memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan tesis ini. Ibunda Ellin Roslaeni dan Ayahanda Agung Royani S yang telah memberikan pembelajaran moral dan spiritual. Suami tercinta Peny Surya untuk cinta dan kasih serta kesabaran dan ketulusannya, dan untuk calon buah hatiku tercinta yang telah membuat semuanya menjadi indah serta adik Firda dan keluarga besar atas segala dukungan material, doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, Agustus 2009

(20)

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 September 1980 di Bandung. Penulis adalah anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Ellin Roslaeni dan Agung Royani S.

(21)

i

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Kerangka Pemikiran . ... 2

1.3 Perumusan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Penelitian ... 3

1.5 Manfaat Penelitian ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Sistem Budidaya Karet. ... 5

2.2 Karbondioksida. ... 5

2.3 Sumber dan Siklus Karbon. ... 6

2.4 Biomas ... 7

2.5 Model Penduga Biomas dan Kandungan Karbon ... 9

2.6 Bahan Organik Tanah (BOT) ... 10

2.7 Diameter Pohon ... 10

2.8 Clean Development Mechanism (CDM) ... 11

2.9 Protokol Kyoto dan Mekanisme Perdagangan Karbon ... 11

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 3.1 Letak Geografis ... 13

3.2 Fisiografi, Geologi, Topografi dan Tanah... 13

(22)

ii

4.2 Bahan dan Alat Penelitian ... 16 4.3 Variabel yang Diamati ... 16 4.3.1 Variabel Tanaman ... 17 4.3.2 Variabel Serasah... 17 4.3.3 Variabel Tanah ... 17 4.4 Prosedur Penelitian... 17 4.4.1 Prosedur Pengukuran di Lapangan ... 17 4.4.2 Prosedur Pengukuran di Laboratorium ... 21 4.5 Model Keeratan Hubungan Kandungan Karbon & Biomas ... 23 4.6 Nilai Manfaat Karbon ... 24 4.7 Pengolahan & Analisis Data ... 25 4.8 Pemilihan Model ... 25

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28 5.1 Model Penduga Biomassa dan Karbon Tanaman Karet ... 28 5.2 Model Penduga Biomassa dan Karbon Total ... 32 5.2.1 Model Penduga Biomassa Total Tanaman Karet ... 32 5.2.2 Model Pendugaan Cadangan Karbon Tanaman Karet ... 34 5.2.3 Model Pendugaan Hubungan Karbon dengan Biomassa ... 36 5.3 Biomassa dan Cadangan karbon Serasah ... 37 5.4 Cadangan Karbon Tanah ... 38 5.5 Nilai Manfaat Karbon ... 39

VI. KESIMPULAN

6.1 Kesimpulan ... 40 6.2 Saran ... 40

(23)

iii

Halaman 1. Hasil analisis laboratorium dan perhitungan biomassa serta

kandungan karbon beberapa bagian tanaman karet ... 29 2. Persamaan alometrik untuk penduga biomassa total tanaman

karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten pada beberapa penerapan variabel

bebas ... 33 3. Persamaan alometrik model penduga karbon total tanaman karet

Di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Banten pada

beberapa penerapan variabel bebas ... 35 4. Proporsi karbon terhadap biomassa tanaman karet di perkebunan

karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang

Banten ... 37 5. Potensi kandungan karbon dan biomassa serasah di areal

perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten

Pandeglang Banten ... 38 6. Cadangan karbon tanah pada beberapa kedalaman di perkebunan

karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang

(24)

iv

Halaman 1. Bagan alir kerangka pemikiran ... 2 2. Pengukuran Diameter at The Breast High (DBH). ... 18 3. Pengukuran tinggi pohon ... 18 4. Desain plot contoh di lapangan ... 19 5. Pembuatan plot di lapangan ... 19 6. Penebangan contoh pohon terpilih (a), Pemotongan sortimen

menurut bagian batang, cabang dan daun ... 20 7. Pengeringan sampel (a dan b) ... 21 8. Penimbangan sampel (a), cawan porselen sebagai media untuk

menyimpan sampel untuk proses pemanasan ... 22 9. Contoh sortimen batang untuk analisis laboratorium (a),

Pengambilan contoh dan untuk analisis laboratorium (b) ... 23 10.Pembuatan sub plot untuk pengambilan sampel tanah (a),

Pengukuran kedalaman tanah 0-20, 20-40, 40-60 untuk

pengambilan sampel (b) ... 23 11.Rata-rata bobot basah dari setiap bagian tanaman karet ... 28 12.Kadar air rata-rata dari setiap bagian pohon ... 30 13.Karbon Rata-rata dari Setiap Bagian Pohon ... 30 14.Hasil analisis kadar biomas rata-rata... 31 15.Persamaan alometrik untuk pendugaan biomas total pada

tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara

VIII Kabupaten Pandeglang Banten... .. 34 16.Persamaan alometrik untuk pendugaan karbon total pada

tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar PTP

(25)

v

Halaman 1. Diameter, tinggi dan kadar karbon dan kadar biomas plot

I di lokasi penelitian PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang

Banten ... 45 2. Diameter, tinggi dan kadar karbon dan kadar biomas Plot

II di lokasi penelitian PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang

Banten ... 46 3. Diameter, tinggi dan kadar karbon dan kadar biomas plot

(26)

I. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pemanasan global (global warming) merupakan isu yang sedang marak

dibicarakan, global warming yaitu kenaikan temperatur muka bumi secara perlahan-lahan yang disebabkan oleh efek rumah kaca dan berakibat pada

perubahan iklim global. Perubahan iklim tersebut disebabkan oleh kegiatan

manusia dalam penggunaan energi bahan bakar serta kegiatan alih guna lahan dan

kehutanan. Kegiatan tersebut merupakan sumber utama gas rumah kaca (KLH,

2004).

Gas karbondioksida (CO2) adalah Gas Rumah Kaca (GRK) yang paling

utama menyebabkan terjadinya pemanasan global, diantaranya adalah

pembakaran bahan bakar minyak (BBM) dalam pabrik dan kendaraan bermotor,

GRK yang lain misalnya metan (CH4) yang dihasilkan dari tempat pembuangan

akhir sampah, sawah dan ternak, serta CFC yang banyak dihasilkan dari

pendingin ruangan. Salah satu alternatif yang dapat ditempuh adalah upaya untuk

meningkatkan emisi karbon di udara, salah satu cara adalah mengembalikan

kondisi lahan hutan alam yang rusak sehingga mampu menyerap gas rumah kaca

secara optimum, karena hutan merupakan salah satu peyerap CO2 yang cukup

besar. Tanaman-tanaman di dalam hutan menggunakan CO2 dalam proses

fotosintesis dan menghasilkan oksigen (O2) dan energi, sebagian energi tersebut

tersimpan dalam bentuk biomassa tanaman. Fungsi hutan tersebut akan

mengurangi gas-gas rumah kaca di atmosfer (MacDicken, 1997). Hampir 50%

dari biomassa tersusun atas karbon (Brown, 1997). Dengan demikian pendugaan

biomassa hutan dapat juga digunakan untuk menduga banyaknya karbon yang

diserap oleh hutan.

Biomassa adalah total bahan organik hidup di atas tanah dan di bawah

permukaan tanah yang meliputi tanaman, palem, anakan tanaman serta

kemampuan tumbuhan bawah dan serasah yang dinyatakan sebagai berat kering

oven persatuan area (Brown, 1997). Dengan demikian pengukuran terhadap

(27)

oleh suatu areal hutan per satuan luas dan yang terambil akibat adanya

pengelolaan hutan.

Tanaman karet seperti halnya tanaman hutan mampu mengolah CO2

sebagai sumber karbon yang digunakan untuk fotosintesis, oleh karena itu,

tanaman karet mampu menggantikan tanaman hutan dalam penyerapan CO2.

