• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

E. Iklim Kelas

4. Iklim Kelas yang Efektif

Creemers dkk (1999) mengemukakan faktor iklim kelas yang efektif, yaitu:

a. Kualitas dari intruksi, terdiri dari:

1. Kurikulum, meliputi:

a. Secara tegas menyatakan tujuan dan isi pembelajaran b. Struktur dan kejelasan isi

c. Advance organizer

d. Evaluasi, umpan balik (feedback), dan memperbaiki intruksi 2. Sejumlah prosedur, meliputi:

a. Penguasaan pembelajaran b. Kesanggupan kelompok

29 29

xlviii

xlviii

c. Belajar bekerjasama (tergantung pada perbedaan bahan/material), evaluasi, umpan balik (feedback), dan memperbaiki intruksi

3. Perilaku guru, meliputi:

a. Manajemen kelas b. Pekerjaan rumah (PR)

c. Kejelasan tujuan (batasan dari tujuan, menekankan pada keahlian dasar, menekankan pada proses belajar kognitif/cognitive learning, dan pemindahan)

d. Susunan isi (tujuan dan isi, pengetahuan utama, dan advance organizer)

e. Kejelasan presentasi

f. Pertanyaan atau questioning g. Latihan dengan segera

h. Evaluasi, umpan balik (feedback), dan memperbaiki intruksi b. Waktu belajar

c. Kesempatan belajar

Selanjutnya, Parson dkk (2001) juga mengemukakan mengenai iklim kelas yang efektif, yaitu:

1. Lingkungan fisik kelas, harus memenuhi hal-hal berikut:

a. Visibility

Lingkungan fisik kelas harus diatur sedemikian rupa sehingga individu-individu (guru dan murid) yang ada di kelas dapat saling melihat aktivitas belajar yang terjadi.

30

xlix

xlix b. Accessibility

Siswa memerlukan akses yang mudah untuk mencapai semua material belajar sehingga diperlukan penataan kelas yang akan memudahkan siswa dalam memperoleh material belajar, seperti kapur, penghapus, rol. Kemudahan untuk mengakses materi pengajaran dan perlengkapan murid yang mudah diakses akan meminimalkan waktu persiapan dan perapian, dan mengurangi kelambatan dan gangguan aktivitas (Santrock, 2007).

c. Bebas dari gangguan

Selain faktor guru dan lingkungan fisik kelas, juga perlu diperhatikan stimulus-stimulus dari lingkungan yang dapat mempengaruhi perhatian siswa.

Pengaturan tempat duduk harus diatur sedemikian rupa untuk meningkatkan perhatian siswa dan meminimalkan gangguan yang mungkin akan hadir.

2. Lingkungan sosial kelas harus mampu menimbulkan perasaan:

a. Entitavity

Entitavity adalah persepsi anggota kelompok yang mempersepsikan kelompoknya merupakan suatu yang unik. Entitavity merupakan perkembangan dari “kita (we-ness)” yang kemudian memberikan gambaran perbedaan antara

“kita dan mereka”. Dalam hal ini, kelas biasanya memiliki nama (nickname), dan logo tersendiri yang kemudian akan menfasilitasi perkembangan entitavity.

b. Kepaduan (cohesiveness)

Kepaduan atau cohesiveness adalah suatu keadaan dimana anggota yang ada di dalam kelas melihat diri mereka sebagai satu kesatuan.

Penelitan yang relevan yang berkaitan dengan iklim kelas dan self-efficacy pada yang dilakukan Penelitian yang dilakukan Hasyim (2013) dengan judul 31

l

l

“Pengaruh efikasi diri, kreativitas dan iklim kelas terhadap kemandirian belajar siswa kelas X program keahlian teknik instalasi tenaga listrik SMK Negeri 2 Yogyakarta”. Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh efikasi diri dan kreativitas secara persial terhadap iklim kelas siswa X program keahlian teknik tenaga listrik di SMKN 2 Yogyakarta”. Efikasi diri memiliki pengaruh terhadap iklim kelas.

Penelitian yang dilakukan Andreson (dalam Zafarghandi, 2017) juga menemukan hubungan positif antara Self-efficacy akademik dan lingkungan kelas.

