K. Pemb Pembelaja
IV.3 Impelementasi Sistem Mutu di Kontraktor Kecil Berbasiskan Total Quality Management (TQM)
Mutu pekerjaan konstruksi dipengaruhi oleh mutu dari setiap tahapan pekerjaan konstruksi yang dilakukan, jika mutu pekerjaan dalam satu tahapan pekerjaan konstruksi tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka secara keseluruhan akan mempengaruhi mutu pekerjaan tersebut. (Girianna & Atmowidjoo, 2006)
Keberhasilan penerapan sistem mutu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor penting yang terdapat didalam TQM. Alur keberhasilan penerapan mutu dari awal perencanaan sampai dengan akhir pelaksanaan dengan menggunakan faktor-faktor TQM dapat dilihat pada Gambar 4.29.
Gambar 4. 29 Alur Penerapan Sistem Mutu dengan Prinsip TQM
Dari gambar diatas, dapat dilihat bahwa pada saat merencanakan pekerjaan konstruksi dibutuhkan perencanaan baik dari segi manajemen sumber daya (peralatan, material, manusia, keuangan dan metode), perencanaan mutu yang akan dicapai, kebijakan dan strategi dari pihak manajemen kontraktor kecil. Sedangkan pada saat melakukan proses konstruksi perlu dilakukan pengendalian mutu agar pekerjaan tetap terkendali dan sesuai dengan rencana. Adapun faktor-faktor TQM yang perlu untuk dikendalikan adalah manajemen proses, komunikasi dan kerjasama baik didalam internal ataupun eksternal. Ketiga faktor ini harus selalu dikendalikan agar proses pelaksanaan konstruksi dapat berjalan sesuai dengan rencana. Pada akhir pelaksanaan konstruksi, hasil dari pekerjaan konstruksi perlu dijamin mutunya agar pengguna jasa (owner) puas terhadap hasil kerja kontraktor kecil.
Setelah pekerjaan konstruksi berakhir, kontraktor kecil sebaiknya melakukan koreksi terhadap proses pekerjaan konstruksi yang dilakukannya, tindak koreksi ini merupakan bagian dari faktor pembelajaran. Hendaknya kontraktor kecil dapat terus belajar dari setiap tahapan pekerjaan yang dilakukan sehingga kesalahan yang sama tidak terjadi di kemudian hari. Proses pembelajaran juga membutuhkan
kemauan dan kemampuan untuk berubah dari kontraktor kecil. Hal lain yang memberikan pengaruh terhadap keberhasilan penerapan sistem mutu di kontraktor kecil adalah sikap kepemimpinan dan komitmen dari pihak manajemen perusahaan untuk selalu menjamin agar mutu yang direncanakan dapat tercapai dengan baik.
Berdasarkan pada gambar 4.29 mengenai alur penerapan sistem mutu dengan menggunakan prinsip TQM dapat diketahui bahwa pelaksanaan kegiatan konstruksi terdiri dari 3 tahapan yaitu tahap input pekerjaan, proses pelaksanaan pekarjaan dan output pekerjaan. Seperti pada pembahasan sebelumnya, tahap input pekerjaan konstruksi perlu untuk direncanakan penerapan mutunya (quality planning) yaitu sumber dayanya (manusia, material, keuangan, finansial dan metode), kebijakan dan strategi dalam menerapkan mutu pekerjaan. Hasil penelitian didapat bahwa perencanaan input pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh kontraktor kecil telah cukup baik dilakukan.