Secara alami gas CO2 diproses oleh vegetasi tanaman termasuk karet melalui

fotosintesis dan menghasilkan oksigen, oleh karena itu, tanaman karet berperan

sebagai salah satu komponen pengelolaan lingkungan dan pengurang efek

pemanasan global.

1.2 Kerangka Pemikiran

Gambar 1. Bagan Alir Kerangka Pemikiran

Prediksi kemampuan tanaman karet dalam menyimpan karbon

Estimasi perhitungan nilai manfaat karbon

Peningkatan jumlah akumulasi CO2 di udara

Pengukuran cadangan karbon di dalam biomassa tanaman

Karbon dalam tanah Karbon dalam tanaman

(28)

1.3 Perumusan Masalah

Tanaman karet memiliki peranan yang besar dalam kehidupan

perekonomian Indonesia. Tanaman karet tidak hanya diusahakan oleh

perkebunan-perkebunan besar milik negara yang memiliki areal ratusan ribu

hektar, tetapi juga diusahakan oleh swasta dan rakyat. Total luas perkebunan karet

di Indonesia hingga saat ini berkisar 3 juta hektar lebih, terluas di dunia. Malaysia

dan Thailand yang merupakan pesaing utama Indonesia memiliki luas lahan yang

jauh di bawah jumlah tersebut.

Perkebunan karet PTP Nusantara VIII salah satu diantaranya yang

mengusahakan tanaman karet sebagai komoditi utamanya. Tanaman karet

merupakan salah satu produk unggulan di PTP Nusantara VIII diantaranya

Provinsi Banten dengan luasan areal sebesar 3.292,47 ha. Dari kegiatan

perkebunan tersebut tidak jarang mengakibatkan unsur yang terbuang, terutama

pada saat pemanenan, terutama unsur yang tersimpan dalam bentuk biomassa

tanaman. Salah satu unsur tersebut adalah karbon, tentulah keadaan ini sangat

mengkhawatirkan karena semakin banyak karbon yang terlepas ke udara akan

semakin membuat lapisan selubung bumi menjadi panas dan lama kelaman akan

berdampak terhadap pemanasan global, dari perumusan masalah di atas maka

dapat dirumuskan

9 Bagaimanakah potensi cadangan karbon tanaman karet pada umur yang

homogen di PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.

9 Bagaimana pendugaan biomassa kandungan karbon pada tanaman karet

pada umur yang homogen di PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang

Banten.

9 Berapa besar nilai manfaat karbon tanaman karet di PTP Nusantara VIII

Kabupaten Pandeglang Banten.

1.4 Tujuan Penelitian

9 Mengkaji potensi cadangan karbon pada perkebunan karet pada umur yang

(29)

9 Membangun persamaan Allometrik untuk menduga biomassa dan

kandungan karbon pada tanaman karet pada umur yang homogen di PTP

Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten.

9 Menghitung nilai manfaat karbon tanaman karet di PTP Nusantara VIII

Kabupaten Pandeglang Banten.

1.5 Manfaat Penelitian

Diharapkan dapat dijadikan sebagai dasar perhitungan bagi kegiatan

pengelolaan tanaman karet. Dalam penelitian ini dapat diketahui besarnya

serapan potensi karbon oleh perkebunan karet, dan dapat diketahui seberapa besar

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Budidaya Karet

Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan jenis tanaman yang berasal

dari Brasil. Tanaman ini merupakan sumber utama bahan karet alam dunia.

Sebagai penghasil lateks, tanaman karet merupakan satu-satunya tanaman yang

dikebunkan secara besar-besaran dibandingkan tanaman lain yang juga

menghasilkan getah. Tanaman karet merupakan tanaman yang tumbuh tinggi dan

berbatang cukup besar. Tinggi tanaman karet dewasa mencapai 15-25 m. Batang

tanaman ini bisanya tumbuh lurus dan memiliki percabangan yang tinggi dan di

atas. Daun karet berwarna hijau pada masa pertumbuhan, namun berubah menjadi

kuning kemerahan jika akan rontok. Biasanya tanaman karet mempunyai jadwal

kerontokan daun pada setiap musim kemarau.

Sistem budidaya karet umumnya dilakukan dengan pola monokultur dan

sistem agroforestry. Sistem monokultur adalah budidaya karet yang dilakukan

dengan menggunakan satu jenis tanaman dalam suatu luasan tertentu. Sedangkan

system agroforestry adalah budidaya karet dengan menggunakan tanaman lain

diantara tanaman pokok, yang dapat berupa padi, palawija, sayuran dan bahkan

tahunan. Sistem ini dianggap sebagai sistem penggunaan lahan yang berorientasi

sosial, ekonomi dan ekologi dengan bentuk pemanfaatan lahan secara optimal

pada suatu tapak di dalam dan atau di luar kawasan yang mengusahakan produksi

biologi berdaur pendek dan berdaur panjang (komoditi kehutanan dan pertanian)

berdasarkan kelestarian dan untuk kesejahteraan masyarakat, baik diusahakan

secara serentak, maupun berurutan (rotasi) sehingga membentuk tajuk

berlapis-lapis (Lal, 1995).

2.2 Karbondioksida

Karbondioksida (CO2) terdapat pada atmosfer bumi dalam kepekatan

0,03% (Cornnell dan Miller, 1995). Walaupun CO2 mempunyai kepekatan yang

rendah tetapi CO2 memerankan peran yang penting dalam iklim bumi. Radiasi

(31)

tetapi pada saat masuk ke permukaan bumi sebagian besar energi diubah menjadi

radiasi infra merah. Karbondioksida merupakan penyerap infra merah yang sangat

kuat dan sifat ini membantu mencegah radiasi infra merah meninggalkan bumi,

dengan begitu karbondioksida dapat mengatur suhu permukaan bumi.

Menurut Fardiaz (1992) pengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi

antara CO2 atmosfer yang jumlahnya meningkat dengan radiasi sinar matahari.

Kira-kira sepertiga dari sinar yang mencapai permukaan bumi akan di refleksikan

kembali ke atmosfer. Sebagian besar sisanya akan diabsorpsi oleh benda-benda

seperti batu karang dan benda lainnya. Sinar yang di absorbsi tersebut akan

diradiasi kembali dalam bentuk radiasi infra merah dengan panjang gelombang

lebih panjang dari sinar tampak yang dapat dirasakan sebagai panas jika bumi

menjadi dingin.

2.3 Sumber dan Siklus Karbon

Pada dasarnya karbon bersumber dari kegiatan antropogenik dan alami.

Sumber utama karbondioksida (CO2) adalah bahan organik yang terjadi akibat

tindakan mikroorganisme, penebangan hutan, respirasi oleh hewan, tumbuhan dan

manusia serta pembakaran bahan api. Kegiatan antropogenik seperti industri,

penggunaan bahan bakar fosil, dan transformasi lahan diantaranya penebangan,

pembukaan lahan dan kebakaran hutan secara besar-besaran merupakan sumber

emisi karbon maupun gas-gas rumah kaca lainnya (Soedomo, 2001).

Pengurangan konsentrasi karbon di atmosfer dapat terjadi melalui proses

fotosintesis oleh tanaman atau tumbuhan hijau daun. Fotosintesis didefinisikan

sebagai proses pembentukan gula dari dua bahan sederhana yaitu CO2 dan air

(H2O) dengan bantuan klorofil dan cahaya matahari sebagai sumber energi.