Ditunjukan bahwa dengan mengembangkan kekompakan, kepuasan, dan arah tujuan, keefektifan dan prestasi akademik siswa dapat ditingkatkan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa Lingkunga fisik kelas yang efektif harus diatur sedemikian rupa agar individu beserta guru yang ada di kelas dapat saling melihat aktivitas belajar yang berlangsung. Kemudian Siswa juga memerlukan segala sesuatu yang diperlukannya ketika ia dalam proses belajar mengajar contohnya seperti kapur, penghapus, rol dan berbagai peralatan yang dibutuhkan untuk proses belajar.

Lingkungan yang dapat mempengaruhi siswa dalam belajar juga harus diperhatikan seperti susunan tempat duduk siswa, agar meningkatkan perhatian siswa dan meminimalkan gangguan yang mungkin akan hadir. Selanjutnya persepsi setiap angota kelompok terhadap teman-teman satu kelompoknya harus memberikan gambaran yang unik, sehinga dimana anggota yang ada di dalam kelas melihat diri mereka sebagai satu kesatuan.

32

li

li F. SMA DHARMAWANGSA MEDAN

1. Profil Sekolah

Nama sekolah : SMA Dharmawangsa Medan

Alamat : JL.KL. YOS SUDARSO NO. 224. MEDAN Tanggal berdiri : 17 JUNI 1988

Akreditasi : A

SMA Dharmawangsa merupakan sebuah lembaga pendidikan yang membentuk generasi muda yang cerdas, berpengetahuan, bermartabat, beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, bermoral pancasila, terampil, mandiri dan bertangung jawab pada Bangsa dan Negara. SMA Dharmawangsa berdiri pada tanggal 17 Juni 1988 dan memiliki Akreditasi A.

Sekolah SMA Dharmawangsa telah meraih prestasi seperti juara 1 lomba bahasa jepang tingkat Sumut dan juara 5 pada tahun 2012 di Jakarta, Juara 1 penelitian di Taman Safari Bogor tentang lingkungan alam tahun 2011, juara 1 lomba pidato bahasa Inggris di SMA Josua tahun 2013, juara 1, 2 dan 3 pada perlombaan Scrabble di perpuastakaan wilayah tahun 2012, jauara 1 bulutangkis di SMA 3, juara 3 basket di Pancabudi tahun 2013 dan juara 1 di Candra Kusuma mengenai pemanasan global.

G. PENGARUH PERSEPSI IKLIM KELAS TERHADAP SELF-EFFICACY MATEMATIKA PADA SISWA KELAS XI IPS SMA DHARMAWANGSA MEDAN

Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam peradaban manusia, sehingga matematika merupakan bidang studi yang selalu 33 33

lii

lii

diajarkan di setiap jenjang pendidikan sekolah. Esensi pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang matematika (Simanungkalit, 2015).

Matematika merupakan ilmu pengetahuan mengenai eksak dan terorganisir secara sistematik, serta matematika juga merupakan pengetahuan mengenai suatu bilangan dan kalkulasi. Matematika adalah pengetahuan yang mempelajari mengenai penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. Selain dari pada itu matematika yaitu merupakan sekumpulan fakta-fakta mengenai kuantitatif dan membahas mengenai ruang maupun bentuk, dan struktur-struktur yang logik serta pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat. (Soedjadi, 2000).

Pada mata pelajaran matematika biasanya menimbulkan efek negatif terhadap aspek psikologis seperti timbulnya kecemasan, karena matematika juga biasanya dianggap mata pelajaran yang sulit bagi para siswa. Selain kecemasan, kekhawatiran dan ketakutan tersebut membuat adanya ketidakyakinan pada kemampuan diri siswa dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Dalam menyelesaikan tugas dengan baik, aspek psikologis merupakan aspek penunjang yang menjadikan seseorang berhasil. Salah satu aspek psikologis tersebut, yaitu self-efficacy (Sunaryo, 2017).

Self-efficacy adalah keyakinan yang dipegang seseorang tentang kemampuannya dan juga hasil yang akan ia peroleh dari kerja kerasnya mempengaruhi cara mereka berperilaku (Bandura, 1997). Selanjutnya, Bandura (1997) menambahkan bahwa self-efficacy merupakan keyakinan individu bahwa ia dapat menguasai situasi dan memperoleh hasil yang positif.

34

liii

liii

Bandura (1997) mengungkapkan ada tiga dimensi self-efficacy, yaitu tingkat/level, keumuman/generality, dan kekuatan/strength. Level berkaitan dengan derajat kesulitan tugas yang dihadapi, generality yaitu sejauh mana individu yakin akan kemampuannya dalam berbagai situasi tugas, dan strength merupakan kuatnya keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimiliki berkaitan dengan ketahanan dan kegigihan individu dalam pemenuhan tugasnya.

