MATERI KEGIATAN
4.2.5 Image Reseptor
Image reseptor ini merupakan detector sinar x, yang mampu menggantikan peran dari film dan kaset yang biasa digunakan dalam radiografi konvensional.
Teknologi yang digunakan pada image reseptor yaitu flat panel detector. Flat panel detector atau bisa disingkat FPDs ini terbuat dari 2 panel tipis yang terbuat dari bahan amarphous silicon (a-Si) yang merupakan bahan penangkap tidak
langsung sinar-x, karena terlebih dahulu sinar-x yang melewati image rseptor diubah dalam bentuk cahaya. Cahaya kemudian diteruskan melalui lapisan photodioda, dimana cahaya tersebut dikonversi menjadi sebuah sinyal digital yang kemudian dibaca oleh charged couple device yang terdapat dalam komputer radiografi.
Gambar 21. Cassette film sinar x
Persiapan alat di kamar pasien ada beberapa tahap. Persiapan ini dilakukan bertujuan untuk meminimalkan paparan radiasi terhadap pengunjung rumah sakit atau pasien lain, dan memaksimalkan hasil pengambilan foto. Beberapa tahap yang selalu dilakukan oleh seorang radiographer sebelum melaksanakan proses pemaparan yaitu ;
1. Mengamati terlebih dahulu tata letak ruangan pasien
2. Menempatkan mobile unit x-ray pada posisi disamping atau di depan meja pasien, hal ini bergantung pada tata letak kamar pasien.
3. Memposisikan meja pasien dengan sudut 450 dengan menggunkan teknik setengah duduk apabila memungkinkan, karena dengan posisi sepert ini hasil foto lebih maksimal dan mengurangi resiko paparan radiasi terlalu luas.
4. Apabila pasien tidak dimungkinkan untuk posisi setengah duduk maka pemaparan dapat dilakukan dengan teknik pertama yaitu dengan memposisikan pasien tegak lurus dengan kolimator.
5. Memperkirakan besar Kv dan mAs yang akan digunkan, besar Kv dan mAs bergantung pada kondisi pasien saat itu, berat badan, dan umur pasien.
6. Menyalakan sinar kolimator untuk diarahkan pada posisi yang akan dipapar.
7. Pemaparan dapat dilakasanakan melalui 2 tombol , yaitu tombol yang terhubung langsung dengan alat atau dengan remote kontrol.
Banyak cara yang bisa dilakukan oleh para pekerja radiasi dalam melindungi diri sendiri dan orang lain yang berada disekitar paparan radiasi. Proteksi radiasi sangat penting diterapkan dalam setiap prosedur atau tindakan yang melibatkan alat alat penghasil radiasi. Di dalam rumah sakit haji Surabaya perlindungan terhadap paparan radiasi telah diterapkan dengan tepat.
Cara yang dilakukan oleh para pekerja radiasi di Rumah Sakit Haji Surabaya untuk melindungi diri, pasien dan pengunjung rumah sakit dari paparan radiasi yaitu dengan :
1. Menggunakan apron
Apron adalah pelindung wajib yang digunakan oleh para pekerja radiasi. Apron terbuat dari berbagai macam jenis bahan, yang paling baik adalah apron yang terbuat dari bahan Pb setebal minimal 3 mm. Apron yang digunakan saat pemeriksaan harus menutupi 2 bagian tubuh yang penting yaitu gonat dan kelenjar tiroid. Penggunaan apron juga diberikan kepada pasien yaitu bagian gonat, untuk menghindari efek dari radiasi hambur .
2. Menggunakan papan penahan radiasi (shilding)
Papan penahan radiasi terbuat dari bahan kayu setebal 1mm dan didalamnya terdapat pb setebal 3 mm. dengan papan penahan radiasi ini, mampu mereduksi paparan radiasi hingga 80%. Papan penahan radiasi biasa dipasang sejauh 3 meter dari kolimator dan diletakkan di depan meja jaga dokter atau perawat. Papan penahan radiasi ini dirasa cukup efektif untuk melindungi para tenaga medis dan pasien lain dari paparan radiasi, akan tetapi massa yang terlalu besar dan ukuran papan penahan radiasi yang tidak memungkinkan untuk dibawa kemana saja sering kali tidak di gunakan dalam beberapa tindakan pemeriksaan di kamar pasien.