Fotosintesis merupakan asimilasi zat karbon, dimana zat-zat organik CO2 dan

H2O diubah menjadi molekul C6H12O6 dengan bantuan energi cahaya matahari

dan klorofil (Gardner et al. 1991). Pada areal konversi yang mengalami degradasi lahan pengurangan emisi karbon dapat dilakukan dengan penanaman kembali

(perkebunan, agroforestri, reforestrasi dan aforestrasi) sehingga emisi karbon

tanah yang meningkat dapat ditangkap kembali melalui proses fotosintesis

(32)

Jumlah CO2 yang berada di atmosfir, sebagian besar diserap oleh

permukaan laut dan disimpan dalam bentuk karbonat, sisanya diserap oleh tanah

dan tumbuhan. Namun kenyataannya, di areal pertanian CO2 yang diserap oleh

tanaman tidak seimbang dengan CO2 yang dilepaskan oleh tanah akibat

deforestasi dan alih fungsi lahan. Kondisi ini terjadi sebagai akibat terjadinya

oksidasi humus yang relatif cepat yang akhirnya akan melepaskan CO2 kembali

ke atmosfir. Dalam sistem tanaman, makin banyak biomassa hijau, makin banyak

fotosintesis dan makin banyak CO2 atmosfir dirubah atau dikonversi menjadi

glukosa (C6H12O6). Fotosintesis didefinisikan sebagai proses pembentukan gula

dari dua bahan baku sederhana yaitu karbon dioksida dan air dengan bantuan

klorofil dan cahaya matahari sebagai sumber energi (Gardner et al. 1991). Persamaan sederhana dari proses fotosintesis adalah sebagai berikut :

Cahaya

6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

klorofil

Proses fotosintesis terdiri atas tiga tahapan yaitu (1) Absorbsi cahaya dan

retensi energy cahaya, (2) konversi energi cahaya ke potensi kimia dan (3)

stabilisasi dan penyimpanan potensi kimia. Proses ini diawali dengan penyerapan

cahaya oleh molekul klorofil di dalam tanaman, molekul tereksitasi menjadi

energi dan elektron yang ditingkatkan untuk level energi yang lebih tinggi

(Gardner et al. 1991).

2.4 Biomassa

Biomassa adalah jumlah total dari materi organik tanaman yang hidup di

atas tanah yang diekspresikan sebagai berat kering tanaman per unit areal (Brown,

1993). Biomassa dapat digunakan dalam dasar perhitungan bagi kegiatan

pengelolaan dan pembinaan hutan. Hal ini diakibatkan oleh adanya anggapan

bahwa hutan merupakan sink dari karbon. Jumlah stok biomassa tergantung pada

terganggunya atau tidaknya permudaan alam dan peruntukan hutan (IPPC, 1995).

Brown dan Gaton (1996), menambahkan bahwa biomassa hutan dapat

(33)

biomassa adalah karbon. Biomassa dapat dapat diukur dari biomassa di atas

permukaan tanah (Above Ground) dan di bawah permukaan tanah (Below Ground). Biomassa atau bahan organik merupakan suatu bagian yang dapat dipergunakan sebagai sumber energi untuk kegiatan fotosintesis. Biomassa

disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang terdiri dari elemen karbon,

hydrogen, dan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis tanaman (White

and Plaskett, 1981).Jumlah total biomassa tumbuhan bertambah karena tumbuhan

menyerap CO2 dari udara dan mengubah zat tersebut menjadi bahan organik

melalui proses fotosintesis. Laju peningkatan biomassa disebut produktifitas

primer bruto. Hal ini tergantung pada luas daun yang terkena sinar matahari,

intensitas penyinaran, suhu dan ciri-ciri jenis tumbuhan masing-masing. Sisa dari

hasil respirasi yang dilakukan disebut produksi primer bersih. Lebih lanjut

disebutkan bahwa jumlah biomassa di dalam hutan adalah hasil dari perbedaan

antara produksi melalui fotosintesis dengan konsumsi melalui respirasi dan proses

penebangan (Whitten et al., 1984)

Biomassa tegakan hutan dipengaruhi oleh umur tegakan hutan, sejarah

perkembangan vegetasi, komposisi dan stuktur tegakan (Lugo dan Snedaker 1974,

dalam Kusmana, 1993). Faktor iklim, seperti curah hujan dan suhu merupakan

faktor yang mempengaruhi laju peningkatan biomassa tanaman (Kusmana, 1993).

Suhu tersebut berdampak bagi proses biologi dalam pengambilan karbon oleh

tanaman dan penggunaan karbon dalam aktivitas decomposer (Mudiyarso et al. 1999). Sato dan Madgwiick (1982) juga menyebutkan bahwa suhu dan curah

hujan merupakn faktor-faktor iklim yang berpengaruh dangat penting terhadap

biomassa, parameter umur dan kerapatan tegakan, komposisi dan struktur tegakan

serta kualitas tempat tumbuh juga mempengaruhi besarnya biomassa.

Makin tinggi suhu udara akan menyebabkan kelembaban udara relatif

semakin berkurang. Kelembaban udara relatif bisa mempengaruhi laju

fotosintesis. Hal ini disebabkan udara yang relatif tinggi akan memiliki tekanan

udara uap air parsial yang lebih tinggi dibanding dengan tekanan udara parsial

CO2 akan memudahkan uap air berfusi melalui stomata. Akibat selanjutnya

adalah laju fotosintesis akan menurun (Loveless, 1987). Lebih lanjut dijelaskan

(34)

proses fotosintesis akan lebih besar atau dengan kata lain penyerapan CO2 oleh

daun dari udara akan semakin besar.

Biomassa merupakan berat bahan organik suatu organisma per satuan unit

area pada suatu saat, berat bahan organik umumnya dinyatakan dengan satuan

berat kering (dry weight), atau kadang-kadang dalam berat kering bebas abu (Chapman, 1976). Berat kering total hasil panen tanaman budidaya terjadi akibat

penimbunan hasil asimilasi bersih CO2 sepanjang musim pertumbuhannya.

Walaupun konsentrasi CO2 di atmosfer kecil (0,03%) tetapi 85-92% berat kering

tanaman berasal dari pengambilan CO2 dalam fotosintesis (Gardner et al. 1991).

Biomassa disusun terutama oleh senyawa karbohidrat yang terdiri atas

elemen karbon, hydrogen dan oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis

tanaman. Biomassa dibedakan menjadi dua kategori yaitu biomassa di atas

permukaan tanah dan biomassa di bawah permukaan tanah Cintron dan Novelli

(1984) dalam Kusmana (1993)

Model biomassa mensimulasikan penyerapan karbon melalui proses

fotosintesis dan penghilangan karbon melalui respirasi. Penyerapan karbon bersih

disimpan dalam organ tumbuhan. Fungsi dan model biomassa dipresentasikan

melalui persamaan dengan tinggi dan diameter tanaman (Boer and Ginting, 1996,

Johnsen et al., 2001). Model penduga kandungan karbon dapat diduga melalui persamaan regresi Allometrik dari biomassa tanaman yang didasarkan pada fungsi

dari diameter tanaman (Johnsen, 2001). Beberapa penelitian yang menduga

kandungan karbon melalui persamaan regresi Allometrik telah ditentukan, antara

lain adalah Hilmi (2002) yang telah membangun model karbon, dimana

kandungan karbon tanaman merupakan fungsi dari diameter dan atau tinggi

tanaman, dan fungsi dari biomassa tanaman dengan menggunakan persamaan

regresi allometrik. Demikian juga seperti yang dilakukan Onrizal (2004),

menduga kandungan karbon dan fungsi biomassa tanaman pada hutan kerangas

dengan menggunakan peubah diameter dan atau tinggi tanaman.