Individu yang memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan mereka akan cenderung teguh dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.

Self-efficacy dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Bandura (1997), faktor yang mempengaruhi self-efficacy adalah pengalaman penguasaan enaktif, pengalaman perwakilan, persuasi verbal, fisiologis dan afektif. Pengalaman keberhasilan individu akan menaikan self-efficacy pada diri seseorang kemudian sebaliknya apabila individu mengalami pengalaman kegagalan maka self-efficacy akan menurun. Faktor pengalaman yang mewakili adalah adaya pengalaman dari orang lain dapat meningkatkan self-efficacy. Kemudian individu yang mendapat persuasi secara verbal maka mereka memiliki kemauan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan akan mengeluarkan usaha yang lebih besar dalam menyelesaikan tugas. Ketika melihat keberhasilan orang lain dengan kemampuan yang sebanding dalam mengerjakan tugas akan meningkatkan self-efficacy individu dalam mengerjakan tugas yang sama.

Self-efficacy pada pelajaran Matematika adalah keyakinan individu pada kemampuannya untuk melakukan atau menyelesaikan suatu tugas atau masalah Matematika (Yates, 2014). Self-efficacy pada pelajaran Matematika terbagi atas tiga bagian yaitu aritmatika, aljabar, dan geometri. Terdapat tiga aspek 35

liv

liv

kemampuan yang harus dimiliki siswa dalam pembelajaran matematika yaitu kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut saling berkaitan sehingga aspek afektif memiliki peranan penting dalam menunjang keberhasilan siswa dalam menguasai matematika (Subandar, 2007).

Siswa yang memiliki self-efficacy yang tinggi lebih mampu menguasai beragam pokok bahasan matematika dari pada siswa yang memiliki self-efficacy yang rendah. Bila dikaitkan dengan prestasi belajar matematika, maka penilaian self-efficacy siswa terhadap mata pelajaran matematika, dapat memberikan kontribusi terhadap prestasi belajar matematika. Adanya self-efficacy yang tinggi terhadap pelajaran matematika mendorong siswa agar berusaha mencari strategi-strategi belajar untuk mempelajari dan mengerjakan tugas-tugas matematika (Suastikayasa, 2011). Pengalaman orang lain yang dapat diambil pada suatu kelas bersumber dari guru dan teman sekelas. Interaksi antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa lainya termasuk iklim kelas.

Iklim kelas merupakan suasana yang terbentuk di dalam ruangan kelas, berupa interkasi yang diciptakan antara siswa dan guru, siswa dan siswa, dan dengan keadaan fisik kelas yang mempengaruhi hasil pencapaian siswa Creemers, Reezigt dan Freiberg (1999). Menurut Zahn, Kagan, dan Widaman (dalam Hadiyanto, 2016) mendefinsikan iklim kelas sebagai seperangkat tingkah laku, persepsi dan respon afektif di antara para peserta didik yang berkaitan dengan proses belajar mengajar di dalam kelas. Sehingga iklim kelas dapat mempengaruhi self-efficacy siswa.

36

lv

lv

Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi iklim kelas menurut Creemers & Reezigt (dalam Freiberg, 1999) yaitu, lingkungan fisik yang melihat ukuran serta lokasi kelas, sistem sosial yang terdiri dari hubungan dan interaksi antara siswa dan guru, dan kerapian lingkungan kelas yaitu pengelolahan kelas yang baik serta harapan guru terhadap hasil yang dicapai siswa. Oleh sebab itu peran guru dan teman sekelas juga akan mempengaruhi self-efficacy. Namun, setiap orang memiliki pandangan yang berbeda mengenai iklim kelas yang mereka rasakan di dalam kelasnya. Hal ini membuat setiap orang akan memiliki persepsi yang berbeda terhadap iklim kelas tersebut.

Menurut Maslowski (dalam Creemers dkk., 2006) bahwa iklim kelas sebagai sekumpulan persepsi dari siswa mengenai mutual relationship yang terjadi di dalam kelas. Persepsi adalah proses penerimaan berbagai gejala diluar diri yang di peroses melalui lima alat indra yang dimiliki. Stimulus yang di terima memiliki unsur interpretasi yang menyebabkan kita memiliki suatu pengertian terhadap lingkungan sehingga stimulus tersebut disadari dan di mengerti (Irwanto, 2002). Ketika individu tersebut menerima rangsangan itu maka individu tersebut tidak harus menanggapi segala sesuatu rangsangan yang ia terima. Melainkan individu akan memfokuskan perhatianya pada rangsangan tertentu saja. Kemudian rangsangan yang akan mempengaruhi persepsi individu melalui rangsangan yang bergerak diantara rangsangan yang diam akan lebih menarik perhatian individu itu sendiri.

