• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tergolong pada kelompok eksakta yang melahirkan dalil- dalil yang berlaku umum adalah logika, aritmatika, kalkulus, matematika dan statistika. Metode deduktif berlaku pada: nalar- abstrak, logika, aritmatika, kalkulus dan matematika; sedangkan statistika lebih bersifat diturunkan secara induktif. Astronomi dapat digolongkan sebagai terapan dari deduksi-matematis dalam melihat gejala-gejala di alam semesta/jagad-raya (universe).

Di dalam kelompok ini pada hakikatnya berlaku hukum- hukum yang universal (walau pun mungkin dalam statistika hanya berlaku umum untuk satuan yang tertentu yang lebih kecil), maka “ilmu” ini digolongkan pada apa yang dikenal sebagai kelompok “nomothetic” (“nomoi” berarti hukum atau dalil). Disebabkan adanya kecenderungan yang sangat kuat untuk melahirkan kepastian-kepastian, maka cabang ilmu ini dikenal dengan sebutan sebagai ilmu pasti atau eksakta.

11

Lihat Max Weber, The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism, translated into English by Talcott Parsons, Counterpoint, London, 1930 [1985], p. 194.

Kendati demikian sesungguhnya terdapat juga segi relativitasnya, seperti didalilkan Albert Einstein dengan “teori relativitas” (theory of relativity). Einstein menyatakan bahwa: “jarak terdekat antara dua benda angkasa adalah garis lengkung”, bukan garis lurus seperti di-axioma-kan sebelumnya.

Salah satu ciri dari ilmu-ilmu alam adalah “paradox” dan “anomaly”-nya sangat terbatas. Di samping itu hukum atau dalil yang lama dapat digugurkan oleh hukum atau dalil yang baru. Demikian pula definisi yang paling merangkum namun dapat dirumuskan secara sederhana itulah yang diadopsi atau diperguna- kan oleh para ahli (asas kehematan atau “principle of parsimony” atau

12

Ockham's razor”) . Dengan demikian, dalil-dalil itu tidaklah

berada dalam akumulasi yang bertumpuk yang dianggap seluruh- nya masih berlaku (valid). Hal ini mengandung arti bahwa hanya dalil yang terbarulah yang boleh atau dapat dipakai.

Pendapat dan temuan serta dalil yang diajukan seorang ahli eksakta dan ilmu-ilmu alam itu seringkali diberi nama yang sama dengan si penemunya. Beberapa di antaranya adalah “satuan Farraday”, “satuan Armström”, “satuan Celcius”, “satuan Fahrenheit”, “hukum Archimides”, “hukum Boyle”, “hukum Newton”, “hukum Keppler”, “hukum periodik Mendeleyev

(Mendeleyev periodic law) dalam kimia, hukum Mendel tentang

13

pewarisan ciri-ciri karakter dalam biologi , “sistem heliosentrik

(heliocentric system) Nicolaus Copernicus (1473-1543)”, “teori

relativitas Einstein”, “cincin van Allen” dan “teori von Braun” dalam bidang perjalanan ke angkasa luar dan peroketan, “Socratic

14

method” dalam sistem bertanya dan berjawab , “metode cangkok

jantung dokter Christian Barnard”, dan banyak lagi.

12

Theodorson and Theodorson, op. cit., p. 282: Ockham's razor. and p. 292: parsimony, priciple of.

13

James Dougherty and Robert L Pfaltzgraff, Jr., Contending Theories of International Relations, J.B. Lippicott Company, Philadelphia, 1971, p. 209: “…. Mendel's law of inherited characteristics, ….”.

14

Funk and Wagnalls, “Standard ….”, Vol. 2, p. 639: Socratic method The dialectic method of instruction by questions and answers , as adopted by Socrates.

Sehubungan dengan temuan dan ajuannya itu sepenuhnya dapat diklaim oleh yang bersangkutan dan tidak ada orang lain yang dapat membantahnya, maka di dalam cara melakukan notasi pengutipan oleh pihak-pihak lain dapat dilakukan dalam wujud

running note” (notasi atau catatan yang dicantumkan di dalam

teks dengan hanya menuliskan nama, tahun dan halaman dari buku/teori yang bersangkutan misalnya). Semua orang dalam bidang ilmu tersebut sudah dianggap mengetahuinya, sehingga tidak memerlukan uraian lebih detail lagi.