2.5 Model Penduga Biomassa dan Kandungan Karbon Hutan

Model adalah rangkuman atau penyederhanaan dari suatu sistem (Hall and

(35)

saja dari masalah yang dianalisis yang diikutsertakan yang menunjukkan

hubungan langsung dan tidak langsung dalam pengertian sebab akibat (Jorgensen,

1988, Gran et al, 1997). Sedangkan permodelan adalah pengembangan analisis ilmiah dengan beberapa cara, yang berarti bahwa dalam memodelkan suatu

ekosistem akan lebih mudah dibandingkan dengan ekosistem sebenarnya (Hall &

day, 1976). Sementara itu, sistem adalah suatu kumpulan dari bagian-bagian

(komponen) yang berinteraksi menurut proses tertentu (Gazperz, 1992, Odum,

1992).

Produksi biomassa merupakan model proses yang ditetapkan secara

khusus melalui keseimbangan antara karbon yang diambil melalui proses

fotosintesis dan proses kehilangan karbon melalui respirasi. Karbon yang

merupakan produk dari produksi biomassa yang dibentuk dikurangi dengan total

yang hilang melalui jaringan akar halus, daun, dan cabang, serta karena penyakit,

sisanya tergabung dalam struktur dan tersimpan di dalam tanaman. Penyerapan air

dan elemen penting lainnya akan berpengaruh terhadap keseimbangan karbon dan

pengalokasian karbon (Raymond et al, 1983, Johnsen et al, 2001b)

Model biomassa mensimulasikan penyerapan karbon melalui proses

fotosintesis dan penghilangan karbon melalui respirasi. Penyerapan karbon bersih

disimpan dalam organ tumbuhan. Fungsi dan model biomassa dipresentasikan

melalui persamaan dengan tinggi dan diameter tanaman (Boer & Ginting, 1996,

Kusmana, 1993, 1997, Johnsen et al, 2001b).

2.6 Bahan Organik Tanah (BOT)

BOT umumnya ditemukan di permukaan tanah dan jumlahnya sekitar

3-5% saja (Hardjowigeno, 2003). Akan tetapi peranannya dalam tanah sangat besar

baik secara langsung maupun tidak langsung, hal ini erat kaitannya dengan fungsi

BOT terhadap sifat fisik, kimia dan sifat biologi tanah.

Reijntjes et al. (1992) mengemukakan bahwa fungsi BOT diantaranya sebagai penyimpan unsur hara yang secara perlahan akan dilepaskan ke dalam

larutan air tanah dan disediakan untuk tanaman bahan organik baik di dalam

(36)

kelembaban tanah. BOT juga dapat meningkatkan daya sangga tanah (Kasno et al, 2003).

2.7 Diameter Tanaman

Diameter merupakan salah satu parameter tanaman yang mempunyai arti

penting dalam pengumpulan data tentang potensi hutan untuk keperluan

pengelolaan. Mengukur diameter berarti mengukur panjang garis antara dua titik

pada sebuah lingkaran melelui titik pusat lingkaran. Karena keterbatasan alat,

seringkali pengukuran diameter dilakukan melalui pengukuran keliling (K), yang

kemudian dikonversi ke diameter (D), dengan menggunakan rumus yang berlaku

untuk lingkaran, yaitu D=K/π. Diameter setinggi dada merupakan ukuran yang

lazim dalam menentukan diameter tanaman berdiri. Selain pengukurannya paling

mudah, diameter setinggi dada juga mempunyai korelasi yang kuat dengan

parameter tanaman lainnya seperti luas bidang dasar (LBDS) dan volume batang.

Di Indonesia diameter setinggi dada diukur pada ketinggian batang 1,30 meter

dari permukaan tanah (Departemen Kehutanan, 1992) dalam Robi Budiman

(2000).

2.8 Clean Development Mechanism (CDM)

CDM merupakan salah satu mekanisme yang memungkinkan

negara-negara maju untuk mengimplementasikan proyek yang bisa menurunkan atau

menyerap emisi di negara berkembang, dimana kredit penurunan emisi yang

dihasilkan nantinya dimiliki oleh negara maju tersebut. Selain tujuan membantu

negara maju dalam memenuhi target penurunan emisi, mekanisme CDM ini juga

bertujuan untuk membantu negara berkembang dalam mendukung pembangunan

berkelajutan.

CDM diharapkan dapat mendorong munculnya proyek-proyek ramah

lingkungan yang terbukti dapat menurunkan emisi Gerakan Rumah Kaca (GRK)

di negara berkembang. Namun untuk dapat turut mengembangkan proyek CDM,

negara yang bersangkutan, baik negara maju ataupun negara berkembang, harus

(37)

oleh Kementrian Lingkungan Hidup dan departemen Luar Negeri sedang

berupaya agar Protokol Kyoto dapat segera diratifikasi.

2.9 Protokol Kyoto dan Mekanisme Perdagangan Karbon

Dampak perubahan iklim secara perlahan mulai mempengaruhi kehidupan

di berbagai belahan dunia. Berbagai upaya dilakukan untuk menstabilkan

konsentrasi GRK di atmosfer. Kesepakatan berbagai negara maju untuk

mengurangi emisi kemudian diwujudkan dengan Protokol Kyoto. Protokol ini

merupakan dasar bagi Negara-negara industri untuk mengurangi emisi gas rumah

kasa gabungan mereka, paling sedikit 5 % dari tingkat emisi tahun 1990

menjelang periode 2008 sampai 2012. Di dalam protokol tersebut juga di atur

mengenai mekanisme kerjasama antar negara maju dan negara berkembang dalam

pembangunan berkelanjutan yaitu pembangunan bersih . CDM dimaksudkan

untuk memberi kesempatan kepada Negara berkembang yang tidak wajib

mereduksi emisi agar berperan dalam pengurangan GRK (Murdiyarso, 2003).

Melalui Protokol Kyoto Negara-negara dapat menyatukan gudang

penyimpanan karbon yang berkembang seiring dengan afforestration dan

reforestation semenjak tahun 1990 menuju target pengurangan emisi. Perdagangan emisi memiliki potensial untuk menjadi sarana yang paling efektif

biayanya untuk mengurangi emisi GRK dan protokol menyediakan untuk

pertukaran emisi antara Negara-negara Annex B untuk mencapai target-target

mereka. Berdasarkan hal tersebut, maka penyimpanan karbon di hutan harus dapat

diperdagangkan dalam sebuah system pertukatran emisi-emisi. Jual beli itu dalam

bentuk sertifikat, yaitu jumlah emisi para pelaku perdagangan akan diverifikasi

oleh sebuah badan internasional atau badan lain yang diakreditasi oleh badan

tersebut. Reduksi Emisi Bersertifikat (RES) atau Certified Emission Reduction (CER) inilah yang diperjualbelikan dalam sebuah pasar internasional, RES itu

dinyatakan dalam ton karbon yang direduksi. Sekarang perdagangan ini sudah

berjalan melalui implementasi patungan (Joint Implementation). Hampir semua

Negara di Amerika Latin yang berhutan sudah mennerapkan niaga karbon seperti

(38)

perdagangan dengan negara berkembang dalam Protokol Kyoto ada mekanisme

khusus yang disebut Clean Development Mechanism (Soemarwoto, 2001).

CDM merupakan suatu mekanisme yang memungkinkan Negara maju

melaksanakan kegiatan investasi pengurangan emisi GRK di Negara berkembang

dan membuka peluang bagi Negara berkembang untuk memaksimumkan manfaat

ekonomi, sosial dan lingkungan dari pelaksanaan kegiatan investasi tersebut.

Menurut Protokol Kyoto kegaiatan yang diperbolehkan untuk kegiatan CDM

hanya yang masuk kategori afforestrasi dan reforestrasi. Menurut Protokol Kyoto,

afforestrasi adalah konversi lahan bukan hutan menjadi hutan dimana lahan

tersebut sudah merupakan hutan sejak 50 tahun yang lalu, sedangkan reforestrasi

adalah penghutanan kembali lahan yang sudah tidak merupakan hutan sebelum

tahun 1990. Penegrtian lahan menurut Protokol Kyoto adalah areal yang luasnya

minimal 0,05-1,0ha yang ditumbuhi tanaman dengan tingkat penutupan tajuk

kurang dari 10%-30% dan tingginya secara potensial tidak kurang dari 2-5m.