37

lvi

lvi H. HIPOTESA PENELITIAN

Hipotesa dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak ada pengaruh persepsi Iklim kelas terhadap self-efficacy pada pelajaran Matematika siswa kelas XI IPS SMA Dharmawangsa Medan.

Ha: Ada pengaruh persepsi Iklim kelas terhadap self-efficacy pada pelajaran Matematika siswa kelas XI IPS SMA Dharmawangsa Medan.

38

lvii

lvii BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuantitatif jenis korelasional. Penelitian korelasional merupakan suatu jenis penelitian yang melihat pengaruh antara satu atau beberapa variabel dengan variabel lainnya (Yusuf, 2014). Penelitian yang dilakukan peneliti bertujuan untuk melihat pengaruh antara persepsi Iklim kelas terhadap self-efficacy pada pelajaran Matematika siswa kelas IX IPS SMA Dharmawangsa Medan.

A. IDENTIFIKASI VARIABEL PENELITIAN

Menurut Azwar (2011) Identifikasi variabel merupakan langkah penetapan variabel-variabel utama dalam penelitian dan penentuan fungsi-fungsinya masing-masing. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam, yakni variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang diselidiki pengaruhnya, sedangkan variabel terikat (Y) adalah variabel yang muncul sebagai akibat dari variabel bebas.

Variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian ini adalah:

Variabel Bebas : Persepsi Iklim kelas Variabel Tergantung : Self-efficacy

B. DEFINISI OPERASIONAL VARIABEL PENELITIAN

Definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan penelitian dalam mengukur atau memanipulasi suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang dapat diamati (Azwar, 2011).

39

lviii

lviii 1. Self-efficacy

Definisi operasional dari self-efficacy adalah keyakinan siswa untuk mampu menguasai berbagai tugas Matematika, dan mampu menghasilkan hasil yang positif dari tugas Matematika yang diberikan. Self-efficacy diukur menggunakan skala likert yang disusun berdasarkan teori Bandura (1997) yang mengacu pada aspek-aspek yaitu: tingkat/levels, keumuman/generality, kekuatan/strength.

Semakin tinggi total skor pada skala self-efficacy menunjukkan bahwa semakin yakin siswa untuk mampu menguasi berbagai tugas Matematika dan mampu menghasilkan hasil yang positif dari tugas Matematika. Sebaliknya, semakin rendah skor menunjukkan semakin rendah keyakinan siswa untuk mampu menguasai berbagai tugas Matematika dan tidak mampu menghasilkan hasil yang positif dari tugas Matematika.

2. Persepsi Iklim kelas

Definisi operasional dari persepsi iklim kelas adalah pandangan siswa terhadap hubungan antara guru dengan siswa yang terjadi di dalam kelas dan unsur fisik dari kelas yang dapat mempengaruhi hasil pencapaian siswa. Persepsi iklim kelas diukur menggunakan skala likert yang disusun berdasarkan teori iklim kelas Fraser, McRobbie dan Frisher (dalam Dorman, 2009) yang mengacu pada aspek-aspek, yaitu: kekompakan siswa/student cohesiveness, dukungan guru/teacher support, kegiatan penyelidikan/investigation, orientasi tugas/task orientation, kerjasama siswa/cooperation, dan kesetaraan/equity.

Semakin positif persepsi iklim kelas menunjukkan bahwa siswa semakin memahami pelajaran dengan baik. Sebaliknya, semakin negatif persepsi iklim kelas maka siswa semakin sulit memahami pelajaran di dalam kelas.

40

40

lix

lix C. POPULASI PENELITIAN

Populasi merupakan totalitas dari sejumlah objek dengan karakteristik tertentu yang ingin dipelajari sifatnya (Yusuf, 2014). Populasi yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPS SMA Dharmawangsa Medan berjumlah 66 orang yang terdiri dari 2 kelas. Menurut Arikunto (2005), apabila jumlah subjek kurang dari 100 orang, maka sebaiknya subjek sejumlah tersebut diambil seluruhnya.

