• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

B. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Alamiah sering disebut Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan akhir-akhir ini ada yang menyebutnya dengan Ilmu Kealaman, yaitu dalam bahasa inggris natural science atau science dalam bahasa Indonesia sudah

lazim disebut dengan istilah sains. Ilmu Alamiah merupakan Ilmu Pengetahuan yang mengkaji tentang gejala-gejala dalam alam semesta, termasuk di muka bumi, sehingga terbentuk konsep dan prinsip (Maslikhah dan Susapti, 2009: 4).

2. Konduktor dan Isolator

a. Pengertian Konduktor dan Isolator

Konduktor adalah benda yang dapat menghantarkan panas dengan baik. Bahan-bahan konduktor apabila terkena api, air panas atau pun sinar matahari, panas dari sumber panas tersebut akan dihantarkan keseluruh bagian benda tersebut. Cara melakukan: benda

xlviii

konduktor (besi) ujungnya dibakar dengan api dan panas dari api akan disalurkan keseluruh besi tersebut. Sedangkan Isolator adalah benda yang lambat ataupun tidak dapat menghantarkan panas dengan baik. Benda isolator apabila terkena api, air panas, ataupun sinar matahari, maka panas yang didapat tidak dapat dihantarkan keseluruh bagian benda tersebut. Cara melakukan: benda isolator (batang kayu) yang ujungnya dibakar menggunakan api, maka panas dari api hanya berada diujung batang kayu tidak bisa disalurkan keseluruh batang kayu (Haryanto, 2006: 76).

b. Perbedaan konduktor dan isolator

Bahan konduktor dan isolator memiliki perbedaan yang sangat jelas. Perbedaan bahan konduktor dan isolator terletak pada kemampuan dari bahan. Kalau bahan konduktor dapat menghantarkan panas dengan baik. Sedangkan bahan isolator lambat atau tidak dapat menghantarkan panas.

c. Bahan Pembuat Konduktor dan Isolator

Bahan pembuat konduktor dan isolator terdiri dari (1) logam, (2) kaca, dan (3) kayu dan plastik.

1) Logam

Logam termasuk kedalam bahan pembuat konduktor karena logam memiliki sifat dapat menghantarkan panas. Logam mempunyai sifat yang padat dan keras tetapi sangat baik

xlix

menghantarkan panas. Contoh dari bahan ini adalah: besi, baja, alumunium, seng dan lain-lain.

Gambar 2.1 Contoh benda logam

2) Kaca

Selain logam, benda yang dapat menhantarkan panas dengan baik juga dimiliki oleh kaca. Walaupun kaca termasuk bahan konduktor tetapi sifatnya tidak sama dengan logam. Walaupun sama-sama keras tetapi kaca lebih mudah pecah. Sifat kaca yang sering dimanfaatkan adalah sifat bening dari kaca. Contoh dari bahan kaca adalah: gelas, piring, kaca spion, dll.

Gambar 2.2 Contoh benda kaca

3) Kayu dan Plastik

Kayu dan plastik merupakan bahan pembuat isolator karena kayu dan plastik tidak dapat menghantarkan panas dengan baik. Karena termasik isolator kayu dan plastik sering digunakan sebagai pegangan pada panci ataupun wajan. Contoh dari bahan

l

kayu: meja, kursi, pensil dan lain-lain. Sedangkan dari bahan plastik: penggaris, pilot, ember, dan lain-lain (Haryanto, 2006: 77-79)

Gambar 2.3 Bahan dari kayu

3. Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) Mata Pelajaran IPA a. Pengertian KKM

Menurut Permendiknas No 20 Tahun 2007, Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) adalah kriteria ketuntasan belajar (KKB) yang ditentukan oleh satuan pendidikan.

b. KKM Nasional, Kelas, dan Individu 1) KKM Nasional

KKM nasional disebut dengan KKM ideal. KKM nasional adalah kriteria ketuntasan belajar yang ditetapkan secara nasional. (Permendiknas N0 20 Tahun 2007) Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar antara 0%-100%. Kriteria ketuntasan ideal untuk masing-masing indikator adalah 75%. Satuan pendidikan harus

menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan

li

serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pendidikan. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (BNSP, 2006: 10).