Sedangkan bagi Indonesia pengertian lahan adalah areal yang luasnya kurang dari

0,25ha yang ditumbuhi tanaman dengan tingkat penutupan tajuk kurang dari 30%

dan tinginya secara potensial kurang dari 5m.

Toman dan Cazorla (2001) menerangkan bahwa Protokol Kyoto secara resmi

menyatakan keterlibatannya pada Negara-negara industry guna mengurangi emisi

gas rumah kaca yang banyak sampai 5% dibandingkan dengan tingkat pada tahun

2008-2012. Untuk mencapai sasaran ini dengan biaya serendah mungkin bagi

negara-negara yang punya komitmen pada reduksi itu, protokol menciptakan dua

mekanisme, penjualan emisi gas rumah kaca dan CDM. CDM merupakan

mekanisme penurunan emisi pengganti bagi Joint Implementation. Peran CDM

bukan hanya dalam mitigasi GRK, seperti yang tertera dalam Artikel 12 dari

Protokol Kyoto, tujuan CDM adalah:

1. Membantu Negara berkembang yang tidak termasuk dalam Negara Annex

I untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan serta

menyumbnag pencapaian tujuan utama Konvensi Perubahan Iklim, yaitu

menstabilkan konsentrasi gas rumah kaca dunia pada tingkat yang tidak

(39)

2. Membantu Negara-negara Annex I atau negara maju dalam memenuhi

target penurunan jumlah emisi negaranya.

Mekanisme CDM memungkinkan Negara Annex I untuk menurunkan emisi

GRK secara lebih murah dibandingkan dengan mitigasi di dalam negerinya

sendiri (domestic action). Oleh karenanya, CDM beserta dengan dua mekanisme

lainnya dikenal sebagai mekanisme fleksibilitas (flexibility mechanisms). Dalam pelaksanaan CDM, komoditi yang diperjualbelikan adalah reduksi emisi GRK

tersertifikasi yang biasa dikenal dengan CER (Certified Emission Reduction). CER ini diperhitungkan sebagai upaya Negara Annex I dalam memititigasi emisi

GRK dan nilai CER ini setara dengan nilai penurunan emisi yang dilakukan

secara domestic dan karenanya dapat diperhitungkan dalam pemenuhan target

penurunan emisi GRK Negara Annex I seperti yang disepakati dalam Annex B

Protokol Kyoto.

Neagara-negara berkembang berpotensi sumberdaya hutan yang besar seperti

Indonesia sangat potensial di dalam perdagangan karbon ini. Hutan yang lestari

akan bernilai jual tinggi dibandingkan dengan hutan yang beresiko terhadap

kebakaran, berdasarkan kesepakatan dunia internasional, harga karbon bervariasi

antara US$0,4-28/ton karbon/ha. Untuk beberapa tingkat luasan, pasar kredit

karbon telah ada di USA dan beberapa proyek kehutanan yang didesain untuk

mengurangi emisi karbon telah berjalan. Sebagai contoh, sebuah kelompok

peralatan elektik telah mendirikan Utilithtree Carbon Company yang telah berinisiatif terlibat dalam proyek mengurangi karbon di beberapa tempat (Hoover

et al. 2000).

Dalam sektor kehutanan, kegiatan yang diizinkan untuk di ajukan dalam

proyek CDM adalah kegiatan aforestasi dan reforestasi, merupakan pencegahan

terhadap deforestasi tidak dapat diajukan dalam skema CMD. CDM Kehuatanan

bukan dimaksudkan untuk menurunkan emisi pada sumbernya tetapi untuk

menyerap GRK dari atmosfer. Hingga saat ini, CDM Kehutanan dibatasi hanya

(40)

III. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

3.1 Letak Geografis dan kondisi Fisik

Lokasi penelitian terletak di Kabupaten Pandeglang Banten, Jalan raya

Saketi Malimping. Lahan perkebunan karet yang digunakan sebagai objek

penelitian ini merupakan lahan milik PTP Nusantara VIII, dengan Luas Areal

(Ha) Konsesi 2008 sebesar 3.292,47 Ha . Secara geografis PTP Nusantara VIII

Kabupaten Pandeglang Banten terletak pada 105°37’44,4’’ BT - 106° 24’ 54’’ BT

dan 5°53’ 16.8’’ LS - 7° 0’ 54’’ LS.

3.2 Fisiografi, Geologi, Topografi dan Tanah

Provinsi Banten berada pada ketinggian 0 s/d 1,778m dpl dengan topografi

bervariasi dari datar (30,65%), landai (47,65%), bergelombang (16,01%), agak

curam (5,20%) sampai curam (0,49%). Jenis batuan (geologi) terdiri dari

endapan, vulkan, batu liat, tuf batuan vulkan, intermedier dan basis sedangkan

jenis tanahnya adalah Podsolik merah kuning (typic hapludult). Dengan pH Tanah 4,9 - 5,6, sedangkan teksturnya adalah Liat. Topografi wilayah Perkebunan Karet

PTP Nusantara VIII Banten berkisar pada ketinggian 126 - 175 m dpl dpl.

Berombak dan bergelombang, dan dengan drainase agak cepat.

3.3 Iklim

Iklim wilayah Banten sangat dipengaruhi oleh Angin Monsun (Monsoon

Trade) dan Gelombang La Nina atau El Nino. Saat musim penghujan (Nopember - Maret) cuaca didominasi oleh angin Barat (dari Sumatera, Samudra Hindia

sebelah selatan India) yang bergabung dengan angin dari Asia yang melewati Laut

Cina Selatan. Agustus), cuaca didominasi oleh angin Timur yang menyebabkan

wilayah Banten mengalami kekeringan yang keras terutama di wilayah bagian

pantai utara, terlebih lagi bila berlangsung El Nino. Temperatur di daerah pantai

dan perbukitan berkisar antara 22º C dan 32º C, sedangkan suhu di pegunungan

(41)

IV. METODE PENELITIAN

4.1 Tempat dan Waktu

Penelitian lapangan dilaksanakan di lahan pertanaman karet Bojong Datar

Banten perkebunan PTPN VIII Kabupaten Pandeglang Banten yang dilaksanakan

pada bulan November 2008 – Maret 2009, meliputi Survey lapangan, pengukuran

di lapangan dan analisis di Laboratorium Tanah Departemen Tanah Fakultas

Pertanian IPB, Laboratorium Kimia Tanah Departemen Pertanian Universitas

Padjadjaran, dan Laboratorium Kimia Kayu Fakultas Kehutanan IPB.

4.2 Bahan dan Alat Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah contoh sortimen dari

tanaman karet yang meliputi sortimen batang, cabang, daun, serasah dan contoh

tanah. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari peralatan

pembuatan petak ukur di lapangan ( tali rafia, patok, pita meter, f-brunton, golok), peralatan pengukuran sampel tegakan untuk biomassa ( kantong plastik, amplop

coklat, chain saw, timbangan kasar, lakban, stiker label), peralatan untuk mengambil sampel tanah (cangkul, meteran, sekop, golok). Sedangkan alat yang

digunakan di Laboratorium meliputi cawan porselen, tanur listrik, labu ukur,

oven.