D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan Skala Likert untuk mengukur masing-masing variabel. Skala Likert merupakan alat ukur yang berupa butir-butir soal. Responden hanya memberi persetujuan atau ketidaksetujuannya terhadap butir soal tersebut. Skala ini dimaksudkan untuk mengukur sikap individu dalam dimensi yang sama dan individu menempatkan dirinya ke arah satu kontinuitas dari butir soal (Yusuf, 2014).

Dalam metode pengambilan data menggunakan skala Likert, setiap butir soal yang dibuat peneliti memiliki empat alternatif pilihan, yaitu sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS). Nilai skala ditentukan berdasarkan pernyataan mendukung (favorable) atau tidak mendukung (unfavorable).

Penilaian untuk favorable bernilai 4 untuk alternatif "SS", bernilai 3 untuk alternatif "S", bernilai 2 untuk alternatif "TS", dan bernilai 1 untuk alternatif

"STS". Penilaian untuk unfavorable bernilai 1 untuk alternatif "SS", bernilai 2 untuk alternatif "S", 3 untuk alternatif "TS", dan 4 untuk alternatif "STS".

41

lx

lx 1. Skala Persepsi Iklim Kelas

Skala persepsi iklim kelas disusun berdasarkan empat dimensi iklim kelas menurut Fraser, McRobbie, dan Fisher (dalam Dorman, 2009), yaitu yaitu kekompakan siswa/student cohesiveness, dukungan guru/teacher support, kegiatan penyelidikan/investigation, orientasi tugas/task orientation, kerjasama siswa/cooperation, dan kesetaraan/equity.

Tabel 3.1 Blue Print Skala Persepsi Iklim Kelas

NO Dimensi Indikator Perilaku Aitem Total

Favorable Unfavorable 1. Kekompakan

siswa/student cohesiveness

 Mengenal sesama siswa

 Memberikan bantuan pertanyaan yang diberikan oleh guru fokus dalam aktifitas pembelajaran

7. Kesetaraan/equity  Mampu bersifat adil kepada seluruh siswa

 Mampu menyelesaikan tugas tambahan dan tetap

lxi

lxi Skala Self-efficacy

Skala self-efficacy disusun berdasarkan aspek-aspek self-efficacy menurut.

Bandura (1997). Skala ini disusun berdasarkan tiga aspek yaitu tingkat/level keumuman/ generalitydan kekuatan/strength.

Tabel 3.2 Blue Print Skala Self-efficacy

NO Dimensi Indikator Perilaku Aitem Total

Favorable Unfavorable 1. Tingkat/level  Mampu menyelesaikan

tugas dari level mudah

E. UJI ALAT UKUR PENELITIAN 1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana akurasi suatu tes atau skala dalam menjalankan fungsi pengukurannya.

Pengukuran dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila menghasilkan data yang secara akurat memberikan gambaran mengenai variabel yang diukur seperti yang dikehendaki oleh tujuan pengukuran tersebut (Azwar, 2012).

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity).

43

lxii

lxii

Azwar (2012) mengatakan bahwa validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap kelayakan atau relevansi isi tes melalui analisis rasional oleh panel yang berkompeten atau melalui expert judgement.

Validitas isi peneliti peroleh melalui konsultasi dengan dosen pembimbing sehingga aitem-aitem yang telah dibuat memang mengukur apa yang dimaksudkan untuk diukur. Pertanyaan yang dicari jawabannya dalam validasi ini adalah apakah masing-masing aitem dalam tes layak untuk mengungkap atribut yang diukur sesuai dengan indikator keperilakuannya dan apakah aitem-aitem dalam tes telah mencakup keseluruhan domain isi yang hendak diukur (Azwar, 2012).

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya, maksudnya apabila dalam beberapa pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok yang sama diperoleh hasil yang relatif sama (Azwar, 2013). Uji reliabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsistensi internal (Cronbach’s alpha coeffecient), yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau antar bagian dalam skala.

Semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 1.00, menunjukkan semakin tinggi reliabilitasnya. Sebaliknya, semakin koefisien reliabilitas mendekati angka 0.00, berarti semakin rendah reliabilitasnya. Untuk menguji reliabilitas ini, peneliti menggunakan bantuan program SPSS version 18.0 for Windows.