3. Memaksimalkan jarak
Dengan memaksimalkan jarak dengan pusat radiasi diharapkan mampu meminimalisir paparan radiasi terhadap tubuh. Saat melakukan pemaparan, radiographer memposisikan diri sejauh 3 meter dari kolimator sedangkan untuk pekerja medis lain dan para pengunjung rumah sakit diinstruksikan untuk menjauh dari ruangan pasien atau keluar dari ruangan. Minimal jarak yang sering diinstruksikan yaitu 5 meter. Penetapan jarak aman ini berdasarkan persamaan laju dosis hamburan radiasi yaitu,:
Dr . r 2=K (1)
Dari persamaan diatas menunjukkan bahwa besar laju dosis radiasi (Dr) berantung pada besarnya tetapan energi yang dikeluarkan sumber radiasi (K) dibagi kuadrat jarak dari sumber radiasi. Hal ini menunjukkan jika jarak diperbesar 2 kali dari sumber radiasi maka laju dosis nya akan berkurang hingga ¼ kalinya dan apabila jarak diperbesar 3 kali maka laju dosis akan berkurang hingga 1/9 kalinya.
4. Meminimalkan dosis
Dengan mensetting besar kV dan mAs pada mobile unit x ray sesuai dengan kebutuhan dengan mempertimbangakan faktor-faktor keberhasilan paparan, sehingga mampu memperkecil dosis hamburan sinar x. Meminimalkan dosis radiasi juga dapat di lakukan dengan mempersingkat waktu paparan.
Dalam prinsip fisika salah satu karakter sinar-x adalah bahwa sinar-x dapat menembus bahan, tetapi hanya yang benar-benar gelombang sinar-x saja yang mampu menembus objek yang dikenainya dan sebagian yang lain akan diserap. Sinar-x yang menembus itulah yang mampu membentuk gambaran atau bayangan. Besarnya penyerapan sinar-x oleh suatu bahan tergantung tiga faktor:
1. Panjang gelombang sinar-X.
2. objek yang terdapat pada alur berkas sinar-X.
3. Ketebalan dan kerapatan objek.
Faktor diatas merujuk pada rumus penyerapan radiasi oleh suatu bahan yaitu,:
I=Io. exp(−μt) (2)
Persamaan diatas menunjukkan bahwa besarnya penyerapan bergantung pada koefisien pelemahan (μ) yang tiap bahan memiliki nilai yang berbeda-beda. Persamaan ini juga digunakan untuk menghitung besar ketebalan bahan yang akan digunakan sebagai shilding. Setelah sinar-x yang keluar dari tabung mengenai dan menembus obyek yang akan difoto. Bagian yang mudah ditembus sinar x (seperti otot, lemak, dan jaringan lunak) meneruskan kuantitas sinar x sehingga film menjadi hitam. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x (seperti tulang) dapat menahan seluruh atau sebagian besar sinar x akibatnya tidak ada atau sedikit sinar x yang keluar sehingga pada film berwarna putih. Bagian yang sulit ditembus sinar x mengalami ateonasi yaitu berkurangnya energi yang menembus sinar x, yang bergantung pada nomor atom, jenis obyek, dan ketebalan bahan. Adapun bagian tubuh yang mudah ditembus sinar x disebut Radio-lucen yang menyebabkan warna hitam pada film. Sedangkan bagian yang sulit ditembus sinar x disebut Radio-opaque sehingga film berwarna putih. Semakin pendek panjang gelombang sinar-x (yang dihasilkan oleh kV yang lebih tinggi) akan membuat sinar-sinar-x mudah untuk menembus bahan. Hubungan antara penyerapan sinar-x dengan ketebalan yaitu unsur yang mempunyai lempengan yang tebal dapat menyerap radiasi lebih banyak dibanding lempengan yang tipis pada satu unsur yang sama. Kerapatan/kepadatan suatu unsur yang sama akan mempunyai kesamaan efek, contoh 2,5 cm air akan menyerap sinar-x lebih banyak dibanding 2,5 cm es karena berat timbangan es akan berkurang 2,5 cm per kubik dibanding air.
Mengingat pemeriksaan kesehatan yang menggunakan sinar-x, ada satu hal yang harus dipahami bahwa tubuh manusia mempunyai susunan yang kompleks yang tidak hanya mempunyai perbedaan pada tingkat kepadatan saja tetapi juga mempunyai perbedaan unsur pembentuk. Hal ini menyebabkan terjadinya perbedaan tingkat penyerapan sinar-x yaitu seperti tulang yang lebih banyak menyerap sinar-x dibanding otot/daging dan otot/daging lebih banyak menyerap dibanding udara (paru-paru). Lebih jauh lagi pada struktur organ yang sakit akan terjadi perbedaan penyerapan sinar-x dibanding dengan penyerapan oleh daging dan tulang yang normal. Umur pasien juga mempengaruhi penyerapan, contoh pada umur yang lebih tua tulang sudah kekurangan kalsium dan akan mengurangi penyerapan sinar-x dibanding tulang-tulang di usia yang lebih muda.
Hubungan diantara intensitas sinar-x pada daerah yang berbeda gambarannya didefinisikan sebagai kontras subjek. Kontras subjek tergantung pada sifat subjek, kualitas radiasi yang digunakan, intensitas dan penyebaran radiasi hambur, tetapi tidak tergantung terhadap waktu, mA, jarak dan jenis film yang digunakan.