Berdasarkan uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa kriteria ketuntasan minimal nasional adalah 75%. KKM nasioanal dijadikan patokan dalam penentuan KKM di setiap satuan pendidikan. Setiap satuan pendidikan diharapkan dapat meningkatkan KKM agar dapat mencapai KKM nasional sebesar 75%.

2) KKM Kelas

KKM kelas adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai dalam suatu kelas. Di MI Nurul Islam 1 Wonokerto KKM kelas adalah 85%, jadi siswa yang tuntas dalam SK/KD harus minimal 85% dari jumlah siswa. Subjek penelitian berjumlah 25 siswa, maka 85% dari 25 harus tuntas/lulus. 85% dari 25 siswa adalah

. Jadi siswa yang harus tuntas dalam SK/KD pelajaran tersebut dalam satu kelas harus mencapai 22 orang siswa.

3) KKM Individu

Kriteria ketuntasan minimal individu adalah kriteria ketuntasan minimal yang harus dicapai oleh individu siswa. KKM individu mata pelajaran IPA yang harus dicapai siswa sama

lii

besarnya dengan KKM nasional yaitu sebesar 75% atau 75. Dalam setiap melakukan penilaian siswa minimal nilai yang harus dicapai adalah 75, kalau mendapat nilai dibawah 75 maka siswa tersebut dianggap tidak tuntas. Sedangkan siswa yang mendapat nilai 75 atau lebih besar dari 75, siswa tersebut dianggap tuntas.

4) Fungsi KKM

a) Sebagai acuan bagi guru untuk menilai kompetensi peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar (KD) suatu mata pelajaran atau standar nompetensi (SK).

b) Sebagai acuan bagi peserta didik untuk mempersiapkan diri dalam mengikuti pembelajaran.

c) Sebagai target pencapaian penguasaan materi sesuai dengan SK/KD.

d) Sebagai salah satu instrumen dalam melakukan evaluasi

pembelajaran.

e) Sebagai kontrak pedagogik antara pendidik, peserta didik, dan masyarakat (khususnya orang tua dan wali murid) (Jaya, 2013). 5) Penentuan KKM

Penetapan KKM dilakukan oleh guru atau kelomppok kerja guru yang disahkan oleh kepala sekolah/madrasah, selanjutnya disampaiakan kepada pihak yang bersangkutan seperti: peserta didik, orang tua, dan dinas pendidikan setalah

liii

itu dicantumkan dalam hasil belajar atau rapor. Yang menjadi pertimbangan dalam penentuan KKM adalah kompleksitas, daya dukung dan intake. Kompleksitas mengacu kepada tingkat kesulitan kompetensi dasar yang bersangkutan. Daya dukung meliputi kelengkapan mengajar seperti: buku, ruang belajar, laboratorium (jika diperlukan) dan lain-lain. Sedangkan intake merupakan kemampuan penalaran dan daya pikir peserta didik.

Menurut Syah (2010: 222-223) menyatakan bahwa, menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada bebrapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar. Diantar norma-norma pengukuran tersebut adalah:

a) Norma skala angka dari 0 sampai 10. b) Norma skala angka dari 0 sampai 100.

Angka terendah yang menyatakan kelulusan/keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 atau 6, sedangkan

untuk skala 0-100 adalah 55 atau 60. Alhasil pada prinsipnya jika seorang dapat menyelesaikan lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan dengan benar, ia dianggap telah memenuhi targer minimal keberhasilan belajar. Namun demikian, kiranya perlu dipertimbangkan oleh para guru sekolah penetapan passing grade

liv

inti (core subject). Pelajaran-pelajaran ini meliputi, antara lain:

bahasa dan matematika, karena kedua bidang studi ini (tanpa mengurangi bidang studi yang lainnya) merupakan “kunci pintu” pengetahuan-pengetahuan yang lainnya. Pengkhususa passing

grade seperti ini sudah berlaku umum di banyak negara maju dan

telah mendorong peningkatan kemajuan belajar siswa dalam bidang-bidang yang lainnya.

Dokumen terkait