Lain halnya dalam bidang ilmu-ilmu sosial, sejumlah pendapat dan teori seringkali bercampur-baur. Di samping teori deduktif terdapat juga teori induktif. Demikian juga ajuan seorang ahli dapat mirip dengan ajuan dari ahli lainnya. Sehubungan tidak dikenalnya prinsip “parsimony” terurai di atas, maka teori dari zaman ke zaman itu terus bertumpuk; dari zaman Socrates, Plato, Aristoteles, Ibnu Siena (Averoes), Sun Tzu, Weber, Parsons, Easton, dll-nya yang kontemporer.

Dalam ilmu-ilmu sosial, teori yang satu bukan digugurkan oleh teori yang lain dalam arti yang penuh. Teori lama relevansinya dianggap sudah berkurang karena sudah tidak kontekstual dengan situasi dan kondisi yang sudah sangat berubah. Teori yang baru bukan menggugurkan teori sebelumnya, namun mungkin hanya bersifat melengkapi pertimbangan nalar lampau. Hal ini tentunya memerlukan sitasi yang lebih lengkap dalam wujud catatan khaki (footnote) yang seringkali pula “menguraikan secara penuh dari gagasan yang dikutip” (seperti dianut dalam cara penulisan catatan kaki di dalam buku ini).

Di dalam ilmu-ilmu sosial dikenal seseorang yang melakukan penyangkalan pada gagasan-gagasan dan prinsip-

15

prinsip yang mapan yang disebut sebagai “iconoclast” . Dalam

15

Collins Gem English Dictionary, op. cit., p. 274: iconoclast person who attacks established ideas or principles.

beberapa kamus dikatakan bahwa “iconoclast” itu adalah perlawanan terhadap institusi-institusi tradisional yang mapan dan

16

menghilangkan imej suci/sakral gereja misalnya.

Seperti diketahui, yang dianggap “valid” dalam eksakta dan ilmu-ilmu alam adalah hanya hukum yang mutakhir (the most recent law). Sebagai contoh adalah pendapat tentang “geocentrisme” (yang menjadi keyakinan dari gereja ketika itu) yang menyatakan bahwa bumi itu merupakan titik pusat tata surya. Kemudian terhadap keyakinan itu lahir tantangan dari Copernicus (1473-1543) yang menyatakan bahwa yang benar itu adalah bumi yang mengitari matahari, sehingga untuk itu dia dihukum untuk diasingkan

(banned) oleh gereja ketika itu.

Kendati demikian, kemudian ternyata bahwa yang secara empiris mendapatkan dukungan ilmiah itu adalah “heliosentrisme”. Doktrin Copernicus ini menyatakan bahwa matahari itu merupakan titik pusat dari universe. Kemudian doktrin atau sistem ini disempurnakan secara berturut-turut oleh Giordano Bruno dan Galilei Galilleo yang menyatakan bahwa matahari itu hanya

merupakan pusat dari sistem tatasurya (solar system) yang juga kesemuanya itu berputar di angkasa raya. Pendapat inilah yang bertahan sampai kini, sebagai hukum yang paling mutakhir. Artinya, pendapat yang terdahulu menjadi gugur dengan adanya “heliocentrisme” tadi.

Dari sudut ini astronomi lebih cenderung tergolong sebagai kajian matematis, karena benda-benda angkasa di jagad raya ini

(celestial bodies) berada di luar jangkauan empiri pancaindera kita,

kecuali dengan menggunakan teropong bintang raksasa (a.l. observatorium Mount Palomar; Yodrell Bank) atau melalui tero- pong “Hubble” yang kini terpasang pada kendaraan angkasa luar.

16

The New International Webster's Vest Pocket Dictionary, Trident Press International, Peru, 2003, p.

iconoclast destroyer of sacred images or traditional institutions. Lihat juga The Grolier International Dictionary, Lexicon Publications, Inc, USA, Vol. One, 1992, p.480: iconoclast a person who destroys religious images, or who opposes their use in worship || a person who seeks to destroy the established order or accepted beliefs, customs, reputations etc. ….

Dalam dokumen Filsafat Dan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial. (Halaman 95-99)