44

lxiii

lxiii 3. Uji Daya Beda Aitem

Uji daya diskriminasi aitem merupakan sejauh mana aitem mampu membedakan antara individu yang memiliki atribut dengan individu yang tidak memiliki atribut yang diukur (Azwar, 2013). Menurut Azwar (2013) semua aitem yang mencapai koefisien korelasi minimal 0.30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Aitem yang koefisien korelasinya tidak mencapai 0.30, dapat diinterpretasikan sebagai aitem yang memiliki daya beda rendah. Teknik statistik yang digunakan adalah Pearson Product Moment dengan menggunakan bantuan program SPSS version 18.0 for Windows.

F. HASIL UJI COBA ALAT UKUR

1. Uji Coba Alat Ukur/Try Out Alat Ukur

Menurut Azwar (2000) tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan ketepatan pengukuran. Pada tahap ini peneliti melakukan try out atau uji coba alat ukur yang telah selesai diperbaiki. Peneliti melakukan try out kepada 100 siswa.

2. Hasil Uji Coba Skala Persepsi Iklim Kelas

Dari 70 butir aitem yang diuji, didapatkan 42 aitem yang memiliki daya diskriminasi aitem melebihi 0.30 dengan nilai reliabilitas 0.919. 42 aitem inilah yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil uji coba skala persepsi iklim kelas menunjukkan daya beda aitem yang bergerak 0.322 hinga 0.585. Aitem yang tidak melebihi 0.30 dapat dilihat pada tinta merah. Blue print setelah dilakukan uji coba bisa dilihat pada tabel berikut:

45

45

lxiv

lxiv

Tabel 3.3 Blue Print Skala Persepsi Iklim Kelas Setelah Try Out

NO Dimensi Indikator Perilaku Aitem Total

Favorable Unfavorable 1. Kekompakan

siswa / Student cohesiveness

 Mengenal sesama siswa

 Memberikan bantuan

 Mengambil giliran dan membagi tugas

lxv

lxv

Tabel 3.4 Blue Print Penomoran Ulang Skala Persepsi Iklim Kelas

NO Dimensi Indikator Perilaku Aitem Total

Favorable Unfavorable pertanyaan yang diberikan oleh guru

 Mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh

 Mampu menyelesaikan tugas tambahan dan tetap

3. Hasil Uji Coba Skala Self-efficacy

Dari 60 butir aitem yang diuji, didapatkan 27 aitem yang memiliki daya diskriminasi aitem melebihi 0.40 dengan nilai reliabilitas 0.921. 27 aitem inilah yang akan digunakan dalam penelitian. Hasil uji coba skala iklim kelas menujkan 47

lxvi

lxvi

daya beda aitem yang bergerak 0.404 hinga 0.668. Aitem yang tidak melebihi 0.40 dapat dilihat pada tinta merah. Blue print setelah dilakukan uji coba bisa dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3.5 Blue Print Skala Self-efficacy Setelah Try Out

NO Dimensi Indikator Perilaku Aitem Total

Favorable Unfavorable 1. Tingkat/Level  Mampu menyelesaikan tugas

dari level mudah hingga sulit

 Mampu merasa setiap tugas

 Gigih dalam menyelasaikan suatu tugas

Tabel 3.6 Blue Print Penomoran Ulang Skala Self-efficacy

NO Dimensi Indikator Perilaku Aitem Total

Favorable Unfavorable 1. Tingkat/Level  Mampu menyelesaikan

tugas dari level mudah

 Mampu menyelesaikan tugas dalam situasi sulit

 Merasa mampu mengerjakan tugas yang berbeda-beda

lxvii

lxvii

G. PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap. Ketiga tahap tersebut terdiri dari tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap pengolahan data.

1. Tahap Persiapan Penelitian

Tahap persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah:

a. Pembuatan Alat Ukur

Penelitian ini menggunakan dua skala yaitu skala persepsi iklim kelas dan self-efficacy. Penyusunan skala persepsi iklim dan self-efficacy dilakukan dengan membuat blue print dan kemudian dioperasionalisasikan dalam bentuk aitem-aitem pernyataan.

b. Mengurus Perizinan

Setelah mencari tahu mengenai sekolah yang dapat dijadikam tempat pengambilan data.peneliti mendatangin sekolah dan menemui kepala sekolah pada tanggal 28 Januari 2018 untuk meminta izin pengambilan data penelitian, setelah

Setelah mencari tahu mengenai sekolah yang dapat dijadikam tempat pengambilan data.peneliti mendatangin sekolah dan menemui kepala sekolah pada tanggal 28 Januari 2018 untuk meminta izin pengambilan data penelitian, setelah

Dokumen terkait