4.3 Variabel Yang Diamati 4.3.1 Variabel Tanaman

Variabel tanaman yang diamati adalah semua tanaman yang masuk ke

dalam plot contoh, tanaman karet yang diamati berumur homogen yaitu 25

tahun, kemudian diukur diameter dan Tinggi tanaman. Pengamatan dilakukan

sebanyak 3 buah plot dan dari masing-masing plot dipilih sebanyak 10 tanaman

, 10 tanaman tersebut ditebang dan dipisahkan menurut bagian-bagiannya,

(42)

a. Batang

Pada bagian batang diukur diameter pada titik pemotongan batang,

menimbang berat basah total dan berat basah sampel, dan mengambil sampel

sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode.

b. Cabang

Pada bagian cabang menimbang berat basah total bagian cabang, dan

mengambil sampel sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel

dan diberi kode.

c. Daun

Pada bagian daun menimbang berat basah total , dan mengambil sampel

daun sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi

kode.

d. Akar

Pada bagian akar menimbang berat basah total , dan mengambil sampel

akar sebanyak ± 300 gram dimasukan ke dalam plastik sampel dan diberi kode.

4.3.2 Variabel Serasah

Semua serasah yang masuk kedalam sub plot petak pengamatan (0.5 x 0.5

m) ditimbang berat basahnya dan diambil sampelnya sebanyak ± 300 gram

dimasukan ke dalam plastik dan diberi kode.

4.3.3 Variabel Tanah

Pengambilan contoh tanah dilakukan dengan tiga kedalaman yang berbeda

yaitu 0-20 cm, 20-40 cm, dn 40-60 cm sebanyak tiga kali ulangan pada plot

yang sama. Tiga lapisan yang berbeda tersebut untuk melihat lapisan mana

yang paling banyak mengandung kadar karbonnya.

4.4 Prosedur Penelitian

4.4.1 Prosedur Pengukuran di Lapangan

Pengukuran kandungan karbon pada tanaman diawali dengan pengambilan

sampel biomassa yang dilakukan secara survey. Pengukuran yang dilakukan

meliputi pengukuran diameter batang setinggi dada (DBH) dan tinggi tanaman.

Diameter tanaman merupakan panjang garis lurus yang menghubungkan dua

(43)

melintang suatu tanaman. Pengukuran diameter tanaman dilakukan pada

ketinggian 1,3m dari permukaan tanah atau. Alat ukur yang digunakan adalah

pita meter. (Gambar 2). Sedangkan tinggi tanaman ditentukan dengan

menggunakan alat ukur tinggi tanaman f-brunton, tinggi yang diukur adalah tinggi bebas cabang dan tinggi total tanaman (Gambar 4). Pengukuran ini

dilakukan pada plot yang telah dibuat pada lahan perkebunan karet.

Gambar 2. Pengukuran Diameter at The Breast High (DBH)

Gambar 3. Pengukuran tinggi tanaman

Pengambilan contoh vegetasi dilakukan dengan metode acak purposif

(44)

berukuran 100 x 20 m untuk vegetasi berupa tanaman, dan petak contoh

berukuran 0,5 x 0,5 untuk pengambilan serasah dan contoh tanah.

Penentuan plot pada tanaman karet di lapangan dilakukan menurut metode

Hairiah, et. al., (2001) dalam Yulyana (2005)

100 m

20 m

2 x (0,5 m x 0,5 m)

Gambar 4. Desain plot contoh di lapangan

Keterangan : Luas Plot 20 m x 100 m, Sub Plot 2 x (0,5 m x 0,5 m)

Pembuatan plot sebanyak tiga buah pada afdeling II, III, dan IV,

pembuatan sub plot sebanyak enam buah yang berukuran 0,5m x 0,5m dilakukan

untuk pengukuran contoh serasah dan contoh tanah.

p

(45)

Tanaman karet sebanyak 10 tanaman yang terpilih dalam setiap plotnya

kemudian ditebang. Setelah contoh tanaman ditebang, bagian tanaman dipisahkan

dan ditimbang berat basahnya menurut bagian batang, cabang dan daun. Setelah

penimbangan setiap bagian tanaman diambil contoh ujinya dan selanjutnya

dianalisis di laboraturium. Perhitungan biomassa ini dimaksudkan untuk

mengetahui kandungan karbon pada tanaman karet dengan membuat model

pendugaan Allometrik equation yang melibatkan diameter batang dan tinggi

tanaman. Umumnya biomassa tanaman ditentukan secara tidak langsung melalui

persamaan Allometrik yang disusun untuk menduga biomassa tanaman.

Plot dibuat sebanyak tiga buah dengan ukuran 20m x 100m (Gambar 2.),

dalam masing-masing plot diletakan tiga buah sub plot berupa kuadran berukuran

2 x (0,5m x 0,5m) untuk pengambilan tumbuhan penutup tanah dan serasah, dan

pengambilan contoh tanah untuk pengukuran kadar karbon tanah. (Gambar 10)

.Tanaman yang masuk ke dalam setiap plot diukur diameter dan tinggi, kemudian

dilakukan penebangan pada contoh tanaman terpilih sebanyak 10 tanaman tiap

plotnya (Gambar 6a). Setelah tanaman ditebang, setiap bagian tanaman yaitu

batang, cabang dan daun dipisahkan menurut bagiannya masing-masing. (Gambar

6b). Dan dihitung berat basah dari batang, cabang, daun, dan akar, kemudian

diambil sampelnya ± 300gr.

a. b.

(46)

4.4.2 Prosedur Pengukuran di Laboratorium a. Penentuan Biomassa di laboratorium

Penentuan biomassa di laboratorium mengacu pada pedoman dari FORDA

dan JICA (2005). Setiap sampel dikeringkan pada suhu 850C selama 48 jam untuk

kayu dengan diameter kurang dari 10 cm, lalu ditimbang untuk memperoleh berat

kering sampel. Jika diameter sampel lebih dari 10 cm, maka pengeringan

dilakukan selama 96 jam. (Gambar 7 ) 

 

Gambar 7. Pengeringan sampel (a dan b).

Rumus penentuan Biomassa di laboratorium menurut pedoman FORDA dan

JICA adalah sebagai berikut:

)

TDW: berat kering total (total dry weight,kg) TFW:berat basah total (total fresh weight,kg)

SDW:berat kering sampel (sample dry weight,kg) SFW:berat basah sampel (sample fresh weight,kg)

b. Penentuan Karbon Tanaman Karet

Penentuan kadar karbon dilakukan dari setiap sortimen batang, cabang, daun,

(47)

contoh

dari batang, cabang, daun, akar dan serasah masing-masing ditimbang sebagai

berat basah sampel, kemudian masing-masing ditimbang sebanyak ± 300 gram.

Masing-masing contoh tersebut kemudian dikeringkan pada oven 85° C selama 96

jam, sampai beratnya konstan. Kemudian digiling dan diambil contohnya

sebanyak 1 gram. Contoh tersebut kemudian dipanaskan dalam oven 105° C

selama 24 jam. Contoh tersebut kemudian ditimbang beratnya sebagai berat

kering mutlak (misalnya a gram). Selanjutnya contoh tersebut dimasukan kedalam

alat mofel dipanaskan pada suhu 700° C selama 2 jam. Kemudian ditimbang

beratnya (misalnya b gram).

a. b.

Gambar 8. Penimbangan sampel (a), Cawan porselen sebagai media untuk menyimpan sampel untuk proses pemanasan (b).

Kadar karbon dapat dihitung dengan rumus:

)

Jumlah kandungan ( cadangan) karbon setiap bagian tanaman dihitung

dengan rumus sebagai berikut:

(48)

a. b.

Gambar 9. Contoh sortimen batang untuk analisis laboratorium (a), Pengambilan contoh daun untuk analisis laboratorium (b).

 

c. Penentuan Karbon Tanah

Variabel Tanah yang diukur adalah kandungan karbon organik (

C-organik), pengukuran karbon tanah menggunakan metode walkley and Black.

       

a. b.