Pada saat proses pelaksanaan konstruksi perlu dilakukan pengontrolan mutu (quality control) agar mutu yang ingin dicapai dari pelaksanaan konstruksi dapat terus dikendalikan dan sesuai dengan yang direncanakan. Hal-hal yang perlu dikontrol adalah proses dari pelaksanaan itu sendiri, komunikasi dan kerjasama. Komunikasi yang terjadi didalam perusahaan kontraktor kecil sudah berjalan dengan sangat baik, ini tergambar dari usaha pimpinan perusahaan terus berusaha untuk menciptakan lingkungan yang kondusif dan serasi sehingga para pekerja dapat melakukan pekerjaan dengan nyaman. Manajemen proses sudah dikelola dengan cukup baik, kontraktor kecil menyadari bahwa untuk selalu bekerja sesuai dengan rencanam maka proses pelaksanaan harus terus dikendalikan. Adapun yang dikendalikan oleh kontraktor kecil pada proses pelaksanaan konstruksi adalah sumber daya manusia, peralatan, metode, material dan finansial. Tetapi kontraktor kecil masih kurang mengelola dengan baik hubungan kerjasamanya. Kerjasama yang dilakukan oleh kontraktor kecil masih yang bersifat internal belum sampai dengan kerjasama eksternal (melakukan hubungan kerjasama dengan kontraktor menengah/besar). Padahal didalam PP No.44 tahun 1997
tentang kemitraan menyatakan bahwa salah satu cara kontraktor kecil untuk tumbuh dan berkembang adalah dengan melakukan hubungan kerjasama dengan kontraktor besar/menengah.
Tahap terakhir pekerjaan konstruksi adalah hasil akhir (output) pekerjaan konstruksi, pada tahap ini kepuasan pengguna jasa sangat diharapkan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor. Hendaknya dengan kepuasan yang dirasakan oleh pengguna jasa dapat terus menjaga hubungan baik dimasa yang akan datang.
Setelah melakukan penyerahan hasil pekerjaan konstruksi, kontraktor hendaknya melakukan tindakan umpan balik (sistem feedback) yaitu melalui pembelajaran dan kapasitas untuk berubah. Kontraktor kecil harus selalu melakukan pembelajaran dari setiap tahapan pekerjaan konstruksi sehingga pekerjaan yang kurang sempurna dapat dikoreksi sehingga tidak terjadi lagi dikemudian hari. Pada penelitian ini, pembelajaran telah dikelola dengan cukup baik oleh kontraktor kecil, tetapi masih banyak kontraktor kecil yang belum melakukan sistem pembelajaran ini. Padahal bila kontraktor telah melakukan proses pembelajaran salah satunya dengan melakukan pendokumentasian setiap tahapan pekerjaan konstruksi, dapat membantu melakukan pengkoreksian pekerjaan yang masih dikerjakan yang menyimpang dari rencana. Selain itu dengan melakukan pendokumentasian yang baik hendaknya kontraktor kecil tidak melakukan kesalahan yang sama dikemudian hari. Pembelajaran tidak akan berhasil bila kontraktor kecil tidak memiliki kapasita untuk berubah. Perubahan sangat dibutuhkan untuk keberhasilan penerapan sistem mutu berbasis TQM. Pada penelitian ini kapasitas untuk berubah dari kontarktor kecil masih kurang dikelola. Kontraktor kecil masih terpaku terhadap cara kerja mereka selama ini. Jarang sekali dilakukan inovasi-inovasi dalam metode pekerjaan atau peralatan yang digunakan.
Tetapi hal yang paling penting dalam keberhasilan penerapan sistem mutu berbasis TQM ini adalah sikap kepemimpinan dan komitmen dari manajemen perusahaan untuk terus berupaya untuk menghasilkan pekerjaan yang bermutu. Pada penelitian ini, kepemimpinan masih kurang dikelola dengan baik, padahal sikap kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting dalam keberhasilan penerapan sistem mutu. Bila pimpinan perusahaan kontraktor kecil tidak memiliki sikap kepemimpinan, maka akan sulit untuk mengarahkan bagian-bagian penting perusahaan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Selain itu pimpinan perusahaan juga harus mampu merencanakan kebutuhan akan sumber daya yang efektif dan efisien sehingga sesuai dengan perencanaan dan tidak terjadi pemborosan. Selain itu untuk komitmen dari manajemen perusahaan juga sangat dibutuhkan untuk menghasilkan pekerjaan yang bermutu. Pada penelitian ini, kontraktor kecil telah mengkelola komitmen penerapan sistem mutu dengan baik. Tetapi walaupun kontraktor kecil telah berusaha untuk terus berkomitmen menerapkan pekerjaan yang bermutu, bila perencanaan dan pengontrolan pekerjaan konstruksi tidak sesuai dengan yang diharapkan, mutu yang ingin dicapai tetap sulit untuk dihasilkan.
IV.4 Faktor-Faktor Penerapan Sistem Mutu berbasiskan TQM dan