Gambar 10. Pembuatan sub plot untuk pengambilan sampel tanah (a), Pengukuran kedalaman tanah 0-20 cm, 20-40 cm ,40-60 cm untuk pengambilan sampel (b).

4.5 Model Keeratan Hubungan Kandungan Karbon dan Biomassa

Model keeratan hubungan antara kandungan karbon dengan biomassa

dibuat untuk tegakan tanaman karet, model hubungan dibuat berdasarkan pada

(49)

persamaan regresi sederhana. Dari model hubungan yang dibangun akan diketahui

tingkat keeratan antara kandungan karbon dengan biomassa.

4.6Nilai Manfaat Karbon

Pendekatan perhitungan nilai manfaat karbon pada tegakan karet di

perkebunan karet Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang

Banten menggunakan system silvikultur intensif yaitu:

(1) menghitung jumlah kandungan karbon yang terdapat dalam: (a) tegakan

karet (akar, batang, cabang dan daun), (b) serasah atau bahan yang

terdapat dipermukaan tanah, (c) di dalam tanah tempat tumbuh tegakan

karet.

(2) menentukan harga karbon per ton yang telah dikonversi dengan suku

bunga yang berlaku di negara-negara maju rata-rata 6% pertahun (Pirard

2005 dalam Gusti 2007). Harga jual karbon dalam penelitian ini di

dasarkan pada harga CER permanen (certified emission reduction) yang

diambil dari harga proyek karbon energi yaitu 15, 18 dan 21 USD/ton C

dan masing-masing dikalikan dengan suku bunga 6%. Sehingga harga

karbon yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 3,79, 4,55, dan 5,31

USD/ton C ( 1USD= Rp. 10.250).

(3) Menghitung nilai manfaat karbon dengan mengalikan jumlah keseluruhan

kandungan karbon per satuan luas dengan harga karbon per ton

Formula perhitungan nilai manfaat karbon adalah sebagai berikut:

TJC = JCTK + JCN + JCT

NPC = TJC x HC x LAK

dimana,

TJC = total jumlah penyerapan karbon pada pembangunan tanaman

karet (ton/ha C).

JCTK = jumlah karbon pada tegakan karet (akar, batang, cabang, dan

daun) (ton/ha C).

JCN = jumlah karbon pada serasah atau nekromassa dipermukaan

tanah dari tegakan karet (ton/ha C).

(50)

(ton/ha C).

NPC = Nilai manfaat penyerapan karbon dari pembangunan

tanaman karet (Rp).

HC = harga karbon dalam skema perdagangan karbon menurut

skenario CER sementara, yaitu harga karbon CER permanen

yang dikonverasi dengan suku bunga negara-negara maju

sebesar 6% (Rp/ton C, 1 USD = Rp.10.250).

LAK = luas areal pembangunan tanaman karet (ha).

4.7 Pengolahan dan Analisis Data

Pendugaan model matematik hubungan antara biomassasaa dan karbon

dengan diameter dan tinggi tanaman karet menggunakan Uji Regresi , program

statistic SPSS 15, MINITAB 14 dan Microsoft Excel 2003.

4.8 Pemilihan Model

Model yang dipilih berdasarkan pada kriteria sebagai berikut:

a. Kesesuaian terhadap fenomena

b. Sifat keterandalan model

ƒ Koefisien determinasi (R2) mendekati 100%, berati data semakin

terandalkan.

Apabila nilai R2 mendekati 100%, bearti data semakin terandalkan. ƒ Variasi (S2), yaitu tingkat keanekaragaman data dengan

menggunakan rumus:

Model yang dipilih adalah model yang memiliki variasi terkecil.

Koefisien determinasi terkoreksi (R2 ajusted = R2a)

Koefisien determinasi terkoreksi adalah koefisien determinasi yang

sudah dikoreksi oleh derajat bebas dari jumlah kuadrat sisa (JKS)

(51)

2 / ( ) 2 1

Dimana p adalah banyaknya parameter dalam regresi (termasuk βθ), dan n adalah banyaknya objek (kasus) yang dianalisis. Kriteria uji R2adjusted sama dengan kriteria R2.

c. Uji keabsahan model

Uji keabsahan model (model validation) bertujuan untuk melihat kemampuan model dalam menduga sekelompok data baru (yang tidak

diikutsertakan dalam pembentukan modelnya). Prosedur yang dipakai

dalam penelitian ini adalah prosedur uji keabsahan prosedur Jackknife yang dikembangkan oleh Quenouille dan Tukey (Efron, 1979).

Langkah-langkah pengujiannya sebagai berikut:

1.Hilangkan kasus pertama dari set data untuk pendugaan model.

2.Tentukan pendugaan model berdasarkan (n-1) data sisanya (selain kasus

pertama).

3.Tentukan penduga dari peubah tak bebas kasus pertama berdasarkan

penduga model yang diperoleh dari langkah kedua.

4.Ulangi langkah 1 sampai 3 untuk seluruh kasus yang ada sampai kasus

yang ke-n.

Apabila ˆYiadalah penduga bagi Yi, yaitu penduga peubah tak bebas dari

kasus ke-I yang diperoleh dengan memakai penduga model berdasarkan

(n-1) tanpa kasus ke-I, maka dari n kasus yang ada akan dapat diperoleh n

buah simpangan ˆYi terhadap Yi, yaitu:

ei= Yi- ˆYi, untuk i=1,2,…n

dari n buah ei ini dapat ditentukan:

mi=(ei/Yi)x100%, untuk i=1,2,…n

selanjutnya, apabila di = (mi)2, maka akan dicari:

(52)

Keterangan : MSPE = Mean Square Predicted Error

S2D = variasi

CVd = koefisien varian

Model akan semakin baik apabila memiliki MSPE dan CVd yang semakin

kecil. Atas dasar ini, maka nilai MSPE dan CVd selanjutnya dipakai sebagai

kriteria dalam menentukan tingkat keabsahan dari model-model yang dicobakan.

Uji keabsahan model merupakan uji yang terakhir dilakukan dalam

pemilihan model yang terbaik dan sekaligus juga untuk menentukan cara

pendekatan terbaik dalam pemecahan masalah dalam penelitian ini, selain

faktor-faktor kekonsistenan dalam penerimaan model tertentu pada setiap kali

membangun model, kepraktisan pemakaian model dan kemudahan mendapatkan

(53)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Perhitungan kandungan karbon pertanaman karet di perkebunan karet

Bojong Datar PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten didekati dengan

kajian cadangan (stock) karbon dalam ekosistem tanaman karet. Perhitungan cadangan karbon meliputi pembuatan model penduga biomassa dan karbon

tegakan karet, dan perhitungan cadangan karbon seluruh tegakan tanaman karet,

karbon serasah dan karbon tanah dari ekosistem pertanaman karet.

5.1 Model Penduga Biomassa dan Karbon Tanaman Karet

Proses pemilihan model diawali dengan pemilihan beberapa persamaan

Allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa

persamaan allometrik dengan menggunakan persamaan model yang berbeda.

Variabel-variabel bebas yang digunakan antara lain diameter setinggi dada (D),

tinggi total tanaman (H), tinggi bebas cabang (Hb) dan kuadrat diameter dan

tinggi total (D2H).

Hasil pengukuran dari tiga buah plot masing-masing sebanyak 10

tanaman dengan jumlah 30 tanaman dilakukan secara destruktif pada tegakan

karet berdiameter 26.1 cm 36.8 cm dan kisaran tinggi 13,5 m sampai 17,6 m

memberikan beberapa informasi bobot basah rata-rata dari 3 buah plot sebanyak

30 tanaman sesuai dengan bagian-bagian tanaman. (gambar 11)

.

(54)

Di samping sifat fisik dalam bentuk bobot basah beberapa bagian tanaman

karet, berdasarkan hasil analisis di laboratorium melalui pengambilan sampel

bagian-bagian tanaman di lapangan memberikan informasi tentang persentase

karbon sampel, bobot kering (biomassa), dan kandungan karbon bagian tanaman

sehingga dapat diketahui proporsi sebaran biomassa dan karbon tanaman pada

setiap bagian tanaman (Tabel 1).

Tabel 1. Hasil analisis laboratorium dan perhitungan biomassa serta kandungan karbon beberapa bagian tanaman karet

No Bagian

Proporsi biomassa dari total merupakan persentase besarnya biomassa

pada suatu bagian tanaman dibandingkan dengan biomassa total tanaman.

Proporsi biomassa tertinggi terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 51,42%,

kemudian diikuti oleh bagian cabang sebesar 21.95%, akar 11,26% dan bagian

terkecil yaitu daun sebesar 8,17%.

Sejalan dengan proporsi biomassa, maka proporsi karbon tertinggi juga

terdapat pada bagian batang yaitu sebesar 52,62%, hal ini menunjukan bahwa dari

total karbon yang dikandung oleh tanaman, 52,62% jumlah karbon tersebut

terdapat dibagian batang, dan sisanya terdapat di cabang sebesar 26,15%, akar

sebesar 11,92% dan karbon pada bagian daun sebesar 9,31%. Proporsi karbon dari

total merupakan persentase besarnya serapan karbon pada suatu bagian tanaman

dibandingkan dengan serapan karbon tanaman total.

Kandungan karbon tanaman dipengaruhi langsung oleh persentase

kandungan karbon sampel dan biomassa tanaman karena kandungan karbon

tanaman merupakan perkalian antara biomassa dan persentase kandungan karbon

sampel hasil analisis laboratorium, adapun persentase kandungan karbon bagian

tanaman terhadap biomassa merupakan perbandingan antara jumlah karbon yang

(55)

Hasil analisis laboratorium menunjukan bahwa kadar air semua bagian

tanaman terbesar terdapat pada bagian batang sebesar 27,75% diikuti oleh akar

yaitu sebesar 23,58% kemudian diikuti oleh bagian cabang sebesar 20,84% dan

bagian kadar air terkecil terdapat dibagian daun yaitu sebesar 15,67 yaitu

sedangan kadar karbon, persentase Biomassa, dan Persentase Karbon terbesar

terdapat pada bagian batang. Terlihat pada gambar 12. Hasil analisis kadar karbon

menunjukan bobot tertinggi pada bagian batang, diikuti bagian cabang, daun dan

akar tertera pada gambar 13.

Gambar 12. Kadar air rata-rata dari setiap bagian tanaman

Gambar 13. Karbon rata-rata dari setiap bagian tanaman

Kandungan biomassa atau berat kering pada setiap bagian tanaman karet

disajikan pada gambar 14. Bagian tanaman yang digunakan untuk menentukan

(56)

total biomassa bagian dikandung oleh seluruh bagian yang diteliti. Kandungan

biomassa digunakan sebagai data untuk menentukan kandungan karbon, dan

penentuan model penduga biomassa dengan diameter, dan tinggi tanaman.

Gambar 14. Hasil analisis kadar biomassa rata-rata

Hasil analisis laboratorium menyatakan bahwa persentase biomassa

rata-rata terbesar dari data sebanyak 30 tanaman karet adalah biomassa batang, diikuti

biomassa cabang, biomassa akar dan persentase terkecil adalah biomassa daun

yaitu sebesar 16,97%. Kandungan biomassa batang berkaitan erat dengan hasil

produksi tanaman yang didapat melalui proses fotosintesis yang umumnya

disimpan pada batang, karena batang pada umumnya memiliki zat penyusun kayu

yang lebih banyak dibandingkan dengan bagian tanaman yang lain. Zat penyusun

kayu tersebut menyebabkan bagian rongga sel pada batang akan menjadi lebih

besar. Sedangkan daun umumnya tersusun oleh banyak rongga stomata yang

menyebabkan struktur daun menjadi kurang padat, sehingga kurang berat.

Biomassa atau bahan organic pada umunya hanya memiliki kisaran sebesar 3-6%.

Menurut White dan Plaskett (1991) kisaran biomassa pada daun adalah sekitar

6%.

5.2 Model Penduga Biomassa dan Karbon Total

Pengambilan sampel tanaman karet dilakukan secara destruktif dengan

(57)

tanaman karet, persamaan tersebut merupakan hubungan antara biomassa atau

karbon pada tiap bagian tanaman dan diameter ataupun tinggi total. Model

penduga biomassa dan karbon menggunakan pendekatan diameter, tinggi, dan

gabungan diameter san tinggi total hingga suatu model dari tiap bagian tanaman

karet dapat terpilih.

Pembuatan model diawali dengan pemilihan beberapa persamaan

Allometrik dengan menggunakan variable bebas yang sama pada beberapa

persamaan model yang berbeda, variable tersebut adalah: Diameter setinggi dada

(D), tinggi bebas cabang (Hb), tinggi total (H) dan kuadrat diameter dan tinggi

total tanaman (D2H). Model yang terbaik dari suatu persamaan yang

menggunakan variable bebas tertentu akan dipilih untuk menduga biomassa dan

kandungan karbon tanaman karet. Semakin besar koefisien determinasi atau

koefisien determinasi terkoreksi maka model akan semakin baik, sebaliknya

semakin kecil standar deviasi model maka model akan dikatakan lebih baik dari

model lainnya.

5.2.1 Model Penduga Biomas Total Tanaman Karet

Model penduga biomassa tanaman karet di perkebunan karet Bojong Datar

PTP Nusantara VIII Kabupaten Pandeglang Banten dibangun berdasarkan pada

hubungan antara biomassa pada masing-masing bagian tanaman yaitu batang,

cabang, daun dan akar. Untuk menduga biomassa total tanaman karet maka

dilakukan pengukuran, penebangan, penimbangan hingga analisis laboratorium

pada bagian batang, cabang, daun dan akar untuk mendapatkan bobot basaah,

bobot kering, kadar air, dan kandungan C-organik. Berdasarkan pendugaan

biomas total dengan menerapkan berbagai pilihan variable bebas, maka secara

ringkas dapat disajikan beberapa persamaan allometrik sebagaimana disajikan

pada tabel 2.

Tabel 2 menyajikan model penduga hubungan biomassa total dengan

diameter (D), tinggi total (H), tinggi bebas cabang (Hb) dan kuadrat diameter dan

Gambar

Gambar 2. Pengukuran Diameter at The Breast High (DBH)
Gambar 5. Pembuatan plot di lapangan
Gambar 7. Pengeringan sampel (a dan b).
Gambar 8. Penimbangan sampel (a), Cawan porselen sebagai media untuk menyimpan sampel untuk proses pemanasan  (b)
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Manfaat dari penggunaan TIK dalam pembelajaran adalah. Peserta didik dapat memanfaatkan video-sharing, podcast, Youtube, Online Newspaper sebagai materi dalam

[r]

- Memahami dan menyusun teks eksemplum sesuai dengan karakteristik teks yang akan dibuat, baik secara lisan maupun tulisan Menelaah dan merevisi teks eksemplum sesuai dengan

2017.Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Learning Tipe Jigsaw Untuk Kelas IV SDN Inpres

ini akan menjadi salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia Timur dengan program utama adalah pengembangan industri pengolahan tambang yaitu ferro nikel dan

2.1 Semua murid terlibat dan mengambil bahagian dalam pertandingan membuat kad ucapan Hari Raya Aidilfitri yang mengandungi nilai-nilai Pendidikan Moral.. Hadiah disediakan untuk

Pada dasarnya Tugas Akhir ini merupakan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi